TUGAS PENGANTAR ILMU POLITIK (2)

TUGAS PENGANTAR ILMU POLITIK

NAMA

: Raditya Rahagi

NIM

: 20170510051

KELAS

:A

FAKULTAS

: ILMU SOSIAL DAN POLITIK

JURUSAN

: ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


Diplomasi Maritim Indonesia, Mampukah Pemerintah
Mewujudkannya?

Pendahuluan
Ide poros maritim dunia atau“global maritime axis” adalah gagasan besar Presiden Joko
Widodo (Jokowi) yang sudah dikampanyekan sejak kampanye Pilihan Presiden (Pilpres)
2014. Gagasan ini muncul di tengah berbagai permasalahan bangsa seperti korupsi,
kebocoran anggaran, ketidakadilan dan sebagainya. Ide poros maritim menjadi harapan besar
bangsa Indonesia agar kembali ke jati diri sebagai bangsa pelaut. Gagasan maritim yang
sudah dimulai diimplementasikan sudah tentu akan berdampak kepada kebijakan luar negeri
Indonesia. Namun poros maritim juga menimbulkan tantangan sekaligus peluang yang
apabila dapat diselesaikan bisa menjadi driving force agar negara semakin maju. Tidak
dipungkiri, reaksi juga datang baik dari dalam maupun luar negeri yang jika tidak ditangani
dengan baik bisa menjadi batu sandungan ide poros maritim.1
Diplomasi maritim Indonesia mengandung prinsip Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi
Ikut melaksanakan Ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social. Prinsip yang dianut oleh Republik Indonesia yang berdiri pada tahun 1945 itu
memiliki arti penting bagi stabilitas keamanan dunia dan kawasan. Sehingga pada tahun 1960,
Indonesia mengeluarkan prinsip Politik Luar Negeri Bebas Aktif sebagai tindak lanjut dari

amanah Pembukaan UUD 45. Latar belakang munculnya, konsep ini selain dari amanat
Konstitusi juga melihat konstelasi dunia yang mengarah pada Perang Dingin pasca Perang
Dunia II saat itu. Konsep yang berangkat dari pemikiran Bung Hatta mengenai Mengayuh
Diantara dua karang. Dalam keterangan pemerintah di hadapan sidang BP KNIP tanggal 2
September 1948, Bung Hatta mengatakan bahwa “pendirian yang harus kita ambil ialah
supaya kita jangan menjadi obyek dalam pertarungan politik internasional, melainkan kita
harus tetap menjadi subyek yang berhak menentukan sikap kita sendiri, berhak
memperjuangkan tujuan kita sendiri, yaitu Indonesia merdeka seluruhnya.” Menurut Bung
Hatta, politik luar negeri Indonesia harus didasarkan pada kepercayaan diri dan berjuang
dengan kemampuan sendiri. Namun begitu, bukan berarti Indonesia tidak mengikuti
perkembangan situasi internasional dan memanfaatkannya demi kepentingan nasional. “Ini
1

http://www.academia.edu/11964690/Poros_Maritim_dan_Politik_Luar_Negeri_Jokowi

tidak berarti bahwa kita tidak akan mengambil keuntungan dari pada pergolakan
internasional,” ungkap Bung Hatta.
Belakangan pidato Bung Hatta itu diterbitkan dalam sebuah buku yang diberi judul
“Mendayung di antara Dua Karang” untuk merujuk pada posisi Indonesia di antara dua
negara adi daya, Amerika Serika dan Uni Soviet. Dalam dua tulisannya di Foreign Affairs

beberapa tahun kemudian, Bung Hatta kembali menegaskan prinsip bebas aktif yang dianut
Indonesia tersebut.
Prinsip bebas aktif ini tidak pernah berubah sejak Indonesia merdeka hingga sekarang. Dalam
konteks pasca-Perang Dingin, prinsip itu tetap dinilai relevan untuk menjaga independensi
Indonesia dalam mengambil keputusan terkait kebijakan luar negerinya tanpa campur tangan
negara lain. Sebab meski era bipolar lampau, namun kekuatan-kekuatan yang ingin menarik
Indonesia demi kepentingan mereka tetap akan ada. Hanya saja, bentuk implementasi dari
prinsip ini berlainan di tiap rezim dan pemerintahan.2
Poros maritim merupakan gagasan besar Presiden Jokowi yang ingin mengembalikan
kejayaan Indonesia sebagai bangsa pelaut. Namun Presiden Jokowi menggaris bawahi bahwa
yang dimaksud bangsa pelaut dengan ide besar poros maritim bukanlah sekedar menjadi
“jongos-jongos di kapal. Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawala samudera. Bangsa
pelaut yang mempunyai armada niaga, armada militer, yang kesibukannya di laut menandingi
irama gelombang lautan itu sendiri."2 Namun inti dari pesan Jokowi sebenarnya terletak pada
meningkatan infrastruktur selama ini terbengkalai. Akibatnya Indonesia kehilangan banyak
peluang yang seharusnya bisa menjadi sumber pendapatan negara. Lebih jauh lagi, ide poros
maritim tidak lain adalah untuk meningkatkan konektivitas antar pulaupulau yang sangat
lemah akibat buruknya sarana dan prasarana. Ini merupakan agenda pokok poros maritim
yang berambisi menguhubungkan ribuan kilometer garis pantai terutama dengan menambah
fasilitas pelabuhan


2

https://rajasamudera.com/2016/01/diplomasi-maritim-indonesia/

DISKUSI


Poros Maritim dan Respon NegaraNegara Sekitar

Ide dan kebijakan poros maritime tampaknya sudah mendapat perhatian banyak pengamat
internasional dan tentunya negara-negara sekitar seiring kepopuleran Calon Presiden Jokowi.
Sejak munculnya isu pencalonan Jokowi, liputan media asing memang signifikan. Terlepas
berbagai spekulasi yang berkembang bahwa liputan media internasional terkait dengan rantai
kampanye, pemberitaan tentang fenomena Jokowi tersebut menjadi pintu gerbang dikenalnya
konsep gagasan poros maritim dunia. Dalam hal ini jelas bahwa kebijakan poros maritim
berdampak signifikan terhadap postur kebijakan luar negeri Indonesia. Isu keamanan
kawasan menjadi poin penting meningkatnya diskursus tentang poros maritim oleh berbagai
negara khususnya di Asia Pasifik terutama pasca kemenangan Jokowi atas rivalnya Prabowo
Subianto. Amerika Serikat sebagai salah satu mitra Indonesia misalnya cenderung

menyambut baik gagasan poros maritim Jokowi. Melalui Asisten Menteri Luar Negeri bidang
Asia Timur dan Pasifik, Scot Marciel menyatakan bahwa pemerintahnya mendukung penuh
langkah Jokowi terkait poros maritim dunia. Lebih lanjut menurut mantan Duta Besar untuk
Indonesia 2010- 2013 tersebut, pemerintahnya mendukung dalam aspek pembangunan
infrastruktur seperti pelabuhan yang akan mengkonektivitaskan perairan dan kemaritiman di
Indonesia.45 Bahkan terkait dengan pembangunan besar-besaran pelabuhan, pemerintah
Rusia sudah siap untuk mensukseskan program Jokowi. Menurut salah satu orang terkuat
nomor dua di Rusia, Indonesia adalah mitra terpenting di kawasan Asia Pasifik.3


Diplomasi Poros Maritim Dunia

Terutama dalam memasuki era poros maritim dunia yang dikumandangkan oleh Presiden RI
Ke-7 Joko Widodo saat ini. Indonesia dituntut untuk memegang teguh prinsip politik luar
negeri bebas aktif yang berujung pada tegaknya kedaulatan bangsa Indonesia di dunia
internasional. Dalam perjalanan poros maritim dunia, guna mencapai kedaulatan maritim,
pemerintah merancang lima pilar pembangunan maritim, yang salah satunya terdapat
penguatan diplomasi maritim.
Arah politik pemerintahan Joko Widodo dengan poros maritim dunia-nya itu diharapkan
membawa perubahan signifikan pada arah diplomasi kita, baik pada masa sebelum Reformasi

3

http://www.academia.edu/11964690/Poros_Maritim_dan_Politik_Luar_Negeri_Jokowi

maupun sesudah Reformasi ( Era Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY).
Kegagalan dipomasi pada rezim setelah reformasi seperti lepasnya Timor Leste, Sipadan
Ligitan, kemudian masalah MoU Helsinki antara Pemerintah RI dan GAM dinilai oleh
banyak pihak memiliki banyak kelemahan. Di antaranya yan paling terlihat sekali sewaktu
masa SBY, di mana mengeluarkan prinsip „Zero Enemy, Thousand Friends‟ telah dianggap
sebagai prinsip yang lemah dan tidak memiliki arah. Begitupun dalam penafsiran amanat
Pembukaan UUD 45 dan Politik luar negeri bebas aktif, prinsip itu dianggap salah kaprah dan
tafsir. Akibatnya, Indonesia memiliki Bergainning politik yang lemah di kancah dunia
Internasional. Penafsiran politik luar negeri beabs aktif sendiri pun bukan berarti kita harus
netral dan tidak memihak. Kita dapat condong dan bahkan memihak kepada blok manapun
dengan National Interest sebagai tinjauan utamanya. Meskipun belum secara terperinci
pemerintah Jokowi menjelaskan maksud dari diplomasi maritim dalam 5 pilar
pembangunannya, setidaknya sudah ada itikad dari pemerintah untuk memperbaiki masalah
diplomasi Indonesia khususnya diplomasi maritim.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya dalam konteks ini TNI AL memberikan kontribusi yang
nyata baik dalam bentuk pemikiran maupun tindakan. Karena hal itu telah sesuai dengan

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia pada Pasal 9.
Disebutkan bahwa TNI AL memiliki tugas diplomasi Angkatan Laut guna mendukung
kebijakan politik luar negeri pemerintah. Hal yang sebenarnya jarang dilakukan oleh
pemerintah sebelumnya dalam melibatkan TNI AL untuk menyelesaikan masalah diplomasi
maritim seperti masalah Ambalat dan Tanjung Datuk dengan Malaysia, masalah Pulau Pasir
dengan Australia, dan masalah perbatasan di Laut Andaman dengan Thailand dan India, serta
masalah-masalah lainnya. Namun yang perlu digarisbawahi saat melakukan diplomasi
maritim untuk masalah perbatasan maritim ialah dengan memperhatikan aspek hukum
internasional dan hukum nasional dengan memperimbangkan National Interest sebagai tujuan
utamanya. Selain itu seoptimal mungkin juga dipertimbangkan penyelesaian masalah dengan
damai, meskipun tidak menutup kemungkinan perang fisik merupakan konsekuensi yang
ditempuh apabila National Interest kita terpinggirkan. Seperti pada persoalan pencurian ikan
yang melampaui batas negara. Pencurian ikan sebagai kejahatan yang sangat serius juga
harus dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (Extraordinary Crimes). Sebagaimana

disebutkan dalam Statuta Roma, pencurian ikan sebagai kejahatan luar biasa harus dianggap
sebagai suatu kejahatan yang melanggar hak asasi manusia atau crimes against humanity. 4
Hal ini sangat tepat, karena kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pencurian ikan telah
menghilangkan hak-hak asasi masyarakat Indonesia, sehingga hal ini bukan hanya tanggung

jawab Indonesia saja untuk memeranginya. Tetapi menjadi kewajiban dan tanggung jawab
negara-negara lain yang terlibat untuk juga menegakan hukum bagi pelanggarnya. Sehingga
Pemerintah Indonesia harus mendesak negara-negara di dunia untuk turut serta menegakan
hukum bagi para pencuri ikan yang berada di wilayah yuridiksi hukumnya.


Keterlibatan Angkatan Laut

Keterlibatan TNI AL dalam menanggulangi pencurian ikan yang merupakan penerapan
contsbulary role juga mengandung Naval Diplomacy role, mengingat banyaknya negara yang
tidak terima saat kapal nelayannya ditenggelamkan. Maka TNI AL bersama Kementerian
Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Luar Negeri harus bisa menjelaskan kepada dunia
internasional mengenai landasan penenggelaman tersebut yang sesuai pula dengan tugas dan
peran universal Angkatan Laut. Paling tidak dunia internasional harus mampu menghargai
kedaulatan maritim Indonesia.
Selain itu guna membina Brotherhood sesama Angkatan Laut se-dunia, TNI AL terlibat aktif
dalam event internasional seperti latihan multilateral dari Angkatan Laut baik kawasan
maupun dunia. Sehingga poin-poin tersebut mampu menguatkan kiprah diplomasi Angkatan
Laut guna mencapai poros maritim dunia. Langkah itu juga mampu diwujudkan saat
pemerintah memerlukan investasi guna membangun Tol laut, seperti adanya bantuan

anggaran dari Tiongkok, namun juga harus disertai dengan tenaga kerjanya. Praktis hal ini
tentunya menggores kedaulatan kita juga mengingat kelangkaan pekerjaan kian meningkat di
Indonesia. Sehingga anggapan Poros Maritim-nya Tiongkok dapat ditepis oleh pemerintah.
Berdasarkan letaknya yang strategis, Indonesia seharusnya memiliki Bergainning yang kuat
saat mengambil keputusan terkait politik luar negeri. Misalnya, ketika suatu negara
memberikan persyaratan yang tinggi supaya mau menginvestasi di Indonesia, maka jangan
sampai kedaulatan kita tergadaikan. Kita tentunya memiliki keyakinan bahwa masih banyak
4

http://nasional.kompas.com/read/2014/10/10/06370401/Jokowi.Poros.Maritim.Dunia.Tol.Laut.dan.Si.Vis.Pac
em.Para.Bellum.

negara lain yang respect terhadap Indonesia. Begitu pun juga saat ikut serta dalam meredakan
konflik kawasan, seperti yang terjadi di Laut China Selatan, Indonesia khususnya TNI AL
harus mampu terlibat di kawasan Natuna yang berbatasan langsung dengan pusara konflik.
Oleh karena itu, dengan diplomasi maritim bagaimana kehidupan rakyat Indonesia dapat
terlindungi (rasa aman), sejahtera, dan meningkat SDM-nya. Selain itu juga tidak ada
sejengkal tanah dan lautan yang dimiliki oleh negara lain. Setelah itu baru secara
internasional kita mampu menjadi stabilisator konflik atau ikut melaksanakan ketertiban dan
perdamaian dunia.



Diplomasi Angkatan Laut

Suatu peristiwa yang diawali dengan blokade kekuatan angkatan laut Amerika di moncong
perairan Kuba merupakan peristiwa yang menunjukkan suatu resultante koersif yang dikenal
dengan Gunboat Diplomacy atau diplomasi kapal perang yang pada akhirnya menjadi Naval
Diplomacy atau diplomasi Angkatan Laut. Di sisi lain, Diplomasi Angkatan laut tidak hanya
mengarah kepada Coercive diplomacy namun kekuatan angkatan laut bisa menjadi suatu
instrumen Cooperative diplomacy seperti pada kegiatan kegiatan: Honour Visit, Fleet review,
Join Exercise, Capacity Building, Human Disaster Relief. Salah satu faktor kenapa angkatan
laut adalah ketahan lamaan operasi dalam ruang dan waktu serta mudah untuk manuver
menjadikan suatu kekuatan maritim atau kekuatan angkatan laut merupakan instrumen yang
baik guna mencapai tujuan politik luar negeri.5
Menurut Ken Booth bahwasannya Angkatan Laut dapat memerankan tiga fungsi secara
universal, yakni peran Diplomasi, Militer dan Konstabulari. Aturan tentang peran diplomasi
bagi TNI AL baru tertuang pada undang undang no.34 tahun 2004 pasal 9c. Dalam peran
Diplomasi sangat erat kaitannya dengan Foreign Policy dan Pertanyaannya adalah apakah
Negara kita sudah mengimplementasikan peran ini? The diplomatic role of navies is
concerned with the management of foreign policy short of the actual employment of force.

Diplomatic applications support state policy in particular bargaining situations or in the
general international intercourse. Peran ini mencakup mulai dari naval presence walaupun
tidak semua angkatan harus dan bisa memiliki opsi ini dan kemampuan laten yang disebut
(latent naval capabilities). Peran ini sering disebut juga sebagai “unjuk kekuatan Angkatan
5

http://nasional.kompas.com/read/2014/10/10/06370401/Jokowi.Poros.Maritim.Dunia.Tol.Laut.dan.Si.Vis.Pac
em.Para.Bellum.

Laut” yang telah menjadi peran tradisional Angkatan Laut. Diplomasi merupakan dukungan
terhadap kebijakan luar negeri pemerintah yang dirancang dan digelar untuk mempengaruhi
kepemimpinan negara lain dalam keadaan damai maupun pada situasi perang.
Amerika menerapkan Shaping Environment-nya dengan instrumen Angkatan Lautnya
melalui peran diplomasinya. Pelajaran dari bagaimana kita mengamankan kepentingan
nasional dalam bentuk deploy kekuatan laut ke Somalia telah mampu melaksanakan
pengamanan terhadap KM Sinar Kudus bahwa TNI AL kita telah mampu sebagai fighting
instrument dalam rangka mengamankan aset negara diluar yurisdiksi Nasional. Disisi lain,
Negeri yang Besar ini belum sepenuhnya memaksimalkan peran diplomasi TNI AL sebagai
“Part of Maritime and Defence Diplomacy” karena masih dalam konteks kerja sama dan
dialog. Aplikasi maritime power untuk kepentingan diplomasi telah berlangsung berabad–
abad silam, serta tidak akan sirna selama di dunia ini masih ada Angkatan Laut.
Bagaimanapun, dengan kemampuannya untuk beroperasi yang jauh dari negara induknya
dalam waktu yang lama, Angkatan Laut senantiasa akan menjadi pilihan utama diplomasi
bagi negara-negara yang paham akan karakteristik Angkatan Laut.6


Ancaman di wilayah laut Indonesia dan diplomasi Pertahanan

Mari berfikir secara realistis, jika negara kita merupakan negara kepulauan dengan 80 %
wilayah laut dan 20 % wilayah darat, pertanyaannya adalah di manakah ancaman terbesar
terhadap kedaulatan NKRI berada? Ancaman ini menjadi semakin tinggi karena posisi
geografis Indonesia berada dalam lalu lintas perdagangan dunia. Mengingat berbagai
kepentingan negara yang melintas tersebut, sangat mungkin mereka melakukan kegiatan
intelijen atau mencuri ikan, tanpa terdeteksi oleh kemampuan pertahanan dan keamanan laut.
Fakta bahwa wilayah laut adalah wilayah terbuka, maka dengan leluasa kekayaan laut
Indonesia dimanfaatkan bangsa lain tanpa ada kemampuan untuk melindunginya.7
Secara yuridis, Pasal 3 Ayat (2) Undang-Undang 3/2002 mengatur bahwa pertahanan negara
disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
Permasalahannya adalah bahwa landasan yuridis ini tidak diimplementasikan sebagai
kerangka landasan pemikiran dalam melaksanakan reformasi pertahanan. Hal ini disebabkan

6

http://nasional.kompas.com/read/2014/10/10/06370401/Jokowi.Poros.Maritim.Dunia.Tol.Laut.dan.Si.Vis.Pac
em.Para.Bellum.
7
htts://rajasamudera.com/2016/01/diplomasi-maritim-indonesia/

belum adanya kesamaan pemahaman di antara stake holder pertahanan, termasuk warga
negara dan politisi tentang implementasinya. Dari potensi ancaman yang ada diwilayah NKRI
pengembangan pertahanan negara Kepulauan atau negara bahari harus menjadi acuan.
Apabila dilaksanakan sebaliknya, yaitu dengan pendekatan Continental Oriented, maka
mengakibatkan kemampuan pertahanan negara hanya sebesar 20%. Konsekwensinya wilayah
kedaulatan yang menjadi pilar utama dalam menjabarkan pembangunan kemampuan
pertahanan Indonesia menjadi sempit. Wilayah laut yang mencapai 80 % justru tidak
mendapatkan perhatian secara maksimal. Potensi Geografis tersebut selain menimbulkan
ancaman namun juga merupakan suatu bagian elemen statis untuk membangun negara
maritim yang kuat yang mana akan sangat berbeda dengan negara yang berada di tengah
benua atau disebut juga dengan Land Lock. Wilayah geografis Indonesia yang berbentuk
kepulauan dimana luas lautnya melebihi daratannya, serta berada pada posisi silang dunia
maka diplomasi pertahanan, khususnya diplomasi maritim dan diplomasi angkatan laut
merupakan suatu kebutuhan yang vital dan mendasar dan harus terus di kembangkan yang
sejalan dengan perkembangan lingkungan strategis yang ada. Defense Diplomacy merupakan
bagian dari diplomasi yang sangat berkaitan erat dengan domain pertahanan, dalam
rangkaiannya mulai pamer kekuatan, ancaman serta penggunaan kekuatan. Pada era sekarang
bahwa diplomasi maritim yang mencakup pula diplomasi angkatan laut atau lebih terkenal
dengan sebutan Naval Diplomacy, merupakan bagian dari diplomasi pertahaan NKRI.
Implementasi dari naval diplomasi yang terjadi sekarang sebagai contoh adalah latihan
bersama Korea Selatan dengan Amerika Serikat setelah terjadi konflik di perbatasan Korut
dan Korsel dengan kode sandi Ulchi Freedom Guardian salah satu tujuannya adalah
membuktikan bahwa keberadaan kekuatan Militer Amerika Serikat masih menguasai di
wilayah tersebut.
Begitu pula memanasnya konflik Laut China Selatan, baik China maupun Amerika keduanya
memamerkan kekuatan lautnya. Diplomasi sebagai salah satu instrumen strategi pertahanan
negara NKRI harus bersinergi dengan instrumen lainnya yang akan membentuk suatu satu
kekuatan yang sangat efektif dan handal dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kurangnya
penerapan diplomasi angkatan laut dalam strategi pertahanan negara merupakan cerminan
bahwa negara kita belum memberikan perhatian khusus pada diplomasi pertahanan
khususnya diplomasi angkatan laut.8

8

https://rajasamudera.com/2016/01/diplomasi-maritim-indonesia/

KESIMPULAN
Konsep “bebas aktif” masih dipertahankan pemerintahan Jokowi dengan beberapa
penyesuaian. Terkait kebijakan poros maritim dunia, berbagai pihak dalam negeri
menaggapinya secara beragam. Pro dan kontra atas kebijakan tersebut tidak lain akibat
polarisasi politik pasca Pilpres 2014. Konstelasi tersebut mengakibatkan kurang padunya
dukungan dalam negeri atas gagasan poros maritim namun dampaknya tidak sesignifikan
dengan impementasi kebijakan tersebut. Sebaliknya, ide poros maritim dunia mendapat
perhatian serius dan menjadi isu keamanan kawasan. Sebagian negaranegara sekitar
melihatnya sebagai agresifitas, sebagian berhati-hati misalnya Malaysia. Kebijakan poros
maritim dunia juga memunculkan evaluasi sekaligus kewaspadaan kawasan terhadap
kemampuan pertahanan Indonesia sebagai negara paling penting di Asia Tenggara. Jika
peluang ini benar-benar direspon dan dimanfaatkan pemerintah, otomatis bisa meningkatkan
daya tawar diplomasi Indonesia tidak hanya di kawasan tetapi di tingkat global.
Diplomasi maritim dan diplomasi angkatan laut bukan seluruhnya domain TNI AL,
pemerintahlah yang harus mengeluarkan kebijakan yang lebih tinggi sehingga apa yang
dibilang kepanjangan tangan dari Foreign Policy akan terwujud dan pemerintah harus segera
membenahi dan mengerti lingkup dan penjabaran kebijakan dalam penggunaan maritime
power.
Diplomasi Maritim, Diplomasi Angkatan Laut dan Diplomasi Pertahanan Indonesia
merupakan aplikasi bagian terkecil dalam upaya mewujudkan atau membentuk Indonesia
maritime power, apabila ingin benar-benar mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim
Dunia.
Ketika visi pemerintah ingin mewujudkan negeri ini sebagai poros maritim dunia, Strategi
Pertahanan Maritim dari Kemhan akan dikeluarkan. Lantas bagaimana dengan Doktrin
Maritim Indonesia? Strategi Militer Maritim indonesia dan Strategi Maritim Indonesia?
Diplomasi pertahanan, diplomasi maritim dan diplomasi angkatan laut yang handal
merupakan bagian strategi dalam mewujudkan Indonesia Maritime Power.

DAFTAR PUSTAKA


Raja Samudera (2016,3 januari) Diplomasi Maritim Indonesia . Diperoleh tanggal 17
Oktober 2017, dari https://rajasamudera.com/2016/01/diplomasi-maritim-indonesia/



Academia (2015, mei) Poros politik dan Hubungan Luar Negeri . Diperoleh tanggal
18 Oktober 2017 dari
http://www.academia.edu/11964690/Poros_Maritim_dan_Politik_Luar_Negeri_Joko
wi