Resume Kelompok I Latar Belakang Proses (1)

BAB I
PENDAHULUAN
Tercatat di sebuah buku Naskah Komprehensif Perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Latar Belakang, Proses, dan Hasil
Pembahasan,1999-2002. Buku I ini terdapat revisi penyempurnaan dari penerbit
pertama. Penyempurnaan dibuat karena sumber semula berasal dari catatan rapat
yang belum lengkap. Pada tahun 2008-2009 MPR menerbitkan surat edaran pada
rapat pembahasan UUD 1945 yang lebih rinci, yaitu : risalah rapat Tim Kecil, Tim
Perumus, Lobi, Rapat Sinkronisasi, Rapat Finalisasi, dan Uji Sahih. Terdapat risalah
rapat sebelumnya yang disusun untuk mendokumentasi, perdebatan dalam
pembahasan perubahan UUD 1945 dari tahun 1999 sampai dengan 2002. Tim
penyusun risalah di bentuk oleh pemimpin MPR RI masa bakti 2004-2009
berdasarkan keputusan pimpinan MPR RI Nomor 4/pimp./2008 berdasarkan kaset
rekaman dan catatan-catatan rapat yang dilakukan pada 1 Maret 2008. Hasil resmi
risalah telah diterbitkan oleh MPR dalam 17 buku dengan judul risalah Perubahan
UUD Negara RI Tahun 1945 (1999-2002).

1

BAB II
LATAR BELAKANG PERUBAHAN UUD 1945

A. Sejarah Singkat UUD Indonesia
Pada tanggal 17 Agustus 1945 di umumkan kemerdekaan, sejak tanggal 27
Desember 1949, dalam Konstitusi Indonesia berlaku RIS, dan sejak 17 Agustus 1950
di Indonesia berlaku UUDS 1950. Keputusan Presiden 5 Juli 1959 kembali
memberlakukan UUD 1945, menegaskan dengan DPR pada 22 Juli 1959. Pada
periode 1999-2002, 1945 mengalami empat kali perubahan amandemen. Berbicara
tentang lahirnya UUD 1945 tidak akan lepas dari penjajahan Portugis, VOC, Inggris,
Spanyol, Belanda, Jepang pada akhir abad ke-15. Mereka mencari harta kekayaan
nusantara seperti gold, glori dan gospel. Pada tahun 1909 di bentuk berbagai
organisasi dan tahun 1922 didirikan Taman Belajar untuk kaum pribumi oleh Ki
Hajar Dewantara. Tanggal penting yang tercatat yaitu pada tahun 1926 Kongres
pemuda pertama dan perumusan Sumpah Pemuda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 di
bacakanlah Sumpah Pemuda.

B. Reformasi dan Perubahan UUD 1945
Reformasi dipilih sebagai upaya jalan keluar dari berbagai kebutuhan dalam
sistem sosial, politik, hukum dan ekonomi yang dihadapi Indonesia. Setelah
reformasi dan sekitar dua bulan setelah pemilu tahun 1997, terjadi krisis moneter di
bagian Asia Tenggara.
1. Reformasi

Berawal dari krisis moneter yang melanda negara-negara di Asia Tenggara
sehingga menyebabkan ekonomi Indonenesia melemah dan ketidakpuasan
masyarakat Indonesia dengan pemerintahan yang dipimpin Soeharto
menyebabkan munculnya reformasi yang dilakukan mahasiswa dan semakin
dilirik setelah tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 memicu kerusuhan besarbesaran pada bulan itu. Gerakan mahasiswa meluas, hampir

seluruh

Indonesia dibawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri serta
pertimbangan-pertimbangan

yang

dilakukan,

Soeharto

akhirnya

mengundurkan diri dari jabatanya dan H.J Habibi mengucapkan sumpah

sebagai Presiden dan membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan.

2

2. Gagasan tentang perubahan UUD 1945
Perubahan UUD 1945 merupakan desakan reformasi dan integral pokok
pemikiran1 mengenai perubahan ini dipelopori oleh kalangan akademik,
kalangan praktisi dan kalangan pejabat publik.
3. Proses menuju perubahan UUD 1945
Perubahan UUD 1945 dilaksanakan pada Sidang Umum (SU) MPR, pada 112 Oktober 1999 untuk membentuk Badan Pekerja MPR yang salah satu
tugasnya merumuskan rancangan perubahan UUD 1945. Proses perubahan
UUD

1945 mengalami

empat

kali sidang dalam membahas

dan


mengesahkannya.
4. Pemilihan umum 1999
Pemilu dilaksanakan berdasarkan UU No.2 Tahun 1999, UUD No.3 Tahun
1999 dan UU No.4 Tahun 1999. Menetapkan 48 partai yang lolos sebagai
peserta pemilihan umum. Penyelenggaraan dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU).
5. Pendapat masyarakat menjelang Sidang Umum MPR
a) Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)
Dengan mendorong proses partisipasi politik secara luas dan
mensosialisasikannya sehingga terbuka ruang bagi rakyat untuk
mengemukakan pendapatnya.
b) Dr. H. Roeslan Abdulgani
Sasaran perubahan UUD 1945 untuk membatasi kekuasaan Presiden
sehingga terjadi keseimbangan antara kekuasaan Eksekutif, Legislatif
dan Yudikatif.
c) Indonesia Center for Evironmental (ICEL)
Memperhatikan hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya dan hak
terkait dengan perlindungan sumber daya alam dan lingkungan.
d) Mohammad Fahjrul Falaakh, S.H.,M.A

Perubahan UUD 1945 dilakukan dengan merumusakan kembali
konstruksi dengan menjernihkan prosedur atau sistem yang ditempuh.

1

Tim Penyusun.Naskah Kompresif Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945:Latar Belakang,Proses, dan hasil Pembahasan.1999-2002.(Buku 1
Latar Belakang,Proses, dan Hasil Perubahan UUD 1945).Jakarta: Sekertariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.2010 (Ebook).hlm 84.

3

BAB III
PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
1945
A. Sidang Umum MPR Tahun 1999
1) Agenda Sidang Umum MPR
Anggota MPR yang akan melakukan Sidang Umum MPR pada 1-21 Oktober
1999 yang agenda awalnya adalah membahas perubahan tata tertib sidang.
2) Pandangan Umum Fraksi

Pada pandangan fraksi digambarkan melalui lembaga-lembaga F-PDIP, FPG, F-KB,

F-Reformasi, F-BB, F-KKI, F-PDU, F-PPP, F-PDKB,

F-TNI/Polri dan F-UG.
B. Proses Pembahasan Rancangan Perubahan dalam Rapat PAH III Badan
Pekerja dan Komisi C Sidang Umum MPR Tahun 1999
1. Kronologi Kegiatan perubahan
Di bentuk alat kelengkapan yakni BP MPR oleh MPR. BP MPR mempunyai
alat kelengkapan yakni PAH I, PAH II dan PAH III.
2. Pembentukan Badan Pekerja (BP) dan PAH III MPR 1999
Jumlah anggotanya 90 orang untuk membuat rancangan perubahan UUD
1945.
3. Mekanisme Pembahasan PAH III BP MPR
Perubahan terhadap UUD 1945 telah ditetapkan melalui dekrit Presiden 5
Juli 1959.
4. Dasar Hukum dan Prosedur Perubahan
Sidang

Istimewa


MPR

1998

mengeluarkan

Tap

MPR

Nomor

VIII/MPR/1998 tentang pencabutan Tap MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang
Referendum.2
5. Pendekatan dan model perubahan
Rancangan perubahan UUD 1945 untuk pertama kalinya dipersiapkan oleh
PAH III BP MPR, dalam menentukan perubahan tersebut diperlukan adanya
kesepakatan dari fraksi-fraksi MPR. Kesepakatan dari pengantar fraksi ialah
bahwa seluruh fraksi setuju mengenai perubahan UUD 1945 hanya batang

2

Ibid.,hlm.142

4

tubuhnya saja, mengenai pembatasan kekuasaan, tugas dan wewenang
Presiden.
6. Kesepakatan Dasar mengenai perubahan
Rapat PAH III BP MPR 1999 ke-1, Kamis 7 Oktober 1999, kesepakatan dan
prioritas materi perubahan3, yaitu : semua fraksi setuju mengenai perubahan
UUD 19454, Pembukaan UUD tidak diubah, yang diubah adalah batang
tubuh dan penjelasan UUD 1945, semua fraksi sepakat Badan Pekerja MPR
melakukan amandemen atau perubahan UUD 1945 pada hal mendesak sesuai
kesepakatan semua fraksi badan tersebut membentuk komisi selambatlambatanya pada tanggal 17 Agustus 2000. Oleh karena itu para perumus
perubahan UUD 1945 menetapakan lima kesepakatan yaitu tidak mengubah
pembukaan UUD 1945 karena terdapat dasar yang melandasi seluruh pasal
dalam UUD 1945, kesepakatan mempertahankan NKRI, mempertegas sistem
pemerintahan Presidensial, meniadakan penjelasan UUD, memepertahankan
keaslian UUD, selain itu fraksi-fraksi MPR menyepakati bahwa negara

Indonesia menganut siatem pemisahan kekuasaan.
7. Pembahasan Dalam Komisi C
Setelah PAH III BP MPR menyelesaikan masa tugasnya. Dalam kesempatan
itulah dibentuk komisi-komisi MPR, salah satunya adalah Komisi C yang
bertugas membahas rancangan perubahan UUD 1945 yang diketuai oleh Zai
Badjeber dari F-PPP pembahasan rancangan tersebut didahului dengan
pengantar fraksi MPR, 17 Oktober 1999. Perubahan UUD 1945 harus
dimengerti, perubahan pasal 2 tidak diperlukan, pasal 3 dujadikan pasal 2
untuk mempersingkat karena permulaan perubahan pertama. Kemudian pasal
4 BP MPR RI diperkirakan mulai bertugas sejak tanggal 18 Januari, namun
MPR RI melaporkan hasil kerjanya pada tanggal 18 Agustus 2000.
8. Rapat Paripurna Terakhir SU MPR Tentang Hasil Komisi C Mengenai
Perubahan UUD 1945.
Hasil kerja Komisi C selanjautnya dilaporkan dalam Rapat Paripurna SU
MPR yang berlangsung pada 19 Oktober 19995. Berbagai perdebatan terjadi
dalam membuat ketetapan penugasan BP MPR untuk melanjutkan perubahan

3

Ibid.,hlm 156

Ibid.,hlm 157
5
Ibid.,hlm 177
4

5

UUD 1945 maka Ketua Rapat M. Amien Rais mengemukakan pandangan
akhir faksinya sebagai berikut :
a. Rancangan perubahan UUD Negara RI Tahun 1945.
b. Rancangan ketetapan MPR RI tentnag peraturan Tata Tertib MPR RI.
c. Rancangan ketetapan MPR RI tentang Garis Besar Haluan Negara tahun
1999-2004.
d. Rancangan ketetapan MPR RI tentang penentuan pendapat Timor Timur.
e. Tata cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI.
f. Rancangan ketetapan MPR RI tentang penugasan BP MPR RI untuk
melanjutkan Amandemen UUD 1945 RI Tahun 1945.6
9. Pandangan Para Pakar
Dalam melakukan perubahan UUD 1945, diperlukan banyak masukan dari
beberapa ahli yaitu Prof. Dr. Harun Alrasid, S.H dan Prof. Dr. Ismail Suny,

S.H, MCL dan Prof. Dr. Soewoto Moeljosoedamo,S.H.
C. Perdebatan Dalam Sidang Tahunan MPR 2000
1. Agenda sidang tahunan MPR 2000 dan proses pembentukan PAH I BP
MPR SU MPR
Perubahan pertama UUD negara Republik Indonesia Tahun 1945. Karna
keterbatasan waktu dan tempat, untuk itu SU 1999 memutuskan ketetapan
MPR No.IX/MPR/1999 tentang penugasan BP MPR untuk melanjutkan
perubahan UUD. Berbagai persiapan dilakukan menuju ST MPR 2000
dilakukan sejak November 19997. PAH I dipimpin oleh Jakob Tobing dari FPDIP sebagai ketua, Slamet Effendy sebagai wakil ketua dari F-KB sebagai
sekertaris. Disamping PAH I sebagai alat kelengkapan maka dibentuk PAH II
yang membahas rancangan Non-GBHN.
2. Kronologi kegiatan perubahan
Kegiatan yang dilaksanakan oleh PAH I BP MPR selama Perubahan Kedua
UUD 1945 yaitu rapat pleno, rapat lobi, rapat tim perumus dan rapat pleno
PAH I sinkronisasi. Setelah melakukan serangkaian rapat, akhirnya PAH I
menghasilkan Rancangan Perubahan Kedua UUD 1945 dan Rancangan
Ketetapan MPR tentang penugasan BP MPR. Untuk menindaklanjuti hasilhasil yang telah dicapai, dalam rapt kelima dan keenam ST MPR diteruskan
kedalam sidang Paripurna ST MPR yang berlangsung mulai Senin, 7 Agustus
6
7

Ibid.,hlm 193-194
Ibid.,hlm 232

6

2000 hingga Jumat 18 Agustus 2000. Pada Jumat, 11 Agustus 2000 Sidang
Paripurna membentuk komisi-komisi majelis yaitu Komisi A, Komisi B,
Komisi C.
3. Mekanisme Pembahasan PAH I BP MPR
Melakukan rapat dengar pendapat umum, mengadakan enam kali seminar,
studi banding dan kunjungan kerja ke-27 Provinsi.
4. Pandangan Fraksi DPR Pada Rapat PAH I
Adapun pandangan dan gagasan fraksi mengenai perubahan UUD 1945 pada
tahap kedua dalam Rapat PAH I BP MPR 2000 ke-3, Senin, 6 Desember
1999.
a. F-PDIP
Ketentuan yang perlu ditambah maupun yang perlu dipertegas adalah
hubungan sila pertama sampai sila kelima.
b. F-PG
Peneguhan bentuk negara kesatuan, peningkatan wewenang Lembaga
Tertinggi Negara,Peningkatan peranan Lembaga Tinggi Negara,Lembaga
Kepresidenan, Tugas dan wewenang lembaga kekuasaan kehakiman,
perlunya pengaturan lebih jelas mengenai hal keuangan negara dan
meningkatkan lembaga Kejaksaan Agung sebagai lembaga negara yang
mandiri.
c. F-KB
Perubahan tahap kedua UUD 1945 membahas ketentuan yang terkait
dengan kekuasaan kehakiman, Bank Indonesia, BPK, Pemerintahan
Daerah dan HAM.
d. F-PPP
Membahas tentang pembatasan kekuasaan lembaga kepresidenan dan
pemberdayaan MPR serta lembaga-lembaga negara lainnya.
e. F-PBB
F-PBB mengusulkan pembahasan mengenai bentuk negara, kedaulatan
rakyat, lembaga-lembaga negara dan HAM.
f. F-PDU
Membahas tentang sistematik perubahan UUD 1945. Pembaharuan
struktur, sendi-sendi bernegara, bentuk susunan negara, kelembagaan atau
kelengkapan negara, masalah penduduk dan kewarganegaraan dan
berkaitan dengan identitas negara.

7

g. F-Reformasi
Perlunya dilakukan pembahasan mengenai kewenangan dan fungsi
lembaga-lembaga negara, pertahanan dan keamanan negara, tujuan
pendidikan dan pengajaran nasional serta kesejahteraan sosial.
h. F-KKI
Diperlukan pembahasan mengenai susunan keanggotaan MPR, pemilihan
umum, partai politik, HAM, dasar negara,otonomi daerah, kedudukan
TNI/Polri dan keanggotaan DPA.
i. F-PDKB
Melakukan pembahasan mengenai tugas, wewenang dan fungsi lembagalembaga negara. PDKB juga menawarakan ketentuan-ketentuan alternatif
mengenai kekuasaan MPR ,DPR, dan MA.
j. F-TNI/Polri
Mengusulkan mengenai bentuk dan kedaulatan negara, lembaga-lembaga
negara, lambang negara, lagu kebangsaan, dan mekanisme perubahan
UUD.
k. F-UG
Pembahsan mengenai pembagian kekuasaan, susunan dan kedudukan
lembaga-lembaga negara, otonomi daerah, HAM, penegakan hukum,
sistem perekonomian nasional, pertahan dan keamanan serta keadilan
gender.
5. Pandangan Para Pakar
Piagam Jakarta yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan bukan putusan resmi
BPUPK. Adanya perbedaan pendapat di kalangan Pakar Tata Negara yang
mempunyai beberapa ciri.
1. Bahwa lembaga-lembaga Negara yang ada dalam UUD mengambil
konsep lembaga-lembaga yang ada di negara Belanda.
2. Mengenai materi HAM dalam UUD 1945.
3. Bahwa UUD 1945 sangat ringkas yang terdiri dari 37 pasal.
Pokok-pokok yang harus diatur dalam

konstitusi, susunan organisasi

negara, bentuk negara , kependudukan negara, wilayah negara dan
kedudukan hukum UUD dalam suatu negara.

8

Konstitusi memiliki empat fungsi umum, yaitu: fungsi transformasi,
fungsi informasi, fungsi regulasi dan fungsi kanalisasi. Selanjutnya, dalam
konstitusi terdapat dua hal penting yaitu tujuan dan lembaga pemerintah.
Kemudian juga ditambahkan agar di bentuk parlemen dengan sistem
Bikamera. Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang baru ada
pada tahun 1928. Dan dalam pasal 18 UUD 1945 itu dimasukan saja di
dalam Batang Tubuh termasuk beberapa perubahannya.
Ada delapan kekuasaan di dalam UUD 1945, yaitu : kekuasaan membuat
UUD dan GBHN, kekuasaan pemerintah, kekuasaan keuangan negara,
kekuasaaan diplomatik, kekuasaan militer, kekuasaan memberi tanda
kehormatan, dan kekuasaan kehakiman.
Mengenai model demokrasi, federalisme, dan bagaimana menggabungkan
tiga pilar kehidupan yaitu pilar agama atau moral, pilar ilmu atau
kecakapan serta pilar kekuasaan.
Masalah

perekonomian

nasional

dan

bagaimana

pentingnya

mengembangkan industri perdagangan dan investasi. Dan juga mengenai
pasal 33 UUD 1945.
Pergerakan modal dan juga mengenai macam harga macam mata uang
untuk dimasukan ke dalam pasal 23 ayat (2) UUD 1945.
Pentingnya menerapkan prinsip dari rakyat ,oleh rakyat, dan untuk rakyat
demi perkembangan perekonomian bangsa
Pengaruh besar dalam kehidupan bernegara, ketentuan-ketentuan di dalam
bidang ekonomi yang harus di masukan ke dalam UUD 1945.
6. Pandangan Perguruan Tinggi
a) ITB ( Institut Teknologi Bandung)
Ada lima topik yaitu : filsafah dan wawasan kebangsaan, kedaulatan
rakyat, sistem kekuasaan, pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi dan terakhir sistem perekonomian.
b) Universitas Jember
Tiga pokok perubahan UUD 1945 yaitu dasar pemikiran, ususlan subtansi
yang perlu diubah dan implementasi usulan substansi yang diubah dalam
batang tubuh.
c) IAIN Syarif Hidayatullah
Ada tiga hal yaitu reformasi sistem, konstitusi perundingan, reformasi
pemberdayaan kelembagaan dan reformasi dalam bidang politik.

9

d) Universitas Kristen Indonesia (UKI)
Perubahan UUD 1945 yang berkenaan dengan bentuk, sifat dan
kedaulatan negara. Dan juga tentang substansi pemilihan umum, substansi
tentang HAM dan rencana pemilihan langsung Presiden dan Wakil
Presiden.
7. Pandangan Lembaga-Lembaga Negara dan Pemerintah
a. Mahakamah Agung
Melakukan penyempurnaan terhadap BAB IX mengenai Kekuasaan
Kehakiman.
b. Kejaksaan Agung
Aspirasi masyarakat dan juga mengenai konsep penyempurnaan UUD
1945.
c. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas)
Empat hal yang harus di tuangkan dalam perubahan UUD 1945 yaitu
konsentrasi kekuasaan di tangan Presiden, pasal-pasal interpretasi
ganda,cita-cita proklamasi dan perlidungan HAM secara optimal.
d. Dewan Ketahan Nasional (Wantannas)
Wantanas, Arifin Tarigan menyampaiakan dua belas persoalan.
e. Kepolisian RI
Fungsi kepolisian yaitu fungsi kedudukan dan wewenang kepolisian dalam
dimensi Yuridis dan sosiologis.
f. Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Berhubungan dengan keutuhan wilayah, persatuan kemakmuran dan
kelangsungan hidup bangsa.
8. Pandangan Organisasi Keamanan
a. Nahdatul Ulama
Di dalam amandemen ini yang ingin ditekankan PAH I PB NU yaitu
mengenai masalah kedaulatan rakyat, HAM, pendidikan dan ekonomi
nasional.
b. Muhammadiah membahas sistem Cheks dan Bacances.
c. Majelis Ulama Indonesia membahas perubahan UUD 1945 tahap kedua
yang termuat dalam Pasal 29 Ayat (1) dan (2).
d. Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia membahas mengenai “Negara harus
menyediakan tempat beribadah bagi tiap-tiap pemeluk agama dan

10

kepercayaannya itu, agar dapat beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
e. Konfensi Waligereja Indonesia
f. Parisada Hindu menyampaikan usulan perubahan UUD 1945 , Pasal 1
Ayat (1), Pasal 2 Ayat (2).
g. Perwakilan Umat Buddha Indonesia membahas mengenai pelanggaran
penggunaan Bahasa Mandarin.
9. Pandangan Organisasi non Pemerintah
1) Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia
ESEI menyampaikan mengenai gagasan negara dalam perekonomian
yang mengacu dalam UUD 1945.
2) Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia
PBHI menyampaikan secara rinci mengenai , perlindungan terhadap
martabat manusia, jaminan atas kebebasan pribadi, kesetaraan dihadapan
hukum, kebebasan berkeyakinan agama hati nurani dan kepercayaan,
kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan berkumpul dan berserikat,
hak atas domisili dan kebebasan berpindah tempat, hak atas pekerjaan dan
penghasilan yang layak, hak atas properti dan warisan.
3) Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
Dalam UUD ditempatkan konteks atau konsep politik yang didalamnya
memiliki kekuasaan di Indonesia yang terbagi menjadi dua yaitu yang
tertinggi (MPR) dan (MA) Mahkamah Agung.
4) Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) mengusulkan supaya amandemen
yang menyeluruh diadakan melalui sifat rekontrukturisasi.
5) Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) mengatakan bahwa batang tubuh
itu bagian dari penjabaran pancasila.
6) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) berpendapat jika pembukaan UUD
1945 harus tetap dipertahankan, jika mengubah segala bentuk tata negara
maka akan mendapat konsekuensinya.
7) Aliansi Jurnalis Independen mengusulkan agar jaminan kebebasan pers itu
dicantumkan dalam UUD 1945.
8) Masyarakat Pers dan Penyiar Indonesia (MPPI) mengatakan bahwa tidak
adanya kebebasan pers akibat tidak langsung dari besranya kewenangan
Presiden yang diberikan oleh UUD 1945.

11

9) Paguyuban Manggala berpendapat bahwa di setiap UUD, suatu konstitusi
itu memiliki rechtsidee atau cita hukum.
10) Koalisi Ornop mengemukakan bahwa amandemen tidak akan menyentuh
soal Mukadimah dari UUD 1945.
10. Pembahasan Dalam Komisi A
Melakukan rapat untuk membahas Rancangan Perubahan Kedua UUD 1945
hasil kerja BP MPR yang diikuti berbagai fraksi yaitu F-PDIP, F-PG, F-PPP,
F-UG, FPKB, Fraksi Reformasi, F-PBB, F-KKI, F-TNI/Polri, F-PDU, FPDKB.
11. Rapat Paripurna Terakhir ST MPR 2000 Tentang Hasil Komisi A
Mengenai Perubahan UUD 1945
Rancangan Perubahan kedua UUD 1945 telah dipersiapkan oleh BP MPR
dan

penugasan

yang

dituangkan

dalam

ketetapan

MPR

RI

No.

IX/MPR/1999, Komisi A telah mengambil keputusan untuk menyetujui
Rancangan Perubahan Kedua UUD 1945 untuk dirumuskan dan guna
diteruskan ke sidang Majelis untuk memperoleh suatu perubahan ke dua
UUD 1945.
D. Perdebatan Dalam Sidang Tahunan MPR 2001
1. Agenda ST MPR 2001 dan Pembentukan PAH I BP MPR
Membahas mengenai pembentukan Tim Ahli yang beranggotakan 30 orang
dan keanggotaan PAH I BP MPR sejumlah 51 orang yang mencerminkan
komposisi fraksi dalam MPR. Serta tugas dari masing-masing anggota.
2. Kronologi Kegiatan Perubahan
Perubahan ketiga UUD 1945 dilakukan MPR tahun 2001. Perubahan
dilakukan dalam berbagai Rapat Pleno sepanjang masa sidang tahun 20002001 di PAH I BP MPR. Diketuai oleh Drs. Jakob Tobing, MPA (fraksi PDI
Perjuangan).
3. Mekanisme Pembahasan PAH I BP MPR
Membahas tentang materi rancangan perubahan UUD 1945, yang berupa
rumusan rancanagn perubahan UUD 1945. Pembahasan dilakaukan Pasal
demi Pasal dimulai dari Bab I samapi dengan Bab XVI yang kemudian
dilakukan sosialisasi dan finalisasi rumusan rancangan perubahan UUD 1945.

12

4. Pandangan Fraksi MPR
Banyak hal yang di bahas mengenai perubahan ketiga UUD 1945 melalui
berbagai fraksi yakni F-PPP, F-Reformasi, F-PDIP, F-UG, F-KB, F-PG, FPDKB, F-PDV, F-PBB, F-TNI/Polri.
5. Pandangan Tim Ahli PAH I BP MPR
Diketuai oleh Prof. Dr. Ismail Suny,S.H.,MCL membahas mengenai :
a. Bidang Politik yakni kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif,
kekuasaan yudikatif, pemerintahan daerah dan hak asasi manusia.
b. Bidang Hukum yakni pemerintahan yang menyatakan bahwa Presiden
dan Wakil Presiden harus dipilih secara langsung. Bentuk negara dan
bentuk pemerintahan perlu diperjelas dan diperbaiki rumusan
kalimatnya.
c. Bidang Ekonomi yakni sistem ekonomi yang ada di dalam Pasal 33
yang diadopsi UUD adalah sistem sosial. Dalam UUD harus ada Bab
atau Pasal tersendiri tentang pasar.
d. Bidang Pendidikan yakni mengenai penyelenggaraan pendidikan dan
tujuan pendidikan.
e. Bidang Agama, Sosial dan Budaya.
6. Pembentukan Komisi dan Pimpinan Komisi A MPR
Dibentuk empat komisi yakni Komisi A dipimpin oleh Prof. Dr. Ginanjar
Kartasasmita, Komisi B dipimpin oleh Ir. Sucipto, Komisi C dipimpin oleh
Prof. Dr. Jusuf Amir Feisal, Spd dan Komisi D dipimpin oleh Drs. Husni
Thamrin.
7. Pembahasan dalam Komisi A
Rancangan perubahan UUD 1945 daalm rapat Komisi A terdapat beberapa
rumusan mengenai DPD, kedaulatan rakyat dan Bank Sentral.
8. Rapat Paripurna Terakhir ST MPR 2001 tentang Hasil Komisi A
mengenai perubahan UUD 1945
Membahas mengenai rancangan Perubahan Ketiga UUD 1945 yakni, Bab I
Bentuk dan Kedaulatan, Bab II MPR, Bab III Kekuasaan Pemerintahan
Negara, Bab IV Dewan Pertimbanagn Agung, Bab V Kementrian Negara,
Bab VI Pemerintah Daerah, Bab VIIA DPR, BabVIIB Pemilihan Umum, Bab
VIII Hal Keuangan, Bab VIIIA Badan Pemeriksa Keuangan, Bab IX
Kekuasaan Kehakiman. Selanjutnya, mengusulkan rancanagn ketetapan MPR

13

tentang pembentukan komisi konstitusi dan pelaksanaan ketetapan MPR
Nomor IX/MPR/2000.
9. Pembentukan Fraksi Utusan Daerah MPR RI dan penambahan
pimpinan MPR
Fraksi-fraksi yang dibentuk dan di tetapkan dalam Rapat Paripiurna ke-7
tanggal 9 November 2001 ST MPR 2001 yang menghasilkan Fraksi Utusan
Daerah MPR. Dan yang terpilih menjadi Ketua Fraksi dan kemudian menjadi
Wakil Ketua MPR yaitu Dr. Oesman Sapta Odang.
E. Perdebatan Dalam Sidang Tahunan MPR 2002
1) Agenda ST MPR 2002, Pembentukan PAH I dan Pimpinan PAH I BP
MPR
Susunan pimpinan PAH I BP MPR dalam ST MPR 2002 tidak mengalami
perubahan, yaitu Jakob Tobing sebagai Ketua dari fraksi PDIP, Harun Kamil
sebagai Wakil Ketua Utusan Golongan dan Slamet Effendy Yusuf sebagai
Wakil Ketua, serta Ali Masykur Musa sebagai sekertaris dan anggota 45
orang.
2) Kronologi kegiatan PAH I BP MPR
Melakukan dan melaksanakan berbagai Rapat untuk membentuk tiga panitia
Ad Hoc kemudian Rapat Kedua BP MPR RI dengan agenda laporan
perkembanagn pelaksanaan tugas panitia Ad Hoc BP MPR. Rapat ketiga BP
MPR RI adalah berisikan lapaoran perkembanagn pelaksanan Tugas PAH BP
MPR. Kemudian di lakukan rapat finalisasi atau rapat kekempat BP MPR.
Selanjutnya Komisi A memberikan hasilnya yang dibacakan dalam Rapat
Paripurna Kelima ST MPR Tahun 2002 dengan agenda laporan komisi.
3) Mekanisme Pembahasan di PAH I MPR Tahun 2002
Melakukan penyerapan aspirasi masyarakat dalam rangka memperlancar
proses perubahan keempat UUD 1945 PAH I BP MPR. Dan untuk
menyempurnakan redaksi dan tata bahasa terhadap Rancanagn Perubahan
Keempat UUD 1945 maka di undang ahli bahasa dan ahli hukum tata negara
dalam tahap perumusan, penyelarasan dan pembahasan.
4) Pemandangan Umum Fraksi
Melalui fraksi-fraksi yakni F-PDIP, F-PDKB, F-PG, F-TNI/Polri, F-PPP, FUD, F-UG, F-Reformasi, F-PKB di usulkan bebrapa hal yakni dalam
pembukaan UUD 1945 agar memuat dasar negara ke daalm pasal, pengaturan

14

tentang keberadaan MPR, bentuk negara kesatuan dan sistem pemerintah
kabinet presidensil. Pasal 29 tidak perlu diubah, mengenai pemilihan, tugas
presiden dan sistem bikameral dengan prinsip checks and balances.
5) Pandangan Lembaga-Lembaga Negara/Pemerintah
Dengan diwakilkan oleh beberapa lembaga-lembaga yakni MA, Kejaksaan
Agung, Polri, DPA, Departemen Agung (Depag), Deptiknas, Depsos,
Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan. Disampaiakn beberapa
aspirasi yakni bab tentang penegakan hukum di masukan dalam rezim
kekuasaan kehakiman, mendukung rumusan awal pasal 29 dan perlunya
perhatian mengenai ketimpangan gender di lapangan.
6) Pandangan Organisasi Non Pemerintah
Terdiri atas 65 organisasi ornop yang berpusat di beberapa provinsi di
Indonesia termasuk Jakarta. Menyoroti bidang keuangan, sistem ekonomi dan
mata uang. Proses perubahan UUD 1945 tanpak eliits. Globalisasi pada
dasarnya menutut keunggulan dari sumber daya manusia. Lembaga
pengembangan teknologi setuju dengan perubahan UUD 1945 Bab XIV dan
mengusulkan agar Pasal 33 Ayat (1), (2) dan (3) tetap dipertahankan pada
rumusan aslinya.
7) Pandangan Cendekiawan/Budayawan
Pertama, Ideologi Pancasila dalam pembukaan UUD 1945. Kedua, ekonomi
kerakyatan dalam pasal 33. Ketiga, sistem ketatanegaraan. Keempat,
kebhinekaan dalam kebudayaan merupakan dasar dalam pembuatan
peraturan. Kelima, dalam hal pendidikan dasar arah dan struktur hukumnya di
masukan dalam UUD 1945 tidak bisa di lepaskan dari konteks sejarah.
8) Pandangan Perguruan Tinggi
Pertama, rumusan negara kesatuan perlu di perjelas. Kedua, anggota MPR
harus dipilih. Ketiga, dengan disahkannya Perubahan Ketiga, MPR
dihilangkan eksistensi konstitusinya. Keempat, yang harus di pertahankan
dalam proses perubahan adalah Pembukaan UUD 1945 dan bentuk negara
kesatuan.

15

9) Pandangan Para Ahli
Pertama, diadakannya perubahan UUD mengenai pembuatan peraturan
perundang-undangan. Kedua, fungsi aturan peralihan atau ketentuan peralihan
adalah ketentuan yang bersifat trasito. Ketiga, merumuskan aturan peralihan
dan aturan tambahan adalah mengalihkan keadaan lama menjadi keadaan
baru.
10) Pembahasan dalam Komisi A
Pertama F-PDIP, langkah-langkah yang diambil bersifat mekanisme untuk di
bawa ke sidang Paripurna guna diambil keputusan. F-PG, mengutamakan
pembahasan pada amanat Tap MPR No.XI yang telah di bahas di Badan
Pekerja. F-PPP, perubahan terhadap UUD 1945 sejak Pertama, Kedua, Ketiga
dan Perubahan Keempat harus dituntaskan. F-KB, melakukan penataan
kelembagaan demokrasi yang baik. Kelima F-Reformasi , mengenai
komposisi MPR, agama dan aturan peralihan. F-PBB , perubahan pasal 37.
F-KKI, mengenai masalah komposisi keanggotaan MPR, wewenang MPR
dan kedaulatan rakyat.
11) Rapat Paripurna Terakhir ST MPR 2002 tentang Hasil Komisi A
mengenai Perubahan UUD 1945
Diberlakukan kembali Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan pada tanggal 22 Juli
1959 telah di kukuhkan secara aklamasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Penambahan pada perubahan Kedua UUD Negara Republik Indonesia tahun
1945. Pengubahan penomoran Pasal (3) Ayat (3) dan Ayat (4) Perubahan
Ketiga UUD NRI Tahun 1945 menjadi Pasal (3) Ayat (2) dan Ayat (3). Pasal
25E menjadi Pasal 25 A. Pengubahan dan penambahan Pasal 2 Ayat (1),
Pasal (6A) Ayat (4), Pasal 8 Ayat (3), Pasal 4 Ayat (1), Pasal 16, Pasal 23B,
Pasal 23D, Pasal 24 Ayat (3), Pasal 29 Ayat (1) dan Ayat (2), Bab XIII Pasal
31 Ayat (1), (2), (3), (4) dan (5), Pasal 32 Ayat (1) dan Ayat (2). Bab XIV
Pasal 33 Ayat (4) dan Ayat (5) Pasal 34 Ayat (1) dan Ayat (5) Pasal 34 Ayat
(1) dab Ayat (2), (3), (4) dan (5). Aturan peralihan Pasal 1, 2 dan 3, Aturan
Tambahan Pasal 1 dan 2 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.8

12) Sistematika Penyusunan UUD 1945
8

Ibid.,hlm 791.

16

Dalam empat tahapan perubahan UUD 1945, sejak awal fraksi MPR
membuat kesepakatan dasar agar dalam melakuakn perubahan UUD 1945 dan
arah yang jelas dan tidak mengubah hal-hal yang fundamental. Terdapat dua
bentuk perubahan konstitusi :
a. Mengubah dan mengganti total konstitusi yang lama dengan yang
baru.
b. Konstitusi lama tetap di pertahankan, sedangkan pasal-pasal baru
diletakan diakhir konstitusi lama sebagai lampiran bentuk ini
difraksikan dalam konstitusi Amerika Serikat.9

BAB IV
9

Ibid.,hlm 841-842.

17

HASIL PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Perubahan UUD 1945 merupakan peristiwa bersejarah yang berhasil
diukir oleh para anggota MPR periode 1999-2004. Perubahan UUD 1945
dilakukan pada waktu yang tepat hampir seluruh elemen masyarakat
menghendaki perubahannya yang mendasar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara10. Perubahan dilakukan secara bertahap karena semua usulan
perubahan

pertama tidak terselesaikan di bahas dan kemudian hari di

putuskan dalam bentuk ketetapan MPR No. IX/MPR/1999 sebagai kerangka
acuan.
A. Perubahan Pertama UUD 1945
a. Tentang kekuasaan pemerintah negara ;
b. Kementrian Negara ;
c. Dewan Perubahan Rakyat.11
B. Perubahan Kedua UUD 1945
Perubahan Kedua UUD 1945 yang disahkan dalam ST MPR 2000 terdiri dari
25 Pasal dan 51 Ayat.
a. Bab tentang Pemerintahan Daerah ;
b. Bab tentang Dewan Perwakilan Rakyat ;
c. Bab tentang Wilayah Daerah ;
d. Bab tentang Warga Negara dan Penduduk ;
e. Bab tentang Hak Asasi Manusia ;
f. Bab tentang Pertahanan dan Keamanan Negara ;
g. Bab

tentang

Bendera,

Bahasa,

Lambang

Negara

serta

Lagu

Kebangsaan.12
C. Perubahan ketiga UUD
Perubahan Ketiga UUD 1945 terdiri dari 23 pasal dan 64 ayat.
a. Bab tentang Bentuk dan Kedaulatan ;
b. Bab tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat ;
10

Ibid.,hlm 843.
Ibid.,hlm 845.
12
Ibid.,hlm 850.
11

18

c. Bab tentang Kekuasaan Pememrintahan Negara ;
d. Bab tentang Dewan Perwakilan Rakyat ;
e. Bab tentang Pemilihan Umum ;
f. Bab tentang Hal Keuangan ;
g. Bab tentang Badan Pemeriksa Keuangan ;
h. Bab tentang Kekuasaaan Kehakiman.13
D. Perubahan Keempat UUD 1945
a. Bab tentang Majelis Permusyawaratan Negara ;
b. Bab tentang Kekuasaan Pemerintah Negara ;
c. Bab tentang Dewan Pertimbangan Agung ;
d. Bab tentang Hal Keuanagn ;
e. Bab tentang Kekuasaan Kehakiman ;
f. Bab tentang Pendidikan dan Kebudayaan ;
g. Bab tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial ;
h. Bab tentang Perubahan UUD ;
i. Bab tentang Aturan Peralihan ;
j. Bab tentang Aturan Tambahan.14
E. Perubahan UUD 1945 Dalam Satu Naskah
Adalah berisikan pasal-pasal UUD 1945 sebelum perubahan dan empat
naskah UUD 1945 hasil perubahan UUD 1945 dalam satu naskah ini di susun
oleh Panitia Ad Hoc I BP MPR.

BAB V
13
14

Ibid.,hlm 860.
Ibid.,hlm 873.

19

PENUTUP
Dalam pembahasan dan perubahan UUD 1945 tentunya banyak hal
yang melatar belakanginya. Banyak hal yang membentuk lahirnya UUD 1945
di lanjukan konstitusi RIS lalu UUD sementara dan kembali lagi ke UUD
1945. Dalam proses amandemen terjadi empat kali perubahan UUD 1945
yakni pada tahun 1999-2002. Setiap pergantian UUD terkait dengan kondisi
sosial politik yang berlangsung di Indonesia. Melalui berbagai sidang umum
MPR Tahun 1999 di bentuklah Agenda Sidang Umum MPR dan
Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi. Pandangan para ahli juga merupakan hal
yang penting dalam proses perubahan UUD 1945. Di bentuklah BP MPR dan
alat kelengkapannya yakni PAH I, PAH II, PAH III. Perdebatan-perdebatan
menjadi acuan dalam proses amandemen yakni perdebatan dalam Sidang
Tahunan MPR 2000, 2001, dan 2002. Perubahan UUD 1945 yang di
tetapakan sebelumnya tidak di ubah kembali pada tahapan perubahan
berikutnya. Hal ini menunjukan bahwa perubahan yang di lakukan selama
1999 sampai 2002 meruapak satu kesatuan. Perubahan di lakukan dengan
tetap mempertahankan “Tahun 1945” pada nama Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia sesuai nama yang di muat dalam Lembaga
Negara No. 75 Tahun 1959. Perubahan UUD 1945 tetap mempertahankan
sistematika, urutan bab, pasal dan ayat dari UUD 1945 sebelum di
amandemen.
Demikian beberapa hal yang berkenaan tentang beberapa pengertian dan
catatan dalam latar belakang, proses dan hasil perubahan UUD 1945.

20