Desain dan Pengendalian Persimpangan

Desain dan Pengendalian
Persimpangan
Reni Karno Kinasih, S.T., M.T.
Universitas Mercu Buana







Persimpangan: titik pada jaringan jalan di
mana jalan-jalan bertemu dan di mana lalu
lintas kendaraan saling berpotongan
Lalu lintas yang bergerak pada masing-masing
kaki persimpangan menggunakan ruas jalan
pada persimpangan secara bersama-sama
dengan lali lintas lainnya (shared space)
Sekitar dua per tiga kecelakaan yang
menyebabkan kematian dan luka berat terjadi
pada persimpangan


Pendahuluan








Volume dan kapasitas mempengaruhi
hambatan
Desain geometrik dan kebebasan
pandangan
Kecelakaan dan keselamatan jalan,
kecepatan, lampu lalu lintas
Parkir, akses, dan pembangunan
Pejalan kaki
Jarak antar persimpangan


Masalah Utama yang berkaitan
dengan Persimpangan

Ada 4 jenis dasar alih gerak kendaraan:
1. Berpencar (diverging)
2. Bergabung (merging)
3. Berpotongan (crossing)
4. Bersilangan (weaving)
Note: Alih gerak berpotongan lebih
berbahaya daripada bersilangan, dan
selanjutnya secara berurutan

Alih Gerak (Manuver) Kendaraan
dan Konflik







Lintasan-lintasan kendaraan saling berpotongan
pada titik-titik konflik
Persimpangan dengan jumlah kaki yang lebih
besar dari empat adalah tidak direkomendasikan,
karena jumlah titik konflik menjadi sangat tinggi
Pada persimpangan yang memiliki dua-lajur,
dua-arah, dan empat kaki, terdapat 16 titik
potensi persinggungan persilangan, delapan
persinggungan penggabungan dan delapan
persinggungan penyebaran.

Desain persimpangan berusaha untuk:
 Mengendalikan kecepatan kendaraan yang
melintas pada persimpangan
 Mengendalikan, mengurangi, atau
menghilangkan pergerakan yang
berpotongan

Gambar Titik – Titik Konflik







Lalu lintas bergerak pada persimpangan dapat
dikendalikan dengan berbagai cara pengendalian
Pengendalian harus mengikuti suatu hirarki
(urutan) tertentu yang sesuai dengan jenis-jenis
jalan yang saling berpotongan dan besarnya arus
lalu lintas yang masuk ke persimpangan
Hirarki pengendalian persimpangan dibagi atas 2
bagian besar, yaitu: Persimpangan sebidang
(intersection at grade) dan persimpangan tidak
sebidang (simpang susun/interchange)

Hirarki Pengendalian
Persimpangan

Merupakan persimpangan yang kakikakinya berpotongan pada satu bidang

datar, sehingga memungkinkan terjadi
konflik antar 1 arus dengan arus lainnya
berpotongan.

1. Persimpangan Sebidang

Bentuk Simpang Sebidang –
Persimpangan 3 Kaki

Bentuk Simpang Sebidang –
Persimpangan 4 Kaki

Bentuk Simpang Sebidang –
Persimpangan Kaki Banyak (Multiarms)

Pengendaliannya meliputi:
1. Jenis tanpa pengaturan lalin (uncontrolled)
2. Jenis pengaturan berhenti atau stop
(prioritas)
3. Jenis pengaturan secara manual (posisi lalu

lintas)
4. Jenis pengaturan dengan lampu lalu lintas
(traffic light)
5. Jenis pengaturan dengan bundaran (round
about)

Pengendalian Simpang Sebidang
(Intersection at Grade)



Bila sebuah persimpangan tidak memiliki peranti pengantar lalu-lintas, pengemudi yang
menuju persimpangan harus dapat mengamati keadaan agar dapat mengatur kecepatan yang
diperlukan sebelum mencapai persimpangan.



Waktu yang diperlukan untuk memperlambat kendaraan adalah waktu persepsi-reaksi
pengemudi, diasumsikan sebesar 2,0 detik.




Selain itu, pengemudi harus mulai menginjak rem pada jarak tertentu dari persimpangan.
Jarak yang dimaksud adalah jarak dimana pengemudi melihat kendaraan lain yang datang
mendekat di jalur perimpangan, adalah jarak waktu persepsi-reaksi ditambah 1 detik lagi
untuk mulai menginjak rem atau untuk mempercepat laju hingga mencapai kecepatan yang
dibenarkan.



Jarak yang aman untuk berhenti adalah sama dengan menentukan jarak aman dalam
mendesain bagian jalan yang lain

Persimpangan Tanpa Pengaturan
Lalu Lintas

Segitiga Pandangan
(AASHTO, 2001)

Segitiga Pandangan

(AASHTO, 2001)

Persimpangan prioritas merupakan bentuk persimpangan dengan
pengendalian paling sederhana dan murah
Konsepnya adalah merupakan suatu aturan untuk menentukan
kendaraan mana yang dapat berjalan terlebih dahulu. Sistem ini
mempunyai prinsip-prinsip yaitu:
1. Aturan-aturan prioritas harus jelas dimengerti oleh semua
pengemudi
2. Prioritas harus terbagi dengan baik, sehingga semua orang
punya kesempatan untuk bergerak
3. Prioritas harus terorganisasi sehingga titik konflik dapat
diperkecil
4. Keputusan-keputusan yang harus dilakukan pengemudi harus
dijaga agar sederhana
5. Jumlah total hambatan lalin harus diperkecil

Persimpangan Prioritas






Di Indonesia, prioritas pemberian kesempatan bagi
kendaraan untuk berjalan lebih dahulu adalah untuk
kendaraan-kendaraan yang datang dari kiri. Prinsip
ini baik dalam teori, dan cukup efisien untuk lalin
bervolume rendah yang kecepatannya rendah.
Pada persimpangan prioritas, kendaraan yang
bergerak pada jalan utama (jalan mayor) selalu
mempunyai prioritas yang lebih tinggi daripada
semua kendaraan yang bergerak dari jalan minor
(kecil). Jenis ini dapat bekerja dengan baik untuk
lalin bervolume rendah







Volume yang terus meningkat, menyebabkan
hambatan pada kaki persimpangan jalan dari suatu
simpang prioritas akan meningkat hingga mencapai
kondisi yang tidak dapat diterima (rata-rata 2 -3
menit perkendaraan)
Pertama-tama, pengendalian secara manual oleh
polisi lalu lintas selama periode jam sibuk
Setelah volume makin meningkat perlu disediakan
suatu sistem pengendalian seluruh waktu (full time)
 Lampu – lampu pengatur lalu lintas (time sharing)
 Bundaran lalu lintas (space sharing)

Pengendalian Secara Manual

Merupakan alat sederhana (manual, mekanis, atau
elektris) untuk memerintahkan pengemudi untuk
berhenti atau berjalan.
 Lampu lalin yang sederhana terdiri dari; merah, kuning
dan hijau
 Alat ini digunakan bila:

1. Ruang untuk persimpangan terbatas (misal pada
sebagian besar perkotaan)
2. Terdapat suatu arus lalin yang jauh lebih besar pada
salah satu arah pergerakan)
3. Pengendalian lalu lintas terpadu (ATC) atau sistem
manajemen lalin akan digunakan


Lampu Pengatur Lalu Lintas








Bundaran merupakan alternatif dari lampu lalin
Bundaran di Inggris mengenal aturan off side priority
(pengemudi yang akan masuk bundaran memberi jalan
lebih dahulu kepada pengemudi yang akan keluar dari
bundaran). Metode ini tidak dikenal di Indonesia
Bundaran digunakan untuk memperlambat kendaraan,
tetapi tidak sebesar lampu lalin
Bundaran sangat berguna jika digunakan pada ujung
jalan yang berkecepatan tinggi
Kerugian utamanya adalah membutuhkan suatu
ruangan yang besar

Bundaran Lalu Lintas




Pemasangan lampu lalin memakan biaya
USD 25,000 – 100,000
Jembatan (pada persimpangan tak
sebidang) memakan biaya USD 1 – 10
juta

Perbandingan Biaya





Kadang
persimpangan
memerlukan
kombinasi dari lampu pengatur, bundaran
dan persilangan tidak sebidang
Sedapat
mungkin
kombinasi
tidak
dilakukan

Kombinasi

Ada perbaikan-perbaikan kecil yang dapat
dibuat untuk semua jenis persimpangan
 Hal ini akan meningkatkan penampilannya
(keselamatan dan efisiensi)
 Perlengkapan tersebut adalah:
1. Kanalisasi (channelization) dan PulauPulau
2. Pelebaran Lajur-Lajur Masuk
3. Lajur-Lajur Percepatan dan Perlambatan


Perlengkapan pada Geometrik
untuk Pengendalian Persimpangan









Unsur desain persimpangan yang penting adalah mengkanalisasi
(mengarahkan) kendaraan ke dalam lintasan-lintasan yang
bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi titik konflik
Kanalisasi adalah proses pemisahan atau pengaturan terhadap
aliran kendaraan yang saling konflik ke dalam rute-rute jalan
yang jelas dengan menempatkan beton pemisah atau rambu
perkerasan untuk menciptakan pergerakan yang aman dan
teratur bagi kendaraan dan pejalan kaki.
Kanalisasi yang benar dapat meningkatkan kapasitas,
menyempurnakan keamanan, memberikan kenyamanan penuh,
dan juga menaikkan kepercayaan diri pengemudi.
Kanalisasi sering kali digunakan bersama dengan rambu berhenti
atau rambu pengatur kecepatan atau pada persimpangan dengan
lampu lalu-lintas.

1. Kanalisasi dan Pulau

Pulau lalu lintas pada dasarnya dibedakan atas 3 (tiga)
kelompok, yaitu :
1. Pulau – pulau kanal (channelizing island), digunakan untuk
memperlancar arus lalulintas.
2. Pulau
pemisah (divisional island), digunakan untuk
memisahkan arus lalulintas yang berlawanan atau searah.
3. Pulau pengaman (refuge island), digunakan untuk pejalan
kaki.


Pulau lalu lintas ini biasanya ditinggikan dan dibatasi dengan
kerb dan tinggi standar dari kerb antara 12 – 15 cm.
 Untuk jalan tanpa pemisah, pulau pemisah (median)
sebaiknya digunakan pada bagian menjelang persimpangan,
khususnya untuk hal-hal sebagai berikut :
a. Kecepatan rencana pada jalan yang bersimpangan 60
km/jam atau lebih.
b. Jumlah
penyeberang jalan cukup besar dan jarak
penyeberangan juga jauh.


Dimensi Minimum Pulau Lalu Lintas

Pulau Tipe a dan b

Pulau Tipe c dan d

Pulau di Simpang T



Disamping dimensi minimum pulau-pulau
lalulintas, juga perlu diperhatikan
mengenai standar letak (set back) dan
nose offset, serta jari-jari nose seperti
table di halaman selanjutnya

Ukuran Set Back & Nose Offset
Pulau

Ukuran Jari-Jari Nose

Gambar Setback & Nose Offset



Ujung nose pada pulau lalulintas ini sebaiknya ditandai
dengan marka jalan, dimana panjang minimum marka
tersebut ditentukan berdasarkan fungsi dari pulau lalulintas
tersebut, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Untuk ambang (verging) La = V x R/3
2. Untuk pergeseran jalur lalulintas menerus
b = 2xVxR/3
Dimana :
 La, Lb = Panjang marka (meter)
 V = Kecepatan rencana (km/j)
 R = Jari-jari ujung nose pulau (meter)
1.



Pelebaran jalan yang dilakukan pada jalan
yang masuk ke persimpangan akan
memberi kemungkinan bagi kendaraan
untuk memberi ruang antara (gap) pada
arus lalin di suatu bundaran

2. Pelebaran Lajur Masuk



Pada persimpangan antar jalan minor
dengan jalan kecepatan tinggi, maka
penting
untuk
menghindari
adanya
kecepatan
relatif
yang
tinggi
dari
kendaraan. Cara yang paling mudah
adalah menyediakan lajur-lajur tersendiri
untuk
keperluan
mempercepat
dan
memperlambat kendaraan

3. Lajur Percepatan dan
Perlambatan









Pengemudi harus dibantu dengan garis-garis kanal yang
mudah diikuti.
Tikungan tajam dan tiba-tiba harus dihindarkan.
Area persinggungan kendaraan harus dikurangi
sebanyak mungkin.
Arus lalu-lintas yang bersimpangan tanpa
penggabungan dan penjalinan harus berpotongan tepat
atau hampir membentuk sudut tegak lurus.
Penempatan beton pemisah harus dipilih secara hatihati dan sesedikit mungkin
Kanalisasi yang berlebihan harus dihindari karena
terbukti kontraproduktif

Prinsip Dasar Perancangan
Persimpangan yang Dikanalisasi

Contoh 1 Persimpangan dengan
Kanalisasi (AASHTO, 2001)

Contoh 2 Persimpangan dengan
Kanalisasi (AASHTO, 2001)

Contoh 3
Persimpangan
dengan
Kanalisasi
(AASHTO, 2001)

Contoh 4 Persimpangan dengan
Kanalisasi (AASHTO, 2001)

Contoh 5 Persimpangan dengan
Kanalisasi (AASHTO, 2001)





Pada kasus yang sama seperti di atas,
maka lalin yang membelok kanan akan
menimbulkan kecelakaan atau hambatan
bagi kendaraan yang bergerak lurus
Hal ini membutuhkan ruang tambhaan
yang kecil untuk memisahkan kendaraan
yang berbelok ke kanan dari lalin yang
bergerak lurus

Lajur Belok Kanan







Fasilitas penyeberangan pejalan kaki
harus
diletakkan
di
tempat
yang
dibutuhkan
Gunakan
pagar
dari
besi
untuk
mengkanalisasi pejalan kaki
Penyeberangan bawah tanah (subway)
Jembatan penyeberangan

Pengendalian terhadap pejalan
kaki







Merupakan persimpangan yang kaki-kakinya tidak
berpotongan satu sama lain, melainkan saling
bersilangan dengan ketinggian yang berbeda antara
satu kaki dengan kaki lainnya (jalan dinaikkan ke atas
jalan yang lain menggunakan jembatan atau
terowongan)
Hal ini akan menghilangkan konflik dan mengurangi
volume lalin yang menggunakan daerah yang sama,
dan akan mengurangi hambatan
Biayanya tinggi, namun dapat dibenarkan karena
terjadi penghematan waktu perjalanan dan kecelakaan

2. Simpang Tidak Sebidang
(Grade Separated)

1.

2.

Gambarkan dengan rinci beserta ukuranukuran nya sebuah pulau Lalu Lintas
seperti pada Slide apabila ditentukan
Kecepatan Rencana 70 km/jam
Berapa panjang minimum marka jalan
pada ujung nose pulau lalu lintas
tersebut?

Catatan:
Tugas dikumpulkan paling telat tanggal 11
Juni 2018 ke email re.kinasih@gmail.com

TUGAS

Thank You
See you in the next chapter!