PERKIRAAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJA

PERKIRAAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG
TULANG ULNA
W. Gilang Pratama, Dedi Afandi*, Laode Burhanuddin**

ABSTRACT

Stature, the natural height of a human in an upright position, is a very
important parameter in the identification of an unknown person. Estimating the
stature could be done using a long bone measurement of the human body. The
long bones have linear and positive correlation to the stature. One of the long
bones in the human body is a ulna. A regression formula correlating stature to
ulna had been frequently reported such as Telkka formula (1950), Trotter –
Glesser (1952 and 1958), Antropology Ragawi UGM (1971), and Amri Amir’s
Formula (1989). However, in order to obtain the more accurate stature
estimation, the examiner should use a formula originating from the same
population, because the stature estimation using such formulas was determined
by such factors as sex, race, generation, age and geographic location. Thus, in
order to obtain more accurate formulas, formulas originating from each group
of population and a generation as well as their own sex group should be applied.
Various stature estimations based on skeletons had been done, but the most
accurate estimation was the linear regression method. The present research

involved 315 respondents consisting of 162 males and 153 females at Medical
and Engineering Faculties of the University of Riau. The respondents belong to
23.50% of Malay Tribes and 76.50% of non Malay tribes. The stature and ulna
estimation was done in order to obtain regression formula which was used to
find out the correlation between stature and ulna. The present research was
analytic cross-sectional using statistical test of Pearson correlation. It was
found out that there was strong positive correlation between stature and ulna (r
= 0.81 for left ulna and r = 0.81 for right ulna).
Key words: stature, ulna, regression formula and identification

Pendahuluan
Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu
kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan
penegakkan hukum serta keadilan, juga dikenal dengan nama legal medicine.
Salah satu bidang penting dalam ilmu kedokteran forensik adalah identifikasi.1
Identifikasi sangatlah penting didalam kedokteran forensik, karena dengan
melakukan identifikasi forensik akan sangat membantu bagi penyidik untuk

menentukan identitas seseorang.1,2 Peran dari ilmu kedokteran forensik dalam
mengidentifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah dengan keadaan

hangus terbakar, bencana alam, dan potongan tubuh manusia atau kerangka.
Identifikasi juga dapat menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau
binatang, jika berasal dari manusia maka ditentukan apakah potongan-potongan
tersebut berasal dari satu tubuh.1,3,4 Pada penjelasan kasus diatas maka untuk
melakukan identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya yaitu
dengan menentukan tinggi badan.
Tinggi badan merupakan salah satu parameter penting dan vital dalam
identifikasi

personal

pada

ilmu

antropologi

forensik

medikolegal.5 Tinggi badan dapat diperkirakan berdasarkan


maupun

praktek

tulang panjang

seseorang serta vertebraenya.1-3 Perlu diketahui bahwa ukuran tulang panjang lakilaki lebih panjang dan lebih masif dibandingkan dengan tulang wanita dan
perbandingannya adalah 100 : 90.1,2 Tulang panjang yang sangat mempengaruhi
tinggi badan adalah tulang ulna.6
Ulna merupakan salah satu tulang panjang bagian medial dari lengan
bawah dan letaknya paralel dengan radius pada posisi supinasi dan juga sering
digunakan untuk memperkirakan tinggi badan.7-9 Panjang ulna menunjukkan
hubungan linier terhadap tinggi badan terutama pada pengukuran tinggi badan
orang normal.10 Hasil dari penelitian sebelumnya Antropologi Ragawi UGM
(1971) dan Trotter-Glesser (1952) mendapatkan hasil bahwa dengan mengukur
panjang tulang ulna dapat memperkirakan tinggi badan seseorang. Penelitian
Trotter-Glesser melakukan penelitian terhadap orang Amerika kulit putih dan kulit
hitam, sedangkan Antropologi Ragawi UGM melakukan penelitian pada ras Jawa.


Perubahan pola hidup, nutrisi, ras, jenis kelamin, usia, aktifitas dapat berpengaruh
terhadap pola petumbuhan tulang manusia.1,3,9 Usia ideal dalam melakukan
pengukuran adalah usia 21 sampai 25 tahun karena pada usia dibawah 21 tahun
masih mengalami pertumbuhan tulang dan pada usia diatas 25 tahun mengalami
pengurangan tulang sekitar 1 mm pertahunnya.3
Mengingat permasalahan yang telah dijelaskan diatas, penulis ingin
meneliti tentang perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna dengan
sampel di Universitas Riau dan membandingkan apakah terdapat perbedaan atau
persamaan dengan rumus untuk memperkirakan tinggi badan yang telah ada
sebelumnya.

Metode
Penelitian ini dilakukan kepada 315 responden yang terdiri atas 162
responden laki-laki dan153 responden perempuan yang berusia dewasa muda
dengan rentang usia 21-25 tahun, populasi terjangkau pada penelitian ini adalah
mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Riau danmahasiswa/i Fakultas
Tekhnik Universitas Riau.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah panjang tulang ulna, suku, usia,
dan jenis kelamin, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah tinggi
badan. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan cara Stature meter digantung

pada dinding setinggi 200 cm dari lantai yang datar dan keras tepat pada posisi
nol, responden berdiri tegak pada lantai tersebut dengan alas kaki dan penutup
kepala dilepas, kepala mengahadap lurus ke depan, kedua kaki merapat, kepala
bagian belakang, bokong dan tumit menempel pada dinding. Kedua lengan berada

di samping badan dalam keadaan bebas, pita stature meter ditarik perlahan hingga
mencapai puncak kepala. Cara pengukuran tulang ulna, yaitu dengan mengukur
antara titik siku (processus olecranii) dan titik tengah yang menonjol pada
permukaan medial pergelangan tangan (processus styloideus).
Pengumpulan data menggunakan lembar data pribadi yang digunakan
untuk mengumpulkan data jenis kelamin, suku, dan usia. Alat digunakan untuk
mengukur tinggi badan dan panjang tulang ulna. Pengolahan data dilakukan
dengan beberapa proses, yang pertama yaitu editing untuk memeriksa kembali
data yang diperoleh mencakup kelengkapan atau kesempurnaan data, kekeliruan
pengisian, data sampel yang tidak sesuai atau tidak lengkap. Koding, data yang
diperoleh diberikan kode tertentu untuk mempermudah pembacaan data. Tabulasi,
data yang terkumpul dimasukkan dalam tabel frekuensi sesuai dengan kategori
masing-masing, sehingga memudahkan untuk dilakukan analisi. data dimasukkan
dalam tabel induk menggunakan program statistik computer. Analisis data
dilakukan dengan beberapa langkah yaitu, analisis deskriptif/univariat dilakukan

untuk menggambarkan panjang tulang ulna, tinggi badan, suku, jenis kelamin, dan
usia. Analisis bivariat untuk menunjukkan hubungan antara tinggi badan dan
panjang tulang ulna, suku, jenis kelamin dengan menggunakan korelasi Pearson
(jika memenuhi syarat), jika tidak memenuhi syarat digunakan uji korelasi
Spearmen dan digunakan untuk memprediksi dan mendapatkan formula tinggi
badan berdsarkan panjang tulang ulna. Setelah data tersebut diolah, hasil peneltian
ini disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan tekstual.

Hasil Penelitian
Karakteristik responden

Berdasarkan rumus analitik korelatif untuk sampel tunggal minimal untuk
uji hipotesis pada penelitian ini adalah 306 responden. Pada penelitian ini
didapatkan total responden adalah 315 responden yang terdiri atas 162 responden
laki-laki (51,40%) dan 153 responden perempuan (48,60%). Pada table 4.1 dapat
dilihat suku Non-Melayu Riau pada penelitian ini merupakan suku terbanyak
yaitu 241 responden (76,50%) dan suku Melayu Riau sebanyak 74 orang
(23,50%). Dan usia minimum dan maksimum antara 21 dan 15 didapatkan median
dengan usia 22 tahun.
Tabel 4.1


Karakteristik responden

Variabel
Usia, median, tahun
Jenis kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
Suku
- Melayu riau
- Bukan melayu riau

n (%)
22
162 (51,40)
153 (48,60)
74 (23,50)
241 (76,50)

Nilai tinggi badan dan panjang tulang ulna responden


Tinggi badan pada total responden didapatkan nilai median 161,00 cm
dengan nilai minimum 142,00 cm dan nilai maksimum 188,50 cm. Berdasarkan
jenis kelamin laki-laki dan perempuan didapatkan nilai median 166,55 dan 154,50
dengan nilai minimum 149,00 dan nilai maksimum 188,500 pada laki-laki, dan
nilai minimum 142,00 dan nilai maksimum 175,00 pada perempuan.
Panjang tulang ulna total responden kiri dan kanan didapatkan nilai mean
25,14 dengan stand. Deviation 2,17 dan nilai median 25,25 dengan nilai minimum

19,90 dan nilai maksimum 31,55. Pada table 4.2 dijelaskan berdasarkan jenis
kelamin, pada laki-laki panjang tulang ulna kiri didapatkan nilai mean 26,59
dengan stand. Deviation 1,59 dan ulna kanan didapatkan nilai median 26.90
dengan nilai minimum 22,40 dan nilai maksimum 31,55. Pada perempuan panjang
tulang ulna kiri didapatkan nilai mean 23,61 dengan stand. Deviation 1,57 dan
ulna kanan didapatkan nilai mean 23,86 dengan stand. Deviation 1,49.
Tabel 4.2

Tinggi badan dan panjang tulang ulna responden

variabel

Tinggi badan, cm
Ulna kiri, cm
Ulna kanan, cm

Laki-laki
n = 162
166,50
26,59(1,59)
26,9

Perempuan
n = 153
154,50
23,61(1.57)
23,86(1,49)

Total
n = 315
161
25.14(2.17)

25.25

Hubungan panjang tulang ulna kiri dan kanan terhadap tinggi badan

Berdasarkan table 4.3 menunjukkan korelasi antara tinggi badan, panjang
tulang ulna kiri dan kanan adalah bermakna karena diperoleh nilai p < 0,001. Nilai
korelasi (r) pada ulna kiri dan kanan pada total responden adalah 0,81 dan 0,81
menunjukkan adanya korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat kuat.
Nilai r pada tulang ulna kiri dan kanan pada laki-laki adalah 0,61 dan 0,59
menunjukkan adanya korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat dan sedang.
Dan nilai r pada tulang ulna kiri dan kanan pada perempuan adalah 0,58 dan 0,56
menunjukkan adanya korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang.
Tabel 4.3
Variabel

Ulna kiri
Ulna kanan

Korelasi antara panjang ulna dengan tinggi badan.
Laki-laki

Perempuan
Total
n = 162
n = 153
n = 315
R
p
r
p
r
p
0,611