Semester dan 3 dan Heptts
RENCANA PROGRAM PENGAJARAN
Mata Kuliah
: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Kode Mata Kuliah
:
Pokok Bahasan
: Konsep Infeksi pada Sistem Pencernaan
Sub Pokok Bahasan
: Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hepatitis
Beban studi
Semester
: 2 SKS
: III A : Selasa, 28/9/2011 08.00-09.40
B : Rabu,29/9/20100, 08.00-09.40
C : Kamis, 30/9/2011 08.00-09.40
D:
Tahun Ajaran
: 2011/2012
Jurusan/Program Studi: Keperawatan
Pertemuan ke
:
Pengajar
: Sri Rahmawati, S.Kep. Ns
1. Tujuan Instruksional
1.1 TIU: Setelah menyelesaikan mata ajar ini mahasiswa Akademi Keperawatan Intan
Martapura semester III kelas A, B, C dan D diharapkan dapat mengetahui, memahami,
dan menguasai konsep dasar dan prinsip asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pencernaan akibat proses peradangan/infeksi Hepatitis dengan baik.
1.2 TIK: Setelah tatap muka ini mahasiswa Akademi Keperawatan Intan Martapura
semester III kelas A, B, C dan D diharapkan mampu :
1.
Menjelaskan konsep dasar Hepatitis
2.
Menjelaskan pengkajian pasien Hepatitis
3.
Menjelaskan diagnosa keperawatan pasien Hepatitis
4.
Menjelaskan perencanaan pasien Hepatitis
5.
Menjelaskan evaluasi pasien dengan Hepatitis
2. Materi:
1.
Pengertian Hepatitis
2.
Etiologi Hepatitis
3.
Tanda dan gejala Hepatitis
4.
Patofisiologi Hepatitis
5.
Pemeriksaan penunjang
6.
Asuhan keperawatan pasien Hepatitis
3. Methode
1.
Ceramah
2.
Tanya jawab
3.
Diskusi
4. Kegiatan belajar mengajar :
1.
Pembukaan, Dosen menjelaskan topik yang akan disampaikan, melakukan
review topik pembelajaran yag berkaitan dengan materi, mahasiswa
mendengarkan, memperhatikan, menjawab pertanyaan dan mencatat
2.
Mengeksplorasi pembelajaran oleh dosen pengampu, mahasiswa
memperhatikan, mencatat serta menanyakan materi yang belum difahami
5. Media
1. Laptop
2. LCD dan layar LCD
3. Flash disk
4. Papan tulis
5. Spidol
6. Sumber pustaka
1. Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
EGC, Jakarta.
2. Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
3. Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
4. Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
5. Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi
ketiga, Balai Penerbit FKUI, jakarta.
7. Evaluasi
Test tertulis yang waktunya disesuaikan dengan kalender akademik
Soal :
1. Virus Hepatitis yang menular melalui fecal-oral adalah :
a. HAV
c. HCV
b. HBV
d. HDV
2. Asupan nutrisi yang utama pada penderita Hepatitis adalah :
a. Karbohidrat
e. HGV
b. Protein
d. Vitamin
c. Lemak
e. Mineral
3. Rasa gatal pada penderita Hepatitis diakibatkan karena adanya penigkatan kadar :
a. Hormonal
c. Bilirubin
b. SGOT/SGPT
d. Ammonia
e. Fosfat alkali
4. Pada penderita Hepatitis terjadi gangguan penyerapan lemak akibat dari gangguan
sekresi :
a. Gastrin
d. Pepsin
b. HCl
e. Amilase
c. Empedu
5. Masalah keperawatan pada klien Hepatitis yang diakibat adanya peningkatan kadar
albumin adalah :
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Resiko gangguan integritas kulit
b. Resiko tinggi penyebaran infeksi
e. Nyeri akut
c. Resiko tinggi deficit cairan
6. Encephalopaty pada penderita Hepatitis dapat diakibatkan oleh :
a. Hiperbilirubin terkonjugasi
d. Intoksikasi ammonia
b. Hiperbilirubin direct
e. Hipoksia otak
c. Intoksikasi empedu
Dosen pengampu
Sri Rahmawati, S.Kep. Ns
Materi
ASUHAN KEPERAWATANHEPATITIS
A. DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.
(Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
B. ETIOLOGI
1. Virus
Type A
Type B
Type C
Metode
Fekal-oral
Parenteral
transmisi
Type D
Type E
Parenteral jarang Parenteral Fekal-
melalui orang seksual, perinatal seksual, orang ke perinatal,
lain
oral
orang, perinatal memerlukan
koinfeksi
dengan type
Keparahan Tak ikterik dan
Parah
asimto- matik
Sumber virus Darah, feces,
saliva
B
Menyebar luas, Peningkatan Sama
dapat berkem-
insiden
dengan
bang sampai
kronis dan
D
kronis
gagal hepar
Darah, saliva,
Terutama melalui
akut
Melalui
Darah,
semen, sekresi
darah
darah
feces,
vagina
saliva
2. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis
akut.
C. TANDA DAN GEJALA
Masa tunas
Virus A
: 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B
: 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B
: 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
Stadium Hepatitis :
1.
Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus,
perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di
pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat
sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatalgatal mencolok pada hepatitis virus B.
2. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang
disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.
3. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.
D. PATOFOSIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui
duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi
pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin
yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini
terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam
darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Laboratorium
a.
Pemeriksaan pigmen
b.
c.
-
urobilirubin direk
-
bilirubun serum total
-
bilirubin urine
-
urobilinogen urine
-
urobilinogen feses
Pemeriksaan protein
-
protein totel serum
-
albumin serum
-
globulin serum
-
HbsAG
Waktu protombin
-
d.
2.
respon waktu protombin terhadap vitamin K
Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
-
AST atau SGOT
-
ALT atau SGPT
-
LDH
-
Amonia serum
Radiologi
-
Foto rontgen abdomen
-
Pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
-
Kolestogram dan kalangiogram
-
Arteriografi pembuluh darah seliaka
3.
Pemeriksaan tambahan
-
Laparoskopi
-
Biopsi hati
F. KOMPLIKASI
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
Kerusakan jaringan parenkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1. Aktivitas
ð Kelemahan
ð Kelelahan
ð Malaise
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual dan muntah.
2.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus
G. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan
kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang
menurunkan nafsu makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan
lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk
intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b.
Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
-
Akui adanya nyeri
-
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia
mengalami nyeri
c. Berikan informasi akurat dan
-
Jelaskan penyebab nyeri
-
Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat penjelasan)
d.
Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
3.
Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000
l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya
dehidrasi
c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/
kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur.
Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme
dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan
dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting
dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak
energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat
menimbulkan keletihan
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
-
Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
-
Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan
kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/
penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan
sensitivitas melalui vasodilatasi
c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada
area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :
Pola nafas adekuat
Intervensi :
a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan
dalam abdomen
b. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan
meminimalkan ukuran sekret
d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus
Hasil yang diharapkan :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani
semua cairan tubuh
-
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
-
Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
-
Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat,
jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat
untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan
mencegah transmisi penyakit
c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
d.
Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang
tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan
kemungkinan orang lain terinfeksi
Mata Kuliah
: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Kode Mata Kuliah
:
Pokok Bahasan
: Konsep Infeksi pada Sistem Pencernaan
Sub Pokok Bahasan
: Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hepatitis
Beban studi
Semester
: 2 SKS
: III A : Selasa, 28/9/2011 08.00-09.40
B : Rabu,29/9/20100, 08.00-09.40
C : Kamis, 30/9/2011 08.00-09.40
D:
Tahun Ajaran
: 2011/2012
Jurusan/Program Studi: Keperawatan
Pertemuan ke
:
Pengajar
: Sri Rahmawati, S.Kep. Ns
1. Tujuan Instruksional
1.1 TIU: Setelah menyelesaikan mata ajar ini mahasiswa Akademi Keperawatan Intan
Martapura semester III kelas A, B, C dan D diharapkan dapat mengetahui, memahami,
dan menguasai konsep dasar dan prinsip asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pencernaan akibat proses peradangan/infeksi Hepatitis dengan baik.
1.2 TIK: Setelah tatap muka ini mahasiswa Akademi Keperawatan Intan Martapura
semester III kelas A, B, C dan D diharapkan mampu :
1.
Menjelaskan konsep dasar Hepatitis
2.
Menjelaskan pengkajian pasien Hepatitis
3.
Menjelaskan diagnosa keperawatan pasien Hepatitis
4.
Menjelaskan perencanaan pasien Hepatitis
5.
Menjelaskan evaluasi pasien dengan Hepatitis
2. Materi:
1.
Pengertian Hepatitis
2.
Etiologi Hepatitis
3.
Tanda dan gejala Hepatitis
4.
Patofisiologi Hepatitis
5.
Pemeriksaan penunjang
6.
Asuhan keperawatan pasien Hepatitis
3. Methode
1.
Ceramah
2.
Tanya jawab
3.
Diskusi
4. Kegiatan belajar mengajar :
1.
Pembukaan, Dosen menjelaskan topik yang akan disampaikan, melakukan
review topik pembelajaran yag berkaitan dengan materi, mahasiswa
mendengarkan, memperhatikan, menjawab pertanyaan dan mencatat
2.
Mengeksplorasi pembelajaran oleh dosen pengampu, mahasiswa
memperhatikan, mencatat serta menanyakan materi yang belum difahami
5. Media
1. Laptop
2. LCD dan layar LCD
3. Flash disk
4. Papan tulis
5. Spidol
6. Sumber pustaka
1. Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
EGC, Jakarta.
2. Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
3. Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
4. Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
5. Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi
ketiga, Balai Penerbit FKUI, jakarta.
7. Evaluasi
Test tertulis yang waktunya disesuaikan dengan kalender akademik
Soal :
1. Virus Hepatitis yang menular melalui fecal-oral adalah :
a. HAV
c. HCV
b. HBV
d. HDV
2. Asupan nutrisi yang utama pada penderita Hepatitis adalah :
a. Karbohidrat
e. HGV
b. Protein
d. Vitamin
c. Lemak
e. Mineral
3. Rasa gatal pada penderita Hepatitis diakibatkan karena adanya penigkatan kadar :
a. Hormonal
c. Bilirubin
b. SGOT/SGPT
d. Ammonia
e. Fosfat alkali
4. Pada penderita Hepatitis terjadi gangguan penyerapan lemak akibat dari gangguan
sekresi :
a. Gastrin
d. Pepsin
b. HCl
e. Amilase
c. Empedu
5. Masalah keperawatan pada klien Hepatitis yang diakibat adanya peningkatan kadar
albumin adalah :
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Resiko gangguan integritas kulit
b. Resiko tinggi penyebaran infeksi
e. Nyeri akut
c. Resiko tinggi deficit cairan
6. Encephalopaty pada penderita Hepatitis dapat diakibatkan oleh :
a. Hiperbilirubin terkonjugasi
d. Intoksikasi ammonia
b. Hiperbilirubin direct
e. Hipoksia otak
c. Intoksikasi empedu
Dosen pengampu
Sri Rahmawati, S.Kep. Ns
Materi
ASUHAN KEPERAWATANHEPATITIS
A. DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.
(Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
B. ETIOLOGI
1. Virus
Type A
Type B
Type C
Metode
Fekal-oral
Parenteral
transmisi
Type D
Type E
Parenteral jarang Parenteral Fekal-
melalui orang seksual, perinatal seksual, orang ke perinatal,
lain
oral
orang, perinatal memerlukan
koinfeksi
dengan type
Keparahan Tak ikterik dan
Parah
asimto- matik
Sumber virus Darah, feces,
saliva
B
Menyebar luas, Peningkatan Sama
dapat berkem-
insiden
dengan
bang sampai
kronis dan
D
kronis
gagal hepar
Darah, saliva,
Terutama melalui
akut
Melalui
Darah,
semen, sekresi
darah
darah
feces,
vagina
saliva
2. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis
akut.
C. TANDA DAN GEJALA
Masa tunas
Virus A
: 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B
: 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B
: 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
Stadium Hepatitis :
1.
Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus,
perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di
pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat
sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatalgatal mencolok pada hepatitis virus B.
2. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang
disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.
3. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.
D. PATOFOSIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui
duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi
pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin
yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini
terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam
darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Laboratorium
a.
Pemeriksaan pigmen
b.
c.
-
urobilirubin direk
-
bilirubun serum total
-
bilirubin urine
-
urobilinogen urine
-
urobilinogen feses
Pemeriksaan protein
-
protein totel serum
-
albumin serum
-
globulin serum
-
HbsAG
Waktu protombin
-
d.
2.
respon waktu protombin terhadap vitamin K
Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
-
AST atau SGOT
-
ALT atau SGPT
-
LDH
-
Amonia serum
Radiologi
-
Foto rontgen abdomen
-
Pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
-
Kolestogram dan kalangiogram
-
Arteriografi pembuluh darah seliaka
3.
Pemeriksaan tambahan
-
Laparoskopi
-
Biopsi hati
F. KOMPLIKASI
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
Kerusakan jaringan parenkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1. Aktivitas
ð Kelemahan
ð Kelelahan
ð Malaise
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual dan muntah.
2.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus
G. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan
kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang
menurunkan nafsu makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan
lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk
intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b.
Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
-
Akui adanya nyeri
-
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia
mengalami nyeri
c. Berikan informasi akurat dan
-
Jelaskan penyebab nyeri
-
Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat penjelasan)
d.
Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
3.
Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000
l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya
dehidrasi
c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/
kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur.
Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme
dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan
dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting
dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak
energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat
menimbulkan keletihan
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
-
Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
-
Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan
kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/
penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan
sensitivitas melalui vasodilatasi
c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada
area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :
Pola nafas adekuat
Intervensi :
a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan
dalam abdomen
b. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan
meminimalkan ukuran sekret
d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus
Hasil yang diharapkan :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani
semua cairan tubuh
-
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
-
Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
-
Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat,
jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat
untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan
mencegah transmisi penyakit
c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
d.
Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang
tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan
kemungkinan orang lain terinfeksi