tingkat pengetahuan masyarakat tentang a
TINGKAT T PENGETAHUAN MASYARAKAT T DESA MANU NURUNGE KECAMATAN ULAWEN WENG KA KABUPATEN BONE TENTANG P PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
Oleh : SERLIANI PO.71.3.251.11.1.094
KEMENTERI TERIAN KESEHATAN REPUBLIK IND NDONESIA POLITEKN OLITEKNIK KESEHATAN MAKASSA SAR JURUSAN FARMASI 2014
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA MANURUNGE KECAMATAN ULAWENG KABUPATEN BONE TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program Pendidikan Ahli Madya Farmasi
Oleh : SERLIANI PO.71.3.251.11.1.094
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN FARMASI 2014
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin adalah kalimat yang tak henti-hentinya diucapkan sebagai perwujudan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, Pencipta segala makhluk, Pemilik segala cinta dan kasih sayang, Pengijabah segala Doa, dan Penawar segala derita, atas segala nikmat kesehatan dan kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sayang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Bulan dan Ibunda Atirah atas segala Doa, perhatian, kasih sayang, dan dorongan baik moril maupun materil selama penulis menempuh masa pendidikan dan Keluarga Besarku yang telah menjadi motivator bagi penulis.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat Ibu Dra. Hasnah Ibrahim, S.Farm, M.MKes. selaku Pembimbing I dan Ibu Djuniasti Karim, S.Si, M.Si, Apt. selaku Pembimbing II atas segala waktu, pikiran, perhatian, motivasi, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
Tidak lupa pula ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya penulis sampaikan kepada :
1. Bapak DR. H. Ashari Rasyid, SKM, MS. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar yang telah memberikan saya mengikuti pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.
2. Bapak Drs. Rusli, Sp. FRS, Apt. Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar atas kesempatan yang diberikan kepada saya menjadi mahasiswa Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.
3. Ibu Djuniasti Karim, S.Si, M.Si, Apt. selaku pembimbing akademik penulis selama masa studi di Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya.
4. Bapak dan Ibu dosen serta para staf Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar terima kasiah atas ilmu, motivasi dan kerja sama yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan.
5. Saudaraku tersayang Selviani dan Syahriani, terima kasih atas dukungan
dan bantuan selama mejalani pendidikan di Farmasi Poltekkes Makassar.
6. Teman-teman seperjuangan anak Baji Ampe Community Anti, Dewi,
Rani, Inna, Chanda, K’ Icha, Nike, Umi, Muti, Nisda, Nurmy, Rury,
Ilham dan Andi atas candatawa serta kerja sama yang mewarnai hari-hari penulis.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa khususnya Indication Kelas reguler B Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar atas masukan-masukan yang diberikan kepada penulis.
8. Sahabat penulis Adhi dan A. Ani atas bantuan yang diberikan.
vi
Dengan rendah hati penulis sampaikan pula rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar dalam menambah pengetahuan dan wawasannya. Namun sebagai seorang manusia biasa, jika terdapat kesalahan maupun kekeliruan dalam Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Makassar, Mei 2014
Serliani
vii
ABSTRAK
SERLIANI, Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Manurunge Kecamatan
Ulaweng Kabupaten Bone Tentang Penggunaan Antibiotika (Dibimbing oleh Hasnah Ibrahim dan Djuniasti Karim).
Penelitian telah dilakukan di Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone pada bulan April – Mei 2014 yang bertujuan untuk menentukan tingkat pengetahuan masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone tentang penggunaan antibiotika. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei analitik. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada 100 responden yang dihitung berdasarkan rumus Slovin dengan teknik pemilihan sampel menggunakan Purposive Sampling. Kuesioner dibuat dalam bentuk Check List (√) dengan 4 opsi jawaban serta diolah berdasarkan Skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone tentang penggunaan antibiotika termasuk dalam kategori rendah (55.4%).
Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Masyarakat Desa Manurunge dan Penggunaan Antibiotika.
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Skema Kerja ………………………………………….......
35 Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian ……………………………………..
36 Lampiran 3 : Data Perolehan Responden ……………………………....
39 Lampiran 4 : Perhitungan dan Hasil Analisis Data Kuesioner ………...
43 Lampiran 5 : Surat Bukti Penelitian di Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone... ………………..
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya (Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2007).
Obat tidak dapat digunakan sembarangan tanpa ada indikasi penyakit yang jelas. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat yaitu indikasi, dosis, cara penggunaan serta efek sampingnya, karena bila hal tersebut diabaikan maka akan menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan. Salah satu obat yang harus diperhatikan penggunaannya adalah antibiotika.
Antibiotika merupakan obat yang dihasilkan oleh mokroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan atau dapat membunuh mikroorganisme lain (Anief, M., 2004).
Beberapa akibat yang dapat timbul karena penggunaan antibiotika yang tidak tepat adalah terjadinya resistensi kuman atau bakteri. Selain itu, resistensi dapat juga terjadi akibat penggunaan antibiotika yang berlebihan.
Resistensi terhadap antibiotika adalah obatnya tidak mampu membunuh kuman atau kumannya menjadi kebal terhadap obat (Anief, M., 2004). Menurut Suara Pembaharuan, 2011, di Indonesia, tingginya kasus resistensi obat antibiotika cukup mengkhawatirkan, bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari 27 negara dengan beban tinggi kekebalan
kuman terhadap obat di dunia berdasarkan data WHO tahun 2009 (Wahyunadi, 2013). Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia Endang Rahayu Sedyaningsih, menyatakan bahwa sekitar 92% masyarakat di Indonesia tidak menggunakan antibiotika secara tidak tepat. Ketika digunakan secara tepat, antibiotika memberikan manfaat yang tidak perlu diragukan lagi. Namun bila dipakai atau diresepkan secara tidak tepat (irrasional prescribing) dapat menimbulkan kerugian yang luas dari segi kesehatan, ekonomi, bahkan untuk generasi mendatang (Apua, 2011 dalam Utami, E.R., 2012).
Fenomena yang terjadi di masyarakat, penggunaan antibiotika merupakan hal yang sama pada penggunaan obat bebas seperti Paracetamol. Sebagian besar masyarakat mengatasi masalah penyakit dengan pengobatan sendiri dengan menggunakan antibiotika tanpa ada peresepan dari dokter.
Berdasarkan observasi awal di Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone, ada kecenderungan masyarakat menggunakan antibiotika secara tidak tepat. Diperoleh informasi bahwa, terkadang masyarakat hanya menggunakan antibiotika satu tablet atau dua tablet saja. Sebagai contoh, ketika mengalami sakit gigi, hanya menggunakan amoxisilin satu tablet saja dan menghentikan pengobatan setelah sakitnya berhenti, padahal lazimnya penggunaan antibiotika 3-5 hari secara teratur. Antibiotika yang digunakan juga diperoleh tidak dengan resep dokter, hanya membeli secara bebas di toko obat tanpa ada pelayanan informasi tentang cara penggunaan, dosis serta aturan pakai antibiotika tersebut.
Selain itu, sebagian masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone, ketika mengalami gejala penyakit dan bermaksud untuk mengobatinya, mereka akan selalu memilih antibiotika. Mungkin hal ini terjadi karena adanya anggapan keliru yang berkembang di masyarakat dan kurangnya pemahaman bahwa antibiotika merupakan obat dewa yang dapat mengobati segala macam penyakit.
Berangkat dari uraian di atas maka telah dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone tentang penggunaan antibiotika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone terhadap penggunaan antibiotika?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat pengetahuan masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone terhadap penggunaan antibiotika.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan antibiotika.
2. Sebagai bahan tambahan pengetahuan baik dari penulis sendiri maupun pembaca.
3. Sebagai bahan bacaan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Obat
Berdasarkan UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
B. Antibiotika
1. Sejarah Antibiotika Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh dr. Alexander Fleming (Inggris, 1928, penicilin). Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan Perang Dunia II di tahun 1941, ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran.
Kemudian, para peneliti diseluruh dunia menghasilkan banyak zat lain dengan khasiat antibiotis. Tetapi berhubungan dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat (Tjay, H.T., dan Rahardja, K., 2007).
2. Definisi Antibiotika Antibiotika (L. anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilakan oleh fungi atau bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau 2. Definisi Antibiotika Antibiotika (L. anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilakan oleh fungi atau bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau
3. Penggolongan Antibiotika Penggolongan antibiotika dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu :
a. Obat yang Menghambat Sintesis atau Merusak Dinding Sel Bakteri.
1) Antibiotika Beta-Laktam Antibiotika beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase. Obat-obat antibiotika beta-laktam umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme Gram-positif dan negatif. Antibiotika beta-laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri.
a) Penisilin, contoh obat pada golongan ini, yaitu Penicilin G dan Penicilin V, amoxicilin, ampicilin dan piperasilin.
b) Sefalosporin, menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mekanisme serupa dengan penisilin. Antibiotika yang termasuk golongan ini, yaitu Sefadroksil, Sefuroksim dan Seftriakson.
c) Monobaktam (beta-laktam monosiklik), contoh antibiotika yang termasuk dalam golongan ini Aztreonam.
d) Inhibitor beta-laktamase, yang termasuk dalam dolongan ini yaitu, Asam klavulanat, Sulbaktam, dan Tazobaktam.
2) Basitrasin Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotika polipeptida, yang utama adalah basitrasin A. Berbagai kokus dan basil Gram-positif, Neisseria, H. influenzae, dan Treponema pallidum sensitif terhadap obat ini. Basitrasin tersedia dalam bentuk salep mata dan kulit, serta bedak untuk topikal. Basitrasin jarang menyebabkan hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan, sering dikombinasi dengan neomisin dan/atau polimiksin. Basitrasin bersifat nefrotoksik bila memasuki sirkulasi sistemik.
3) Vankomisin Vankomisin merupakan antibiotika lini ketiga yang terutama aktif terhadap bakteri Gram-positif. Vankomisin hanya diindikasikan untuk infeksi yang disebabkan oleh S. aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA). Semua basil Gram negatif dan mikobakteria resisten terhadap vankomisin. Vankomisin diberikan secara intravena, dengan waktu paruh sekitar 6 jam. Efek sampingnya adalah reaksi hipersensitivitas, demam, flushing dan hipotensi (pada infus cepat), serta gangguan pendengaran dan nefrotoksisitas pada dosis tinggi.
b. Obat yang Memodifikasi atau Menghambat Sintesis Protein. Antibiotika yang termasuk golongan ini adalah Aminoglikosid, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Makrolida, Klindamisin, Mupirosin, dan Spektinomisin.
1) Aminoglikosida Antibiotika yang termasuk golongan ini adalah Streptomisin, Neomisin, Kanamisin, Gentamisin, Tobramisin, Amikasin dan Netilmisin.
2) Tetrasiklin Antibiotika yang termasuk ke dalam golongan ini adalah tetrasiklin, doksisiklin, oksitetrasiklin, minosiklin, dan klortetrasiklin.
3) Kloramfenikol Kloramfenikol adalah antibiotika berspektrum luas, menghambat bakteri Gram positif dan negatif aerob dan anaerob, Klamidia, Ricketsia, dan Mikoplasma.
4) Makrolida Antibiotika yang termasuk golongan ini adalah Eritromisin, Azitromisin, Klaritromisin dan Roksitromisin.
c. Obat Antimetabolit yang Menghambat Enzim-Enzim Esensial dalam Metabolisme Folat.
Antibiotika yang termasuk golongan ini yaitu, Sulfonamid dan Trimetoprim. Sulfonamid bersifat bakteriostatik. Trimetoprim dalam kombinasi dengan Sulfametoksazol, mampu menghambat sebagian besar Antibiotika yang termasuk golongan ini yaitu, Sulfonamid dan Trimetoprim. Sulfonamid bersifat bakteriostatik. Trimetoprim dalam kombinasi dengan Sulfametoksazol, mampu menghambat sebagian besar
d. Obat yang Mempengaruhi Sintesis atau Metabolisme Asam Nukleat.
1) Kuinolon Antibiotika yang termasuk golongan ini yaitu,
a) Asam nalidiksat
b) Florokuinolon, golongan ini meliputi Norfloksasin, Siprofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin, Pefloksasin, Levofloksasin, dan lain- lain.
2) Nitrofuron, antibiotika yang termasuk golongan ini meliputi Nitrofurantoin, Furazolidin, dan Nitrofurazon.
4. Efek Samping Antibiotika dan Penggunaan Antibiotika Efek samping yang paling umum dari antibiotika antara lain diare, muntah, mual dan infeksi jamur pada saluran pencernaan dan mulut. Dalam kasus yang jarang terjadi, antibiotika dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan darah, gangguan pendengaran, pembekuan darah abnormal dan kepekaan terhadap sinar matahari, serta terjadinya resistensi yaitu aktivitas kuman untuk melindungi diri terhadap efek antibiotika.
Sementara untuk penggunaan antibiotika, tidak dihentikan sebelum waktu yang ditentukan, sebab bakteri memiliki potensi untuk tumbuh lagi dengan kecepatan yang cepat (Nawawi, Q., 2013).
5. Kerugian Pemakaian Antibiotika Secara Sembarangan Dampak negatif dari pemakain antibiotika secara sembarangan akan mencakup hal-hal sebagai berikut : (Staf pengajar Departemen Farmakologi, 2008 dalam Ihya, 2013), yaitu :
a. Terjadinya resistensi kuman. Timbulnya strain-strain kuman yang resisten akan sangat berkaitan dengan banyaknya pemakaian antibiotika dalam suatu unit pelayanan.
b. Terjadinya peningkatan efek samping dan toksisitas antbiotika, yang terjadi secara langsung karena pengaruh antibiotik yang bersangkutan atau karena terjadinya superinfeksi. Misalnya pada pemakaina linkomisin atau dapat terjadi superinfeksi dengan kuman clostrium difficile yang menyebabkan colitis pseudomembranosa.
c. Terjadinya pemborosan biaya misalnya karena pemakain antibiotik yang berlebihan pada kasus-kasus yang kemungkinan sebenranya tidak memerlukan antibiotika.
d. Tidak tercapainya manfaat klinik optimal dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit infeksi Karena kuman dan lain-lain.
C. Prinsip Penggunaan Antibiotika
1. Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan pada Penggunaan Antibiotika
a. Resistensi Mikroorganisme Terhadap Antibiotika Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotika. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu (Drlica & Perlin, 2011):
1) Merusak antibiotika dengan enzim yang diproduksi.
2) Mengubah reseptor titik tangkap antibiotika.
3) Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotika pada sel bakteri.
4) Antibiotika tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel bakteri.
5) Antibiotika masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari dalam sel melalui mekanisme transport aktif ke luar sel.
b. Satuan resistensi dinyatakan dalam satuan KHM (Kadar Hambat Minimal) atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC) yaitu kadar terendah antibiotika (μ g/mL) yang mampu menghambat tumbuh dan berkembangnya bakteri. Peningkatan nilai KHM menggambarkan tahap awal menuju resisten.
c. Enzim perusak antibiotika khusus terhadap golongan beta-laktam, pertama dikenal pada Tahun 1945 dengan nama penisilinase yang ditemukan pada Staphylococcus aureus dari pasien yang mendapat pengobatan penisilin. Masalah serupa juga ditemukan pada pasien terinfeksi Escherichia coli yang mendapat terapi ampisilin (Acar and
Goldstein, 1998). Resistensi terhadap golongan beta-laktam antara lain terjadi karena perubahan atau mutasi gen penyandi protein (Penicillin Binding Protein, PBP). Ikatan obat golongan beta-laktam pada PBP akan menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga sel mengalami lisis.
d. Peningkatan kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotika bisa terjadi dengan 2 cara, yaitu:
1) Mekanisme Selection Pressure. Jika bakteri resisten tersebut berbiak secara duplikasi setiap 20-30 menit (untuk bakteri yang berbiak cepat), maka dalam 1-2 hari, seseorang tersebut dipenuhi oleh bakteri resisten. Jika seseorang terinfeksi oleh bakteri yang resisten maka upaya penanganan infeksi dengan antibiotika semakin sulit.
2) Penyebaran resistensi ke bakteri yang non-resisten melalui plasmid. Hal ini dapat disebarkan antar kuman sekelompok maupun dari satu orang ke orang lain.
e. Ada dua strategi pencegahan peningkatan bakteri resisten:
1) Untuk selection pressure dapat diatasi melalui penggunaan antibiotika secara bijak (prudent use of antibiotics).
2) Untuk penyebaran bakteri resisten melalui plasmid dapat diatasi dengan meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan standar (universal precaution).
2. Faktor Interaksi dan Efek Samping Obat Pemberian antibiotika secara bersamaan dengan antibiotika lain, obat lain atau makanan dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Efek dari interaksi yang dapat terjadi cukup beragam mulai dari yang ringan seperti penurunan absorpsi obat atau penundaan absorpsi hingga meningkatkan efek toksik obat lainnya. Sebagai contoh pemberian siprofloksasin bersama dengan teofilin dapat meningkatkan kadar teofilin dan dapat berisiko terjadinya henti jantung atau kerusakan otak permanen. Demikian juga pemberian doksisiklin bersama dengan digoksin akan meningkatkan efek toksik dari digoksin yang bisa fatal bagi pasien.
3. Faktor Biaya Antibiotika yang tersedia di Indonesia bisa dalam bentuk obat generik, obat merek dagang, obat originator atau obat yang masih dalam lindungan hak paten (obat paten). Harga antibiotika pun sangat beragam. Harga antibiotika dengan kandungan yang sama bisa berbeda hingga 100 kali lebih mahal dibanding generiknya. Apalagi untuk sediaan parenteral yang bisa 1000 kali lebih mahal dari sediaan oral dengan kandungan yang sama. Peresepan antibiotika yang mahal, dengan harga di luar batas kemampuan keuangan pasien akan berdampak pada tidak terbelinya antibiotika oleh pasien, sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan terapi. Setepat apa pun antibiotika yang diresepkan apabila jauh dari tingkat kemampuan keuangan pasien tentu tidak akan bermanfaat (Permenkes, 2011).
D. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 1997).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Anonim, 2011) adalah :
a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
b. Informasi / Media Massa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan- pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Sosial Budaya dan Ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
f. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
E. Gambaran Umum Desa Manurunge
Manurunge adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Ulaweng, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Luas daerah desa ini
adalah 6,6km 2 . Jumlah penduduk desa ini sebanyak 2.350 jiwa dengan kepadatan 356 jiwa. Mata pencaharian masyarakat Desa Manurunge mayoritas
wiraswasta, selebihnya PNS, dan petani. Adapun tingkat pendidikan masyarakat Desa Manurunge bermacam-macam ada yang hanya minimal lulusan SD, SMP, maupun SMA. Tetapi yang paling dominan adalah lulusan SMA.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan metode survei analitik.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone, dan waktu pengumpulan data dari responden dilakukan pada bulan April - Mei 2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah semua masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone dengan jumlah penduduk 2.350 jiwa.
2. Sampel Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel yang didasarkan atas kriteria tertentu, antara lain :
a. Minimal pendidikan SMA
b. Sering menggunakan antibiotika
c. Bersedia untuk mengisi kuesioner Jumlah Sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin (Sevilla, C.G., 1993 dalam Prasetyo, B., 2013) dengan nilai kritis sebesar 10%.
Rumus Slovin :
Dimana : n = besaran sampel N = besaran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan Sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang
D. Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer. Data primer merupakan data yang sumber datanya dikumpulkan dengan membagikan kuesioner kepada responden.
E. Variable Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat terhadap antibiotika, dengan subvariabel yaitu pengetahuan, indikasi, aturan pakai dan efek samping.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket (kuesioner).
2. Kuesioner dibuat menggunakan Rating Scale (Sugyono, 2005) dalam bentuk check list (√) yang berisi 4 opsi jawaban, yaitu sangat mengetahui, mengetahui, tidak mengetahui dan sangat tidak mengetahui.
G. Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasi dalam bentuk nilai skor, dihitung total skor untuk pertanyaan dari setiap subvariabel lalu dipersentasekan. Skoring untuk setiap jawaban dari kuesioner diolah berdasarkan Skala Likert.
Pengukuran Skor : Untuk Jawaban Sangat Mengetahui
: Untuk jawaban Mengetahui
3 : Untuk jawaban Tidak Mengetahui
2 : Untuk jawaban Sangat Tidak Mengetahui 1
Persentase skor
Skor rata-rata
Skor ideal
= jumlah responden × 4
Data yang diperoleh dengan memberikan penilaian terhadap setiap jawaban responden pada kuesioner kemudian dibagi dalam 4 kategori yaitu:
a. 25.00% - 43.75% = Pengetahuan sangat rendah
b. > 43.75% - 62.50%
= Pengetahuan rendah
c. > 62.50% - 81.25%
= Pengetahuan tinggi
d. > 81.25% – 100% = Pengetahuan sangat tinggi
H. Definisi Operasional
1. Pengetahuan adalah unsur yang menunjukkan seberapa banyak yang diketahui masyarakat mengenai antibiotika terkait dengan penggunaanya, yang dinyatakan dalam persen (%). Pengetahuan tentang antibiotika ini meliputi pengetahuan, indikasi, aturan pakai, dan efek samping.
2. Masyarakat adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal di Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian tentang tingkat pengetahuan masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone tentang penggunaan antibiotika pada bulan April – Mei terhadap 100 responden yang dipilih berdasarkan purposive sampling.
Data hasil penelitian yang diperoleh berupa karakteristik dan hasil jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut.
1. Karakteristik Responden Dari 100 orang responden terdiri dari beberapa karakterisitk diantaranya, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan umur responden.Adapun karakterisitk tersebut dapat diuraikan pada tabel-tabel berikut : Tabel 1 : Jenis Kelamin Responden
Persen No.
Jumlah
Jenis Kelamin (Responden)
100% Sumber: Data primer 2014
Berdasarkan tabel 1 di atas menunujukkan bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 37 orang (37%) dan jumlah responden perempuan sebanyak 63 orang (63%).
Tabel 2 : Tingkat Pendidikan Responden
Persen No.
Jumlah
Tingkat pendidikan (Responden)
2. Perguruan tinggi
100% Sumber: Data primer 2014
Jumlah
Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tingkat SMA sebanyak 67 orang (67%) dan yang berpendidikan tingkat perguruan tinggi sebanyak 33 orang (33%).
2. Hasil Jawaban Responden Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh jawaban responden mengenai tingkat pengetahuan masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone dalam 4 subvriabel, yang akan diuraikan pada tabel-tabel berikut: Tabel 3 : Distribusi Jawaban
Terhadap Subvariabel Pengetahuan
Responden
A B C D Sangat
% Butir
Jumlah Skor Soal
Tidak Mengetahui
Jwb Skor
Jwb Skor
Sumber: Data primer 2014
Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat Desa Manurunge tentang antibiotika termasuk kategori rendah (58.7%).
Tabel 4 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Subvariabel Indikasi
A B C D Sangat
Butir Sangat Jumlah %
Skor Soal
Jwb Skor
Jwb Skor
71 71 500 1089 272.3 Rata- rata
Sumber: Data primer 2014
Dari tabel 4, dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat Desa Manurunge tentang antibiotika pada subvariabel indikasi termasuk kategori rendah (54.5%).
Tabel 5 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Subvariabel Aturan Pakai
Butir Sangat
Soal Mengetahui
Skor Jwb
Jwb Skor
Sumber: Data primer 2014
Dari tabel 5, dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat Desa Manurunge tentang antibiotika pada subvariabel aturan pakai termasuk kategori rendah (56.5%).
Tabel 6 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Subvariabel Efek Samping
Jumlah Butir
Skor Soal
Jwb Skor
Jwb Skor
500 1036 259.2 Rata- rata
Sumber: Data primer 2014
Dari tabel 6, dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat Desa Manurunge tentang antibiotika pada subvariabel efek samping tergolong rendah (51.8%).
Dari keempat tabel tersebut dapat dapat dilihat beberapa jawaban responden mengenai tingkat pengetahuan masyarakat Desa Manurunge tentang penggunaan antibiotika dari 4 subvariabel yaitu, pengetahuan, indikasi, aturan pakai, dan efek samping. Dari keempat subvariabel tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone tegolong rendah.
Tabel 7 : Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone
A B C D Sangat
Jumlah %
Butir Sangat
Skor Soal
Jwb Skor
Jwb Skor
2000 4429 1087.7 Rata- rata
Sumber: Data primer 2014
Dari tabel 7 di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone termasuk kategori rendah (55.4%).
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone terhadap 100 responden pada bulan April - Mei di diperoleh persentase skor sebesar 55.4%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone termasuk rendah.
Adapun pembahasan setiap subvariabel adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan Untuk subvariabel pertama yaitu pengetahuan responden tentang antibiotika, diperoleh persentase 58.7% berarti termasuk kategori tidak mengetahui. Pada bu tir soal 1 yaitu “apakah Anda mengetahui Ampicilin termasuk antibiotika ?” diperoleh 10 responden menjawab sangat mengetahui, 54 responden menjawab mengetahui, 34 responden menjawab tidak mengetahui dan 2 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Dari jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa masyarakat mengetahui Ampicilin termasuk antibiotika dengan persentase 73%. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih banyak menggunakan Ampicilin dalam mengatasi masalah penyakitnya. Pada butir soal 2 yaitu “apakah anda mengetahui Amoxiciln termasuk antibiotika?”. Diperoleh jawaban, 14 responden sangat mengetahui, 55 responden menjawab mengetahui, 25 responden menjawab tidak mengetahui dan 6 responden menjawab sangat mengatahui serta persentase sebesar 69.3%. Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa sebagian masyarakat mengetahui bahwa amoxicilin termasuk antibiotika.
Butir soal 3 diperoleh persentase 48% dengan jawaban, 2 responden menjawab sangat mengetahui, 17 responden menjawab mengetahui, 52 responden menjawab tidak mengetahui dan 29 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat tidak
mengetahui bahwa cefadroksil termasuk antibiotika. Butir soal 4, diperoleh persentase sebesar 25% yang termasuk kategori sangat tidak mengetahui serta responden terbanyak diantara kelima soal yang terdapat pada subvariabel ini, sebanyak 58 responden yang menjawab tidak mengetahui bahwa antibiotika termasuk golongan obat keras. Hal ini terjadi karena masyarakat begitu mudahnya mendapatkan atau membeli antibiotika tersebut. Butir soal 5, diperoleh persentase sebesar 58.3% dengan jawaban 8 responden menjawab sangat mengetahui, 35 responden menjawab mengetahui, 39 responden menjawab tidak mengetahui dan 18 responden menjawab sangat tidak mengetahui.
2. Indikasi Untuk subvariabel kedua yaitu indikasi tentang antibiotika, diperoleh persentase sebesar 54.45%. Pada butir soal 1, diperoleh jawaban tertinggi sebanyak 46 responden menjawab mengetahui bahwa antibiotika digunakan sebagai obat antiinfeksi. Sedangkan 9 responden menjawab sangat mengetahui, 37 responden menjawab tidak mengetahui dan 8 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Sehingga diperoleh persentase sebesar 64% yang termasuk dalam kategori pengetahuan tinggi. Butir saol 2 diperoleh persentase sebesar 53.3%, didapat hanya 1 responden menjawab sangat mengetahui, 26 responden menjawab mengetahui, 58 responden menjawab tidak mengetahui dan 15 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat termasuk kategori tidak mengetahui bahwa antibiotika itu tidak digunakan sebagai
obat penghilang rasa nyeri. Butir soal 3 diperoleh persentase sebesar 52.5%,
2 responden menjawab sangat mengetahui, 26 responden menjawab mengetahui, 52 responden menjawab tidak mengetahui dan 20 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Dari jawaban tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat termasuk kategori tidak mengetahui bahwa antibiotika itu tidak digunakan untuk segala macam penyakit.
Butir soal 4 diperoleh persentase sebesar 50% yang menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat termasuk kategori tidak mengetahui dengan jawaban, 2 responden menjawab sangat mengetahui, 10 responden menjawab mengetahui, 74 tidak mengetahui dan 14 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Hal ini membuktikan bahwa tidak banyak masyarakat mengetahui bahwa antibiotika itu tidak digunakan sebagai obat flue. Butir soal 5 diperoleh persentase sebesar 52.5% dengan jawaban, 3 responden menjawab sangat mengetahui, 12 responden menjawab mengetahui, 65 responden menjawab tidak mengetahui bahwa antibiotika tidak digunakan sebagai obat demam dan 14 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Pada subvariabel ini dari soal 2-4 menunjukkan jawaban tertinggi responden pada pilihan tidak mengetahui, sehingga dapat diartikan bahwa sebagian besar masyarakat mengetahui antibiotika itu dapat digunakan sebagai obat penghilang rasa nyeri, dapat digunakan untuk segala macam penyakit, dapat digunakan sebagai obat flue dan dapat digunakan sebagai obat demam. Hal tersebut diakibatkan masyarakat lebih memilih antibiotika ketika mengalami gejala penyakit seperti nyeri ataupun demam.
3. Aturan Pakai Adapun subvariabel ketiga yaitu aturan pakai tentang antibiotika, diperoleh persentase sebesar 56.5%. pengetahuan masyarakat mengenai aturan pakai antibiotika secara spesifik masih tergolong rendah. Dapat dibuktikan pada jawaban responden terhadap beberapa pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Namun, pada butir saol 1 menunjukkan bahwa sebagian masyarakat mengetahui bahwa antibiotika mempunyai aturan pakai sendiri. Terbukti dengan perolehan persentase jawaban sebesar 68.8% yang termasuk kategori mengetahui dengan jawaban responden, dimana 11 responden menjawab sangat mengetahui, 55 responden menjawab mengetahui, 32 responden menjawab tidak mengetahui dan 2 responden menjawan sangat tidak mengetahui. Akan tetapi, pada butir soal 2-5 kebanyakan responden menjawab tidak mengetahui. Pada butir soal 2 diperoleh persentase sebesar 53% dengan jawaban, terdapat 2 responden menjawab sangat mengetahui, 24 responden menjawab mengetahui, 58 responden menjawab tidak mengetahi dan 16 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Hal ini menunjukkan masih banyak masyarakat tidak mengetahui bahwa antibiotika harus digunakan selama 3-5 hari.
Butir soal 3 diperoleh persentase sebesar 51.5% dengan jawaban, 1 responden menjawab sangat mengetahui, 21 responden menjawab mengetahui, 61 responden menjawab tidak mengetahui dan 17 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Menunjukkan bahwa masyarakat tidak mengetahui antibiotika tidak dapat dibeli secara bebas tanpa ada peresepan
dari dokter. Selanjutnya butir soal 4 didapatkan 2 responden menjawab sangat mengetahui, 20 responden menjawab mengetahui, 58 responden menjawab tidak mengetahui bahwa antibiotika itu tidak dapat diminum hanya 1 tablet atau 2 tablet saja dan 20 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Adapun persentase jawaban sebesar 51% sehingga pengetahuan masyarakat tentang hal ini termasuk dalam kategori tidak mengetahui. Pada butir soal 5 yang berisi “apakah anda mengetahui antibiotika ketika diresepkan harus dihabiskan?”. diperoleh persentase sebesar 58.3% dengan jawaban 3 responden menjawab sangat mengetahui, 33 responden menjawab mengetahui, 46 responden menjawab tidak mengetahui dan 14 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat tidak mengetahui antibiotika itu ketika diresepkan harus dihabiskan.
4. Efek Samping Pada subvariabel keempat yaitu efek samping tentang antibiotika diperoleh persentase sebesar 51.8%. Pengetahuan masyarakat mengenai efek samping antibiotika juga tergolong rendah. Pada butir soal 1, terdapat
54 responden menjawab mengetahui bahwa penggunaan antibiotika yang tidak sesuai aturan pakai dapat menyebabkan efek samping. Sedangkan responden lain diantarnya 10 responden menjawab sangat mengetahui, 34 responden menjawab tidak mengetahui dan 2 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Pada soal pengetahuan masyarakat termasuk kategori tinggi dengan persentase sebesar 68%. Butir soal 2 diperoleh persentase
sebesar 48.8% terdapat 3 responden menjawab sangat mengetahui, 16 responden menjawab mengetahui, 54 responden menjawab tidak mengetahui dan 27 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak mengetahui bahwa penggunaan antibiotika yang tidak tepat dapat menimbulkan resistensi atau kekebalan pada bakteri atau kuman.
Adapun butir soal 3 yang masih berhubungan dengan soal sebelumnya, diperoleh persentase sebesar 48.8% dengan jawaban 2 responden menjawab sangat mengetahui, 14 responden menjawab mengetahui, 61 responden menjawab tidak mengetahui dan 30 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar mesyarakat tidak mengetahui bahwa dibutuhkan antibiotika dosis tinggi ketika kuman atau bakteri telah kebal atau resisten. Sementara pada butir soal 4 menunjukkan bahwa sebagian besar pula masyarakat tidak mengetahui bahwa antibiotika dapat menyebabkan reaksi alergi. Hal ini dibuktikan dengan persentase sebesar 46.8% dengan jawaban responden, dimana 1 responden menjawab sangat mengetahui, 15 responden menjawab mengetahui, 54 responden menjawab tidak mengetahui dan 30 responden menjawab sangat tidak mengetahui. Sedangkan pada butir saol terakhir didapatkan 6 responden menjawab sangat mengetahui, 9 responden menjawab mengetahui, 51 orang menjawab tidak mengetahui dan 34 responden menjawab sangat tidak mengetahui dengan persentase sebesar 46.8%. Hal ini diartikan bahwa
adanya sepengetahuan masyarakat bahwa tetrasiklin itu dapat diberikan kepada ibu hamil, yang seharusnya tidak dapat diberikan.
Secara komulatif diperoleh persentase jawaban responden sebesar 55,4% yang menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone tentang penggunaan antibiotika tergolong rendah. Angka persentase di atas menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang menggunakan antibiotika tidak mengetahui dengan jelas mengenai indikasi, aturan pakai serta efek samping antibiotika tersebut. Hal yang menjadi penyebab minimnya pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan antibiotika yaitu kurangnya informasi yang didapatkan adanya rasa acuh untuk tahu tentang penggunaan antibiotika. Tidak hanya itu alasan lain yang dapat mempengaruhi minimnya pengetahuan masyarakat adalah dilihat dari persentase tingkat pendidikan responden yang sebagian besar adalah hanya pada tingkat SMA saja. Jadi adanya keterkaitan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan diperoleh persentase skor sebesar 55.4%, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan Masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone tentang penggunaan antibiotika termasuk kategori rendah.
B. Saran
1. Diharapkan kepada seluruh tenaga kesehatan khususnya tenaga kefarmasian yang berada di Puskesmas maupun di Apotek bekerja sama dengan pemerintah setempat agar memberikan informasi berupa penyuluhan kepada masyarakat mengenai penggunaan antibiotika yang tepat.
2. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan kesehatan dengan banyak menggali pengetahuan tentang obat.
3. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan masayarakat tentang penggunaan antibiotika.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 2004, Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan
Penggunaannya, Gadjah Madah University Press, Yogyakarta, Hal 16,17. Anonim, 2011, Defenisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi,
http://duniabaca.com/definisi-pengetahuan-serta-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-pengetahuan.html, Diakses 20 Januari 2014. ...........,
http://growupclinic.com/2012/12/06/jenis-antibiotika-dan-indikasi-
penggunaannya/, Diakses tanggal 19 Januari 2014. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik
Indonesia No.
36 Tahun
Tentang Kesehatan,
http://www.jkn.kemkes.go.id/attachment/unduhan/UU%20Nomor%20
36%20Tahun2%20009%20tentang%20Kesehatan.pdf, Diakses tanggal
20 Januari 2014. Nawawi, Q., 2013, Efek Samping Konsumsi Antibiotik & Penggunaannya,
http://health.okezone.com/read/2013/11/21/486/900523/efek-samping-
konsumsi-antibiotik-penggunaannya, Diakses 29 Januari 2014. Notoatmodjo, S., 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta, Hal.127.
Prasetyo, B., Jannah, L. M., 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi, Rajawali Pers, Jakarta, Hal. 137.
Sugyono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, Hal. 113. Sugyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung, Hal. 95. Tjay, H.T., Rahardjo, K., 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, Dan
Efek-Efek Sampingnya Edisi VI, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, Hal. 3,65.
Ulumuddin, I., 2013, Tingkat Pengetahuan Pasien Apotek Kimia Farma Asy- Syifa Kota Bima Tentang Penggunaan Antibiotika, Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar, Makassar.
Utami, E.R., 2012, Antibiotika, Resistensi, Dan Rasionalitas Terapi,
http://ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/sainstis/article/download/1861/pdf, Diakses tanggal 28 Januari 2014.
Wahyunadi, N.M.D., 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Resistensi Antibiotik dengan Perilaku Penggunaan Antibiotik yang Irasional Pada
Celaket Malang,
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/ni%20made
%20dewi.pdf, Diakses tanggal 29 Januari 2014.
Lampiran 1
SKEMA KERJA
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA MANURUNGE KECAMATAN ULAWENG KABUPATEN
BONE TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
MASYARAKAT DESA MANURUNGE
KUESIONER
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DATA
KESIMPULAN DAN SARAN
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN JUDUL : TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA MANURUNGE KECAMATAN ULAWENG KABUPATEN BONE TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
Saya mengucapkan banyak terima kasih atas keikhlasan dan waktu anda untuk menjawab kuisioner ini sebagai data pembantu dalam menyelesaikan KaryaTulis Ilmiah saya. Besar harapan saya, anda menjawab pertanyaan ini sesuai dengan apa yang anda ketahui dan tanpa perasaan tertekan.
Identitas Responden:
Nama : …………………………………………. Umur
: …………………………………………. Jenis Kelamin
: …………………………………………. Pendidikan
Petunjuk pengisisan:
Baca dan jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda check list (√) pada salah satu kolom! SM : Sangat Mengetahui M
: Mengetahui TM : Tidak Mengetahui STM : Sangat Tidak Mengetahui
A. Pengetahuan No.
SM M TM STM Apakah Anda mengetahui ampicilin termasuk
Pertanyaan
1 antibiotika?
Apakah Anda mengetahui amoxicilin termasuk
2 antibiotika?
Apakah Anda mengetahui cefadroksil termasuk
3 antibiotika?
Apakah Anda mengetahui antibiotika termasuk
4 golongan obat keras?
Apakah Anda mengetahui tetrasiklin termasuk
5 antibiotika?
B. Indikasi No. Pertanyaan
SM M TM STM Apakah Anda mengetahui Antibiotika digunakan
1 sebagai obat penyakit infeksi?
Apakah Anda mengetahui antibiotika tidak
2 digunakan sebagai obat penghilang rasa nyeri?
Apakah Anda mengetahui antibiotika tidak
3 digunakan untuk segala macam penyakit?
Apakah Anda mengetahui antibiotika tidak
4 digunakan sebagai obat flue?
Apakah Anda mengetahui antibiotika tidak
5 digunakan sebagai obat demam?
C. Aturan Pakai No. Pertanyaan
SM M TM STM Apakah Anda mengetahui antibiotika mempunyai
1 aturan pakai sendiri ?
Apakah Anda mengetahui antibiotika harus
2 digunakan selama 3 samapi 5 hari ?
Apakah Anda mengetahui Antibiotika tidak dapat
3 dibeli secara bebas tanpa peresepan dokter?
Apakah Anda mengetahui antibiotika tidak dapat
4 diminum hanya 1 tablet atau 2 tablet saja?
Apakah Anda mengetahui antibiotika ketika
5 diresepkan harus dihabiskan?
D. Efek Samping No. Pertanyaan
SM M TM STM Apakah Anda mengetahui penggunaan antibiotika
1 yang tidak sesuai aturan pakai dapat menyebabkan efek samping? Apakah Anda mengetahui penggunaan antibiotika
2 tidak tepat dapat menimbulkan kuman atau bakteri menjadi kebal (resisten)? Apakah Anda mengetahui setelah kuman kebal,
3 membutuhkan antibiotika dengan dosisi yang lebih tinggi? Apakah Anda mengetahui antibiotika dapat
4 menimbulkan reaksi alergi?
Apakah Anda mengetahui tetrasiklin tidak dapat
5 diberikan kepada ibu hamil ?
Lampiran 3