Ruang lingkup dan cabang cabang kajian f

“Ruang lingkup dan cabang cabang kajian
filsafat”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Mata Kuliah : filsafat Ilmu
Dosen : RISKA DWI KURNIA, M. PEM.I
DISUSUN
O
L
E
H
Kelompok 2
SEMESTER III PAI-D
1. DESI WINDA SARI
2. AGUS PRANATA
3. YULIANA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TAHUN
2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam
karena atas izin dan kehendaknya makalah sederhana ini dapat kami rampungkan
tepat pada waktunya dengan Judul “Ruang Lingkup dan Cabang-Cabang kajian
filsafat”

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah FILSAFAT ILMU

Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang
dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan
dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima
kasih kepada dosen pembimbing kami yakni RISKA DWI KURNIA, M.PEM.I
yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.

Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam
makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah
ini masih banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa yang akan datang.


Harap kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi
bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini
dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Permasalahan.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu..................................................2
B. Pengelompokan Filsafat Ilmu..........................................................................4
C. Cabang dan Objek Filsafat Ilmu.....................................................................4
D. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Cabang Filsafat Lain....................................6
E. Problema Filsafat Ilmu.....................................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................9

A. Kesimpulan......................................................................................................9
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................10

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami,
mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut
adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama.

Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu
adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk
memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah
itu sendiri.

Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan
pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas “sifat
pengetahuan ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah “cara-cara mengusahakan

pengetahuan ilmiah”. Dengan mengetahui ruang lingkup dari filsafat ilmu, maka
dapat diketahui pula pengelompokan dari filsafat ilmu itu sendiri, filsafat ilmu
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu filsafat ilmu umum, dan filsafat ilmu
khusus. Dan filsafat ilmu dapat pula dikelompokkan berdasarkan model
pendekatannya, yaitu filsafat ilmu terapan, dan filsafat ilmu murni.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ruang lingkup dari filsafat ilmu?

2. Bagaimana cabang-cabang dan objek dari filsafat ilmu?

3. Bagaimana hubungan dari filsafat ilmu dengan cabang filsafat lain?

4. Bagaimana problema dari filsafat ilmu?

1

C. Tujuan Permasalahan
1.
2.

3.
4.

Menjelaskan ruang lingkup dari filsafat ilmu.
Menjelaskan cabang-cabang dan objek dari filsafat ilmu.
Menjelaskan hubungan dari filsafat ilmu dengan cabang filsafat lain.
Menjelaskan problema dari filsafat ilmu.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
a)

Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu; philosophy, adapun istilah filsafat
berasal dari bahasa yunani; philosophia, dengan terdiri atas dua kata: philos
(cinta) atau phillia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (‘hikmah’,

kebijaksanaan, intelegensi).

Jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta

kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang
dalam bahasa Arab disebut failasuf.

Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal dari bahasa
Arab Karena orang Arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa
Indonesia daripada orang dari bahasa Inggris. Oleh karena itu, dia konsisten
menggunakan kata falsafat, bukan filsafat. Buku-buku mengenai “filsafat” ditulis
dengan falsafat, seperti Falsafah Agama dan Falsafah dan Mistisisme dalam
Islam.1

Kendati istilah filsafah yang lebih tepat adalah falsafah yang berasal dari
bahasa Arab. Kata falsafah sebenarnya bisa diterima dalam bahasa Indonesia.
Sebab, sebagian kata Arab yang di Indonesiakan mengalami perubahan dalam
huruf vokalny, seperti Masjid menjadi Mesjid dan Karamah menjadi Keramat.
Oleh Karena itu, perubahan huruf a menjadi huruf I dalam kata falasafah bisa
ditolerir.


Lagi pula, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat

menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyeledikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.

1 Abdul Halim, Teologi Islam Rasional, Apresiasi Terhadap Wacana dan Praksis Harun
Nasution. (Ciputat. Jakarta. 2001), hal. 19

3

Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof
adalah:

1)

Upaya spekulasi untuk menyajikan suatu pandangan sistematik seta
lengkap tentang realitas.

2)


Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhit dan dasar serta nyata.

3)

Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan
sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.

4)

Penyeldikan kritis atas pengadaian-pengadaian dan penyataan-pernyataan
yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.

5)

Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang
Anda katakana dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.

b)


Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM menjelaskan bahwa ada beberapa
pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah, dan menghayati
dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah filsafat, ilmu
pengetahuan, seni dan agama.2

Menurut Surajiyo, menjelaskan bahwa terdapat cabang filsafat yang
membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuannya adalah mengadakan
analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu
diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan
ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah
2 Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007) hal. 17

4

proses penyelidikan ilmiah itu sendiri. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory
of science (teori ilmu), metascience (Adi-Ilmu), science of science (ilmu tentang
ilmu).


Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan
pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas “sifat
pengetahuan ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah “cara-cara mengusahakan
pengetahuan ilmiah”. Pada pokok bahasan pertama, filsafat ilmu berhubungan erat
dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi, yang merupakan bidang kajian
filsafat yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk
pengetahuan manusia. Pada pokok bahasan yang kedua, yaitu terkait dengan
pokok soal “cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah”, filsafat ilmu erat
hubungannya dengan logika dan metodologi, dan dalam hal ini kadang-kadang
filsafat ilmu dijumbuhkan pengertiannya dengan metodologi. Jadi, menurut Tim
Dosen Filsafat Ilmu UGM menjelaskan bahwa filsafat ilmu adalah penyelidikan
filosofis tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya.
Dengan kata lain filsafat ilmu sesungguhnya merupakan penyelidikan lanjutan.

B. Pengelompokan Filsafat Ilmu
Menurut Surajiyo menyebutkan bahwa filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:

a) Filsafat ilmu dalam arti luas;


Menampung permasalahan yang menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan
ilmiah, seperti:

1) Implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah;

2) Tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu;

5

3) Konsekuensi pragmatik-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya.

b) Filsafat ilmu dalam arti sempit.

Menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam
yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah,
dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.3

C. Cabang dan Objek Filsafat Ilmu
a) Cabang Filsafat Ilmu

Jika kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti Aristoteles (384-322SM) dan
Immanuel Kant (1724-1804), ada tiga tema besar yang menjadi fokus kajian
dalam karya-karya mereka, yakni kenyataan, nilai, dan pengetahuan. Ketiga tema
besar tersebut masing-masing dikaji dalam tiga cabang besar filsafat. Kenyataan
merupakan bidang kajian metafisika (ontologi), nilai adalah bidang kajian
aksiologi, dan pengetahuan merupakan bidang kajian epistemologi.

1.

Ontologi

Dalam kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan makna dari ontologi
itu sendiri yaitu cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup.
Lebih spesifik dalam kuliah prof noeng menjelaskan bahwa ontologi itu lebih
menjelaskan tentang ada, tentang objek atau esensi keberadaan sesuatu. Objek
yang menjadi kajian dalam ontologi tersebut adalah realita yang ada dan dalam
ontologi adalah studi tentang yang ada yang universal, dengan mencari pemikiran
semesta universal. Ontologo berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan atau menjelaskan yang ada dalam setiap bentuknya.

3 Surajiyo, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), hal. 45

6

2.

Epistimologi

Dalam kamus besar bahasa indonesia diterjemahkn makna dari
epistemologi adalah cabang dari ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batasanbatasan pengtahuan.lebih spesifik dijelaskan bahwa bagaimana kebenaran
didapatkan oleh manusia dalam hai ini cara menangkap keberadaan sesuatu dan
mengetahui adanya.

3.

Axiologi

Dalam kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan makna dari axiologi tersebut
adalah kegunaan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia atau kajian tentang
nilai khususnya etika. Lebih spesifik makna dari axiologi itu adalah tentang nilai
dari adanya sesuatu tersebut. Axiologi itu sendiri terdiri dari 2 cabang ilmu lain
yaitu estetika dan etika.



Estetika berhubungan dengan akal, persepsi dan apresiasikeindahan. Hai
ini luas dan meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan apresiasi
seni dan budaya.



Etika berkaitan dengan moralitas dan nilai-nilai. Etika berusaha untuk
memahami dasar moral, perkembangannya dan bagaimana harus diikuti.

b) Objek Filsafat Ilmu

Menurut Surajiyo menjelaskan bahwa filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan
bidang-bidang ilmu yang lain, juga memiliki objek material dan objek formal
tersendiri:

1) Objek material filsafat ilmu;

7

Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh
suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. objek material filsafat
ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun
secara

sistematis

dengan

metode

ilmiah

tertentu,

sehingga

dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.4

2) Objek formal filsafat ilmu.

Objek formal adalah sudut pandang darimana sang subjek menelaah objek
materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan,
artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu
pengetahuan. Problem-problem yang dibicarakan dalam landasan pengembangan
ilmu pengetahuan, yakni landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

Landasan ontologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelaahan
ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh
seorang ilmuwan. Sikap atau pendirian filosofis secara garis besar dapat
dibedakan ke dalam dua mainstream, aliran besar yaitu materialisme (pandangan
metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi) dan
spiritualisme (pandangan metafisika yang menganggap kenyataan yang terdalam
adalah roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam).

Landasan epistemologis perkembangan ilmu, artinya titik tolak penelaahan
ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh
kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah metode ilmiah.

Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus
dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai
4 Ibid hal. 47

8

yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian suatu aktifitas ilmiah senantiasa
dikaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa,
tempat ilmu itu dikembangkan.5

D. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Cabang Filsafat Lain
Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, menyatakan bahwa filsafat ilmu
bersinggungan dengan bagian-bagian filsafat sistematik lainnya, seperti ontologi
(ciri-ciri susunan kenyataan), filsafat pengetahuan (hakikat serta otensitas
pengetahuan), logika (penyimpulan yang benar), metodologi (konsep metode),
dan filsafat kesusilaan (nilai-nilai serta tanggungjawab).

Pertama, Ontologi adalah cabang filsafat yang mempersoalkan masalah
“ada”. Filsafat ilmu dalam telaahnya terhadap ilmu akan menyelidiki landasan
ontologis dari suatu ilmu. Landasan ontologis ilmu dapat dicari dengan
menanyakan apa asumsi ilmu terhadap objek materi maupun objek formal, apakah
objek bersifat phisik ataukah bersifat kejiwaan.

Kedua,

Epistemologi

adalah

teori

tentang

pengetahuan.

Dalam

epistemologi yang dibahas adalah objek pengetahuan, sumber dan alat untuk
memperoleh pengetahuan, kesadaran dan metode, validitas pengetahuan, dan
kebenaran pengetahuan. Epistemologi berkaitan dengan pemilahan dan kesesuaian
antara realisme atas pengetahuan yakni, tentang proposisi, konsep-konsep,
kepercayaan, dan sebagainya.

Ketiga, Logika adalah cabang filsafat yang persoalannya begitu luas dan
rumit, namun ia berkisar pada persoalan penyimpulan, khususnya berkenaan
dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang absah. Penyimpulan yaitu proses
penalaran guna mendapat pengertian baru dari satu atau lebih proposisi yang
diterima sebagai benar, dan kebenaran dari kesimpulan itu diyakini terkandung
dalam kebenaran proposisi yang belakangan.

5 Rizal Mustansyir, dkk, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal. 15

9

Keempat, Metodologi yaitu berkaitan dengan suatu konsep metode.
Fungsi metodologi yaitu menguji metode yang dipergunakan untuk menghasilkan
pengetahuan yang valid. Metodologi meletakkan prosedur yang dipergunakan
untuk menguji proposisi. Prosedur ini dijastifikasi maknanya dengan argumen
filosofis.

Kelima, Etika yaitu cabang filsafat yang mempersoalkan baik dan buruk.
Dalam kaitannya dengan ilmu yaitu berkaitan dengan tujuan ilmu, tanggung
jawab ilmu terhadap masyarakat. Hubungan filsafat ilmu dengan etika dapat
mengarahkan ilmu agar tidak mencelakakan manusia, melainkan membimbing
ilmu agar dapat menjadi sarana mensejahterakan manusia.6

6 Van Melsen, Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita Terjemahan K. Bertens,
Judul Asli Wetenschap en Verantwoordelijkkhei, (Jakarta: Gramedia, 1985), hal. 123-4

10

E. Problema Filsafat Ilmu
Menurut Surajiyo, menyatakan bahwa banyak sekali pendapat para filsuf
ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa saja yang diperbincangkan
dalam filsafat ilmu. Berikut ini gambaran problem filsafat ilmu dari beberapa
filsuf ilmu.

a) B. Van Fraassen dan H. Margenau;

Menurut kedua ahli ini problem utama dalam filsafat ilmu setelah tahun-tahun
enam puluhan adalah:

1) Metodologi; Hal-hal yang banyak diperbincangkan ialah mengenai sifat
dasar dari penjelasan ilmiah, logika penemuan, teori probabilitas, dan teori
pengukuran.

2) Landasan ilmu-ilmu; Ilmu-ilmu empiris hendaknya melakukan penelitian
mengenai landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan
matematika.

3) Ontologi. Persoalan utama yang diperbincangkan ialah menyangkut
konsep substansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, hubungan budi dan
materi, serta status dari entitas teoretis.

b) Victor Lenzen;

Filsuf ini mengajukan dua problem:

1) Struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah;

2) Pentingnya ilmu bagi praktik dan pengetahuan tentang realitas.
11

c) The Liang Gie.

Berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari filsafat
seumumnya, problem dalam filsafat ilmu secara sistematis juga dapat digolongkan
menjadi enam kelompok sesuai dengan cabang pokok filsafat. Dengan demikian,
seluruh problem dalam filsafat ilmu dapat diterbitkan menjadi:

1) Problem epistemologis tentang ilmu;
2) Problem metafisis tentang ilmu;
3) Problem metodologis tentang ilmu;
4) Problem logis tentang ilmu;
5) Problem etis tentang ilmu;
6) Problem estetetis tentang ilmu.7

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir filsafati berarti berpikir untuk menemukan kebenaran secara
tuntas. Analisis filsafati tentang hakekat ilmu harus ditekankan kepada upaya
keilmuan dalam mencari kebenaran, yang selanjutnya terkait secara erat dengan
dengan aspek-aspek moral, seperti kejujuran.

Dengan mengetahui ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat
sebagai keseluruhan pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama,
membahas “sifat pengetahuan ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah “cara-cara
mengusahakan pengetahuan ilmiah”.
7 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Diperbarui), (Yogyakarta: Liberty, 2000),
hal. 78-79

12

Sehingga filsafat ilmu mempunyai wilayah lebih luas dan perhatian lebih
transenden daripada ilmu-ilmu. Maka dari itu filsafat pun mempunyai wilayah
lebih luas daripada penyelidikan tentang cara kerja ilmu-ilmu. Filsafat ilmu
bertugas meneliti hakekat ilmu. Diantaranya paham tentang kepastian, kebenaran,
dan objektifitas.

Filsafat ilmu harus merupakan pengetahuan tentang ilmu yang didekati
secara filsafati dengan tujuan untuk lebih memfungsionalkan wujud keilmuan
baik secara moral, intelektual, maupun sosial. filsafat ilmu bersinggungan dengan
bagian-bagian filsafat sistematik lainnya, seperti ontologi (ciri-ciri susunan
kenyataan), filsafat pengetahuan (hakikat serta otensitas pengetahuan), logika
(penyimpulan yang benar), metodologi (konsep metode), dan filsafat kesusilaan
(nilai-nilai serta tanggung jawab).

13

DAFTAR PUSAKA
Abdul Halim, 2001. Teologi Islam Rasional, Apresiasi Terhadap Wacana dan Praksis
Harun Nasution. Ciputat. Jakarta.

Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2007. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta Liberty Yogyakarta

Surajiyo, 2013. Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia. Jakarta Bumi Aksara

Rizal Mustansyir, dkk, 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta Pustaka Pelajar

Van Melsen, 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita Terjemahan K. Bertens,
Judul Asli Wetenschap en Verantwoordelijkkhei. Jakarta Gramedia

The Liang Gie, 2000. Pengantar Filsafat Ilmu (Diperbarui).Yogyakarta Liberty

14