3. Isolasi dan Identifikasi Patogen.docx

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN

Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Rr. Nibras Khairunnisa Sari
: B1J013137
: IV
:2
: Devi Fatkuljanah

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015


I.
A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Isolasi adalah proses pemisahan mikroorganisme yang diinginkan dari populasi

campuran ke media biakan (buatan) untuk mendapatkan kultur murni (Perhutani,
1999). Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme
dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di
laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi
mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi (Achmad & Maisaroh, 2012).
Pengisolasian merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni. Manfaat
dilakukannya kultur murni adalah untuk menelaah atau mengidentifikasi mikroba,
termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, yang
memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja
(Sadiqul, 2010).

Perkembangan suatu penyakit pada tumbuhan inang didukung oleh tiga faktor,
yaitu inang yang rentan, patogen yang virulen dan lingkungan yang mendukung.
Patogen terbukti memiliki daya virulensi yaitu keberhasilan untuk menyebabkan
suatu penyakit sebagai ekspresi dari patogenisitas. Gejala layu dan rontok pada daun
seiring dengan perkembangan bercak dapat diduga sebagai akibat dari substansisubstansi yang disekresikan oleh patogen dalam mekanisme penyerangannya untuk
melumpuhkan inang. Kelompok-kelompok utama substansi yang disekresikan
patogen ke dalam tubuh tumbuhan yang menyebabkan timbulnya penyakit, baik
langsung atau tidak langsung adalah enzim, toksin, zat pengatur tumbuh, dan
polisakarida (Semangun, 1996).

B.

Tujuan
Tujuan acara praktikum kali ini adalah untuk mengetahui penyebab penyakit

dengan cara mengisoalasi dan mengidentifikasi patogen yang menyebabkan penyakit
pada tumbuhan.

II.


TELAAH PUSTAKA

Perkembangan penyakit juga bergantung pada faktor lingkungan, setelah faktor
inang dan patogen. Fungi patogen dalam perkembangannya dipengaruhi oleh
beberapa faktor abiotik yaitu suhu, kelembaban, oksigen, derajat kemasaman (pH)
dan cahaya. Kisaran suhu terendah yang diduga turut mendukung fungi patogen
untuk berkembang biak, seperti yang dinyatakan oleh Ullstup (1939) dalam Ogoshi
et al., (1985).
Sebelum melakukan pengamatan terhadap patogen baik berupa bakteri maupun
jamur di laboratorium, telebih dahulu kita harus menumbuhkan atau membiakan
bakteri atau jamur tersebut. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami
atau dengan bantuan manusia. Dengan berbagai teknik isolasi kita akan coba
mengetahui teknik mana yang paling tepat dan paling baik untuk pertumbuhan
bakteri atau mikroorganisme. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia
diantaranya

melalui

substrat


yang

disebut

media.

Mikroorganisme

dapat

ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium
yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroorganisme
tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang
bersangkutan. Setalah bakteri dan jamur yang akan diamati tumbuh barulah kita
dapat mengamatinya, untuk mengamatinya dapat menggunakan mikroskop untuk
mengetahui struktur patogen tersebut. Dua mikroorganisme terdiri dari lima
kelompok organisme; bakteri, protozoa, virus, sera algae dan cendawan mikroskopis.
Kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini (juga dinanamakan
mikrobe atau protista): di mana adanya, ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya
seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, pengandaliannya, dan peranannya

dalam kesehatan serta kesejahtaraan kita. Mikroorganisme sangat erat kaitannya
dengan kehidupan kita (Ferdias, 1992).
Hal tersebut sangat penting kita mengetahui seperti apa bentuk fisik patogen
tersebut karena pada mata kuliah ilmu penyakit tumbuhan tidak hanya mengetahui
nama patogennya tetapi harus mengetahui bentuk fisik patogen tersebut agar dalam
melakukan analisis patogen tidak terjadi kesalahan. Selain itu dengan mengetahui
bentuk fisiknya kita dapat mengetahui perbedaan tiap patogen yang menyerang atau
menginfeksi tanaman-tanaman apakah dengn patogen yang sama dapat menyerang
tanaman lain atau tidak. Jamur adalah organisme kecil, umumnya mikroskopis,

eukariotik, berupa filamen atau benang, bercabang, menghasilkan spora, tidak
memilki klorofil dan memilliki dinding sel yang mengandung kitin. 8000 jenis
spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Beberapa jenis jamur
dapat tumbuh dan memperbanyak diri apabila memiliki inang, jamur tersebut disebut
sebagai parasit obligat, membutuhkan inang untuk sebagian daur hidupnya tetapi
tetap mampu menyelesaikan daur hidupnya pada bahan organik mati maupun pada
tumbuhan hidup, jamur yang seperti itu disebut parasit non-obligat (Agrios, 1996).

III. MATERI DAN METODE
A.


Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Laminar Air Flow
(LAF), cawan petri, pipet tetes, kertas saring, cover glass, sprayer, label,
wrapper, pinset, label, jarum ose, bunsen, skalpel, tisu, object glass,
mikroskop, kamera dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sampel tanaman
berpenyakit, media PDA, alkohol 70 %, dan akuades.

B.

Metode
1. Isolasi
Sampel dipotong 1
x1 cm (bagian yang
sakit dan sehat)

2. Peremajaan

Hasil isolat isolasi


Disemprot dengan
Alkohol 70 % dan
akuades

Inkubasi selama 7
x 24 jam
Hasil isolat isolasi
diambil 1 plug

Dikeringkan
dengan tisu

Dipindahkan ke
dalam media PDA
Dipindahkan ke
dalam media PDA
baru
Inkubasi 4 x 24 jam


3. Identifikasi
Hasil isolat
peremajaan
diambil

Diletakkan di
object glass

Diamati di
mikroskop

Ditetesi akuades

Ditutup cover
glass

IV.
A.
a


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
b

Gambar (a) Preparat potongan Bayam (Amaranthus spinosus) berpenyakit
sebelum inkubasi
Gambar (b) Preparat mikroskopis potongan Bayam (Amaranthus spinosus)
berpenyakit dan patogen setelah inkubasi
c

Gambar (c) Preparat potongan Bayam (Amaranthus spinosus) berpenyakit dan
patogen setelah inkubasi

Tabel Hasil Pengamatan Isolasi dan Identifikasi Patogen Rombongan IV

Kelompok

1


2

5

6

Rata
Halus

3
4
Makroskopis
Bergerigi
Bergerigi
Kasar
Kasar

Tepi Koloni
Tekstur
koloni

Pola
penyebara
n
Warna
koloni

Rata
Halus

Bergerigi
Halus

Rata
Halus

Tersebar

Tersebar

Tersebar

Konsentris

Tersebar

Hitam

Putih
Kehijauan

Hijau
Putih
kehitaman
Mikroskopis

Hijau lumut

Putih

Hifa
-Ada/tidak
-Warna

Tidak
-

Ada
Hyalin
(bening)

Tidak
-

Ada
Putih

Ada
Coklat
kehijauan

Ada
Coklat

Konidia
-Ada/Tidak
-Warna
-Bentuk
Nama
Spesies

Ada
Bening
Bulat
Aspergillu
s sp.

Ada
Hijau
Bulat
Trichoderm
a sp.

Ada
Hitam
Bulat
Aspergillu
s sp.

Ada
Hitam
Bulat
Acremonium
sp.

Ada
Hyalin
Oval
Articulospor
a inflata

Ada
Hitam
Bulat
Aspergillu
s sp.

Berkoloni

B.

Pembahasan
Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme

dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di
laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi
mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan pengujian sifat-sifat
tersebut di alam terbuka sangat mustahill untuk dilakukan (Pelczar, 1986). Prinsip
kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan menginokulasikan sejumlah kecil
bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat menyusung kehidupan bakteria.
Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari bermacam-macam tempat tergantung dari
tujuan inokulasi. Dalam kajian mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber
bakteri adalah mikrobia tanah, air, makanan dan udara (Talaro,1999).
Apabila ingin mendapatkan kultur murni suatu mikrobia yang digunakan
adalah metode streak plate, karena hasil akhir metode ini adalah berupa kumpulan
sel-sel yang semakin jarang pada ujung streak sehingga dapat diambil bakteri pada
jumlah seluler (satu sel). Selain itu bakteri yang didapat seharusnya merupakan
bakteri yang memang ingin dibiakkan di kultur tersebut dengan kata lain bukan
bakteri kontaminan, sebab yang diambil/dicuplik adalah koloni bakteri yang berada
di atas streak yang dibuat dan bukan di luar streak. Kelebihan metode ini adalah
dapat segera diketahui adanya kontaminasi, sedangkan kekurangannya metode ini
sulit dilakukan dan hanya dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri aerob saja.
(Burrrow, 1959).
Ada bermacam-macam metode isolasi yang dapat digunakan. Macam-macam
metode isolasi tersebut antara lain:
1. Isolasi tunggal merupakan metode isolasi dengan cara meneteskan bahan
yang mengandung mikroorganisme pada suatu kaca penutup dengan
menggunakan mikropipet, yang kemudian diteliti dibawah obyektif
mikroskop.
2. Isolasi gores merupakan metode isolasi dengan cara menggeser atau
menggoreskan ujung jarum ose yang telah mengandung mikroorganisme
dengan hati-hati di atas permukaan agar secara zig zag yang dimulai dari
dasar tabung menuju ke bagian atas tabung.
3. Isolasi tebar merupakan metode isolasi dengan cara menebarkan bahan yang
mengandung mikroorganisme pada permukaan atas tabung.

4. Isolasi tuang merupakan metode isolasi dengan cara mengambil sedikit
sampel
5. Campuran bakteri yang telah diencerkan dan sampel tersebut kemudian
disebarkan didalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer.
(Dwidjoseputro, 2003 ).
Isolasi patogen adalah suatu proses pengambilan mikroorganisme dari
lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium.
Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia, uji
morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan pengujian sifat-sifat tersebut di alam
terbuka sangat mustahil untuk dilakukan. Pengisolasian merupakan suatu cara untuk
memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga
diperoleh kultur murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal
dari pembelahan dari satu sel tunggal. Manfaat dilakukannya kultur murni adalah
untuk menelaah atau mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri
kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu populasi
yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja (Soni, 2010).
Isolasi jamur patogen dilakukan di dalam laminar air flow cabinet dengan cara
mengambil hifa jamur yang telah tumbuh dari hasil teknik ruang lembab dengan
menggunakan jarum ose yang telah steril. Setelah itu hifa diletakkan pada bagian
tengah medium PDA steril di dalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu kamar
selama 7 hari. Setelah diperoleh biakan murni, isolat direisolasi pada medium PDA,
kemudian jamur tersebut diidentifikasii. Tujuan dari Pemotongan pada bagian yang
sakit dan sehat agar saat ditumbuhkan pada media PDA hifa pada bagian tumbuhan
yang sakit akan tumbuh ke bagian tumbuhan yang sehat (Elfina, 2013).
Peremajaan biakan adalah upaya yang dilakukan untuk mempertahankan sifat
alami patogen yang diisolasi. Patogen yang diremajakan adalah jenis patogen biakan
murni yaitu patogen yang terdiri dari satu jenis patogen yang dibutuhkan tanpa
adanya kontaminasi. Perlakuan aseptik dibutuhkan untuk mendapatkan biakan murni.
Peremajaan mikroba bertujuan untuk memperoleh biakan yang baru sehingga
diharapkan dapat berkembang biak dengan baik. Hasil dari peremajaan mikroba
adalah mikroba yang masih muda sehingga dapat digunakan dengan baik sesuai
dengan fungsinya. Peremajaan biakan adalah tindakan pemeliharaan kultur yang
penting dalam mikrobiologi untuk mencegah terjadinya kerusakan sel patogen.

Kerusakan yang dapat terjadi meliputi penurunan viabilitas dan stabilitas sel bahkan
suatu mikroba akan kehilangan potensinya sebagai suatu mikroba (Black, 1999).
Pemurnian biakan murni bertujuan untuk mendapatkan satu spesies dalam satu
tabung pemeliharaan kultur. Langkah-langkah pemurnian biakan murni adalah
sebagai berikut, koloni dengan karakter morfologi tertentu (koloni tunggal) dapat
dipisahkan satu dengan lainnya dengan cara mengambilnya dengan ose (diusahakan
koloni yang berjauhan), kemudian digoreskan pada medium agar pemurnian.
Pengambilan dengan ose dapat memisahkan koloni tunggal dengan yang lainnya.
Untuk memurnikan kapang, ambil koloni dengan karakter morfologi tertentu dengan
cara mengambilnya dengan jarum enten kemudian menaruhnya pada satu titik media
PDA pada cawan petri. Jarum ose dan jarum enten yang digunakan untuk
memindahkan sedikit biakan bakteri dan kapang ke gelas obyek harus disterilisasi
dengan cara dipanaskan diatas lampu bunsen agar terbebas dari mikroba (steril),
begitu pula dengan bibir cawan petri tempat koloni fungi (Soni, 2010).
Salah satu tahapan yang penting dalam mendiagnosa gejala serangan penyakit
tanaman adalah identifikasi terhadap patogen tanaman. Patogen yang diidentifikasi
berasal dari pengambilan sampel tanaman yang terserang penyakit. Sampel tanaman
yang terserang penyakit kemudian diisolasi dan ditumbuhkan pada media aseptik
buatan. Identifikasi menjadi sangat penting karena pada tahapan tersebut ditekankan
beberapa hal pokok seperti untuk pengendalian khususnya untuk uji antagonis
ataupun hanya sekedar untuk mengetahui jenis patogen yang menyerang tanaman.
Dari hasil identifikasi, dapat diperoleh suatu kesimpulan mengenai jenis patogen
yang menyerang tanaman kemudian lebih lanjut upaya tersebut juga dapat diarahkan
untuk mempelajari upaya – upaya pengendalian yang tepat untuk mencegah serangan
patogen tersebut. Salah satunya melalui uji antagonismu dari jamur antagonis. Hal ini
menyebabkan proses identifikasi patogen tanaman menjadi sangat penting untuk
memastikan jenis patogen yang menyerang tanaman secara akurat. Untuk itu, perlu
dilakukan praktik secara langsung untuk mengidentifikasi patogen tanaman. (Chang,
1996).
Hasil yang diperoleh untuk mengetahui berbagai penyebab penyakit setelah
dilakukannya 3 tahap (isolasi, peremajaan, dan identifikasi) yaitu ditemukannya
Aspergillus sp., Trichoderma sp., Articulospora inflata, dan Acremonium sp. dari
masing-masing sampel tanaman berpenyakit dengan spesies yang berbeda namun
terdapat hasil patogen yang sama yaitu ada kelompok 1, 3, dan 6 dari jenis penyakit

dan spesies tumbuhan yang berbeda dengan warna koloni yan berbeda pula (hitam,
hijau kehitaman, putih). Trichoderma spp. diklasifikasikan dalam Kingdom Plantae,
Divisio

Amastigomycota,

Class

Deutromycetes,

Ordo

Moniliales,

Famili

Moniliaceae, Genus Trichoderma, Spesies Trichoderma spp. Cendawan marga
Trichoderma terdapat lima jenis yang mempuyai kemampuan untuk mengendalikan
beberapa

patogen

yaitu

Trichorderma

harzianum,

Trichorderma

koningii,

Trichorderma viride, Trichoderma hamatum dan Trichoderma polysporum (Ingold,
1975).
Jenis yang banyak dikembangkan di Indonesia antara lain Trichorderma
harzianum, Trichorderma koningii, Trichoderma viride.Trichoderma spp. memiliki
konidiofor bercabang-cabang teratur, tidak membentuk berkas, konidium jorong,
bersel satu, dalam kelompok-kelompok kecil terminal, kelompok konidium berwarna
hijau biru (Semangun, 1996). Trichoderma spp. juga berbentuk oval, dan memiliki
sterigma atau phialid tunggal dan berkelompok (Ingold, 1975).
Koloni Trichoderma spp. pada media agar pada awalnya terlihat berwarna
putih selanjutnya miselium akan berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat
sebagian besar berwarna hijau ada ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih
berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau. Koloni pada
medium OA (20oC) mencapai diameter lebih dari 5 cm dalam waktu 9 hari, semula
berwarna hialin, kemudian menjadi putih kehijauan dan selanjutnya hijau redup
terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia. Konidifor dapat
bercabang menyerupai piramida, yaitu pada bagian bawah cabang lateral yang
berulang-ulang, sedangkan kearah ujung percabangan menjadi bertambah pendek.
Fialid tampak langsing dan panjang terutama apeks dari cabang, dan berukuran (2,83,2) μm x (2,5-2,8) μm, dan berdinding halus. Klamidospora umumnya ditemukan
dalam miselia dari koloni yang sudah tua, terletak interkalar kadang terminal,
umumnya bulat, berwarna hialin, dan berdinding halus (Ingold, 1975).
Mikroorganisme antagonis adalah mikroorganisme yang mempunyai pengaruh
yang merugikan terhadap mikroorganisme lain yang tumbuh dan berasosiasi
dengannya. Antagonis meliputi (a) kompetisi nutrisi atau sesuatu yang lain dalam
jumlah terbatas tetapi tidak diperlukan oleh OPT, (b) antibiosis sebagai hasil dari
pelepasan antibiotika atau senyawa kimia yang lain oleh mikroorganisme dan
berbahaya bagi OPT, dan (c) predasi, hiperparasitisme, dan mikroparasitisme atau
bentuk yang lain dari eksploitasi langsung terhadap OPT oleh mikroorganisme yang

lain. Trichoderma spp. merupakan salah satu jamur antagonis yang telah banyak diuji
coba untul mengendalikan penyakit tanaman (Tjahjadi, 1989).
Aspergillus dikenal karena stadium konidiumnya. Miselium berinti empat
bercabang-cabang kerap kali diduduki oleh sejumlah besar penampang konidium
yang terbentuk sendiri-sendiri diatas hifa dimana didalamnya terbentuk satu sel hifa,
sel kaki bercabang dan membentuk hifa tegak lurus. Hifa Aspergillus ini berujung
dengan sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini tumbuhlah sterigma. Pada
sterigma muncul konidium-konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian
mutiara (Lopez, 2002). Kapang Aspergillus, Rhizopus, dan Penicillium merupakan
kapang kosmopolit yang dapat menghasilkan enzim amilase. Aspergillus dan
Rhizopus merombak amilum menjadi glukosa menggunakan enzim α-amilase. Kerja
enzim α-amilase yakni memotong ikatan 1,4 α-glikosida. Enzim α-amilase terjadi
dalam dua tahap. Tahap pertama adalah degradasi amilum secara cepat yang
menghasilkan matotriosa dan maltosa. Tahap kedua bekerja lambat yakni mengubah
oligosakarida menjadi glukosa dan maltosa melalui jalur glikolisis (Arizal et al.,
2014)
Berikut ini merupakan klasifikasi dari Aspergillus sp., yaitu:
Kingdom :

Fungi

Phylum

:

Ascomycota

Class

:

Eurotiomycetes

Order

:

Eurotiales

Family

:

Trichocomaceae

Genus

:

Aspergillus

Species

:

Aspergillus sp. (Lopez, 2002).

Fase perkembangbiakan aseksual Aspergillus menghasilkan konidium yang
disangga konodiofor. Ujung konidiofornya berbentuk seperti bola dengan sejumlah
cabang yang masing-masing menyangga ranting konidium. Aspergillus s.p
merupakan saprofit dan parasit. Aspergillus mempunyai konidium di bagian
ujungnya dan mempunyai hifa bersekat serta bersepta. Aspergillus bersifat aerobik
dan ditemukan di hampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana mereka
umumnya tumbuh sebagai jamur pada permukaan substrat, sebagai akibat dari
ketegangan oksigen tinggi. habitatnya adalah di daerah yang lembab dan dapat hidup
pada buku, kayu dan pakaian, dapat hidup di daerah tropis dan subtropis tergantung
pada kondisi lingkungan. Jamur ini tumbuh sebagai saproba pada berbagai macam

bahan organik, seperti roti, olahan daging, butiran padi, kacang-kacangan, makanan
dari beras atau ketan, dan kayu (Lopez, 2002).
Dua fungi entomopatogen dengan nama Varicosporium alodae dan
Articulospora inflata dinilai dalam in vitro pada tahap perkembangan larva yang
berbeda pada nyamuk Anopheles: pada tahap instar yang kedua dan keempat untuk
adanya aktivitas toksik mereka. Perlakuan yang dikonduksikan dalam lingkungan
yang terkontrol sekitar lima hari. Mortalitas yang tinggi tercatat dalam kelompok
yang diperlakukan dengan V. Elodeae dalam waktu 72 jam dan tahapan instar kedua
pada Articulospora inflata (Omoya et al., 2011).
Berikut ini merupakan klasifikasi dari Acremonium sp., yaitu:
Kingdom:

Fungi

Division:

Ascomycota

Order

Hypocreales

:

Family :

Hypocreaceae

Genus

Acremonium

:

Spesies : Acremonium sp. (Saimee, 2003).
Genus Acremonium mengandung sekitar 100 spesies, yang sebagian besar
adalah saprophytic, yang diisolasi dari bahan tanaman mati dan tanah. Banyak
spesies diakui sebagai patogen oportunistik manusia dan hewan, menyebabkan
eumycetoma, onikomikosis, dan hyalohyphomycosis. Infeksi manusia oleh jamur
dari genus ini jarang terjadi, tetapi manifestasi klinis hyalohyphomycosis disebabkan
oleh Acremonium mungkin termasuk radang sendi, osteomyelitis, peritonitis,
endokarditis, pneumonia, serebritis, dan infeksi subkutan (Saimee, 2003).
Ciri morfologi fungi Acremonium sp adalah hifanya berbentuk filamen, segmen
pada hifanya berbentuk cembung (swollen), memiliki arthrospora, Konidia dan
germlings. Kondisi lingkungan kaya C, N, Mg, dan PO 43- , sangat sesuai dalam
proses germinasinya. Hifa Acremonium tumbuh apikal dan bercabang. Proses
reproduksi secara seksual belum ditemukan, sehingga fungi ini dimasukkan dalam
kelas deuteromycetes. Hasil penelitian dengan menggunakan perlakuan medium
menunjukkan adanya pengaruh medium terhadap diferensiasi morfologi, misalnya
pada medium yang mengandung metionin, swollen hypha dan arthospora tampak
lebih jelas dari pada bila ditumbuhkan pada medium yang mengandung sulfat
(Saimee, 2003).

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh maka dapat
disimpulkan bahwa berbagai penyebab penyakit yaitu Aspergillus sp.,
Trichoderma sp., Articulospora inflata, dan Acremonium sp. dengan cara
mengisolasi dan mengidentifikasi patogen yang menyebabkan penyakit pada
tumbuhan dapat diketahui setelah dilakukannya 3 tahap, yaitu isolasi,
peremajaan, dan identifikasi.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya dalam melakukan
pemindahan sampel bagian yang sakit ke dalam media PDA agar lebih berhatihati kembali agar terhindar dari terjadinya kontaminasi patogen lainnya.

DAFTAR REFERENSI

Achmad dan M. Maisaroh. 2012. Identifikasi dan Uji Patogenisitas
PenyebabPenyakit Hawar Daun pada Suren (Toona sureni MERR.). Jurnal
Manajemen Hutan Tropika, 10 (1) : 67-75.
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Arizal, Elvin Haris, Agus Supriyanto, dan Salamun. 2014. Isolasi dan Identifikasi
Kapang Pada Biji Jagung Dari Ruang Penyimpanan Pasar Tradisional. Jurnal
Ilmiah Biologi. 2(2) : 16-25
Black J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations. New Jersey : Prentince
Hall.
Burrow,W. 1959. Textbook of Microbiology.W.B. Philadelpia: Saunders Company
Chang, S.T., Buswell, J.A. 1996. Mushroom Nutriceuticals.World Journal of
Microbiology and Biotechnology 12:473
Company
Dwidjoseputro.2003.Dasar-Dasar Microbiologi. Malang: Djambatan
Elfina, Yetti, Muhammad Ali, dan Siti Maysaroh. 2013. Idenifikasi Gejala dan
Penyebab Penyakit Buah Jeruk Impor Di Penyimpanan di Kota Pekanbaru.
Riau: Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Ingold, C.T.1975. The Biology Of Fungy. London: Hutchinson Co Publisher.

Lopez, J.L. Casas.S. 2002. Production of lovastatin by Aspergillus terreus. AS:
Elsevier Inc.
Ogoshi, A., B. Sneh & L. Burpee. 1985. Identification of Rhizoctonia sp. Minnesota:
APSPress.
Omoya, F. O., Boboye, B. E. and Akinyosoye, F. A. 2011. Toxicity Assessment of
Varicosporium Alodeae and Articulospora Inflata on Anopheles Mosquito
larvae in South West Nigeria. Int.J.PharmTech Res 3(4): 2190-2194.
Perhutani. 1999. Selayang Pandang Persemaian Permanen Pongpoklandak KPH
Cianjur. Cianjur: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat KPH Cianjur.
Sadiqul, M. 2010. Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Isolasi Dan
Pemurnian Mikrobia. Banjarbaru: Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
Saimee, S.M. 2003. Screening of Lovastatin Production by Filamentous Fungi.
Biomed Journal 7(1):29-33.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
Univ Press.
Soni, 2010. The Biochemistry and Physiology of Infectious Plant Diseases. New
Jersey: D. Van Nostrand.
Talaro, K.P. 1999. Foundation Mikrobiologi third edition. Boston: MC Graw Hill
Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.