low back pain dan ergonomi kerja

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya
bekerja di bidang pertanian dan perkebunan. Dan pola bekerja dibidang pertanian
dan perkebunan membuat masyarakat Indonesia sering bergerak dan secara tidak
langsung dapat melatih tubuh agar lebih sehat. Namun seiring bertambah pesatnya
kemajuan di bidang ekonomi dan teknologi yang ada di Indonesia, semakin
bermunculan lapangan pekerjaan di bidang perkantoran yang menyebabkan
sebagian masyarakat Indonesia bekerja di bidang perkantoran. Oleh karena itu
pola hidup masyarakat pun berubah, yang dahulu banyak bergerak sekarang lebih
banyak menghabiskan waktu bekerja dengan duduk. Dan jika dahulu masyarakat
kita banyak yang terjangkit penyakit infeksi dan menular sekarang penyakit akibat
perubahan pola hidup pun dapat terjadi yaitu penyakit low back pain yang salah
satu penyebabnya adalah pola bekerja yang cenderung kurang bergerak selama
bekerja.
Ergonomi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani. Ergonomi
terdiri dari dua suku kata, yaitu: ‘ergon‘ yang berarti ‘kerja‘ dan ‘nomos‘ yang
berarti ‘hukum‘ atau ‘aturan’. Dari kedua suku kata tersebut ergonomi yaitu ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka.
Ergonomi juga merupakan upaya untuk menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan

dimensi tubuh agar tidak melelahkan dan sesuai dengan kebutuhan tubuh

1

2

manusia.1 Sedangkan pengertian ergonomi yang disepakati di Indonesia adalah
ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan
terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan
efisiensi kerja yang optimal.2
Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Sikap dan posisi kerja merupakan aspek dari ergonomi. Sikap dan
posisi kerja yaitu duduk, berdiri, mengangkat, dan mendorong. Sikap dan posisi
kerja yang tidak mengikuti ergonomi yang benar dapat menimbulkan
berkurangnya produktivitas kerja dan masalah kesehatan. 3 Sikap dan posisi kerja
pada saat duduk yang lama dan tidak mengikuti ergonomi yang benar dapat
mengakibatkan masalah kesehatan yaitu low back pain. Penelitian menunjukkan
pekerja yang duduk dengan ergonomi yang tidak benar sekitar 73% mengalami
low back pain.4
Low back pain adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,

dapat berupa nyeri lokal ataupun disertai nyeri radicular atau keduanya yang
disebabkan oleh iritasi atau kompresi radiks pada satu atau beberapa radiks
lumbosacral yang dapat disertai dengan kelemahan motorik, gangguan sensoris
dan refleks fisiologis.5
Low back pain dapat dipengaruhi beberapa faktor risiko antara lain umur,
indeks masa tubuh, sikap bekerja (duduk, berdiri, mendorong, mengangkat) dan
masa kerja. Kebiasaan sehari-hari juga dapat merupakan faktor risiko terjadinya

3

low back pain antara lain kebiasaan merokok, konsumsi alkohol. Paritas dan stres
psikososial turut berperan terjadinya low back pain.6
Penelitian menunjukkan sekitar 98% penyebab nyeri punggung karena
ketegangan otot dan ligamen tulang belakang yang disebabkan oleh duduk lama.
Lama duduk selama empat jam per hari dapat menyebabkan nyeri punggung.
Nyeri punggung yang terjadi karena duduk lama mengakibatkan kontraksi otot dan
penyempitan pembuluh darah. Kontraksi otot akan menyebabkan penumpukan
asam laktat dan penyempitan pembuluh darah akan menyebabkan jaringan
kekurangan nutrisi dan oksigen, kedua hal tersebut menyebabkan nyeri.7
Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan low back

pain. Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15%20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut
maupun kronik. Penderita low back pain usia 30-55 tahun sekitar 39%-60%.
Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah
penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Prevalensi low
back pain karena posisi duduk besarnya 39,7%, di mana 12,6% sering
menimbulkan keluhan 1,2% kadang-kadang menimbulkan keluhan dan 25,9%
jarang menimbulkan keluhan.8
Berdasarkan hal di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh ergonomi terhadap pekerja yang lebih banyak duduk
dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

4

kepada masyarakat tentang ergonomi kerja yang baik dan benar sehingga angka
kejadian low back pain dapat menurun.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui “Apakah ada pengaruh ergonomi terhadap terjadinya low
back pain pada pekerja yang lebih banyak duduk di Sekretariat Pemda Kabupaten
Tanggamus”?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ergonomi
terhadap terjadinya low back pain pada pekerja yang lebih banyak duduk.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh sikap duduk terhadap terjadinya low back pain.
b. Untuk mengetahui pengaruh posisi duduk terhadap terjadinya low back pain.
c. Untuk mengetahui pengaruh lama duduk terhadap terjadinya low back pain.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai pengaruh ergonomi terhadap terjadinya low back pain pada pekerja
yang lebih banyak duduk.

5

2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi
masyarakat mengenai pengaruh ergonomi terhadap pekerja yang lebih banyak
duduk sehingga dengan demikian diharapkan masyarakat dapat memperbaiki

ergonomi kerjanya yang akan berpengaruh terhadap menurunnya angka
kejadian low back pain.
3. Bagi bidang keilmuan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh
ergonomi terhadap terjadinya low back pain pada pekerja yang lebih banyak
duduk sehingga dapat menjadi referensi yang berguna untuk penelitian
selanjutnya
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini:
1. Sifat Penelitian: Survei Analitik
2. Subjek Penelitian: PNS di Sekretariat Pemda Kabupaten Tanggamus
3. Objek Penelitian: Sikap duduk, posisi duduk, lama duduk dan low back pain
pada PNS di Sekretariat Pemda Kabupaten Tanggamus
4. Waktu penelitian : Penelitian dilakukan pada bulan februari 2013

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ergonomi

1. Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu Ergon (kerja) dan Nomos
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan
optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja,
di rumah, dan tempat rekreasi. Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem
dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan
utama, yaitu menyesuaikan desain peralatan dan pekerjaan dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia.9
Tujuan utama dari ergonomi adalah upaya memperbaiki performa kerja
manusia seperti keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang
berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat dan
menghasilkan suatu produk yang nyaman, enak di pakai oleh pemakainya. Disamping
itu diharapkan juga mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia dan
meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.10
Disamping itu, ergonomi juga memberikan peranan penting dalam
meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya : desain suatu sistem
kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia,


7

desain stasiun kerja untuk alat peraga visual.11 Hal itu adalah untuk mengurangi
ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja untuk
mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendali
agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu
respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, serta supaya didapatkan
optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang
kurang tepat.
Dapat disimpulkan bahwa ergonomi adalah ilmu, teknologi, dan seni yang
dapat digunakan oleh manusia untuk menyerasikan alat-alat kerja, cara kerja pada
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia, sehingga diperoleh kondisi kerja dan
lingkungan yang sehat, aman, nyaman, dan efisien sehingga tercapai produktivitas
yang maksimal.
2. Ergonomi Duduk
Sikap duduk paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan
dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan
sedikit mungkin kifosa pada punggung. Karena bertahan pada posisi duduk dalam
jangka waktu yang cukup lama tanpa mengubah-ngubah posisinya, dibawah kondisi
tekanan kompresi yang terjadi, dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah pada

bagian tubuh, gangguan pada sirkulasi darah dan menyebabkan rasa nyeri.12
Berikut ini adalah sikap duduk yang benar:
a. Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu ke belakang.
b. Tekuk lutut pada posisi yang benar.
c. Letakkan kaki pada pijakan kaki. Jaga posisi sejajar dengan lantai.

8

d. Letakkan kursi tidak terlalu jauh dari meja sehingga nyaman saat anda
bekerja.
e. Istirahatkan sesekali lengan dan siku anda diatas meja atau pegangan kursi,
dan buatlah bahu tetap rileks.
f. Bergeraklah kedepan saat hendak berdiri, dengan kaki lurus. Jangan memutar
pinggang.
Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang kurang nyaman, diperlukan
beberapa pertimbangan, yaitu :
1) Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi
membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu lama.
2) Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang
bisa dilakukan.

3) Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu
lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap atau dalam
posisi miring.
4) Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam periode yang lama dengan
tangan atau lengan berada dalam posisi di atas tingkat siku yang normal.

9

Gambar 1. Posisi duduk yang benar
3. Desain Ergonomi Meja dan Kursi
Ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran baku tentang meja dan kursi kerja
yang berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri orang indonesia adalah
sebagai berikut.
a. Tinggi Tempat Duduk
Salah satu pertimbangan dasar dalam perancangan tempat duduk adalah
tinggi permukaan bagian atas dari landasan tempat duduk diukur dari permukaan
lantai. Jika suatu landasan tempat duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah
paha akan tertekan.
Hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan peredaran
darah. Jika letak landasan tempat duduk tidak memungkinkan telapak kaki untuk

menapak pada permukaan lantai, stabilitas tubuh akan melemah. Sebaliknya jika
letak suatu landasan tempat duduk terlalu rendah, kaki akan memanjang dan pada

10

posisi maju kedepan. Pada posisi demikian kaki akan meniadakan stabilitas
tubuh.13

Gambar 2. Pedoman dimensi-dimensi antropometrik yang dibutuhkan untuk
rancangan kursi
Tabel 1. Pedoman dimensi-dimensi antropometrik untuk rancangan kursi

Pengukuran
A. Tinggi lipatan dalam lutut
B. Jarak pantat-lipatan dalam lutut
C. Tinggi siku posisi istirahat
D. Tinggi bahu
E. Tinggi duduk normal
F. Rentang antar siku
G. Rentang panggul

H. Rentang bahu

Pria
Cm
49,0
54,9
29,5
63,5
93,0
50,5
15,9
19,0

Wanita
Cm
44,5
53,5
27,9
59,5
88,1
49,0
43,4
48,3

Dalam merancang sebuah tempat duduk, kita harus memperhatikan
antropometri pemakai tempat duduk tersebut. Ketika salah satu dari bagian
tempat duduk tersebut kurang nyaman, misalnya landasan tempat duduk
yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan paha tertekan dan peredaran darah
terhambat, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

11

Gambar 3. Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu tinggi dapat
menyebabkan paha tertekan dan peredaran darah terhambat. Telapak kaki tidak
dapat menapak dengan baik diatas permukaan lantai yang mengakibatkan
melemahnya stabilitas tubuh.
b. Kedalaman Tempat Duduk
Pertimbangan dasar lainnya dari perancangan sebuah kursi adalah
kedalaman landasan tempat duduk (jarak yang diukur dari bagian depan
sampai bagian belakang sebuah tempat duduk).
c. Sandaran Punggung
Fungsi utama dari sandaran punggung adalah untuk mengadakan
penopangan bagi daerah lumbal sampai pertengahan punggung. Konfigurasi dari
sandaran punggung harus dapat menyokong sesuai profil dari tulang belakang,
terutama pada daerah lumbal. Keseluruhan tinggi sandaran punggung dapat
bervariasi sesuai dengan jenis dan maksud pemakaian suatu kursi.14

12

Gambar 4. Fungsi dari sandaran punggung adalah sebagai penopang lumbal.
d. Alas duduk
Tujuan dari pemberian bantalan pada dasarnya adalah sebagai upaya
penyebaran

tekanan,

sehubungan

dengan

berat

badan

pada

titik

persinggungan antar permukaan dengan daerah yang lebih luas.

e. Tinggi alas duduk
Panjang alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lipat lutut bagian
belakang telapak kaki. Ukuran yang diusulkan adalah 40-48 cm.
f. Panjang alas duduk
Panjang alas duduk harus lebih pendek dari pada jarak lipat lutut bagian
belakang–garis punggung. Ukuran yang diusulkan adalah 40 cm.15
g. Lebar tempat duduk
Harus lebih besar dari lebar panggul. Ukuran yang diusulkan adalah 40-44 cm.
h. Sandaran tangan

13

Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan lebih lebar dari lebar pinggul dan
tidak melebihi lebar bahu. Tinggi sandaran tangan adalah tinggi siku duduk.
Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah. Ukuran yang
diperkenankan:
1). Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan adalah 42-46 cm.
2). Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas duduk.
3). Panjang sandaran tangan adalah 21 cm.
i. Sudut alas duduk
Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan pada
pekerja untuk melaksanakan pemilihan-pemiihan gerakan. Ukuran yang
diusulkan alas duduk adalah horizontal.16

j. Meja kerja
1). Tinggi meja
Kriteria : Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan
dengan sikap tubuh pada waktu kerja.
Ukuran : Tinggi meja 60-74 cm diukur dari permukaan daun meja sampai ke
lantai.
2). Tebal daun meja
Kriteria : Tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan kebebasan bergerak pada kaki.
3). Lebar meja
Kriteria : Tidak melebihi jarak jangkauan tangan17

14

B. Anatomi vertebra
1. Columna Vertebralis
Columna vertebralis terdiri dari 33 vertebra yang teratur dalam lima
daerah, tetapi hanya 24 dari jumlah tersebut 17 vertebra cervicalis, 12 vertebra
thoracica, dan lima vertebra lumbal. Pada orang dewasa kelima vertebra
sacralis melebur untuk membentuk os sacrum, dan keempat vertebre coccygea
melebur untuk membentuk os coccygis. Corpus vertebra berangsur menjadi
lebih besar ke ujung caudal columna vertebralis, dan kemudian berturut-turut
menjadi makin kecil ke ujung os coccygis. Perbedaan struktural ini
berhubungan dengan keadaan bahwa daerah lumbal dan sacral menanggung
beban yang lebih besar daripada daerah servikal dan torakal. Vertebra
cervicalis, vertebra thoracica, dan vertebra lumbal.18

15

Gam
bar 5. Columna Vertebralis

2. Lengkung-lengkung Columna Vertebralis
Pada columna vertebralis orang dewasa terdapat empat lengkung.
Lengkung torakal dan lengkung sacrocogsygeal

mencekung ke ventral,

sedangkan lengkung servical dan lengkung lumbal mencekung ke dorsal.
Lengkung toracal dan lengkung sacral adalah lengkung primer yang

16

berkembang pada masa fetal. Lengkung servical adalah lengkung sekunder
yang mulai terjadi di daerah servical dan daerah lumbal sebelum kelahiran.
Tetapi tidak menjadi nyata sampai masa kanak-kanak. Lengkung sekunder
terutama terjadi karena perbedaan ketebalan antara bagian ventral dan bagian
dorsal discus intervertebralis. Lengkung servical menjadi lebih nyata sewaktu
bayi mulai mengangkat kepalanya. Lengkung toracal terjadi karena corpus
vertebra yang agak berbentuk seperti baji.
3. Struktur dan Fungsi Vertebra
Vertebra dari beberapa daerah berbeda dalam ukuran dan sifat khas
lainnya, dan vertebra dalam suatu daerah pun satu dengan yang lain
memperlihatkan perbedaan yang lebih kecil. Vertebra yang khas terdiri dari
corpus vertebra dan arcus vertebra. Corpus vertebra adalah bagian dari ventral
yang memberi kekuatan pada columna vertebralis dan menangung berat tubuh.
Corpus vertebra, terutama dari vertebra thoracica IV ke caudal, berangsur
bertambah besar supaya dapat memikul beban yang makin berat.
1). Processus spinosus menonjol dari tempat persatuan kedua lamina dan
bertumpang di seblah dorsal pada prosessus spinosus vertebra di
bawahnya.
2). Dua prosessus transversus menonjol ke arah dorso-lateral dari tempat
persatuan pediculus arcus vertebra dan lamina arcus vertebra.

17

3). Prosessus articularis superior dan prosessus articularis inferior juga
berpangkal pada tempat persatuan pediculus arcus vertebra dan lamina
arcus vertebra.19
4. Sendi-sendi Columna Vertebralis
Sendi-sendi columna vertebralis terdiri dari sendi-sendi corpus vertebra,
sendi-sendi arcus vertebra, articulationes craniovertebrales, articulationes
costoverterbrales dan articulationes sacro-iliacae. Sendi-sendi corpus vertebra
termasuk jenis sendi condral sekunder (simfisis) yang dirancang untuk
menanggung beban berat dan kekuatan. Setiap discus intervertebralis terdiri
dari sebuah annulus fibrosus yang terbentuk dari lamel-lamel fibrokartilago
yang teratur konsentris dan mengelilingi nukleus pulposus yang berkonsistensi
jeli. Annulus fibrosus ini berinsersi pada tepi facies articularis corpus vertebra
yang licin dan membulat (cincin epifiser).
Antara vertebra cervicalis I (atlas) dan vertebra cervicalis II
(axis,epistrofeus) tidak terdapat discus intervertebralis. Discus intervertebralis
fungsional paling caudal terletak antara vertebra lumbalis V dan vertebra
sacralis I.
Ventral terhadap foramen magnum. Ligamentum longitudinale anterius
memantapkan kedudukan sendi-sendi antara corpus vertebra dan membantu
mencegah hiperekstensi columna vertebralis.

18

5. Gerak pada Columna Vertebralis
Gerak columna vertebralis berbeda-beda sesuai daerah dengan columna
vertebralis dan sifat individual. Kebebasan gerak columna vertebralis terutama
dihasilkan oleh penempatan dan kelenturan discus intervertebralis. Pada
columna vertebralis dapat dilakukan gerak berikut: fleksi, ekstensi, laterofleksi
(menggerakkan ke samping) dan rotasi. Luas gerak columna vertebralis
dibatasi oleh:
a. tebalnya discus intervertebralis
b. bentuk dan arah articulatio zygapophysealis
c. tahanan otot dan ligamentum punggung
d. tahanan otot dan ligamentum punggung
e. tegangan capsula articularis zygapophysealis
Gerak columna vertebralis terjadi lebih bebas di daerah servikal dan
daerah lumbal daripada di daerah yang lain. Bagian toracal columna
vertebralis relatif stabil karena hubungannya dengan sternum melalui costa dan
cartilago costalis.
Fleksi dapat dilakukan paling baik di daerah servical dan hampir tidak
mungkin terjadi di daerah toracal. Laterofleksi paling baik diadakan di daerah
servical atau lumbal dan dihambat di daerah toracal oleh costa. Ekstensi paling
nyata di daerah lumbal dan biasanya lebih leluasa daripada fleksi.
6. Vaskularisasi Columna Vertebralis
Arteri spinalis yang mengantar darah kepada vertebra adalah cabang dari:

19

a. Arteri vertebralis dan arteri cervicalis ascendens di leher
b. Arteri intercostalis posterior di daerah toracal
c. Arteri subcostalis dan arteri lumbalis di abdomen
d. Arteri iliolumbalis dan arteri sacralis di lateralis
Arteri spinalis memasuki foramen intervertebrale dan bercabang
menjadi cabang akhir dan cabang radicular. Beberapa dari cabang-cabang ini
beranastomosis dengan arteri-arteri medulla spinalis.
Vena spinalis membentuk pleksus vena yang meluas sepanjang columna
vertebralis, baik di sebelah dalam (plexus venosi vertebrales profundi) dan juga
di sebelah luar (plexus venosi vertebrales superficiales) canalis vertebrales.20

20

Gambar 6. Vaskularisasi Columna Vertebralis
7. Susunan Saraf Spinal
Tiga puluh satu saraf spinal (nervus spinalis) dilepaskan dari medulla
spinalis. Beberapa anak akar keluar dari permukaan dorsal dan permukaan
ventral medulla spinalis, dan bertaut untuk membentuk akar ventral (radiks

21

anterior) dan akar dorsal (radiks posterior). Dalam radiks posterior terdapat
serabut aferen atau sensoris di kulit, jaringan subkutan dan profunda, dan sering
kali dari visera.
Radiks anterior terdiri dari serabut eferen atau motoris untuk otot
kerangka, dan dalam banyak radiks anterior terdapat serabut otonom
praganglion. Banyak sel akson yang membentuk radiks anterior berada dalam
cornu anterius subtantia grisea medulla spinalis, sedangkan badan sel akson
yang membentuk radiks posterior terletak di luar medulla spinalis, di dalam
ganglion spinal (ganglion radiks posterior).
Radiks posterior dan radiks anterior nervus spinalis bersatu pada tempat
keluarnya dari canalis vertebralis untuk membentuk sebuah nervus spinalis.
Pembagian nervus spinalis adalah sebagai berikut:
a. VII pasang nervus cervicalis
b. XII pasang nervus thoracicus
c. V pasang nervus lumbalis
d. V pasang nervus sacralis
e. 1 pasang nervus coccygeus
Masing-masing nervus spinalis hampir langsung terpecah menjadi
sebuah ramus anterior dan sebuah ramus posterior. Ramus posterior
mempersarafi kulit dan otot-otot punggung, dan ramus anterior mempersarafi
ekstremitas dan bagian batang tubuh lainnya.

22

Karena jarak antara segmen medulla spinalis dan vertebra yang sesuai
makin bertambah, panjang akar-akar saraf pun bertambah secara progresif ke
arah ujung caudal columna vertebralis. Akar-akar saraf lumbal dan sakral
adalah yang terpanjang.
Akar-akar ini

melintas

ke

caudal

sampai

mencapai

foramen

intervertebrale di daerah lumbal dan sacral untuk keluar dari canalis
vertebralis. Berkas akar-akar saraf spinal di spatium subarachnoideum caudal
dari ujung medulla spinalis adalah cauda equina.21

23

Gambar 7. Nervus Spinalis
C. Low Back Pain
1. Definisi Low Back Pain
Low back pain adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah
costae (tulang rusuk) sampai lumbosacral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa

24

menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. Low
back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
musculosceletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.2
2. Etiologi Low Back Pain
Beberapa faktor yang menyebabkan low back pain:
a). Osteoartritis
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga
menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot
atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vertebra
yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia
muda.
b). Osteoporosis
Adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang
mengalami penurunan dan meningkatkan risiko patah tulang.
c). Fibromyalgia
Adalah sindrom yang ditandai dengan nyeri kaku pada otot pada daerah
ujung tendon, khususnya pada daerah punggung dan leher. Nyeri lebih berat
dirasakan apabila penderita tidak melakukan aktivitas. Nyeri berkurang ketika
penderita melakukan aktivitas.22
d). Scoliosis
Merupakan kelainan bentuk tulang belakang yang menyebabkan tekanan
lebih besar pada saat duduk sehingga menimbulkan low back pain. Scoliosis
terjadi pada anak-anak dan penyebabnya tidak diketahui. Scoliosis pada orang
dewasa didapat dari riwayat scoliosis saat kecil yang tidak diobati.

25

e). Reumatoid artrits
Reumatoid artritis merupakan gangguan akut dan kronik karena adanya
inflamasi dan kekakuan pada sendi. Jika kekakuan terjadi pada daerah
punggung maka nyeri akan menyebar dan penderita mengalami low back pain.23
f. Trauma
Trauma di daerah vertebrae seperti lumbal, sacral atau torakal dapat
menyebabkan terjadinya low back pain.
3. Faktor Risiko Terjadinya Low Back Pain
a). Sikap Tubuh yang Salah
Banyak orang yang menderita sakit punggung ternyata berawal dari
kebiasaan salah yang mereka lakukan. Akibatnya, posisi dan fungsi organ vital,
khusus nya di daerah perut ikut terpengaruh. Yang tidak kalah penting postur
tubuh yang baik juga membuat penampilan menjadi memikat sehingga
meningkatkan rasa percaya diri. Duduk dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan low back pain.
Duduk dengan posisi yang baik adalah postur tubuh dengan kepala
tegak, lengan dan tungkai rileks serta dapat memberikan stabilitas yang baik.
Posisi duduk sangat dipengaruhi oleh desain kursi. Idealnya kursi yang baik
adalah mendukung postur tubuh saat duduk. Posisi duduk baik tegak maupun
membungkuk dalam jangka waktu lebih dari 30 menit mengakibatkan low back
pain.2
b). Obesitas

26

Berat badan yang berlebihan menyebabkan tumpukan lemak lebih
banyak sehingga tekanan pada tulang belakang menjadi lebih besar dan dapat
menimbulkan risiko terjadinya low back pain.
c). Kehamilan
Low back pain saat hamil disebabkan beberapa faktor seperti kelemahan
otot-otot abdomen karena kehamilan. Selain itu pada masa pertengahan
kehamilan massa uterus menjadi lebih berat sehingga pusat gravitasi ibu hamil
berubah dan mengakibatkan postur ibu berubah sehingga dapat mengakibatkan
low back pain.23
4. Gejala Klinis Low Back Pain
Nyeri merupakan perasaan subjektif dan tingkat keparahannya
dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan keadaan saat nyeri tersebut terjadi.
Keluhan nyeri dapat beragam pada pasien dengan low back pain dan nyeri
diklasifikasikan sebagai nyeri yang bersifat lokal, radicular, dan menjalar
(referred pain) atau spasmodis, yaitu:
a. Nyeri yang bersifat lokal
Nyeri lokal berasal dari proses patologis yang merangsang ujung saraf
sensoris, umumnya menetap, namun dapat pula intermiten, nyeri dipengaruhi
perubahan posisi, bersifat nyeri tajam dan atau tumpul.
b. Nyeri radicular
Nyeri radicular berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf spinal
(spinal nerve root) dan keluhan ini lebih berat dirasakan pada posisi yang
mengakibatkan tarikan seperti membungkuk dan berkurang dengan istirahat.

27

c. Nyeri menjalar ( referred pain)
Nyeri alih atau menjalar dari pelvis visera umum mengenai dermatom
tertentu, bersifat tumpul dan terasa lebih dalam.18
5. Patofisiologi Low Back Pain
Nyeri pinggang bawah terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat
perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan
akan menimbulkan nyeri. Ketegangan (strain) otot dan keregangan (sprain)
ligamen tulang belakang merupakan salah satu penyebab utama low back pain.

Bila seseorang duduk dengan tungkai atas berada pada posisi 90 , maka daerah
lumbal belakang akan menjadi mendatar keluar yang dapat menimbulkan
keadaan kifosis.
Kifosis lumbal ini selain menyebabkan peregangan ligamen longitudinal
posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis
sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan pada bagian dari annulus
posterior dan penekanan pada nukleus pulposus.

6. Klasifikasi Low back Pain
Berdasarkan perjalanan kliniknya low back pain terbagi menjadi dua jenis,
yaitu:
a). Acute Low Back Pain

28

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back
pain dapat disebabkan karena luka traumatis seperti kecelakaan mobil atau
terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat
merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada
kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal
dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
b). Chronic low back pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari tiga
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini
biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama.
Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis,
proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.23

7. Pemeriksaan fisik
a). Inspeksi
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk columna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya

29

scoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh
spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
1). Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah
2). Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,
karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
3). Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada hernia nucleus pulposus, karena adanya ketegangan pada saraf
yang terinflamasi diatas suatu discus protusio sehingga meninggikan tekanan
pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen
yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
4). Lokasi dari hernia nucleus pulposus biasanya dapat ditentukan bila pasien
disuruh membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke
suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral
menandakan adanya hernia nucleus pulposus pada sisi yang sama.
5). Nyeri low back pain pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda
menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis,
namun ini tidak patognomonik.22
b). Palpasi

30

Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan

menekan

pada

ruangan

intervertebralis

atau

dengan

jalan

menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons
pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan
(step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain
memfokuskan

pada kelainan neurologis. Refleks yang menurun atau

menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada diagnosis low back pain
dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada
sindroma cauda equina atau adanya neuropati yang bersamaan.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4
dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1. Harus dicari
pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).
Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa upper motor neuron atau low motor neuron.23
c). Pemeriksaan motoris

31

Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan
memperhatikan miotom yang mempersarafinya
d). Pemeriksaan sensoris
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti
diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi hernia nucleus
pulposus sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna
dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris
e). Tanda-tanda perangsangan meningeal
Tanda Laseque menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal
khususnya lumbal V atau sacral I. Secara klinis tanda Laseque dilakukan
dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan
perlahan-lahan dan gradual

dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan

menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan
nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi.
Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut
dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda
laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri
radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral
merupakan tanda kemungkinan herniasi discus.

32

Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan
nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya.
Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda
pre-operatif yang terbaik untuk suatu hernia nucleus pulposus, yang terlihat
pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita hernia
nucleus pulposus dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan
positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan
dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua
dibandingkan dengan yang muda (
nilai median dalam
menjawab kuesioner
yang diajukan.
2

Posisi
duduk

Posisi tubuh saat
memakai fasilitas
yang digunakan

kuesi
oner

Wawancara
terstruktur
dan
pengamatan

0= tidak baik, apabila
< nilai median dalam
menjawab kuesioner
yang diajukan

Nominal

1= baik, apabila >
nilai median dalam
menjawab kuesioner
yang diajukan
3

2

Lama
duduk

Low
back
pain

F. Alat Ukur

Lama
duduk
selama bekerja ≥
4 jam per hari

kuesi
oner

Nyeri di daerah
punggung antara
sudut
bawah
costae
sampai
lumbosacral

Kuesi
oner

Wawancara
terstruktur
dan
pengamatan

0= apabila ≥4 jam per
hari

Wawancara
terstruktur

0= nyeri punggung

Nominal

1= apabila ≤4 jam per
hari

1=
tidak
punggung

nyeri

Nominal

42

Alat ukur penelitian ini dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui
pengaruh ergonomi terhadap terjadinya low back pain pada pekerja yang lebih
banyak duduk, yang berbentuk formulir yang berisikan daftar pertanyaan.
1. Jenis pertanyaan yang digunakan berupa kuesioner tertutup dengan jumlah
pertanyaan sebanya 10 item pertanyaan.
2. Skor kuesioner sikap duduk, posisi duduk, lama duduk dan low back pain
dengan pilihan jawaban tidak = 0 dan ya = 1
3. Uji validitas dan realibilitas diketahui ketepatan dari setiap item pertanyaan
harus > 0,19 maka diperoleh data yang valid berjumlah 7 dan 3 tidak valid yaitu
pertanyaan nomor 3, 4 dan 7 dimana hasil yang diperoleh < 0,19. Nilai
cronbach alfa sebesar 0,696 > nilai alfa yaitu 0,653 jadi data yang diperoleh
telah reliabel.
G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari lokasi penelitian yaitu
Sekretariat Pemda Kabupaten Tanggamus. Setelah itu meminta perizinan untuk
melakukan penelitian di Sekretariat Kabupaten Tanggamus. Setelah mendapatkan
perizinan untuk melakukan penelitian maka langkah selanjutnya adalah mencari
sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah itu mencari data
penelitian dengan melakukan wawancara, setelah semua data penelitian terkumpul
maka selanjutnya adalah pengolahan data.

H. Pengolahan Data

43

Pengolahan data dilakukan dengan cara berikut:
1. Editing, dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah dikoreksi
sebelumnya.
2. Koding, dilakukan dengan pemberian kode pada data sehingga mempermudah
pengelompokan data.
3. Entri, merupakan suatu kegiatan memasukkan data kedalam komputer.
4.Tabulasi, kegiatan yang menyajikan data dalam bentuk tabel.
I. Analisis Data
Dengan melihat analisis data yang diperoleh dari hasil kuesioner, data akan diolah
dengan alat bantu perangkat komputer SPSS for windows versi 16. Untuk analisis
data digunakan analisis data univariat dan analisis bivariat.
1. Analisis data univariat
Analisa data untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel yaitu
pengaruh ergonomi dan low back pain.
2. Analisis data bivariat
Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan
terikat yaitu pengaruh ergonomi dan low back pain. Analisa ini dilakukan
dengan menggunakan uji statistik Chi Square. Namun apabila syarat-syarat uji
chi square tidak terpenuhi maka dilakukan uji fisher. Untuk menguji
kemaknaan, digunakan batas kemaknaan sebesar 5% (α = 0,05). Hasil uji
dikatakan ada hubungan yang bermakna bila nilai p ≤ α (p < 0,05). Hasil uji
dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna apabila nilai p > α (p > 0,05).

44

Untuk mengetahui kekuatan korelasi atau hubungan antara variabel terikat
terhadap variabel bebas maka digunakan rumus koefesien kontingensi
(Contingency Coefficient).

45

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian mengenai Pengaruh Ergonomi Terhadap Terjadinya Low Back
Pain Pada Pekerja Yang Lebih Banyak Duduk di Sekretariat Pemerintah Daerah
Kabupaten Tanggmus Tahun 2013 telah dilakukan pada bulan februari 2013. Dari
jumlah populasi sebanyak 165 orang, yang memenuhi kriteria inklusi untuk
diambil sebagai sampel sebanyak 84 responden.
Penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner terhadap sampel
penelitian. Dari hasil penelitian kuesioner diperoleh data mengenai ergonomi kerja
yaitu sikap duduk, posisi duduk, dan lama duduk serta kejadian low back pain dari
sampel penelitian.
Data yang telah diperoleh tersebut kemudian dianalisis menggunakan
analisis univariat dan analisis bivariat.

46

1. Karakteristik Responden
a. Usia
Karakteristik responden menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Distribusi Usia Pada Pegawai Negeri Sipil
Interval Usia
30-35
36-40
41-45
46-50
51-55
Jumlah

Jumlah
12
17
31
16
8
84

Persentase
14%
20%
37%
19%
10%
100 %

Usia responden dikategorikan menjadi 5 kelompok dan didapatkan data
responden yang berusia 30-35 tahun sebanyak 12 responden (14%), 36-40
tahun sebanyak 17 responden (20%), 41-45 tahun sebanyak 31 responden
(37%), 46-50 tahun sebanyak 16 responden (19%), dan 51-55 tahun sebanyak
8 responden (10%).
b. Jenis Kelamin
Karakteristik responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Pada Pegawai Negeri Sipil
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

Jumlah
53
31
84

Persentase
63%
37%
100%

Setelah dikelompokkan didapatkan data responden dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 53 responden (63%), dan jenis kelamin laki-laki sebanyak
31 responden (37%).

47

c. Berat Badan
Karakteristik responden menurut berat badan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Distribusi Berat Badan Pada Pegawai Negeri Sipil
Interval Berat Badan
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75-79
Jumlah

Jumlah
2
3
13
28
23
15
84

Persentase
2%
4%
15%
34%
27%
18%
100%

Berat badan responden dikategorikan menjadi 6 kelompok dan didapatkan data
responden yang berat badan 50-54 kg sebanyak 2 responden (2%), 55-59 kg
sebanyak 3 responden (4%), 60-64 kg sebanyak 13 responden (15%), 65-69 kg
sebanyak 28 responden (34%), 70-74 kg sebanyak 23 responden (27%), dan 7579 kg sebanyak 15 responden (18%).
d. Tinggi Badan
Karakteristik responden menurut tinggi badan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi Tinggi Badan Pada Pegawai Negeri Sipil
Interval Tinggi Badan
160-164
165-169
170-174
175-179
179-184
Jumlah

Jumlah
7
17
21
23
16
84

Persentase
8%
21%
25%
27%
19%
100%

Data tinggi badan responden dikelompokkan ke dalam 5 kelompok dan
didapatkan data 160-164 cm sebanyak 7 responden (8%), 165-169 cm sebanyak

48

17 responden (21%), 170-174 cm sebanyak 21 responden (25%), 175-179 cm
sebanyak 23 responden (27%), dan 179-184 cm sebanyak 16 responden (19%).
e. Lama Bekerja
Karakteristik responden menurut lama tahun bekerja sebagai pegawai negeri
sipil adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Distribusi Lama Tahun Bekerja Sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Lama Tahun Kerja
1-5
6-10
11-15
16-20
21-25
Jumlah

Jumlah
27
33
19
3
2
84

Persentase
32
39
23
4
2
100%

Data lama tahun bekerja responden dikelompokan menjadi 5 kelompok dan
didapatkan data 1-5 tahun sebanyak 27 responden (32%), 6-10 tahun sebanyak
33 responden (39%), 11-15 tahun sebanyak 19 responden (23%), 16-20 tahun
sebanyak 3 responden (4%), 21-25 tahun sebanyak 2 responden (2%).
2. Hasil Data Univariat
a. Sikap Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data mengenai sikap duduk
pada pegawai negeri sipil sebagai berikut.
Tabel 6. Sikap Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil
Sikap Duduk
Tidak Baik
Baik
Total

Frekuensi
48
36
84

Persentase
55 %
45%
100%

49

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 84 responden yang bekerja sikap
duduk yang tidak baik sebanyak 48 responden (55%), sedangkan yang bekerja
dengan sikap duduk yang baik sebanyak 36 responden (45%).
b. Posisi Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data mengenai posisi duduk pada
pegawai negeri sipil sebagai berikut.
Tabel 7. Posisi Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil
Posisi Duduk
Tidak Baik
Baik
Total

Frekuensi
53
31
84

Persentase
63 %
37%
100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 84 responden yang bekerja dengan
posisi duduk yang tidak baik sebanyak 53 responden (63%), sedangkan yang
bekerja dengan posisi duduk yang baik sebanyak 31 responden (37%).
c. Lama Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data lama duduk pada pegawai
negeri sipil sebagai berikut.
Tabel 8. Lama Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil
Lama Duduk
>4 jam
4 jam sehari sebanyak 49 responden (58%), sedangkan yang
bekerja dengan lama duduk