Peran dan Fungsi Konselor dalam

Peran dan Fungsi Konselor
Peran konselor
Menurut ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012). Dalam pendekatan teori
Gestalt ini, peran konselor adalah:
1. Memfokuskan pada perasaan klien, kesadaran pada saat yang sedang berjalan, serta hambatan
2.

terhadap kesadaran.
Menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera mereka sepenuhnya dan

berhubungan dengan pesan-pesan tubuh mereka.
3. Menaruh perhatian pada bahasa tubuh klien, sebagai petunjuk non verbal.
4. Secara halus berkonfrontasi dengan klien guna untuk menolong mereka menjadi sadar akan
akibat dari bahasa mereka.
Fungsi konselor
Konselor membantu klien untuk menganalisis dan memahami apa yang ada / terjadi
sekarang ini dan bagaimana berbuat sekarang ini, konselor bukan hanya menanalisis saja, tetapi
lebih ditekankan untuk mengintregasi perhatian dan kesadaran klien.
Yang dimaksud dengan perhatian disini adalah mendengarkan apa yang diangan –
angankan atau apa yang tidak disenangi sedangkan apa yang dimaksud dengan kesadaran adalah
apa yang sedang dialaminya menyentuh pribadinya dan dunianya.

7. Hubungan Konselor dengan Klien
M. A Subandi dalam bukunya (Psikoterapi, hal. 89), Hubungan antara konselor dan klien
adalah sejajar yaitu hubungan antara klien dan konselor itu adanya /melibatkan dialog dan
hubungan antara keduanya. Pengalaman – pengalaman kesadaran dan persepsi konselor
merupakan inti dari proses konseling.
Menurut Gerald Corey dalam bukunya (Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, hal.
132), hubungan terapis dan klien dalam praktek terapi Gestalt yang efektif yaitu dengan
melibatkan hubungan pribadi-ke-pribadi antara terapis dan klien. Pengalaman-pengalaman,
kesadaran, dan persepsi-persepsi terapis menjadi laatar belakang, sementara kesadaran dan
reaksi-reaksi klien membentuk bagian muka proses terapi.

8. Tahap proses Konseling Gestalt
 Tahap pertama,
konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan
-

perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien.
Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien
mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada
masalah yang harus dipecahkan.


 Tahap kedua,
konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan sesuai dengan kondisi klien.
Ada dua hal yang dilakukan konselor :
1. Membangkitkan motivasi klien, dalam hal ini klien diberi kesempatan untuk menyampaikan dan
menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya.
2. Mengembangkan rapport agar pada klien timbul rasa percaya diri untuk mengatasi Masalahnya.
 Tahap ketiga
konselor mendorong klien utk menyatakan perasaan-perasaannya pada saat ini, bukan
menceritakan pengalaman masa lalu atau harapan-harapan masa datang. Klien diberi kesempatan
untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini
-

dan saat ini.
Konselor berusaha menemukan celah - celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang
hilang, dari sini dapat ditentukan apa yang harus dilakukan.

 Tahap keempat,
Klien telah memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya, tindakannya, dan

-

perasaannya, maka sampai pada fase akhir.
Klien menunjukkan ciri-ciri yg menunjukkan integritas kepribadiannya sebagai individu yang
unik dan manusiawi.

-

Klien telah memiliki kepercayaan pada potensinya, selalu menyadari dirinya, sadar dan
bertanggung jawab atas sifat otonominya, perbuatannya,perasaan- perasaannya, pikiran-

-

pikirannya.
Klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor,
dan siap untuk mengembangangkan potensi.

9. Teknik dalam Pendekatan Gestalt
Dalam ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012), prinsip kerja teknik konseling
Gestalt yaitu:

a.

Penekanan tanggung jawab klien. Konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa
mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah

lakunya.
b. Orientasi sekarang dan saat ini. Konselor tidak membangun kembali (mengulang) masalalu atau
motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang. Masa lalu hanya dalam kaitannya
c.

dengan keadaan sekarang
Orientasi kesadaran. Konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalahmasalahnya.
Dalam buku Gerald Corey tahun 1995. Teknik-teknik yang biasanya dipakai yaitu:

a.

Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua
kecenderungan yang saling bertentangan yaitu, kecenderungan top dog (adil, menuntut, dan
berlaku sebagai majikan) dan under dog (korban, bersikap tidak berdaya, membela diri, dan tak

berkuasa). Disini ada permainan kursi kosong, yaitu klien diharapkan bermain dialog dengan
memerankan top dog maupun under dog sehingga klien dapat merasakan keduanya dan dapat
melihat sudut pandang dari keduanya.

b. Teknik Pembalikan
Teori yang melandasi teknik pembalikan adalah teori bahwa klien terjun ke dalam suatu
yang ditakutinya karena dianggap bisa menimbulkan kecemasan, dan menjalin hubungan dengan
bagian-bagian diri yang telah ditekan atau diingkarinya. Gejala-gejala dan tingkah laku sering

kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasari. Jadi konselor bisa
meminta klien memainkan peran yang bertentangan dengan perasaan-perasaan yang
dikeluhkannya atau pembalikan dari kepribadiannya.
c.

Bermain Proyeksi
Memantulkan pada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat
atau menerimanya.

d. Tetap dengan Perasaan
Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau suasana hati yang

tidak menyenangkan yang ia sangat ingin menghindarinya. Terapi mendesak klien untuk tetap
atau menahan perasaan yang ia ingin hindari itu.
10. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Gestalt
Menurut ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012) dan buku Gerald Corey
(Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, 1995). Kelebihan dan Kelemahan pendekatan
Gestalt adalah:

a.

Kelebihan

1.

Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang
relevan ke saat sekarang.

2. Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
3. Terapi Gestalt menolakk mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
4.


Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan penafsiranpenafsiran sendiri.

5.

Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari
intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.

b.

Kelemahan

1. Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh

2.

Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor
kognitif.

3. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung
jawab kita kepada orang lain.

4.

Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan
menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.

5.

Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap
tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangaka yang layak agar tidak tampak hanya
sebagai muslihat-muslihat.

1

1 http://konselingindonesiabaru.blogspot.co.id/2013/05/pendekatan-gestalt.html