324500386 Tugas Mandiri Materi 3 Teknik Tes dan Non tes docx

TUGAS MANDIRI
NAMA: STELA OMEGA ADIMIN
KELAS: E SEMESTER VII
NIM: 13 534 212
TEKNIK TES dan NON-TES
A. Teknik Tes
a. Pengertian Tes
Tes adalah suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda antara individu yang
satu dengan individu yang lainnya. Tidak ada dua individu yangpersis sama, baik dari segi
fisik maupun psikisnya. Istilah tes diambil dari kata testum (Prancis) yang diartikan sebagai
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang menyebutkan sebagai sebuah
piring yang terbuat dari tanah. Sementara itu istilah tes pertama kali diperkenalakan oleh
seorang ahli bernama James Ms. Cattel pada tahun 1890 kepada khalayak umum melalui
bukunya yang berjudul ”Mental Test and Measurement”. Kemudian berkembang di Amerika
yang selanjutnya secara berkesinambungan berkembang dengan tempo yang pesat sampai
saat ini.
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas,
yaitu istilah Test, testing, tester dan testee yang masing masing memiliki perngertian yang
berbeda-beda. Test adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian. Testing berarti saat dilaksanakannya atur peristiwa berlangsungnya pengukuran
ddan penilaian. Tester artinya orang yang melaksanakan tes, atau pembuat tes, atau

eksperimentor yaitu orang yang sedang melakukan pecobaan (eksperimen), sedangkan testee
(mufrad) dan testee (jama’) adalah pihak yang sedang dikenai tes (=peserta tes = peserta
ujian), atau pihak yang sedang dikenai percobaan (=tercoba).
Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya Psychological
Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang memiiki standar yang objektif
sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur
dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Adapun menurut Lee J.
Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu
prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih.
Sedangkan menurut F.L. Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang
1

diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan
kecapakan mereka, satu dengan yang lain.
Pada buku karya Anas Sudijono, secara garis besar Anas menyebutkan bahwa tes
didefinisikan sebagai alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian. Beberapa istilah lain mengenai tes seperti testing, tester, testees dan sebagainya
memiliki definisi sendiri yang berbeda dengan konsep tes itu sendiri. Kalau dikaitkan dengan
evaluasi pendidikan, tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk

pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang bisa di
jawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) sehingga dapat dihasilkan nilai yang
melambangkan tingkah laku.
Arikunto menyebutkan sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh, dijelaskan terlebih
dahulu dijabarkan definisi dari beberapa istilah terkait dengan tes, yaitu:
a. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatudalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk
mengerjakan tes tergantung dari petunjuk yang memberikan misalnya: melingkari salah satu
hurup di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencorat jawaban yang salah, melakukan
tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.
b. Testing
Testing merupakan saat pada waktu tes itu disampaikan atau dilaksanakan. Atau dapat
disederhanakan dengan maksud bahwa testing adalah saat pengambilan tes.
c. Testee
Testee adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang akan
dinilai atau diukur, baik mengenai kemampuan, bakat, pencapaian, dan sebagainya.
d. Tester
Tester merupakan orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap
para responden. Dengan kata lain tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya anya orang

yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya). Tugas tester antara lain:
1. Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.
2

2. Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan tes.
3. Menerangkan cara mengerjakan tes.
4. Mengawasi responden mengerjakan tes.
5. Memberikan tanda-tanda waktu.
6. Mengumpulkan pekerjaan responden.
7. Mengisi berita acara atau laporan yang dilakukan (jika ada).
Dari beberapa istilah yang diatas, diharapkan akan mempermudah pemahaman dalam
pelaksanaan bentuk evaluasi dalam kegiatan pembelajaran. Yang dimaksud dengan tes adalah
cara (yang yang dapat digunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintahperintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari
hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi testee, nilai mana yang dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh
testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
b. Fungsi Tes
Fungsi tes yang secara umum terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu:

a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Hal yang diukur dalam hal ini ini berupa
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran karena dapat diketahui sejauh
mana program pengajaran telah dicapai oeleh peserta didik.
c. Klasifikasi Tes
Tes dapat diklasifikasikan atas:
1. Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok)
2. Bagaimana ia di skor (tes objektif atau tes subjektif)
3. Respon apa yang ditekankan (kemampuan atau kecepatan)
4. Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan subjek (tes unjuk kerja atau tes
kertas dan pensil )

3

5. Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)
6. Hakikat dari kelompok yang akan diperbandingkan ( tes buatan guru atau tes baku)

d. Penggolongan Tes
Sebagai sebuah alat ukur, tes digolangkan kedalam beberapa golongan besar yang

dapat dijabarkan sebagai berikut.
A. Penggolongan

Tes

Berdasarkan

Fungsinya

Sebagai

Alat

Pengukur

Perkembangan/Kemajuan Belajar Peserta Didik.
Ditinjau dari fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur perkembangan peserta
didik, tes dapat dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
1. Tes Seleksi
Tes seleksi dikenal dengan istilah “Ujian Saringan” atau Ujian Masuk”. Tes ini

dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan
untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling dari sekian banyak calon yang
mengikuti tes.
Materi tes pada tes seleksi ini meupakan materi prasyarat untuk mengikuti program
pendidikan yang akan diikuti oleh calon. Sesuai dengan sifatnya, yaitu menyeleksi atau
melakukan penyaringan, maka materi tes seleksi terdiri atas butir-butir yang cukup sulit
sehingga calon-calon yang tergolong memiliki kemampuan tinggi sajalah yang
dimungkinkan dapat menjawab butir-butir soal dengan betul. Tes seleksi dapat
dilksanakan secara lisan secara tertulis, dengan tes perbuatan dan dapat pula dilaksanakn
dengan mengkombinasikan ketiga jenis tes tersebut secara serempak. Sebagai tindak
lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang dipandang memenuhi batas
persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan
dapat diterima sebagai siswa baru, sedangkan mereka yang dipandang kurang memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat
diterima sebagai siswa baru.
2. Tes Awal
4

Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan
tujuan mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan

telah dapat diketahui oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan
sebulum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Kerena itu maka butiran-butiran
soalnya dibuat yang mudah-mudah.
Isi atau materi tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang
seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum pelajaran diberikan
kepada mereka. Sebagai contoh, sebelum mereka diberi pelajaran pendidikan agama
Islam, rukun iman, nama-nama Rasul Allah, nama-nama kitab suci yang dibawa oleh
masing-masing Rasul Allah, nama-nama malaikat berikut tugas mereka masing-masing
dan sebagainya. Contoh lainnya, sebelum siswa diberi pelajaran matematika, terlebih
dahulu dites pengetahuannya dalam hal perkalian, pembagian, pengkuadratan, mencari
akar dan sebagainya. Tes awal dapat dilaksanakan baik secara tertulis atau secara lisan.
Setelah tes awal itu berakhir, maka sebagai tindak lanjut adalah:
a. Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes sudah dikuasai
dengan baik oleh eserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes itu
tidak akan diajarkan lagi.
b. Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang
diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta
didik tersebut.
3. Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Test akhir dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah
dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Isi atau materi tes akhir ini
adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting dengan naskah tes awal. Dengan
cara demikian maka akan dapat diketahui apakah hasil tes akhir baik sama, ataukah lebih
jelek dari pada tes awal. Jika hasil tes akhir itu lebih baik dari pada tes awal, maka dapat
diartikan bahwa program pelajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-baiknya.
4. Tes Diagnostik
Tes diagnistik (diagnostic test) adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara
tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran
tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaan yang dihadapi oleh peserta didik itu
maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan (theraphy) yang tepat.
Tes diagnostik juga bertujuan ingin menemukan jawaban atas pertanyaan “Apakah
5

peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan
untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”
Materi yang ditanyakan dalam tes diagnosis umumnya ditekankan pada bahan-bahan
tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat
dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
Sesuai dengan nama tes itu sendiri (diagnose = pemeriksaan), maka jika hasil

“pemeriksaan” itu menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik yang sedang
“diperiksa” itu termasuk rendah, harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka
dapat memperbaiki tingkat penguasaannya terhadap mata pelajaran tertentu.
5. Tes Formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh
manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah
ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu teretentu.
Soal-soal tes formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada
tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam program pengajaran yang akan dinilai. Tujuan
utama tes formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar, bukan untuk menentukan
tingkat kemampuan anak. Tes formatif sesungguhnya merupakan criterion-referenced
test. Tes formatif yang diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan
sebagai tes formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk
menentukan tingkat hasil belajar siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut sebagai subtes
sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka maksud itu baru
terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun berikutnya.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif adalah:
a. Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran
dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
b. Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok

bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum
dikuasai oleh peserta didik.
6. Tes Sumatif
Tes sumatife (summative test) tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan
satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah tes ini dikenal dengan istilah
“Ulangan Umum” atau “EBTA” (Evaluasi Belajar Tahap Akhir), dimana hasilnya
digunakan untuk mengisis nilai rapor atau menisi ijazah (STTB). Tes sumatif ini pada
umumnya disusun atas dasar materi pelajaran yang diberikan selama satu catur wulan
6

atau satu semester. Dengan demikian materi tes sumatif itu jauh lebih banyak ketimbang
materi tes formulatif.
Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang
sama. Butiran-butiran soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga
lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif. Yang menjadi tujuan
utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan
peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu, sehingga dapat ditentukan:
1. Kedudukan dari masing-masing peserta didik di tengah tengah kelompoknya.
2. Dapat atau tidaknya peserta didik untuk mengikuti program pelajarn berikutnya

(yang lebih tinggi), dan
3. Kemajuan peserta didik, untuk menginformasikan kepada orang tua, petugas
bimbingan dan konseling, lembaga-lembaga pendidikan lainnya atau pasaran
kerja, yang tertuang dalam Rapor atau Surat Tanda Tamat Belajar.
B. Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin di Ungkap
Ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dapat
dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
1. Tes intelegensi (intellegency test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
menungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2. Tes kemampuan (aptitude test), yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkapkan kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3. Tes sikap (attitude test), yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk
mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
respon tertentu terhadap dunia sekitar, baik berupa individu-individu maupun obyek
tertentu.
4. Tes kepribadian (personality tes), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan
mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah,
seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi, atau kesenangan dan lain-lain.
5. Tes hasil belajar, juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian (achievement test),
yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi
belajar. Tes hasil belajar atau tes prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai cara
(yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang dapat ditempuh) dalam rangka
pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang berbentuk tugas dan serangkaian tugas
(baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal) yang harus dijawab, atau
7

perintah-perintah yang harus dikerjakan ole testee, sehingga (berdasarkan atas data
yang diperoleh dari pengukuran itu) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan
tingkah laku atau prestasi belajar testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilainilai standar tertentu, atau dapat pula dibandingkan dengan nilai-nilai yang berhasil
dicapai oleh testee lainnya.

C. Penggolongan Lain-Lain
Ditilik dari segi banyaknya orang-orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu:
1. Tes individual (individual test), yakni tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu
orang testee saja, dan
2. Tes kelompok (group test), yakni tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu
orang testee.
Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, tes dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
I.

Power test, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk

II.

menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan
Speed test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan
tes tersebut dibatasi.
Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

1) Verbal test, yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam
bentu ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis, dan
2) Nonverbal test, tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa
ungkapan kata-kata atau kaliamat, meliankan berupa tindakan atau tingkah laku, jadi
repon yang dikehendaki muncul dari testeeadalah berupa perbuatan atau gerakangerakan tertentu.
Akhirnya, apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawaban, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Tes tertulis (pencil and paper test), yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan
butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan
jawabannnya juga secara tertulis.

8

2. Tes lisan (nonpencil and paper test), yakni tes dimana tester di dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyyan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikian
jawabannya secara lisan pula.

B.

Teknik Nontes
Pada bab terdahulu telah dikemukakan bahwa kegiatan “mengukur” atau “melakukan

pengukuran” adalah merupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan
tindakan yang mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian hasil belajar. Kegiatan
“mengukur” itu pada umumnya tertuang dalam bentu tes dengan berbagai variasninya. Dalam
praktek, teknik tes inilah yang lebih sering dipergunakan dalam rangka mengevaluasi hasil
belajar peserta didik.
Pernyataan diatas tidaklah harus diartikan bahwa teknik tes adalah satu-satunya teknik
untuk melakukan evaluasihasil belajar, sebab masih ada teknik lainnya yang dapat
dipergunakan, yaitu teknik non-test. Dengan teknik non-tes maka penilaian atau evaluasi hasil
belajar pesera didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan
dengan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview),
menyebarkan angket (questionnaire, dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen
(docomentary analysis). Teknik non-tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting
dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective
domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain).
1. Pengamatan (Observation)
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
(data) yang dilakukan dnegan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi sebagai
alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah
laku peserta didik pada waktu guru pendidikan agama menyampaikan pelajaran dikelas,
tingkah laku peserta didik pada jam-jam istirahat atau pada saat terjadinya kekosongan
pelajaran, perilaku peserta didik saat upacara bendera.
a. Cara dan Tujuan Observasi
9

Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1. Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer)
ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan
observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan
oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.
Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi
nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
2. Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah
mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan
observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang
akan diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam
bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang
akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama
dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid
dalam menanam bunga.Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategorikategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.
3. Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi
sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat
dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:
a. Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
b. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
c. Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat
menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan
siswa dalam mengumpulkan data
b. Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
1. Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
2. Direncanakan secara sistematis
3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
10

4. Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.
c. Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu
gejala atau kejadian yang penting
3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari
teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang
diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang
peran.
Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1. Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat
dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya
maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang
menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan
bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka
tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol
sebelumya.
Berikut ini dikemukakan dua buah contoh instrumen evaluasi berupa daftar isian dalam
rangka menilai keterampilan peserta didik, dalam suatu observasi sistematis.
Contoh 1:
Mata pelajara
Topic
Kelas
Nama Siswa
Hari & Tanggal
Jam Pelajaran
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

: Keterampilan
: Membuat Kaligrafi dari kertas
: .......................
: .......................
: .......................
: .......................

Kegiatan/ Aspek yang dinilai
Persiapan alat-alat (bahan)
Kombinasi bahan
Kombinasi warna
Cara mengerjakan
Sikap waktu mengerjakan
Ketepatan waktu mengerjakan
Kecekatan
Hasil pekejaan
Jumlah Nilai

Skor/ Nilai
...................
...................
...................
...................
...................
...................
...................
....................
....................

Keterampilan

11

Hasil penilaian dengan menggunakan instrumen tersebut di atas sifatnya adalah
individual. Setelah selesai, nilai-nilai individual itu dimasukkan ke dalam daftar nilai yang
sifatnya kolektif, seperti contoh berikut ini:
Mata Pelajaran

: ...........................

Topik

: ...........................

Kelas

: ...........................

Cawu/Semester

: ...........................

No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

2

Nama Siswa

...................
...................
...................
...................
...................
...................
...................
...................

1
...
...
...
...
...
...
...
...

Skor/ Nilai untuk tiap tiap
kegiatan /aspek
2
3
4 5 6 7
... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...

Jumla
h

Rata-Rata

8
...
...
...
...
...
...
...
...

Wawancara (interview)
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan

keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, bertatap
muka, dan denfan arah sera tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang
dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
a. Wawancara terpimpin (quided interview) yang juga sering dikenal dengan wawanca
terstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview).
b. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview)yang sering dikenal dengan istilah
wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview), atau wawancara bebas.
Dalam wawancara terpimpin evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak-pihak
yang diperlukan, misalnya wawancara dengan peserta didik, wawancara dengan orang tua
atau wali murid dan lain-lain dalam rangka menghimpuan bahan-bahan keterangan untuk
12

penilaian untuk peserta didiknya. Wawancara ini sudah dipersiapkan secara matang yaitu
dengan berpegang pada panduan wawancara (interview guide) yang butir-butir itemnya
terdiri dari hal-hal yang dipandang guna mengungkap kebiasaan hidup sehari-hari dari
peserta didik, hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai, keinginan atau cita-citanya, cara
belajarnya, cara menggunakan waktu luangnya, bacaannya dan sebagainya.
Diantara kelebihan yang dimiliki oleh wawancara adalah, bawa dengan melakukan
wawancara, pewawancara sebagai evaluator (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) dapat
melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai, sehingga dapat diperoleh
hasil penilaian yang lebih lengkap dan mendalam.Dengan melakukan wawancara, peserta
didik dapat mengeluarkan isi hatinya secara lebih bebas. Melalui wawancara, data dapat
diperoleh baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitif, pertanyaan-pertanyaan yang kurang
jelas dapat di ulang dan dijelaskan lagi dan sebaliknya jawaban-jawaban yang belum jelas
dapat diminta lagi dengan lebih terarah dan lebih bermakna, asalkan tidak mempengaruhi
atau mengarahkan jawaban peserta didik. Wawancara juga dapat dilengkapi dengan alat bantu
berupa tape recorder (alat perekam suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan dapat dicatat dengan secara lebih lengkap.
Dalam wawancara bebas, pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu.
Mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganalisis dan
menarik kesimpulan hasil wawancara atau evaluator akan dihadapkan pada kesulitankesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam.
3. Anget (Questionnaire)
Angket (Questionnaire) juga digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil
belajar. Berbeda dengan wawancara, dimana penilaian (evaluator) berhadapan secara
langsung (face to face) dengan peserta didik atau pihak lainnya, maka dengan
mengggunakan angket pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih
praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan
seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, apalagi jika pertanyaanpertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi
responden untuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan
kepuasan bagi pihak penilai.
Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
13

1.
2.
3.
4.
5.

Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran.
Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
Membantu anak yang lemah dalam belajar.
Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran biologi.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang

berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran.
Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya.
Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket
dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.Teknik evaluasi melalui angket
ini dapat membantu guru membimbing siswa belajar lebih efektif dan kreatif. Selain itu guru
juga dapat membantu siswa yang lemah belajar serta mengetahui kesulitan-kesulitan siswa
dalam belajar. Hal tersebut akan membantu guru memilih model dan metode apa yang sesuai
dengan kemampuan dan keinginan siswanya.
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi
diantaranya yaitu:
1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang
hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada halhal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau
mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak
merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab
banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak
memberikan kembali angketnya.
Kuesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa
kuesioner bentuk pilihan ganda (multiple choice item) dan dapat pula berbentuk skala sikap.
Skala yangb mengukur sikap, sangat terkenal dan sering digunakan untuk mengungkap sikap
peserta didik adalah skala likert. Berikut ini dikemukakan contoh kuesioner bentu pilihan

14

ganda dan contoh kuesioner bentuk skala likert, dalam rangka mengungkap hasil belajar
pendidikan agama Islam ranah afektif:
Contoh: kuesioner bentuk pilihan berganda untuk mengungkap hasil belajar ranah afektif
(kurikulum dan GBPP mata pelajaran pendidikan Agama Islam Tahun 1994)
1. Terhadap teman-teman sekelas saya yang rajin dan kusyu’ dalam menjalankan
ibadah shalat, saya:
a. Merasa tidak harus meniru mereka.
b. Merasa belum pernah memikirkan untuk shalat dengan rajin dan khusyu’.
c. Merasa ingin seperti mereka, tetapi terasa masih sulit.
d. Sedang berusaha agar saya rajin dan khusyu’.
e. Merasa iri hati dan ingin seperti mereka.
2. Dalam melaksanakan ibadah shalat sekarang ini, saya merasa:
a. Masih sulit untuk memusatkan diri.
b. Dapat berkonsentrasi tetapi mudah sekali pudar.
c. Tidak begitu sulit untuk berkonsentrasi.
d. Senang karena dapat berdialog dengan Allah.
e. Mudah untukn melakukan pemusatan perhatian.
3. Dalam kaitannya dengan dzikir kepada Allah, saya :
a. Jarang sekali melakukannya kecuali dalam keadaan bahaya.
b. Jarang melakukannya.
c. Melakukan pada saat tertentu.
d. Melakukannya bila ada urusan penting saja.
e. Selalu melakukannya pada setiap saat.
4. ......................... (dan seterusnya).....................................................................

15

Contoh : Kuesioner bentuk skala Likert dalam rangka mengungkap hasil belajar pendidikan
Agama Islam Ranah Afektif
1. Membayar infaq atau shadaqah itu memang baik untuk dikerjakan, akan tetapi
sebenarnya bagi orang yang telah membayarkan zakatnya tidak perlu lagi untuk
membayar infaq atai shadaqah. Terhadap pernyataan tersebut, saya:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
2. Hidup manusia di dunia ini selalu diwarnai oleh silih bergantinya suasana sedih dan
gembira. Suasana sedih dan gembira itu sebenarnya merupakan ujian dari Allah bagi
umatnya. Terhadap pernyataan tersebut saya:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
3. Antok berkta: “kalau saya mengalami masalah yang ruwet dan saya tidak dapat
mengatasinya, maka saya akan berusaha untuk melupakan maslaah itu dan saya akan
mencari kesibukan lain, apapun bentuknya”. Terhadap pernyataan antok itu, saya:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
4. ......................................................... (dan seterusnya)......................................................

4. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik
tanpa menguji (teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi
mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan dan dimana peserta didik dilahirkan,
agama yang dianut, kedudukan anak dalam keluarga ( anak kandung/ anak angkat / anak tiri /
anak yatim / yatim piatu / anak ke berapa dari berapa orang anak kandung / anak sulung /
anak bungsu), sejak kapan diterima sebagai siswa, apakah ia pernah meraih kejuaraan sebagai
siswa yang berprestasi di sekolahnya, apakah ia memiliki keterampilan khas dan pernah
mendapatkan penghargaan karena keterampilannya yang dimilikinya itu, apakah yang
16

bersangkutan pernah menderita penyakit yang serius, jenis penyakit serius yang pernah di
deritanya, berapa lama di rawat di rumah sakit dan sebagainya.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu
bukan tidak mungkin pada saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap pendidik
dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya. Informasi-informasi
seperti telah dikemukakan contohnya diatas, dapat di rekam melalui sebuah dokumen
berbentu formulir atau blanko isian, yang harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama
kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA
Http://www.biologimu.com/2015/06/tes-dan-non-tes-assesmen-evaluasi.html
Sudijono, Anas.2015.Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Rajawali Pers
Http://www.umpalangkarya.ac.id/dosen/suniati/wp-content/uploads/2015/05/EVALUASIPENDIDIKAN-DSBY.pdf
17

18