Sinergi Asuransi Syariah dan Lembaga Keu

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih, tempat
segala puji, tempat meminta pertolongan dan pengampunan, tempat penghambaan
segala makhluk. Shalawat serta salam diperuntukkan bagi Muhammad, Rasulullah
Saw. yang telah mengajarkan umat manusia untuk mengenal Allah, mengenal
agama dan Rasul-Nya, serta mengenal dirinya sendiri. Syukur kepada Allah atas
kekuatan dan kesempatan yang diberikan-Nya kepada kami untuk menyelesaikan
penulisan karya tulis yang sederhana ini.
Islamadalahagama yangsempurna dengan ajaran syariah, ibadah dan
akhlak. Syariah IslammerupakanpeganganhidupumatIslamyangmengandung
banyaksekaliajarandanhikmahyang
sangatbergunabagikehidupanumatmanusia.
AjarandanhikmahyangterkandungdalamIslam
tersebutakanselalurelevan
sepanjangmasa.
Papersederhanaini merupakan sebuah ikhtiar awal bagi penulis untuk
menggali
samuderahikmahyangterkandungdalamSyariah
Islam.
Dalampaperinipenulis berusahamenggalihikmahyang terkandung dalamkeuangan

mikro syariah. Terutamadalamhal asuransi kontemporer.Dalampembahasanpaper
ini,penulismembahas sinergiasuransi syariah dan lembaga keuangan mikro
syariahsebagaipenguatan takaful ummat dalam pembiayaan berbasis takaful
mikro.Penulisjugamengemukakanbeberapa pembahasan yang aplikatif dalam
upaya mempermudah program takaful ummat.
Namun,tiadagadingyang
tidakretak.Sebagaiikhtiarawal,paperinisangatjauhdari
kategorisempurna.Olehkarenaitulahpenulisberharapadanyakoreksi darisiapa saja
yangmembacapaper ini.
Terima kasih kami haturkan kepada setiap pihak yang telah berjasa dalam
penyelesaian penulisan karya ilmiah ini, teruntuk Bunda dan Ayahanda tercinta,
Dosen Pembimbing, dan teman-teman yang tak bisa disebutkan satu-persatu.
Semoga Allah mencatatkan nama kita dalam penghuni jannah-Nya yang indah
mulia.
Sentul City, 6 Maret 2013

Penulis

1


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
DAFTAR TABEL............................................................................................................... 3
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................. 3
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ 4
ABSTRAKSI ...................................................................................................................... 5
I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 6
I.a Latar Belakang ........................................................................................................... 6
I.b Rumusan Masalah...................................................................................................... 9
I.c Tujuan Penulisan........................................................................................................ 9
II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 10
II.a Asuransi Syariah ..................................................................................................... 10
II.b Landasan Hukum Praktik Asuransi Syariah ........................................................... 10
II.c Lembaga Keuangan Mikro Syariah ........................................................................ 11
II.d Asuransi Syarah Mikro........................................................................................... 11
II.e Tabarru‟ .................................................................................................................. 11
II.f Tijary ....................................................................................................................... 12
II.g Ta‟min .................................................................................................................... 12
II.h Takaful ................................................................................................................... 12

II.i Penelitian Terdahulu ............................................................................................... 12
III DATA DAN METODOLOGI ..................................................................................... 14
III.a Data ....................................................................................................................... 14
III.b Metodologi ............................................................................................................ 14
IV PEMBAHASAN .......................................................................................................... 14
IV.a Praktik Asuransi Syariah....................................................................................... 14
IV.b Permasalahan UMKMK dalam Akses Pembiayaan ............................................. 18
IV.c Model Sinergi Asuransi Syariah dan Lembaga Keuangan Syariah Mikro ........... 19
IV.e Manfaat Program Takaful Mikro Terhadap Masyarakat ...................................... 20
V KESIMPULAN ............................................................................................................. 22
V.a Kesimpulan............................................................................................................. 22

2

V.b Rekomendasi .......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Pelaku Asuransi dan Reasuransi Syariah di Indonesia ............................. 6
Tabel 2. Populasi Umat Muslim di 10 Negara Dengan Penduduk Muslim Terbesar di

Dunia, 2009 ......................................................................................................................... 7
Tabel 3. Perbandingan Populasi Muslim Indonesia dan 5 Negara Afrika Utara ................ 7
Tabel 4. Perbandingan Pupolasi Muslim Indonesia dan 5 Negara Timur Tengah .............. 8
Tabel 5. Lima Konsep Dasar Asuransi Syariah ................................................................ 15

DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Tiga Pundi Sumber Dana Asuransi Syariah....................................................... 17
Bagan 2. Skim Operasional Asuransi Syariah .................................................................. 18
Bagan 3. Skim Sinergi Asuran Syariah dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah ............. 19

3

LEMBAR PENGESAHAN

Paper yang berjudul “SINERGI ASURANSI SYARIAH DAN LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO SYARIAHSEBAGAI PENGUATAN TAKAFUL
UMAT DALAM PEMBIAYAAN BERBASIS TAKAFUL MIKRO”
yangdisusun oleh:
Nama


: Miftahurrahmat

NIM

: S.1014.188

telahdisetujuiolehdosenpembimbinguntuk diikutsertakandalam LombaKarya
Tulis Ilmiah EkonomiIslam(LKTEI)dalamrangka Temu Ilmiah Nasional 2013
(Temilnas) diadakan olehUniversitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas
Negeri Sebelas Maret Solo.

Sentul City, 6Maret 2013

Dosen Pembimbing

Bagian Kemahasiswaan

Dr. Yulizar Djamaluddin Sanrego, M.Ec

Miftahus Surur, M.Sc


4

ABSTRAKSI
SINERGI ASURANSI SYARIAH DAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
SYARIAHSEBAGAI PENGUATAN TAKAFUL UMAT DALAM
PEMBIAYAAN BERBASIS TAKAFUL MIKRO

Asuransi syariah merupakan suatu sistem asuransi berdasarkan syariah Islam.
Sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), asuransi syariah diartikan
sebagai usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang
atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru ‟ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai syariah.Memperhatikan manfaat dan fungsi dari asuransi
dalam melindungi diri pribadi (jiwa), harta (asset) dan tanggungan (liabilities),
maka semestinya asuransi tumbuh dengan sangat pesat dan tersebar luas diseluruh
Indonesia terutama dikalangan masyarakat UMKMK yang didominasi oleh kaum
muslim.
Asuransi mikro syariah merupakan salah satu produk dari asuransi syariah yang
ditujukan untuk masyarakat golongan ekonomi lemah. Secara umum asuransi

mikro adalah perlindungan bagi keluarga masyarakat miskin atas risiko keuangan
yang menimpa mereka. Orang yang berpenghasilan rendah (low income people),
biasanya tinggal dalam lingkungan yang penuh risiko, sehingga bila tidak ada
mekanisme penanggulangan keuangan bila terjadi musibah yagn tidak diinginkan,
niscaya kondisinya akan lebih terpuruk yang berimplikasi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis mencoba salah
satu penanggulangan ataupun tindakan preventifnya yaitu dengan asuransi mikro
syariah yang nantinya lebih dapat membantu masyrakat kecil menengah dalam
melakukan kegiatan ekonomi serta semakin terproteksi dari risiko.

Keyword

: Asuransi Syariah, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Takaful Mikro

JEL Calssification

:D18, G22

5


I PENDAHULUAN
I.a Latar Belakang
Pada awalnya asuransi, adalah suatu kelompok yang bertujuan membentuk
arisan untuk meringankan beban keuangan individu dan menghindari kesulitan
pembiayaan. “Secara ringkas dan umum, konsep asuransi adalah persiapan yang
dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing menghadapi kerugian kecil
sebagai sesuatu yang tidak dapat di duga. Apabila kerugian itu menimpa salah
seorang dari mereka yang menjadi anggota perkumpulan itu, maka kerugian dari
mereka itu akan ditanggung bersama oleh mereka.”1
Tujuan asuransi adalah untuk mengadakan persiapan dalam menghadapi
kemungkinan kesulitan yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan, seperti
dalam kegiatan perdagangan mereka.2 Sebenarnya, bahaya kerugian itulah yang
mendorong manusia berupaya dengan brsungguh-sungguh untuk mendapatkan
cara-cara yang aman untuk melindungi diri dan kepentingan mereka.3
Perkembangan asuransi syariah di Indonesia telah menunjukkan situasi
yang positif dan pesat baik dari perusahaan asuransi maupun asuransi luar negeri
dimana hampir seluruhnya memiliki produk asuransi syariah. Hingga Kuartal
ketiga 2012, perusahaan asuransi dan reasuransi syariah berjumlah 46 perusahaan.
Jumlah itu terdiri dari empat perusahaan asuransi jiwa syariah, dua asuransi
kerugian syariah, unit usaha syariah dari 17 perusahaan asuransi jiwa dan 20

perusahaan asuransi kerugian, serta tiga unit syariah dari perusahaan reasuransi.
Premi asuransi syariah juga tercatat mengalami perkembangan yang sangat
positif meski market share kontribusi asuransi syariah hanya 3,96% terhadap total
asuransi. Total premi bruto asuransi syariah dan reasuransi syariah nasional
tercatat Rp 4.529,5 Milyar. Jumlah tersebut disumbangkan oleh pertumbuhan premi asuransi jiwa, kerugian syariah, dan reasuransi syariah. Premi bruto asuransi
jiwa syariah sendiri adalah sebesar Rp 3.657.2Milyar, sedangkan premi bruto
asuransi kerugian dan reasuransi syariah Rp 872 Milyar.
Tabel 1. Jumlah Pelaku Asuransi dan Reasuransi Syariah di Indonesia4
No
1
2
3
4
5

Asuransi
JiwaSyariah
Umum
Syariah
Jiwa UUS

Umum UUS
Reasuransi
Syariah
Total

2004
2
1

2005
2
1

2006
2
1

2007
2
1


2008
2
1

2009
3
1

2010
3
2

2011
3
2

2012 (Q 3)
4
2

3
11
1

8
13
2

9
15
3

12
19
3

13
19
3

17
19
3

17
20
3

17
18
3

17
20
3

18

26

30

37

38

42

45

43

46

1

Insurance, dalam Encyclopedia Britannica (edisi ketujuh), jil. 14 hlm. 656.
Morgan (ed.). Porter‟s Laws of Insurance, hlm. 1.
3
Mohammad Muslehuddin. Asuransi Dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1995. Hlm. 3.
4
MES. Seminar Ekonomi Syariah “Masa Depan Industri Asuransi Syariah Indonesia di
Tengah Keberpihakan Regulasi”. Disampaikan pada Kamis, 28 Februari 2013. Jakarta.
2

6

Salah satu faktor yang mempengaruhi sepatnya perkembangan asuransi
syariah di Indonesia adalah populasi muslim yang tinggi sehingga menyebabkan
permintaan akan asuransi yang semakin tinggi. Perbedaan mendasar antara
asuransi konvensional dengan asuransi syariah adalah perjanjian transaksinya.
Dalam asuransi non-syariah (konvensional), nasabah membeli produk asuransi
kepada perusahaan dan akan ditanggung ketika musibah terjadi. Sedangkan
asuransi syariah, nasabah mengikatkan diri dan mereka saloing menanggung satu
sama lain jika terjadi musibah, yang didasarkan pada prinsip syariah.5
Berdasarkan data yang diperoleh dari PEW Research Center pada tahun
2009 oleh Bank Syariah Mandiri Analysis melalui Forum on Religion and Public
Life The Future of the Global Muslim Population Oktober 2010 menggambarkan
bahwa total penduduk muslim di Indonesia berjumlah sekitar 202.867.000
penduduk, jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara dengan penduduk
muslim lainnya seperti Pakistan (174.082.000), India (160.945.000), Bangladesh
(145.312.000), Mesir (78.513.000), Nigeria (78.056.000), Iran (73.777.000),
Turki (73.619.000), Algeria (34.199.000), dan Maroko (31.993.000). dengan
jumlah tersebut Indonesia masih unggul 21% (202.867.000:161.120.000) dari
total 5 Negara Afrika Utara dan 3% (202.867.000:198.180.000) di atas 16 Negara
Timur Tengah.
Tabel 2. Populasi Umat Muslim di 10 Negara Dengan Penduduk
Muslim Terbesar di Dunia, 20096
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Negara
Indonesia
Pakistan
India
Bangladesh
Mesir
Nigeria
Iran
Turki
Algeria
Maroko

Jumlah Penduduk Muslim
202.867.000
174.082.000
160.945.000
145.312.000
78.513.000
78.056.000
73.777.000
73.619.000
34.199.000
31.993.000

Sementara itu, jika dibandingkan antara populasi Muslim di Indonesia dan
pupolasi Afrika Utara dan Timur Tengah adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Perbandingan Populasi Muslim Indonesia dan 5 Negara
Afrika Utara7

No
Negara
Indonesia
1
Afrika Utara
2

Populasi Muslim
202.867.000
161.120.000

5

Persentase
79%

http://www.asuransibank.com/2012/08/perkembangan-asuransi-syariah.html
(diakses
pada tanggal 4 Maret 2012).
6
Forum on Religion and Public Life, The Future of the Global Muslim Population ,
October 2010.
7
PEW Research Center 2009, BSM Analysis.

7

Tabel 4. Perbandingan Pupolasi Muslim Indonesia dan 5 Negara
Timur Tengah8

No
1
2

Negara
Indonesia
Timur Tengah

Populasi Muslim
202.867.000
198.180.000

Persentase
97%

Namun, yang menjadi problematika adalah fakta bahwa mayoritas
penduduk Indonesia dalam keadaan menengah ke bawah dan di dominasi oleh
penduduk muslim. Selama ini untuk menghitung angka kemiskinan, BPS
memotret dan menghitung jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan.
Untuk tahun 2010, apabila pengeluaran seseorang di bawah Rp 212.210 per bulan,
dia dikategorikan miskin. Dengan batasan tersebut, jumlah orang miskin diklaim
hanya 31 juta.9Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia
Tenggara yakni 247 juta jiwa memiliki potensi yang sangat besar.. Data BPS
tahun 2011 mencatatkan jumlah kaum kelas menengah di Indonesia berkisar 50
juta orang di tahun 2011.10
Keadaan demikian menyebabkan sektor mikro dan menengah memiliki
banyak risiko dalam masalah keuangan terutama pembiayaan. Risiko sendiri bagi
perorangan dapat berupa kehilangan nyawa(kematian), cacat tetap atau
menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian juga halnya dengan
Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) yang dalam
menjalankan aktivitasnya sebagai pelaku bisnis menghadapi berbagai risiko yang
bisa jadi dapat mengganggu perkembangan dan kesinambungan usahanya.
Produk atau jasa UMKMK pada umumnya memiliki sifat lifetime(umur
hidup) yang relatif pendek, daur hidup usaha atau bisnis bisa semakin singkat.
Akibatnya apa ? Ekspektasi terhadap tujuan bisnis, volume bisnis, laba usaha dan
pencapaian kemakmuran cenderung meleset. Sehingga patutlah disadari bahwa
salah satu peluang dari setiap terjadinya perubahan itu adalah adanya
ketidakpastian.
Ketidakpastian akan berimplikasi munculnya risiko. Risiko dapat
dipandang sebagai risiko murni (pure risk) dan bisapula dilihat sebagai risiko
spekulatif. Risiko murni (pure risk) adalah risiko yang apabila benar-benar terjadi,
akan memberikan kerugian, dan apabila tidak terjadi tidak akan menimbulkan
kerugian dan tidak juga memberikan keuntungan. Risiko spekulatif (speculative
risk) merupakan risiko yang menimbulkan dua peluang, yaitu peluang untuk
merugikandan atau peluang memperoleh keuntungan. Apabila terjadi
akanmerugikan, apabila tidak terjadi akan menguntungkan.
Risiko itu, apapun bentuknya seyogya dikelola, agar tidak terjadiatau
kalaupun terjadi akan berdampak keuntungan. Sejauh ini persepsi dan respon
dunia usaha, khususnya UMKMK terhadap risiko adalah beraneka ragam. Ini
artinya cara pandang dan jalan keluar dalam mengatasi risiko juga tidak
sama.Secara umum bahwa risikotersebut direspon sebagai suatu kejadian yang
8

PEW Research Center 2009, BSM Analysis.
http://jakarta.bps.go.id/index.php?bWVudT0xMjAwJnBhZ2U9YmVyaXRhZGFuYXJ0a
WtlbCZpZD0z (di akses pada tanggal 3 Maret 2013).
10
http://thepresidentpostindonesia.com/?p=1128 (di akses pada tanggal 3 Maret 2013).
9

8

merugikan, karena itu dikelola untuk dihindari (risk avoidance) dikurangi (risk
reduction), ditahan atau ditekan (risk retention), dibagi (risk sharing) dan
dialihkan atau ditransfer (risk transfer ). Sementara jalan keluar yang lazim
ditempuh dalam mengatasi risiko, adalah dengan cara berasuransi.
Memperhatikan manfaat dan fungsi dari asuransi dalam melindungi diri
pribadi (jiwa), harta (asset) dan tanggungan (liabilities), maka semestinya
asuransi tumbuh dengan sangat pesat dan tersebar luas diseluruh Indonesia
terutama dikalangan masyarakat UMKMK. Pada sisi lain Indonesia pada tahun
2008 dengan jumlah UMKM yang mencapai angka 51,3 juta unit dan koperasi
sebesar 141.326 unit, merupakan potensi yang sangat besar bagi industri asuransi.
Namun, apa yang sesungguhnya terjadi adalah bahwa asuransi belum berkembang
seperti pada kebanyakan di negara maju. Sumbangan industri asuransi di
Indonesia dalam industri keuangan per Agustus 2009 hanya sebesar 5,39 %, yaitu
4,14 % merupakan pangsa asuransi jiwa dan 1, 25 % merupakan pangsa asuransi
umum. Secara keseluruhan total kekayaan industri asuransi mencapai Rp 155,5
triliun, dimana asset asuransi jiwa adalah Rp 119,43 triliun dan asset asuransi
umum sebesar Rp 36,11 triliun.11
Sudah semestinya asuransi diangkat sebagai suatu gerakan (movement),
seperti halnya yang dilakukan pada gerakan menabung. Tidak perlu pemaksaan,
yang diperlukan adalah kesadaran. Kesadaran berasuransi dapat tumbuh bila
semua pihak, yaitu masyarakat dan UMKMK, pengelola asuransi dan pemerintah
bersama-sama membangun kesadaran.
Ekonomi syariah yang didasarkan pada lima nilai universal, yakni: Tauhid
(Keimanan), „Adl (Keadilan), Nubuwwah (Kenabian), Khilafah (Pemerintahan),
dan Ma‟ad (Hasil) diyakini akan lebih mensejahterakan masyarakat,
menimbulkan rasa aman, serta keadilan sosial.12Implementasi mikro asuransi
untuk penduduk menengah ke bawahdapat dilakukan oleh Lembaga Kuangan
Mikro Syariah melalui sinergitas dengan Asuransi Syariah.
I.b Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penulisan
karya ilmiah ini adalah bagaimana sinergitas antara asuransi syariah dan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah sebagai penguatan takaful ummat dalam pembiayaan
berbasis takaful mikro?
I.c Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan karya
ilmiah ini adalah untuk mengetahi bagaimana sinergitas antara asuransi syariah
dan Lembaga Keuangan Mikro Syariahsebagai penguatan takaful ummat dalam
pembiayaan berbasis takaful mikro.

11

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.
Optimalisasi Manfaat Asuransi Dalam Peningkatan Akses Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
Menengah dan Koperasi (UMKM-K). Deputi Bidang Pembiayaan. Jakarta. 2009. Hlm. 6.
12
Adiwarman A. Karim.Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2008.
Hlm. 34.

9

II TINJAUAN PUSTAKA
II.a Asuransi Syariah
Sesuai dengan UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian,
asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
pihak penanggungmengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan menerima derita yang
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungjawabkan.13
Sedangkan asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong di antara sejumlah orang/ pihak melalui dana investasi dalam bentuk
aset atau tabarru‟ yang memberikan pola pengambilan untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.14
II.b Landasan Hukum Praktik Asuransi Syariah
Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum
praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai
wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam
ajaran agama Islam, yaitu al Quran dan sunnah Rasul.
a) Landasan al Quran
Dalil al Quran yang mendasarai praktik asuransi syariah adalah QS. al Maidah
ayat 2 yang artinya:
“.... Tolong-menoloonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
b) Landasan Hadits
Salah satu sumber yang mendasari perkembangan praktik asuransi pada zaman
Rasulullah berkembang melalui penerimaan praktik „aqilah sebagai kebiasaan
suku Arab kuno.15 Nabi sendiri, menerima konsep „aqilah dalam sebuah
keputusan yang ditetapkan dalam sebuah perselisihan antara dua perempuan dari
suku Huzail sebagaimana riwayat berikut:
“Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra yang berkata bahwa:
suatu ketika ada dua perempuan dari suku Huzail,
kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu ke
wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita
tersebut beserta janin yang dikandungnya. Maka, ahli
13

Sumanto, Agus Edi, Ernawan Priarto, Muhammad Zamachsyari, Pudiarto Trihadi,
Rahmaji Asmuri, Rikza Maulan. Solusi Berasuransi: Lebih Indah Dengan Syariah . Bandung: PT.
Karya Kita. 2009. Hlm. 6-9.
14
Fatwa DSN MUI Nomor 20 tahun 2001 tentang Pedoman Asuransi Syariah.
15
Lihat Rashid, SK, “Islamization of Insurance – A Religio- Legal Experiment in
Malaysia ” dalam Religion and Law Review, Vo.l II, No. 1, 1993, hlm. 16-17.

10

waris dari wanita yang meninggal tersebut mengadukan
peristiwa tersebut kepada Rasulullah, maka Rasuslullah
memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin
tersebut dengan pembebasan budak, laki-laki atau
perempuan, dan memutuskan ganti rugi kematian wanita
dengan uang dara (diyat) yang dibayarkan oleh aqilahnya
(kerabat dari orang tua laki-laki).”16

Hadits di atas menjelaskan tentang praktik aqilah yang telah menjadi
tradisi di masyarakat Arab. Aqilah dalam hadits di atas dimaknai dengan ashabah
(kerabat dari orang tua laki-laki) yang mempunyai kewajiban menanggung denda
(diyat) jika salah satu orang sukunya melakukan pembunuhan terhadap anggota
suku yang lain. Penanggungan bersama oleh aqilah-nya merupakan suatu kegiatan
yang mempunyai unsur seperti yang berlaku pada bisnis asuransi. Kemiripan ini
didasarkan atas adanya prinsip saling menanggung (takaful) antaranggota suku.
II.c Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Lembaga keuangan mikro (LKM) adalah lembaga yang melayani
keuangan mikro (Abdullah, 2004). Lembaga keuangan syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariah (Sudarsono, 2008).
II.d Asuransi Syarah Mikro
Asuransi mikro syariah merupakan salah satu produk dari asuransi syariah
yang ditujukan untuk masyarakat golongan ekonomi lemah. Secara umum
asuransi mikro adalah perlindungan bagi keluarga masyarakat miskin atas risiko
keuangan yang menimpa mereka, seperti kematian, kecelakaan, sakit, kehilangan
aset dan hari tua.17
Orang yang berpenghasilan rendah (low income people), biasanya tinggal
dalam lingkungan yang penuh risiko, rawan terhadap bencana, termasuk rawan
sakit, rawan terhadap kecelakaan yang bisa menyebabkan kematian maupun
cacat, kehilangan rumah karena pencurian maupun kebakaran, sehingga bila
tidak ada mekanisme penanggulangan keuangan bila terjadi musibah diatas,
niscaya kondisinya akan lebih terpuruk yang berimplikasi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia. Oleh karena itu, salah satu penanggulangan ataupun
tindakan preventifnya yaitu dengan asuransi mikro syariah.
II.eTabarru’
Tabarru‟ berasal dari kata tabarra‟a yang artinya berderma, dalam arti yang luas
tabarru‟ adalahmelakukan suatu kebaikan tanpa persyaratan. Adapun tabarru‟ secara
istilah adalah mengerahkan segala upaya untuk memberikan harta atau manfaat kepada

16

Imam Bukhari, Sahih al-Bukhari, Kitab Diyat, No. 45, hlm. 34
Menurut Achmad Iqbal, Pengembangan Takaful Mikro
www.takmin.net.
17

11

di

Indonesia

1,

orang lain, baik secara langsung maupun masa yang akan datang tanpa adanya
kompensasi , dengan tujuan kebaikan dan perbuatan ihsan.18

II.f Tijary
Konsep akad tijary adalah adanya peretukaran, yakni pertukaran tersebut bisa
dilakukan antara benda dan benda, benda dan uang, atau sebaliknya. Pada intinya, akad
tijary ini merupakan akad niaga. Oleh karena itu, dalam akad ini para pihak boleh
mengambil keuntungan dari trnsaksi perniagaan yang ada.

II.g Ta’min
At-Ta`min diambil dari kata amana memiliki arti memberi perlindungan,
ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut[8], sebagaimana firman Allah yang
artinya, “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. Quraisy,106:4).19

II.h Takaful
Terma takaful adalah bentuk masdar berasal dari akar kata ka-fa-la . Kata
ka-fa-la bermakna “menjamin”. Kata takaful yang sifat utamanya adalah
“musyarakah” bermakna saling. Oleh karena itu kata takaful bermakna saling
bertanggungjawab atau saling menjamin, bertanggungjawab, meyakinkan, dan
memastikan. Sedangkan secara teknis, dari sudut pandang ekonomi, takaful
bermakna, saling menjamin yang dilakukan oleh sekelompok manusia yang hidup
pada masyarakat yang sama dalam menghadapi risiko yang disepakati atau
musibah yang menimpa seseorang, harta benda, atau segala sesuatu yang
berharga. Sehingga takaful lebih dikenal sebagai asuransi kerjasama (co-operative
insurance).20
II.i Penelitian Terdahulu
(Wijono, 2005) melakukan penelitian tentang Pemberdayaan Lembaga
Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya
Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan dan memperoleh hasil bahwa Upaya
pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan memutus mata rantai kemiskinan
itu sendiri, antara lain dengan memperluas akses Usaha Kecil dan Mikro (UKM)
dalam mendapatkan fasilitas permodalan yang tidak hanya bersumber dari
lembaga keuangan formal tapi juga dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
LKM ternyata mampu memberikan berbagai jenis pembiayaan kepada
UKM walaupun tidak sebesar lembaga keuangan formal, sehingga dapat menjadi
alternatif pembiayaan yang cukup potensial mengingat sebagian besar pelaku
UKM belum memanfaatkan lembaga-lembaga keuangan.Potensi yang cukup
besar tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal, karena LKM masih
menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan antara lainaspek kelembagaan

18

Sumanto, Agus Edi, Ernawan Priarto, Muhammad Zamachsyari, Pudiarto Trihadi,
Rahmaji Asmuri, Rikza Maulan. Solusi Berasuransi: Lebih Indah Dengan Syariah . Penerbit
Salamadani. 2009. Hlm. 71.
19
Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan
Operasional. Jakarta: Gema Insani Press. 2004. Hlm. 28
20
Mohd Ma‟sum Billah. Kontekstualisasi Takaful Dalam Asuransi Modern: Tinjauan
Hukum dan Praktik. Malaysia: Sweet & Maxwell Asia. 2010. Hlm. 18.

12

yang tumpang tindih, keterbatasan sumber daya manusia dalam pengelolaan LKM
dan kecukupan modal.
Upaya untuk menguatkan dan mengembangkan LKM sebagai salah satu
pilar sistem keuangan nasional, diantaranya yang mendesak adalah menuntaskan
RUU tentang LKM agar terdapat kejelasan dalam pengembangan LKM. Serta
komitmen pemerintah dalam memperkuat UKM sebagai bagian tidak terpisahkan
dari pengembangan LKM.21
(Kholis, 2009) dalam penelitiannya yang berjudul The Contribution of
Islamic Microfinance Institution in Increasing Social Welfare in Indonesia (a
Case Study of BMT‟s Role at Pakem Market Micro Traders Yogyakarta)
memperoleh hasil penelitian sebagai berikut, bahwa pengalaman BMT Dana
Syariah di Yogyakarta menunjukkan hasil yang positif dari kegiatan keuangan
mikro syariah. Kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Dana Syariah
menghasilkan positif efek ekonomi termasuk pertumbuhan pendapatan dan
mengurangi kemiskinan, kerja sendiri, kepemilikan aset, ketahanan pangan, dan
kemampuan untuk membuat anak-anak mereka berpendidikan. Oleh karena itu,
jelasnya BMT memiliki peran yang strategis dalam penyediaan pembiayaan mikro
untuk usaha mikro, kecil, dan menengah.22
(Mamun, 2007) dalam penelitiannya yang berjudul Contribution of ImcroInsurance Augmenting the Poverty Alleviation Role of Micro-Finance: a Case Study of
Bangladesh menjelaskan bahwa di Bangladesh, asuransi mikro dikatakan olehnya
ditandai dengan strategi katering pendapatan bagi masyarakat miskin dan rentan
kelompok sosial yang kekurangan daya beli untuk layanan pribadi, akses ke layanan
kesehatan publik atau swasta, dan akses ke jaminan sosial jaringan.studi yang dia lakukan
adalah eksplorasi ide dalam menemukan model yang cocok dan berkelanjutan untuk
menggabungkan asuran mikro dengan kredit/ pembiayaan mikro.
Menurutnya, evolusi dari konsep asuransi mikro berasal dari pengembangan dan
penyebaran pelaksanaan pembiayaan mikro sebagai strategi pembangunan. Strategi
tersebut bertujuan untuk menjaga atau mengurangi kemungkinan default kredit dengan
membahas biaya ekonomi tertentu yang tinggi. Sebagian Lembaga Keuangan Mikro di
Bangladesh bersedia untuk untuk memulai skema asuransi jiwa karena sangat mudah
untuk merancang dan mengoperasikan generasi yang baik. Penelitian juga menemukan
beberapa jalan di mana pemerintah dapat membantu aktif asuransi komersial dan LKM
sebagai agen mitra model. Selanjutnya, studi menunjukkan bahwa agen mitra model lebih
cocok untuk LKM dalam penggabungan operasional antara asuransi dan Lembaga
Keuangan Mikro.23

21

Wiloeja Wirjo Wijono. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu
Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan . Kajian
Ekonomi dan Keuangan, Edisi Khusu. 2005
22
Nur Kholis. The Contribution of Islamic Micerofinance Institution in Incerasing Social
Welfare in Indonesia (a Case Study of BMT‟s Role at Pakem Market Micro Traders Yogyakarta).
Working Paper. 2009.
23
Prof. M. Ziaulhaq Mamun, Ph.D. Contribution of Imcro-Insurance Augmenting the
Poverty Alleviation Role of Micro-Finance: a Case Study of Bangladesh .APRIA Conference at
National Chengchi University, Taipei, Taiwan. 2007.

13

III DATA DAN METODOLOGI
III.a Data
Data yang digunakan dalam penelititan ini adalah data primer yang
bersumber dari hasil wawancara yang diajukan kepada narasumber sebagai pakar
dan berkompetensi dalam bidang tersebut, kemudian ditunjang juga oleh data
sekunder yang berasal dari pustaka, situs web, maupun karya ilmiah terdahulu.
III.b Metodologi
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
analisis kualitatif deskriptif studi kasus berdasarkan kajian kepustakaan disertai
dengan indept interview terhadap pakar, praktisi, maupun akademisi. Studi kasus
adalah pengujian intensif, menggunakan berbagai sumber bukti baik kualitatif
maupun kuantitatif, atau keduanya terhadap suatu entitas tunggal yang dibatasi
oleh ruang da waktu24. Dalam hal ini juga menggunakan studi komparasi hasil
penelitian terdahulu serta artikel-artikel di media masa yang terkait dengan
pembahasan. Dari data-data yang diperoleh kemudian disusun berdasarkan aturan
dan analisis yang sesuai dengan kaidah penulisan sehingga mempermudah
pembahasan masalah-masalah yang ada.
Dengan metode ini, penulis ingin mengkaji bagaimana sinergi antara
asuransi syariah dengan lembaga keuangan mikro syariahsebagai penguatan
takaful ummat dalam pembiayaan berbasis takaful mikro. Diharapkan hasil yang
diperoleh dalam studi ini dapat memberikan kontribusi berupa rekomendasi yang
membangun dan bermanfaat, baik itu kepada penulis, pembaca, masyarakat, dan
Negara.
IV PEMBAHASAN
IV.a Praktik Asuransi Syariah
Adanya asuransi syariah menjadi sebuah solusi untuk menjawab
kebutuhan kaum Muslim akan pentingnya perencanaan masa depan. Dalam hal
ini, asuransi syariah mencakup sebuah transaksi bisnis yang halal dengan akadakad yang terbebas dari unsur maysir, gharar, dan riba.
Sebagai konsep baru yang coba diterapkan dan juga munculnya kasuskasus baru dalam praktik menempatkan sistem asuransi syariah terus mengalami
pengkajian dan penyempurnaan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat sistem
asuransi tidak dikenal sebelumnya pada masa Nabi Muhammad. Hanya saja
dalam sejarahnya, ada praktik yang mengandung kemiripan dengan asuransi.
Konsep dasar dari asuransi syariah adalah prinsi ta‟awun (saling
menolong). Prinsip-prinsip mendasar tersebut dapa dijelaskan secara gamblang di
antara dua pihak yang bersepakat yaitu perusahaan asuransi dan peserta suransi.

24

Christine Daymondan Immy Holloway. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Pablic
Relations and marketing Communications . Yogyakarta: Bentang Pustaka. 2008. Hlm. 162

14

Tabel 5. Lima Konsep Dasar Asuransi Syariah

Asuransi syariah dibangun atas dasar
saling bertanggungjawab

Asuransi syariah dibangun atas dasar
saling bekerjasama

Asuransi syariah dibangun atas dasar
saling melindungi

Asuransi syariah dibangun atas dasar
saling menyelamatkan

Asuransi syariah dibangun atas dasar
profesionalitas

Dalam muamalah jual-beli terdapat
unsur ibadah ketikda dua pihak yang
bertransaksi saling bertanggungjawab.
Tanggung jawab antar sesama Muslim
bersifat fardhu kifayah. Adapun
tanggung jawab ini terlaksana apabila
ada sikap saling percaya, saling
menghormati, dan saling menyayangi
antar sesama Muslim.
Antara perusahaan dan peserta asuransi
harus memahami tanggung jawab
masing-masing dari akibat akad yang
disetujui bersama.
Kaum muslim harus membangun
komitmen untuk bekerja sama. Seorang
Muslim sudah selayaknya menjadi
peserta asuransi pada perusahaan
asuransi syariah yang juga dimiliki oleh
seorang Muslim. Kerjasama ini akan
menguatkan bangunan ekonomi umat
sehingga kemudian kaum Muslim
benar-benar bisa berperan besar untuk
kemaslahatan dunia.
Asuransi syariah dibangun atas dasar
saling melindungi yang sebenarbenarnya melindungi bukan sekedar
proteksi yang diberikan sebagai jasa
atau iming-iming kepada peserta
asuransi. Kaum Muslim disunnahkan
Rasulullah
saw
untuk
saling
melindungi,
saling
memberi
kemudahan, dan saling memberi kabar
gembira.
Islam adalah agama keselamatan. Kaum
Muslim disunnahkan untuk memberi
dan menjawab salam yang mengandung
doa keselamatan. Perusahaan asuransi
dan peserta asuransi hendaknya dapat
mewujudkan rasa aman sebagai buah
dari keselamatan.
Profesionalisme adalah sebuah ukuran
untuk dapat maju dan bersaing
menghadapi tantangan dunia modern
yang semakin meminggirkan ataupun
mengaburkan prinsip-prinsip syar‟i.
Seorang pengelola asuransi syariah

15

haruslah profesional dan memiliki
keterampilan serta ilmu yang memadai
untuk
mempromosikan
asuransi
syariah. Pada dasarnya, seorang
profesional adalah mereka yang
memiliki ilmu, akhlak, dan keseriusan
berikhtiar pada jalan yang benar.
Profesionalitas akan menjadi indikator
kemajuan dan kemampuan menghadapi
berbagai perubahan zaman.
Pada praktiknya, asuransi syariah menggunakan dua sistem operasional,
yaitu sistem bagi hasil terhadap hasil pengelolaan dana dan sistem bagi risiko di
antara sesama peserta. Kedua sistem tersebut mendukung hukum muamalah
seperti yang disyariatkan. Dana yang dibayarkan pada asurnasi syariah atas nama
peserta langsung dipisahkan dalam akun yang berbeda, yaitu akun dana tabarru‟
dan akun dana peserta. Dana tabarru‟ akan digunakan sebagai sarana berbagi
risiko dengan cara memberikan santunan jika ada peserta yang mengalami
meusibah sebagaimana yang telah dijanjikan. Adapun dana peserta akan
diinvestasikan dan dibukukan dalam rekening peserta sebagaimana manfaat di
akhir kontrak atau pada saat peserta mengakhiri perjanjian.
Sesuai dengan kedudukannya sebagai pengelola, asuransi syariah akan
mengelola dana tabarru‟dan dana milik peserta berdasarkan konsep bagi hasil
dengan menempatkan dana-dana tersebut di instrumen berbasis syariah. Dengan
demikian, diharapkan dana ta barru‟ yang terkumpul cukup untuk membayar
klaim yang terjadi. Dana peserta diharapkan akan berkembang sesuia yng
direncanakan.
Selain kedua jenis dana tersebut, dalam asuransi syariah dikenal jenis dana
lain, yaitu dana pemegang saham. Ketiga jenis dana inilah yang kemudian disebut
dengan tiga Pundi Sumber Dana. Pertama , sumber dana dari pemegang saham
yang digunakan untuk operasional dan manajemen perusahaan. Kedua , dana
tabarru‟ atau dana kebajikan yang digunakan untuk santunan jika ada peserta
terkena musibah. Ketiga , dana investasi peserta yang dibagikan kembali kepada
peserta sesuai dengan yang telah diakadkan.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 21/DSNMUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah jika terjadi surplus
underwriting , sebagian atau seluruh surplus tersebut harus dicadangkan sebagai
dana tabrru‟ abadi. Dengan demikian, apabila jumlah klaim yang terjadi lebih
kecil dari total dana tabarru‟, semakin lama akumulasi dana tabarru‟ tersebut
semakin membesar.

16

Akumulasi pundi dana tabarr u‟ yang sangat besar tersebut dapat
digunakan sebagai penambah manfaat atas peserta yang mengalami musibah atau
dapat digunakan sebagai subsidi atas kontribusi tabarru‟ yang seharusnya
dibayarkan oleh paserta.
Bagan 1. Tiga Pundi Sumber Dana Asuransi Syariah

Sumber
dana
Pemegang
Saham

3 Pundi
Sumber
Dana
Dana
Tabungan

Dana
Tabarru'

Dalam sistem pengelolaan dana asuransi syariah, setiap premi yang masuk
akan dikategorikan sebagai dana tabarru‟ dan dana investasi serta ditempatkan
pada akun sesuai dengan jenis dananya. Dana tabarru‟ telah diniatkan oleh
peserta sebagai dana kebajikan yang akan digunakan sebagai santunan kepada
peserta lain yang terkena musibah. Adapun dana investasi akan dikelola sesuai
dengan yang telah diakadkan oleh peserta.
Rekening dana investasi peserta dalam asuransi syariah sekilas mirip
dengan sistem deposito pada perbankan syariah. Dana dari peserta dikumpulkan
dan dikelola atau diinvestasikan dalamr usaha-usaha yang sesuai dengan syar‟i.
Dana tersebut dapat dibayarkan kembali apabila perjanjian telah berakhir, peserta
mengundurkan diri, atau pada saat peserta meninggal dunia. Selain itu, peserta
pun akan mendapatkan keuntungan dari hasil investasi atas dana tersebut.
Sistem pembayaran premi yang dilakukan oleh peserta juga diberikan
fleksibilitas, baik daris sisi jumlah maupun dari sisi pebayarannya. Peserta boleh
memilih cara pembayaran bulanan, trieulan, semesteran, tahunan, atau bahkan
sekaligus. Dengan demikian, sistem memungkinkan peserta dapat menyesuaikan
dengan kondisi keuangannya.

17

Bagan 2. Skim Operasional Asuransi Syariah

Investasi

Hasil Investasi
Bagi Hasil

Premi Nasabah

Tabungan

Tabarru’

Tabungan
Nasabah

Tabarru’

Tabungan
Nasabah

Tabarru’

Beban
Asuransi,
Reasuransi,
Klaim, dan
Pajak

Perusahaan

Nasabah

Klaim

IV.b Permasalahan UMKMK dalam Akses Pembiayaan
Mengingat jumlahnya yang demikian besar potensi dan kontribusiUMKM
dan koperasi dalam peningkatan pembangunan ekonomi nasional tidak perlu
diragukan lagi. Ini juga sekaligus menegaskan bahwa UMKM termasuk Koperasi
merupakan sektor penting yang harus dibangun dan dikembangkan daerah dalam
mencapai keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.
Namun demikian untuk meningkatkan peran UMKM dan Koperasi ini
ternyata masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat
eksternal seperti misalnya antara lain : (1) Iklim usaha yang belum sepenuhnya
kondusif, (2) Terbatasnya sarana dan prasarana usaha, (3) Terbatasnya akses
pasar, (4) Produk UMKM yang sifat lifetime-nya pendek, dan (5) Implikasi
globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas.
Sedangkan yang bersifat internal antara lain adalah : (1) Kondisi obyektif
SDM pelaku UMKM dan koperasi yang masih rendah dan terbatas, (2)
Manajemen yang tradisional, (3) Kurangnya permodalan, (4) Lemahnya jaringan
usaha dan kemampuan penetrasi pasar.
Dari sejumlah persoalan yang membelit upaya pengembangan UMKMK
tersebut, satu diantaranya yang penting dan mendasar adalah persoalan akses
UMKM dan koperasi kepada sumber-sumber pendanaan usaha. Dalam hal
pembiayaan atau pendanaan UMKM dari Bank, memiliki persepsi yang berbeda,
yaitu (1) Persepsi dari pihak perbankan, (2) Persepsi dari sisi UMKM sendiri.
Dari sisi UMKM, persepsi umum yang dihadapi dalam mengakses
kredit,antara lain adalah :
a) Persyaratan jaminan fisik/tambahan yang diminta Bank;
b) Prosedur pengajuan kredit yang dianggap sulit dan berbelit-belit;
c) Tingginya suku bunga perbankan
Sementara dari sisi perbankan, alasan-alasan yang mengemuka adalah :
a) UMKM adalah sektor yang dianggap memiliki risiko tinggi (high risk) dan
keuntungannya relatif kecil;

18

b) Jaminan yang mampu diberikan relatif kecil, seperti tanah, sertifikat hak
atas tanah kebanyakan baru model letter C atau petuk dan letter ;
c) UKMK yang potensial untuk memperoleh kredit umumnya sulit didapat.
Dalam hal lemahnya pemenuhan persyaratan jaminan atas kreditUMKMK,
sejauh ini telah ada Perusahaan Penjaminan seperti Jamkrindo dan Askrindo yang
melakukan peran penjaminan kredit bagi UMKMK. Salah satu contoh yang saat
ini tengah dilaksanakan Pemerintah dalam aspek penjaminan kredit ini adalah
Kredit Usaha Rakyat (KUR). Namun demikian mengingat jumlah UMKMK yang
demikian besar dan tersebar diberbagai daerah dan wilayah disamping juga karena
berbagai kendala internal, seperti jaringan pelayanan yang belum dapat
menjangkau berbagai daerah dan belum berkembangnya institusi penjaminan
daerah, seperti LPKD (Lembaga Penjaminan Kredit Daerah) serta juga faktor
ratioputaran (Gearing Ratio atau GR) penjaminan yang masih rendah, menjadikan
penjaminan yang tersedia untuk berbagai kredit kepada UMKMK belum
maksimal.
Dalam
keadaan
kelangkaan
penjaminan,
maka
seyogyanya
asuransimenjadi suatu solusi alternatif penaggungan terhadap risiko kredit. Selain
asuransi kredit, maka bentuk dan jenis asuransi jiwa dan asuransi kerugian,
semestinya berkembang untuk menutup potensi risiko, baik atas nama tertanggung
(jiwa) dari pengambil kredit (debitur) maupun atas nama kegiatan atau bisnis yang
dijalankan berupa kerugian yang timbul dari bisnis yang sedang dikerjakan
(asuransi kerugian).
IV.c Model Sinergi Asuransi Syariah dan Lembaga Keuangan Syariah Mikro
Dalam menunjang LKMS untuk melakukan pembiayaan terhadap nasabah,
serta mengurangi beban risko pada nasabah pembiayaan yang mengalami
musibah, LKMS dapat melakukan sinergi dengan takaful Indonesia melalui
Takmin (Takaful Mikro). Adapaun bentuk sinergi yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
Bagan 3. Skim Sinergi Asuran Syariah dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah

Lembaga
Keuangan
Mikro Syariah

Takmin

NASABAH LKMS

Takmin
TAKAFUL
INDONESIA

Saat nasabah pembiayaan mengajukan pembiayaan kepada Lembaga
Keuangan Mikro Syariah, maka sekaligus ia menjadi peserta asuransi syariah
dengan program takaful mikro. Adapun nominal premi yang harus dibayarkan
oleh peserta pembiayaan mikro adalah 0,5/ 1000 x Jumlah Pembiayaan x Jangka
Waktu Pengembalian Modal.

19

Sebagai contoh, seseorang mengajukan pembiayaan sebesar Rp
5.000.000,00- kepada sebuah Lembaga Keuangan Mikro Syariah dengan akad
murabahah untuk jangka waktu pengembalian modal selama 1 tahun atau 12
bulan. Maka pola penghitungan premi adalah sebaga berikut:

Jadi, nasabah (peserta) membayar premi dengan jumlah Rp 30.000,00untuk menjamin pembiayaannya terhadap Lembaga Keuangan Mikro Syariah
yang bersangkutan. Kalim dapat dilakukan oleh Lembaga Keuangan Mikro
Syariah apabila nasabah yang bersangkutan mengalami musibah berupa
meninggal dunia. Sedangkan untuk jenis kerugian yang lain atau diseababkan oleh
kelalaian Lembaga Keuangan Mikro Syariah slam seleksi nasabah ditanggung
oleh Lembaga Keuangan Mikro Syariah sendiri. Hal ini sebagaimana yang telah
diaplikasikan oleh BTTM (Baitu Takmin Tazkia Madani) yang bekerjasama
dengan Asuransi Takaful Mikro.25
Jadi, pilihan berasuransi bukanlah semata-mata untuk mengalihkan atau
alat penyebaran risiko bisnis. Tetapi lebih jauh dari itu bahwa asuransi
memberikan manfaat, berupa 1) adanya rasa aman, 2) perlindungan, 3)
pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, 4) polis asuransi dapat
dijadikan agunan untuk memperoleh kredit/ pembiayaan, 5) berfungsi sebagai
tabungan, 6) alat penyebaran risiko, dan 7) membantu meningkatkan kegiatan
usaha.
Pengelola atau perusahaan asuransi mesti memulai untuk bersungguhsungguh, memudahkan dan memotivasi atas manfaat berasuransi. Pemerintah dan
pemerintah daerah memfasilitasi edukasi dan sosialisasi, menerbitkan regulasi
yangfair (adil dan akuntabel) bagi tumbuh dan kokohnya industri asuransi dan
program aksi yang bersinergi, seperti contoh asuransi untuk dukungan linkages
lembaga keuangan (Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank) dengan
UMKMK, sehingga terjadi simbiose mutualisme diantara lembaga jasa keuangan
dengan UMKMK. Jika kondisi itu ada, masyarakat dan UMKMK diyakini lebih
mudah digerakkan untuk berasuransi.
Bilamana hal itu ada maka, potensi sinergi asuransi terhadap perkuatan
modal usaha UMKMK terbuka untuk diwujudkan. Perwujudan tersebut artinya
membawa peluang perusahaan asuransi bertumbuh bersama UMKMK, Bank atau
lembaga keuangan bukan Bank dapat meluaskan ekspansi kredit atau
pembiayaannya secara terlindungi (terproteksi asuransi) dan UMKMK sendiri
memperoleh manfaat ganda, yaitu mendapatkan perlindungan, sekaligus terbuka
aksesnya untuk mengembangkan pembiayaan usaha.
IV.e Manfaat Program Takaful Mikro Terhadap Masyarakat
Hutang adalah masalah. Banyak berutang berarti mengumpulkan banyak
masalah. Untuk itulah, syariat mengingatkan agarmanusia tidak menjadikan
utang sebagai solusi penyelesaian masalah ekonominya, kecuali dalam keadaan
25

Wawancara langsung kepada praktisi (kepala bagian operasional BTTM Tazkia).

20

sangat terdesak. Hal tersebut dikarenakan beberapa bahaya hutang yang
sebagaimna telah tercantum dalam hadits Nabi Muhamad diantaranya sebagai
beikut:
Pertama , bahwa hutang akan mengakibatkan jiwa seseorang yang telah
meninggal akan menggantung apabila belum terlunasi.26
“Jiwa seorang mukmin tergantung karena utangnya,
sampai (utang itu) dilunasi.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah,
dan Ahmad; dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih
Jami‟ Ash-Shaghir, no. 6779)
Kedua , seseorang yang meninggal dan masih dalam keadaan berhutang,
Rasul sendiri tidak mau menshalatkannya.

Jabir Radliyallaahu „anhu berkata: Ada seorang laki-laki
di antara
kami meninggal dunia, lalu kami
memandikannya, menutupinya dengan kapas, dan
mengkafaninya. Kemudian kami mendatangi Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan kami tanyakan: Apakah
baginda akan menyolatkannya?. Beliau melangkan
beberapa langkah kemudian bertanya: “Apakah ia
mempunyai hutang?". Kami menjawab: Dua dinar. Lalu
beliau kembali. Maka Abu Qotadah menanggung hutang
tersebut. Ketika kami mendatanginya; Abu Qotadah
berkata: Dua dinar itu menjadi tanggunganku. Lalu
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
“Betul-betul engkau tanggung dan mayit itu terbebas
darinya.” Ia menjawab: Ya. Maka beliau menyolatkannya.
(Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa‟i. Hadits shahih
menurut Ibnu Hibban dan Hakim).
Ketiga , dosa orang yang mati syahid akan diampuni oleh Allah, kecuali

utang.
Dari Abu Hurairah radhiallahu „anhu, bahwa ada
seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu „alaihi
wa sallam, “Jika aku gugur di jalan Allah, apakah dosadosaku
terhapus?”Beliau shallallahu
„alaihi
wa
sallam menjawab, “Ya, jika kamu bersabar, mengharap
pahala dari Allah, tetap maju, dan tidak melarikan diri.
Kecuali, utang. Begitulah Malaikat Jibril menyampaikan
kepadaku.” (HR. Muslim, no. 1885).

Jadi, keberadaan takaful mikro secara tidak langsung akan menjadi sarana
seseorang untuk memagar risiko dalam berhutang untuk melakukan pembiayaan.
Selain itu, rasa aman juga akan diperolehnya bila sewaktu-waktu terjadi hal yang
tidak dinginkan atau tertimpa musibah pada saat kondisi masih dalam mengangsur
pembiayaan.
26

http://www.royalmuslim.com/cara-melunasi-utang-kepada-kreditur-yang-telahmeninggal.htm (di akses pada tanggal 6 Maret 2013).

21

Beberapa manfaat lain juga dapat dipetik oleh masyarakat melalui
program takaful mikro seperti 1) asuransi dapat masuk ke pasar bawah (melalui
lembaga keuangan mikro) yang selam ini sulit masuk; 2) lembaga keuangan
mikro dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dengan risiko yang kecil; 3)
keluarga miskin mendapat akses berasuransi yang selama ini belum di dapat.
Dengan manfaat-manfaat tersebut, maka pada tujuan akhir adalah
terwujudnya sebuah perekonomian yang adil sejahtera dalam kehidupan sosial
masyarkat yang kemudian dapat menumbuh kembangkan secara
berkesinambungan tatanan ekonomi yang berbasis pada syariat Islam.

V KESIMPULAN
V.a Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis memperoleh Asuransi
syariah memiliki potensi yang cukup besar sebagai alternatif untuk mengentaskan
kemiskinan. Hal tersebut dilakukan melalui produk asuransi mikro syariah dan
penggunaan dana tabarru‟. Masyarakat miskin akan semakin terbantu dengan
adan