The Turmeric Decoction Effect on the Concentration of Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), and Total Bilirubin of Serum

16

Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009

Pengaruh Air Perasan Kunyit terhadap Kadar Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase (SGPT), dan Bilirubin Total Serum
Studi Eksperimental pada Tikus yang Diinduksi Parasetamol
The Turmeric Decoction Effect on the Concentration of Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
(SGPT), and Total Bilirubin of Serum
Experimental Study on Paracetamol-Induced Rats
Edijanti Goenarwo1, Chodidjah2, Muhammad Syukri Alimi3, Wigia Primanandika3, Agus
Muttaqien3
ABSTRACT
Background: High dose paracetamol consumption may cause liver’s damage, indicated by increasing of SGOT,
SGPT, and total bilirubin of serum concentration. Turmeric (Curcuma domestica Val.) has been medically used
for liver damage. The experimental study was conducted to find out the turmeric decoction effect on SGOT,
SGPT, and total bilirubin of serum concentration of high dose paracetamol-induced rats.
Design and Method: Pre - posttest randomized control group design was used in this study. 24 rats were
divided into 4 groups: Group I (the control group given aquadest for 7 days continued with paracetamol);

Group II, III and IV (treated- group given turmeric decoction with concentration 50%, 75% and 100% respectively
for 7 days continued with paracetamol). The One Way Anova was used to analyze the differences between
SGOT, SGPT and total bilirubin of serum concentration and the differences between groups were analyzed by
Tukey test.
Result: The means differences of SGOT for the four groups were 38.66 (U/l); -12.33 (U/l); -15.5 (U/l); -39.83 (U/
l), respectively. The means differences of SGPT were 78.83 (U/l), -12.84 (U/l); 20.5 (U/l); -72.17 (U/l), respectively.
The means differences of total bilirubin of serum were 1.00 (mg/dl); -0.25 (mg/dl); -0.46 (mg/dl); -0.90 (mg/
dl), respectively. There was significant differences in SGOT, SGPT and total bilirubin of serum concentration
among the groups (p=0.000), and there was significant differences among groups, except between group II
and III which showing no significant difference.
Conclusion: The turmeric decoction can decrease SGOT, SGPT and total bilirubin of serum concentration in
rats and there were differences among the groups, (Sains Medika, 1 (1) : 16-23).
Keywords: Curcuma domestica Val., hepatoprotector, paracetamol, SGOT, SGPT, total bilirubin of serum
ABSTRAK
Pendahuluan: Konsumsi parasetamol dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati yang ditandai dengan
peningkatan kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum. Kunyit (Curcuma domestica Val.) telah digunakan
untuk mengatasi kerusakan hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air perasan
kunyit terhadap kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum pada tikus putih galur wistar yang diinduksi
parasetamol.
Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah pre - posttest randomized control group design menggunakan

hewan uji tikus sebanyak 24 ekor yang dibagi dalam 4 kelompok: Kelompok I (kelompok kontrol yang diberi
aquades kemudian diberi parasetamol); Kelompok II, III, dan IV (kelompok perlakuan yang diberi air perasan
kunyit dengan konsentrasi berturut-turut 50%, 75%, dan 100% selama 7 hari kemudian diberi parasetamol).
Data kadar SGOT, SGPT, dan total bilirubin serum yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan uji One
Way Anova, kemudian dilakukan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.

1
2
3

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang,
(chodiab@yahoo.com)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Efek Hepatoprotektor Air Perasan Kunyit

17

Hasil Penelitian: Selisih rata-rata kadar SGOT pre dan post test pada 4 kelompok berturut-turut adalah 38,66

(U/l); -12,33 (U/l); -15,5 (U/l); dan -39,83 (U/l). Selisih rata-rata kadar SGPT berturut-turut adalah 78,83 (U/l);
-12,84 (U/l); -20,5 (U/l); dan -72,17 (U/l). Selisih rata-rata kadar bilirubin total serum berturut-turut adalah
1,00 (mg/dl); -0,25 (mg/dl); -0,46 (mg/dl); dan -0,90 (mg/dl). Perlakuan pemberian perasan kunyit menyebabkan
kadar SGOT, SGPT dan bilirubin total serum pada tiap kelompok berbeda secara signifikan (p=0,000). Pemberian
perasan kunyit dengan konsentrasi yang berbeda-beda menunjukkan perbedaan yang bermakna antara tiap
kelompok, kecuali pada kelompok II dan III tidak terdapat perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan: Air perasan kunyit dapat mencegah kenaikan kadar SGOT, kadar SGPT, dan kadar Bilirubin Total
Serum tikus putih yang diinduksi parasetamol dosis tinggi, (Sains Medika, 1 (1) : 16-23).
Kata Kunci: Curcuma domestica Val., bilirubin total serum, hepatoprotektor, parasetamol, SGOT, SGPT

PENDAHULUAN
Penggunaan parasetamol sebagai analgetik dan antipiretik telah dikenal oleh
masyarakat umum dan banyak dijual bebas di pasaran. Obat ini bersifat aman jika
dipergunakan dalam dosis yang tepat, akan tetapi penggunaan dalam dosis yang
berlebihan dapat menyebabkan nekrosis hati, bahkan dapat berakibat fatal. Parasetamol
dilaporkan mampu menyebabkan hepatotoksisitas langsung pada sel hepar. Seseorang
yang makan 7,5 gram parasetamol sekaligus akan menyebabkan kerusakan hati, dan bila
makan lebih dari 15 gram akan timbul kematian. Parasetamol (N-acetyl para aminophenol)
mempunyai efek analgetik – antipiretik, yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
Parasetamol dengan dosis 10 gram dilaporkan dapat menimbulkan nekrosis hati

(hepatotoksisitas), yang ditandai dengan kenaikan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), kadar bilirubin
serum, enzim laktat dehidrogenase, serta perpanjangan masa protrombin (Wilmana
dalam Nurrochmad & Murwanti, 2000).
Transaminase adalah sekelompok enzim yang bekerja sebagai biokatalisator dalam
proses pemindahan gugusan amino antara suatu asam alfa amino dengan asam alfa keto
(Husadha, 1999). Alanin amino transaminase (ALT) atau Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase (SGPT) dan Aspartat amino transaminase (AST) atau Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase (SGOT) terdapat dalam jumlah besar di hepatosit (Latu, 1991).
Serum transaminase adalah indikator yang peka pada kerusakan sel-sel hati. SGOT atau
AST adalah enzim sitosolik, sedangkan SGPT atau ALT adalah enzim mikrosomal, kenaikan
enzim-enzim tersebut meliputi kerusakan sel-sel hati oleh virus, obat-obatan atau toksin
yang menyebabkan hepatitis, karsinoma metastatik, kegagalan jantung, dan penyakit
hati granulomatus dan yang disebabkan oleh alkohol.

18

Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009

Bilirubin adalah komponen dari empedu yang berwarna jingga. Bagian terbesar

bilirubin berasal dari hemoglobin (Baron, 1990). Hiperbilirubinemia mempunyai makna
terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, ini bisa berupa peningkatan kadar
bilirubin tidak terkonyugasi, maupun bilirubin yang terkonyugasi (Handoko, 2004).
Beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan kadar bilirubin serum adalah: untuk
kenaikan kadar bilirubin tak terkonyugasi bisa dikarenakan produksi yang berlebihan,
gangguan pengambilan dan gangguan konyugasi; untuk kenaikan kadar bilirubin yang
terkonyugasi karena gangguan ekskresi intrahepatik dan ekstrahepatik; kenaikan kadar
kedua jenis diatas akibat kebocoran bilirubin dari dalam sel-sel duktuli kembali ke dalam
darah.
Pada penyakit hati faktor-faktor tadi dapat timbul sekaligus (Husadha, 1998).
Didalam hati terjadi proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam
empedu, pengaturan metabolisme kolesterol dan penetralan racun/obat yang masuk
dalam tubuh, sehingga dapat dibayangkan akibat yang timbul karena kerusakan hati
(Handoko, 2004). Hepatitis toksik merupakan peradangan hepar yang disebabkan zatzat yang toksik untuk hepar terutama obat-obatan (Suparman, 1996). Oleh karena itu,
perlu dikembangkan obat-obatan tradisional untuk membantu penanganan medis pada
berbagai gangguan hati terutama untuk pasien kategori kelas ekonomi menengah ke
bawah dan tidak memiliki asuransi kesehatan.
Tanaman herbal yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai obat
tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit termasuk penyakit hati adalah
tumbuhan dari golongan curcuma, diantaranya adalah temulawak (Curcuma xanthorriza

roxb) dan kunyit (Curcuma domestica Val.) (Hadi, 2000). Kunyit memiliki efek farmakologi
melancarkan darah dan vital energi, emmenagogue, anti inflamasi, mempermudah
persalinan, carminative, antibakteri, kolagogum, adstringent (Winarto & Lentera, 2003).
Kurkumin pada kunyit mempunyai efek anti peradangan, antioksidan, antibakteri,
imunostimulan, kolagogum, hipolipidemik, hepatoprotektor, dan tonikum.
Kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak atsiri
sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi
zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning kurkuminoid sebanyak 5%
(meliputi kurkumin 50-60%, monodesmetoksikurkumin dan didesmetoksikurkumin),

Efek Hepatoprotektor Air Perasan Kunyit

19

protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C (Sumiati & Adnyana, 2004). Kurkuminoid yang
terkandung di dalam kunyit mempunyai sifat anti hepatotoksik yang sinergik dan terbukti
sangat bermanfaat untuk penyakit hati. Hal ini disebabkan karena kedua senyawa tersebut
mempunyai sifat menghambat peroksidase lipid di dalam sel membran, melindungi sel
Kuffer, dan merangsang RNA untuk meningkatkan kapasitas sintesis dari sel hati (Hadi,
2000).

Penggunaan rimpang kunyit sebagai obat untuk kepentingan pencegahan maupun
pengobatan penyakit sudah terbukti secara nyata, efektif, aman, dan berkhasiat (Winarto
& Lentera, 2003). Hembing (2005) melaporkan bahwa kurkumin yang terdapat di dalam
kunyit mempunyai efek anti peradangan, antioksidan, imunostimulan, yang dapat
berfungsi sebagai hepatoprotektor. Efek hepatoprotektor kurkumin dalam kunyit diduga
dapat mencegah kerusakan fungsi hati akibat pemberian parasetamol. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh air perasan kunyit (Curcuma domestica Val.)
dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum
pada tikus putih galur wistar yang diinduksi parasetamol.

METODE PENELITIAN
Penelitian eksperimental ini menggunakan rancangan penelitian pre - posttest
randomized control group design. Subyek penelitian adalah tikus putih jantan galur wistar,
umur 3 bulan, dan berat badan 180 – 200 gram. Kunyit (Curcuma domestica Val.) dibuat
dalam bentuk perasan seperti yang umum di masyarakat. Kadar SGOT, SGPT, dan kadar
bilirubin total serum diukur menggunakan spektrofotometer.
Tikus putih sebanyak 24 ekor dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, masingmasing terdiri dari 6 ekor. Sebelum penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengukuran
kadar SGOT, kadar SGPT dan kadar bilirubin total serum pada masing-masing tikus untuk
mengetahui kadarnya sebelum perlakuan (pretest). Kelompok I adalah kelompok kontrol
parasetamol, dimana tikus diberi aquadest selama 7 hari kemudian dilanjutkan dengan

pemberian parasetamol 1 mg/ gram BB dosis tunggal. Kelompok II, III, dan IV merupakan
kelompok perlakuan, yaitu diberi air perasan kunyit dengan konsentrasi masing-masing
secara berurutan 50%, 75%, dan 100% sebanyak 1 ml per 200 gram berat badan selama
7 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian parasetamol 1 mg/ gram BB dosis tunggal.

20

Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009

Pada hari ke 10 dilakukan pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar SGOT,
SGPT dan kadar bilirubin total serum sesudah perlakuan (posttest).
Data yang diperoleh berupa selisih masing-masing kadar antara hasil pengukuran
pre-test dan post-test dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah
data terdistribusi normal dan varian datanya homogen. Apabila distribusi datanya normal
dan varian datanya homogen, maka data dianalisa dengan uji ANOVA. Namun jika
sebaliknya, maka data dianalisa secara non-parametrik dengan uji Kruskall-Wallis. Apabila
terdapat perbedaan yang bermakna, kemudian data dianalisa dengan uji lanjut dengan
uji Tukey untuk mencari letak perbedaannya. Analisis data menggunakan program statistik
SPSS 11.5 for Windows.
HASIL PENELITIAN

Kadar SGOT, SGPT dan kadar bilirubin total serum pada tikus yang diinduksi
parasetamol sebelum perlakuan (pre-test) berbeda dengan sesudah perlakuan (post-test),
sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Selisih rata-rata masing-masing kadar antara pretest dan post-test menunjukkan distribusi normal (p>0,05) dan varian data homogen
(p>0,05 ). Hasil uji ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% (á 0,05).

Efek Hepatoprotektor Air Perasan Kunyit

21

Tabel 1.

Rerata kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum pada masing-masing
kelompok sebelum perlakuan (pre-test), sesudah perlakuan (post-test) dan
selisih antara pre-test dan post-test

Tabel 2.

Ringkasan nilai signifikansi hasil uji Tukey antar kelompok untuk rerata kadar
SGOT, SGPT dan bilirubin total serum


Ket: * tidak berbeda secara bermakna (p>0,05)

PEMBAHASAN
Selisih rerata kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum pada kelompok kontrol
(tidak diberi air perasan kunyit) menunjukkan nilai positif berarti bahwa pemberian
parasetamol dosis 1 mg/kg BB mampu memberikan efek kerusakan hepar tikus putih.
Pemberian parasetamol dosis tinggi akan mengakibatkan peningkatan pembentukan Nacetyl-para-benzoquinoneimine (NAPQI), dan simpanan glutathion hati menjadi
berkurang. Terbentuknya metabolit antara NAPQI dalam jumlah yang banyak dan
penurunan jumlah glutathion hati, akan berakibat terjadi nekrosis atau kerusakan hati.
Sel-sel hati yang rusak akan melepaskan enzim-enzim yang menandai kerusakan tersebut
diantaranya SGOT, SGPT dan bilirubin total serum (Husadha, 1999).
Efek hepatoprotektor air perasan kunyit ditunjukkan dari perbedaan selisih kadar
rata-rata SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum antara kelompok I dan kelompok II, antara
kelompok I dan kelompok III, serta antara kelompok I dan kelompok IV. Selisih kadar

22

Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009

rata-rata SGOT, SGPT, dan Bilirubin total serum kelompok II, kelompok III dan kelompok

IV lebih rendah dari kadar rata-rata SGOT, SGPT dan bilirubin total serum kelompok I.
Hasil analisa statistik dengan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey
menunjukkan bahwa tikus putih yang diberikan air perasan kunyit sebelum pemberian
parasetamol, kadar rata-rata SGOT, SGPT dan bilirubin total serum lebih rendah dibanding
kelompok tikus yang tanpa pemberian air perasan kunyit namun diberi parasetamol. Hal
ini menunjukkan bahwa air perasan kunyit mampu mencegah kenaikan kadar SGOT, SGPT
dan bilirubin total serum, akibat pemberian parasetamol dosis toksik.
Rimpang kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat yaitu kurkuminoid,
yang terdiri atas kurkumin, desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. Senyawa
kurkumin ini yang diduga mampu melindungi sel-sel hati dari bahan toksik (Hadi, 2000).
Dengan dilakukannya penelitian ini maka dapat memperkuat penelitian yang telah
dilakukan oleh Hartono et al. (2004) yang telah menyatakan bahwa kunyit (Curcuma
domestica Val.) dapat melindungi sel-sel hati dari zat-zat toksik.

KESIMPULAN
Air perasan kunyit (Curcuma domestica Val.) berpotensi melindungi sel-sel hati
dari zat-zat toksik, yang ditandai dengan menurunnya kadar SGOT, SGPT dan bilirubin
total pada tikus yang diinduksi parasetamol.

SARAN
Diperlukan penelitian lanjutan tentang penggunaan air perasan kunyit ( Curcuma
domestica Val. ) sebagai obat penyakit hati.

DAFTAR PUSTAKA
Baron, D.N., 1990, Kapita Selekta Patologi Klinik , Edisi 4. EGC, Jakarta.
Hadi, S., 2000, Hepatologi, Mandar Maju, Bandung.
Handoko, I.S., 2004, Hiperbilirubinaemia, http :// www.klinikku.com/ pustaka/ klinis/
hati/ hiperbilirubinaemia.html, Dikutip tanggal 21.02.2008.
Hembing Wijayakusuma, H.M., 2005, Kunyit dan Temulawak untuk Mencegah Flu Burung,
http://www.republika.co.id, Dikutip tanggal 01.07.2008.

Efek Hepatoprotektor Air Perasan Kunyit

23

Husadha, Y., 1999, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I, Gaya Baru, Jakarta, hal. 226227.
Latu, J., 1991, Gastroenterologi Hepatologi, Infomedia, Jakarta.
Nurrochmad, A. dan R. Murwanti, 2000, Efek hepatoprotektif ekstrak alkohol rimpang
temu putih (Curcuma zedoaria Rosc) pada tikus putih jantan, Pharmacon 1 (1):3136.
Sumiati, T. dan Adnyana, I.K., 2004, Kunyit, si Kuning yang Kaya Manfaat,
http://www.pikiran-rakyat.com, Dikutip tanggal 26.06.2008.
Suparman,1996, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FK. UI., Jakarta, hal. 224-226.
Winarto, W.P. dan Tim Lentera, 2003, Khasiat & Manfaat Kunyit, Agromedia Pustaka,
Jakarta, hal. 1-12.