LAPORAN PENELITIAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN MELALUI METODE LATIHAN SOAL CERITA BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SLB KOTA PADANG

  

LAPORAN PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN MELALUI

DI SLB KOTA PADANG

Oleh:

 

  

Rahmahtrisilvia, S.Pd, M.Pd

Elsa Efrina, S.Pd., M.Pd

Penelitian ini dibiayai oleh anggaran DIPA 2010

Nomor 0664/023-04.201/03/2011

  

Tgl 20 Desember 2010

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

  

2011 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN

  1. a. Judul Penelitian : Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Melalui Latihan Soal Cerita Bagi Anak Tunagrahita Ringan Di SLB Kota Padang

  b. Bidang Ilmu : Pendidikan

  c. Kategori Penelitian : Pendidikan 2. a. Ketua Peneliti

  Rahmahtrisilvia, S.Pd., M.Pd

  • Nama Lengkap dan Gelar:

  Perempuan

  • Jenis Kelamin :

  III d/Penata Tk.I/ 19750324 200012 2 001

  • Pangkat/Gol./NIP :
  • Jabatan Fungsional :
    • Jabatan Struktural :
    • Ilmu Pendidikan / Pendidikan Luar Biasa • Fakultas / Jurusan :

  Lembaga Penelitian UNP

  • Pusat Penelitian :

  b. Alamat Ketua Peneliti Kampus PLB Limau Manis Padang

  • Kantor/telepon/fax :

  Jl. Manggis 16/321 Belimbing Kuranji Padang

  • Rumah/telepon :

  rahmahtrisilvia@yahoo.co.id

  • E-mail :

  3. Jumlah Peneliti :

  a. Nama Anggota Peneliti Elsa Efrina, S.Pd., M.Pd Mahasiswa yang terlibat : Sutrina (11626/09)

  Intan Jumiati (01108/08)

  4. Lokasi Penelitian : Kota Padang

  5. Lama Penelitian : 6 bulan

  6. Biaya Penelitian : Rp. 7.500.000,- (Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

  Mengetahui: Padang, Oktober 2011 Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Ketua Peneliti, Universitas Negeri Padang,

  Prof. Dr. H. Firman, M.S., Kons. Rahmahtrisilvia, S.Pd., M.Pd

  NIP. 19610225 198602 1 001 NIP. 19750324 200012 2 001 i

  

ABSTRAK

Rahmahtrisilvia: Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Melalui Metode Latihan

Soal Cerita Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kata Kunci: Penjumlahan, Metode Latihan

  Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah minimnya kemampuan penjumlahan anak tunagrhita ringan. Hal ini di sebabkan oleh karena kurangnya cara atau metode yang diberikan guru kepada anak pada saat pembelajaran sehingga anak tidak tertarik untuk mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan bagi anak tunagrahita ringan melalui metode latihan soal cerita.

  Pendekatan penelitian menggunakan penetian tindakan kelas (Classroom Action

  

Research ). Penelitian dilakukan dengan berkolaborasi dengan guru kelas, subjek peneliti adalah

  tiga orang anak tunagrahita ringan kelas D II Hasil penelitian pada siklus I dengan menggunakan latihan soal cerita, menunjukkan hasil yang baik. Anak X bisa menjawab pertanyaan 60%, anak Y bisa menjawab 60% dan anak Z bisa menjawab 80% dari soal yang di ujikan. Pada siklus II dengan menggunakan latihan soal cerita tetapi ceritanya lebih kongkrit. Sehingga terjadi peningkatan yang sangat baik. Anak X bisa menjawab 90%, anak Y bisa menjawab 90% dan anak Z bisa menjawab 90% dari soal yang diujikan. Berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan pertanyaan penelitan, maka kemampuan penjumlahan dapat ditingkatkan melalui metode latihan soal cerita bagi anak tunagrahita ringan kelas D II. ii

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya penjumlahan melalui metode latihan soal cerita bagi anak tunagrahita ringan. Pemaparan penelitian ini dalam bentuk bab. Bab I pendahuluan yang berisikan masalah latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II kajian teori tentang matematika, anak tunagrahita ringan dan soal cerita. Bab III berisikan metode penelitian yang akan digunakan. Bab IV berisikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Bab V akan membahas kesimpulan dan saran.

  Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang setulus-tulusnya pada semua pihak yang telah membantu. Semoga segala bantuan yang telah diberikan bernilai ibadah.

  Padang, Oktober 2011 Penulis iii

  

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… iv

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang …………………………………………………………………..

  B.

  4 Identifikasi Masalah ……………………………………………………………..

  C.

  4 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….

  D.

  5 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………..

  E.

  5 Manfaat Penelitian ………………………………………………………………

  BAB II KAJIAN TEORI A.

  6 Hakekat Matematika ……………………………………………………………..

  B.

  11 Soal Cerita Bagi Anak Tunagrahita ……………………………………………...

  BAB III METODE PENELITIAN A.

  17 Desain Penelitian ………………………………………………………………...

  B.

  20 Subjek Penelitian ………………………………………………………………...

  C.

  20 Tempat penelitian ………………………………………………………………..

  D.

  20 Alur Penelitian …………………………………………………………………...

  E.

  23 Definisi Operasional ……………………………………………………………..

  F.

  23 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………………… G.

  25 Teknik Analisis Data ……………………………………………………………. iv H.

  Teknik Keabsahan Data ………………………………………………………….

  BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data …………………………………………………………………... Analisis Data ……………………………………………………………………. C. Pembahasan ……………………………………………………………………... BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………………………… B. Implikasi ………………………………………………………………………… C. Saran ……………………………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………

  26

  28

  48

  52

  54

  55

  57

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penunjang untuk keberhasilan lahirnya pendidikan

  berdasarkan produk budaya masyarakat yang ingin berkembang untuk mencari bentuk yang sesuai dengan dinamika perubahan selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maknanya pendidikan tidak terlepas dari kondisi konkrit dari seseorang, karena pendidikan selalu akan membentuk watak, yang dicerminkan oleh keadaan dan sifat. Oleh karena itu keadaan dan sifat seseoarang tidaklah sama, maka tidak ada pula pendidikan yang diberikan secara bersamaan.

  Pendidikan matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu. Matematika dapat diajarkan untuk memenuhi kebutuhan industri, ilmu pengetahuan sosial, perdagangan, teknologi dan hampir semua kebutuhan hidup sehari-hari menggunakan matematika. Oleh karena itu hitungan dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian menjadi pondasi yang harus di kuasai dengan sempurna oleh anak didik termasuk halnya dengan anak tunagrahita.

  Pembelajaran matematika memasukan soal cerita sebagai aplikasi, soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek, cerita yang diungkapkan tentang maslah sehari- hari atau masalah lainnya. Sementara itu, Haji ( 1954: 13), berpendapat bahwa soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Sedangkan tujuan soal cerita adalah (1)Mendekatkan konsep-konsep

  1 matematika yang abstrak menjadi konkret, sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa sederhana. (2) Melatih siswa berpikir secara sistematis, bahwa segala sesuatu melalui prosesnya, ada tahapannya dan ada kesimpulan atau hasilnya. (3) Sejak dini melatih siswa di lingkungannya. (4) Memberi pemahaman dan kesan kepada siswa bahwa matematika bukan sekedar bilangan dan lambang-lambang yang abstrak tetapi sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, bahkan merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. (5) Memperdalam pemahaman dan penguasaan materi matematika secara konkret.

  Berdasarkan kurikulum Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita Ringan, yang di terbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan SLB, Standar Kompetensi yang dituntut untuk kelas II adalah melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20, sedangkan Kompetensi dasarnya adalah (1) Melakukan penjumlahan benda sampai 20. (2) Melakukan pengurangan sampai 10. (3) Mencongak penjumlahan dan pengurangan sampai 10.

  Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam intelegensi, fisik, sosial, maupun emosi. Karena keterbatasan yang dimilikinya membuat anak agak sulit dalam menerima pelajaran termasuk pelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika metode yang umumnya digunakan oleh guru adalah tanya jawab, ceramah dan latihan, namun hasil kemampuan anak masih rendah, ini dilihat pada buku latihan yang nilainya belum memuaskan.

  Permasalahan yang ditemui di salah satu SLB di kota Padang dalam pembelajaran matematika: (1) Guru lansung memberikan latihan kepada siswa melalui soal-soal tanpa memberikan tahapan pembelajaran yang konkrit. Pembelajaran matematika harus dimulai dari tahap konkrit, semi konkrit, semi abstarak dan abstrak, (2) Pertimbangan guru hanya

  2 anak harus bekerja tanpa memikirkan proses dari pembelajaran itu sendiri. (3) Selain itu anak tidak termotivasi dalam pembelajaran ini terlihat dari sikap anak yang asal mengerjakan dan cepat-cepat selesai, ada yang sambil tidur-tiduran di meja, ada yang mengobrol dengan teman bercerita, (5) kemampuan penjumlahan anak umumnya masih dibantu.

  Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan yang telah diungkap secara detail maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap bagaimana meningkatkan kemampuan penjumlahan anak Tunagrahita Ringan melalui metode latihan soal cerita.

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

  1. Anak sering berkeinginan minta pulang pada saat masih jam pelajaran.

  2. Anak sering tidak mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru di dalam kelas.

  3. Anak belum paham konsep penjumlahan.

  4. Anak lambat dalam mengerjakan soal penjumlahan .

  5. Anak selalu dibimbing oleh guru dalam menyelesaikan soal latihan di dalam kelas.

  6. Guru lebih mengutamakan hasil dari pada proses pembelajaran C.

   Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan penjumlahan anak tunagrahita ringan melalui soal cerita.

    Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diuraikan pertanyaan-pertanyaan

  penelitian sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran matematika tentang penjumlahan melalui metode latihan soal cerita bagi anak tunagrahita ringan ?

2. Apakah metode latihan soal cerita dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan anak D.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian meningkatkan kemampuan penjumlahan melalui latihan soal cerita bagi anak tuna grahitaringan adalah:

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran matematika tentang kemampuan penjumlahan melalui metode latihan soal cerita bagi anak tunagrahita ringan.

  2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan penjumlahan anak tuna grahita ringan melalui metode latihan soal cerita

E. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini akan bermanfaat bagi guru, anak tunagrahita dan peneliti diantaranya : 1. Bagi anak tunagrahita ringan

  Meningkatkan rasa percaya diri anak dalam pembelajaran matematika khususnya pada penjumlahan.

  2. Bagi guru Sebagai acuan bahwa metode latihan soal cerita dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan anak tuangrahita ringan.

  3. Bagi peneliti Mendapatkan pengetahuan meningkatkan kemampuan pembelajaran matematika anak tunagrahita ringan dalam penjumlahan melalui latihan soal cerita

BAB II KAJIAN TEORI Hakekat matematika Menurut Johnson dan Myklebust dalam Abdurrahman (1996: 217), matematika adalah

  bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah memudahkan dalam berfikir.

  Sedangkan menurut Leaner dalam Abdurrahman (1996:218) mengemukaan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Selanjutnya Paling dalam abdurrahman (1996:218) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

  Aritmatika atau berhitung merupakan cabang dari matematika. Menurut Dali S. Naga dalam Abdurrahman (1996:218) aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan-hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan.

  Menurut moris kline dalam Yusuf (2005:204) mengemukakan ilmu hitung adalah suatu bahasa yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara berbagai proyek, kejadian, dan

  5 waktu. Bahasa itu terbentuk oleh lambang/symbol yang mempunyai arti, bersifat konsisten dan dedukatif. Sedangkan menurut Bets & Piaget dalam Tombokan (1996 : 15) mengatakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan

  Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika sangat penting diajarkan pada anak. Karena pada dasarnya matematika dapat meningkatkan kemampuan berfikir dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol sehingga dapat membantu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

1. Alasan belajar matematika disekolah yaitu :

  1. Menurut Cornelius dalam Abdurrahman (1996:219) mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika yaitu : a.

  Sarana berfikir yang logis dan jelas b.

  Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari c. Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman d.

  Sarana untuk mengembangkan kreativitas e. Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya

  2. Menurut Cockroft dalam Abdurrahman (1996 :219) mengemukakan alasan pentingnya matematika diajarkan pada siswa diantaranya : a.

  Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan b.

  Semua bidang studi memerlukan keterampilam matematika yang sesuai c. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, ringkas, dan jelas d.

  Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara e. Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan

  6 f.

  Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa alasan belajar matematika disekolah yaitu, merupakan sarana berfikir logis,mengembangkan dalam segala segi kehidupan.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

  Dalam garis-garis besar pembelajaran (GBPP), tujuan umum di berikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah :

  1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.

  2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Sedangkan tujuan khusus pembelajaran matematika adalah : 1.

  Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kebutuhan sehari-hari.

  2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika.

  3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di sekolah menengah pertama (smp).

  4. Membentuk sikap logis, cermat, kritis, kreatif, dan disiplin.

  7 Tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan pengetahuan, nilai sikap serta kemampuan matematika untuk hidup dalam masyarakat dan bekal dalam dunia kerja.

  Adapun tujuan mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut : Melatih cara berfikir dan bernalar untuk menarik kesimpulan 2.

  Meningkatkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran orsinil, rasa ingin tahu, membuta dugaan dan mencoba- coba.

  3. Sebagai alat untuk memecahkan masalah 4.

  Sebagai alat komunikasi, informasi atau ide dalam menjelaskan gagasan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar matematika bagi siswa adalah mengembangkan pengetahuan, nilai sikap serta kemampuan matematika untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan untuk bekal hidup di masyarakat dan dalam memasuki dunia kerja.

  3. Peran pembelajaran matematika 1.

  Mempersiapkan anak didik agar sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan di dalam dunia yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis dan rasional, kritis dan cermat, objektif , kreatif, efektif, dan di perhitungkan secara analistik sintetis.

2. Mempersiapkan anak didik agar menggunkan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan.

  3. Peranan tersebut di wujudkan pada kegiatan belajar. Sedangkan pengajaran matematika di perguruan tinggi adalah matematika yang mempelajari konsep-

  8 konsep lanjutan dari konsep-konsep matematika sekolah, baik matematika terapan maupun matematika murni (erman suherman 1992:134).

4. Fungsi pembelajaran matematika

  Fungsi pembelajaran matematika di sekolah menurut Abidia (1989;15) yaitu : 1. Sebagai alat dalam melakukan perhitungan-perhitungan atau pertimbangan pikiran.

  2. Sebagai pola pikir, sistem dan struktur merupakan abstraksi idealisasi atau generalisasi dari sistem kehidupan dan sistem alamiah, sehingga segala kegiatan dalam kehidupan akan berkaitan dengan matematika.

3. Sebagai ilmu pengetahuan untuk di kembangkan lebih lanjut.

B. Soal Cerita bagi Anak Tunagrahita

1. Pengertian Soal Cerita

  Abidia ( 1989: 10) menyatakan bahwa soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek, cerita yang diungkapkan tentang maslah sehari-hari atau masalah lainnya. Sementara itu, Haji ( 1954: 13), berpendapat bahwa soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan dngan knyataan yang ada di lingkungan siswa. Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa soal cerita adalah soal yang berbentuk cerita tentang sesuatu hal yang brkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya.

  9

2. Tujuan Pengajaran Soal Cerita Matematika

  Pengajaran soal cerita matematika meliputi beberapa tujuan. Tgitjih Rukarsih cerita antara lain: a.

  Membuat ke abstrak, maka dengan soal cerita akan mendekatkan konsep-konsep matematika yang abstrak menjadi konkret, sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa sederhana.

  b.

  Melatih siswa berpikir secara sistematis, bahwa segala sesuatu melalui prosesnya, ada tahapannya dan ada kesimpulan atau hasilnya.

  c.

  Sejak dini melatih siswa berpikir analitis dalam memecahkan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.

  d.

  Memberi pemahaman dan kesan kepada siswa bahwa matematika bukan sekedar bilangan dan lambang-lambang yang abstrak tetapi sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, bahkan merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri.

  e.

  Memperdalam pemahaman dan penguasaan materi matematika GBPP secara konkret.

3. Prinsip-prinsip dalam Pembelajaran Soal Cerita

  Debdikbud (1996/1997;3) dalam mengajarkan soal cerita matematika ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan yaitu: a.

  Soal cerita diajarkan sesuai dengan materi dalam GBPP.

  b.

  Soal cerita harus diajarkan sejak awal bahkan sebelum anak lancar membaca dan menulis yaitu dengan cara dibacakan oleh guru.

  10 c.

  Soal cerita diajarkan dari yang sederhana secara bertahap menuju yang kompleks, untuk itu guru harus pandai menyusun dan memilih soal cerita yang sesuai.

  d.

  Gunakan kalimat-kalimat yang singkat tetapi jelas sesuai dengan tingkat pemahaman e.

  Perlu diperhatikan bahwa bagian yang penting dalam soal cerita bukan hanya menyelesaikan, tetapi juga keterampilan memahami pokok pikiran dalam soal cerita tersebut.

  f.

  Sejak awal siswa diarahkan terhadap apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan pengerjaan hitungan apa yang diperlukan dalam penyelesaian soal cerita tersebut.

4. Hakekat Anak Tunagrahita Ringan a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

  Anak tunagrahita ringan merupakan anak yang kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka masih mempunyai kemampuan untuk berkembang di dalam bidang akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan kerja (Moh. Amin : 1995). Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil, memiliki IQ 52-68, dan masih dapat belajar membaca, menulis, berhitung sederhana dengan bimbingan dan pendidikan yang baik. Anak keterbelakangan mental pada suatu saat akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Dalam pelajaran tingkat sekolah lanjut, sedangkan dalam bidang penyesuaian sosial, mereka mampu mandiri di dalam masyarakat (Sutjiarti Sumantri : 1996).

  Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan merupakan anak yang memiliki IQ yang berkisar antara 52-68 namun mereka masih bisa mengikuti pelajaran dibidang akademik dan mempunyai kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri di dalam masyarakat sehingga mereka mampu untuk mandiri.

  11

b. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan

  Karakteristik anak tunagrahita ringan terdiri dari ( PP No.72:1991 ) : 1)

  Keadaan fisik umumnya masih sama dengan anak normal Sukar berfikir abstrak sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memecahkan suatu masalah walaupun masalah tersebut sederhana

  3) Perhatian dan ingatannya lemah, mereka tidak dapat memperhatikan sesuatu hal yang serius dan lama

  4) Kurang dapat mengendalikan dirinya sendiri, hal ini disebabkan karena tidak dapat mempertahankan baik dan buruk

  5) Lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata dan kalau bicara kalimatnya selalu singkat dan kurang jelas

  6) Masih mampu mengikuti pelajaran akademik

  7) Masih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

8) Masih mampu melakukan pekerjaan semi skill dan pekerjaan social sederhana.

c. Pelaksanaan proses belajar mengajar matematika bagi anak tunagrahita ringan

  Menurut Herman (2003: 87) pelaksanaan proses belajar mengajar matematika diantaranya :

  1. Menyiapkan anak untuk belajar matematika Diperlukan banyak waktu dan tenaga untuk membangun kesiapan belajar anak agar anak tidak mengalami banyak masalah dalam bidang studi matematika.

  2. Maju dari konkret ke abstrak Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan baik jika pengajaran mulai dari yang konkret ke abstrak. Pada tahapan konkret, siswa memanipulasi

  12 berbagai objek nyata dalam belajar keterampilan. Sebagai contoh, pada tahap konkret, siswa harus melihat, meraba dan memindahkan 2 buah jeruk dan 3 buah jeruk untuk belajar bahwa jumlah mereka 5 buah jeruk. Pada tahap representional, suatu gambar akhirnya menggantikan gambar atau symbol grafis. Sebagai contoh, 3 + 2 = 5

  3. Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang Jika siswa dituntut untuk mamapu mengaplikasikan berbagai konsep secara otomatis, maka mereka memerlukan banyak latihan dan ulangan.

  4. Menyadari kekuatan dan kelemahan siswa Sebelum membuat keputusan tentang teknik yang digunakan untuk mengajar siswa, guru harus memahami kemampuan dan ketidakmampuan siswa, termasuk penguasaan matematika dan operasi-operasi yang dapat dilakukan oleh siswa.

  5. Menyajikan program matematika yang seimbang mencakup kombinasi antar tiga elemen (a) konsep, (b) keterampilan, dan (c) pemecahan masalah. Ketiga elemen tersebut saling terkait satu sama lain.

  13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (clasroom action research), yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki mutu praktek pengajaran di kelas. Sejalan dengan itu Ebbut dalam Rochiati (2005:12) menyebutkan bahwa penelitian

  tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikin oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Tujuan penelitian tindakan yakni, untuk meningkatkan praktik, meningkatkan pemahamn praktek oleh praktisinya, serta peningkatan situasi tempat

  Pelaksanaan praktek. (Grundy dan Kemmis dalam Suwarsih 2006:25). Bahwa penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan pendekatan baru pada ruang kelas atau dunia kerja lainnya guna memberikan perbaikan atau pemecahan terhadap masalah yang terjadi di kelas yang mana guru sebagai penelitinya.

  Jenis penelitian tindakan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang melaksanakan pencermatan terhadap kegiatan belajar di kelas dengan memunculkan sebuah tindakan atau pendekatan baru, guna meningkatkan kualitas dari kegiatan belajar tersebut

  Menurut Rochiati, (2006:130) penelitian kelas adalah bagaimana sekolompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pembelajaran mereka sendiri. Menurut Rochiati, (2006:130) penelitian kelas adalah bagaimana

  14 sekolompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pembelajaran mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. merupakan suatu penelitian yang di kembangkan secara bersama-sama antara peneliti dan kolaborator tentang variabel yang memanipulasikan dan dapat segera di gunakan untuk menentukan kebijakkan dan pembangunan.

  Penelitian tindakan kelas merupakan upaya untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama, Rochyati Wiriatmadja (2007:195). Penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung dunia kerja dan dunia faktual lainnya. Penelitian tindakan mempunyai karakteristik, Sukardi ( 2003:124 ) diantaranya :

  1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang di hadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.

  2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus untuk meningkatkan kualitas implikasinya oleh subyek yang diteliti.

  3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau alur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok atau kerja mandiri secara intensif.

  4. Adanya langkah berfikir relatif dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan, ini penting untuk melakukan retrospeksi ( kaji ulang ) terhadap tindakan yang diberikan dan

  15 implikasinya yang muncul pada subyek yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan.

  Berdasarkan beberapa pengertian tentang penelitian tindakan diatas, maka dapat bekerjasama dengan peneliti dikelas atau ditempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.

  Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru kelas, mulai dari perumusan masalah hingga penyusunan laporan penelitian. Diawali dengan melihat adanya kondisi awal yaitu rendahnya hasil belajar anak tunagrahita ringan dalam penjumlahan, ini dilihat pada buku latihan anak tunagrahita setelah dilakukan evaluasi . Disamping itu mereka juga kurang motivasi dalam belajar.

  Melihat permasalahan tersebut maka dalam penelitian ini, peneliti bersama guru kelas, akan merumuskan masalah dan merencanakan pemberian tindakan.

  B. Subjek Penelitian

  Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas anak tunagrahita ringan sebagai kolaborator yang berfungsi sebagai pengamat. Tiga orang anak tunagrahita ringan siswa salah satu SLB di Padang yang mengalami kesulitan dalam penjumlahan.

  C. Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di SLB Wacana Asih Padang, yang beralamat di jalan alang lawas V No 40 Kota Padang. Sekolah ini mempunyai ruangan Keterampilan Menjahit dan mempunyai ruang kelas untuk proses belajar mengajar, Ruangan Kepala Sekolah, Ruangan

  16 TU, Ruangan Guru, Perpustakaan, Ruangan Kantin, Ruangan Koperasi, serta dilengkapi dengan WC Guru dan Siswa.

D. Alur Penelitian Tindakan

  penelitian tindakan adalah peneliti mulai dari fase awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar untuk merumuskan tema penelitian yang selanjutnya diikuti dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Menurut Zainal Aqib(2007:22) bahwa penelitian tindakan dipandang sebagai suatu siklus spiral terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi atau pengamatan dan refleksi. Kemudian diikuti adanya perencanaan ulang yang dilaksanankan dalam bentuk siklus berikutnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam satu siklus terdapat empat tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

  Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada alur penelitian di bawah ini : Permasalahan

  Perencanaan Pelaksanaan Kurangnya kemampuan

  Siklus I tindakan 1 penjumlahan Observasi 1

  Perencanaan Refleksi Melihat peningkatan

  Siklus II kemampuan penjumlahan anak tunagrahita

  Bagan Alur Penelitian Tindakan Keterangan siklus

  17 Permasalahan anak adalah kurangnya kemampuan penjumlahan anak tunagrahita ringan.

  1. Perencanaaan Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan masalah dan menganalisis masalah. Pada kegiatan ini guru kelas dan peneliti mengadakan diskusi untuk merumuskan program pembelajaran. Rumusan masalahnya adalah anak tunagrahita ringan kesulitan dalam kemampuan penjumlahan, selanjutnya pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah melakukan metode latihan soal cerita untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan anak tungrahita ringan.

  Melihat permasalahan di atas, maka peneliti memberikan ide kepada guru kelas dengan menggunkanan latihan soal cerita. Peneliti dan guru mengadakan kolaborasi dalam merencanakan persiapan pengajaran, menyusun lembaran observasi, dan membuat format penelitian.

  2. Pelaksanaan Tindakan Tahapan selanjutnya adalah peneliti bertindak sebagai pengamat dan guru kelas sebagai pelaksana tindakan, adakalanya guru sebagai pengamat dan peneliti sebagai pelaksana tindakan. bentuk penelitian tindakan seperti diatas selalu dirancang dan dilaksanakan oleh satu tim peneliti. setelah dirumuskan perencanaan maka akan melaksanakan tindakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada tahap prencanaan di atas, yaitu pelaksanaan metode latihan soal cerita pada anak tunagrahita ringan untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan.

  3. Observasi

  18 Observasi dilakukan secara kolaboratif dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan mengamati keseluruhan kegiatan, sehingga diperoleh data yang objektif di dasarkan pada perencanaan yang telah disusun secara bersama sebelumnya. Pada saat pelaksanaan dalam format observasi yang telah disediakan.

4. Refleksi

  Refleksi merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap keseluruhan tindakan yang telah dilakukan dengan melihat hasil monitoring. Refleksi dilakukan secara bersama-sama melalui kegiatan diskusi yang bertujuan untuk memperoleh suatu keputusan bersama. Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator atau guru kelas, menganalisis dan mengevalusi guna melihat apakah melalui metode latihan soal cerita dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan anak tunagrahita ringan.

E. Defenisi Operasional Variabel

  Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen termasuk penelitian classroom action research. Dalam penelitian classroom action research biasa menggunakan variabel yang di pengaruhi oleh variabel terikat dan variabel bebas.

1. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kemampuan penjumlahan yaitu kemampuan anak untuk melakukan operasi penjumlahan melalui metode latihan soal cerita.

  2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode latihan soal cerita. Soal cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal yang berbentuk cerita tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan melibatkan anak secara langsung dalam cerita. Soal cerita yang disajikan dalam bentuk cerita pendek dan dilakukan secara berulang danterus menerus sampai anak paham.

  19

F. Teknik Pengumpulan Data

  Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara dan diskusi. Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis untuk data berdasarkan pada pendapat Nurul Zuriah (2001:122) yakni, ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat dilaksanakan antara lain:

  1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melihat kemampuan penjumlahan. Alat observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung ke lapangan karena dilihat adalah kemampuan penjumlahan dalam belajar maka peneliti mengadakan penilaian terhadap perilaku siswa dalam belajar dan kesiapan siswa menerima pelajaran.

  Dalam pelaksanaan observasi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung dalam keseluruhan kegiatan atau peristiwa yang di amati, sehingga memungkinkan peneliti dapat melihat dan mengerti sendiri, selanjutnya mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

  2. Diskusi Diskusi digunakan untuk mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data. Pedoman diskusi yang digunakan adalah pedoman diskusi terstruktur dimana daftar pertanyaan disusun secara rinci seperti daftar cek. Hal ini bertujuan agar lebih terarah dan hasilnya sesuai dengan yang di inginkan.

  20 Diskusi yang akan dilakukan adalah membicarakan tentang perencanaan latihan soal cerita, action atau tindakan yang akan diberikan, observasi dalam kegiatan pembelajaran dan refleksi untuk melanjutkan ke siklus berikutnya. Tes

  Tes merupakan suatu bentuk pemeriksaan secara perbuatan dalam tindakan. Untuk mengetahui orang yang dites dengan mengukur kemampuan yang dimiliki. Dalam penelitian ini tes dilakukan untuk mendapatkan data hasil anak. Tes yang dilakukan dapat berupa tes perbuatan dan tes lisan.

4. Studi dokumentasi

  Studi dokumentasi merupakan data-data yang sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas terhadap data yang diperoleh. Dokumentasi dari penelitian ini dapat berupa kisi-kisi penelitian, instrument penelitian, rencana pelaksanaan pembelajaran, catatan lapangan, hasil tes perbuatan anak, foto-foto penelitian dan lain sebagainya.

  Berkas-berkas ini dapat di jadikan dokumentasi dari penelitian yang dilakukan.

G. Teknik Analisis Data

  Pada dasarnya analisis data penelitian tindakan dilakukan sepanjang tindakan dilaksanakan, yaitu sebelum, pada saat dan sesudah tindakan di lakukan. Analisis data dapat di lakukan melalui tiga tahap Nurul Zuriah (2003: 243) yaitu : 1.

  Reduksi data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerdehanaan, pengabstrakan dan trasformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.

  Analisis ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data berulang-ulang lalu dianalisis. Semua data yang telah di simpulkan tersebut tetap menggambarkan proses pelaksanaan

  21 latihan soal cerita dan kemampuan penjumlahan anak tunagrahita.Cara mereduksi data yaitu dengan melakukan pemilihan terhadap data-data yang dianggap perlu.

  2. Penyajian data pendekatan belajar menggunakan teknik yang terdapat dalam pelaksanaan latihan soal cerita. Proses pelaksanaan penyajian data dalam bentuk tahapan-tahapan seperti menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, kelemahan, ketulusan dan sikap-sikap positif yang lain dalam lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.

3. Penarikan kesimpulan

  Mengambil intisari sajian data pemilihan pelaksanaan latihan soal cerita yang telah di paparkan sebelumnya dalam bentuk kalimat yang lebih singkat akan tetapi mengandung arti yang luas. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini merupakan hasil dari pembahasan tentang meningkatkan kemampuan penjumlahan penempatan angka satuan dengan satuan dan puluhan dengan puluhan serta penempatan simbol tanda tambah dengan cerita ibu belanja ke pasar.

H. Teknik Keabsahan Data

  Memperoleh keabsahan data, sehubungan dengan kebenaran hasil penelitian. Maka ada beberapa langkah yang ditempuh peneliti. Hal ini di dasarkan menurut Lexy Moleong (2004 : 175) bahwa, ada delapan teknik untuk memeriksa keabsahan data, dalam penelitian ini peneliti menempuh empat langkah kegiatan ini yakni :

1. Perpanjangan Keikutsertaan

  Perpanjangan keikutsertaan ini dilakukan dengan cara memperpanjang waktu penelitian, berarti peneliti tinggal di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.

  Memperpanjang waktu penelitian ini dapat di lakukan dengan melanjutkan ke siklus II untuk dapat melihat lebih jauh meningkatkan kemampuan penjumlahan anak tunagrahita ringan melalui latihan soal cerita. Mengadakan Triangulasi

  Suatu upaya untuk memeriksa kembali suatu kebenaran data, dengan cara membandingkan data yang di peroleh melalui berbagai metode pengumpulan data yang di gunakan peneliti. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan sumber, metode, penyidik, dan teori. Namun yang banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain. Triangulasi dengan sumber lain berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat yang berbeda, misalnya membandingkan data dari hasil wawancara dengan data hasil pengamatan.

  3. Pengecekan Teman Sejawat Pengecekan ini dilaksanakan dengan orang yang mengetahui permasalahan yang diteliti misalnya guru kelas atau guru-guru yang ada di sekolah tersebut.

  4. Audit Dengan Dosen Pembimbing Tujuannya untuk memeriksa kembali kelengkapan dan ketelitian yang dilakukan sehingga timbul keyakinan bahwa suatu yang dilaporkan tepat kebenarannya.

  23

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

  mengamati prilaku anak dalam keseharian dan diperoleh dari guru kelas, mengenai kemampuan tiga orang anak tunagrahita dalam pembelajaran matematika tentang materi penjumlahan. Dengan keterbatasan kemampuan tersebut, dilihat dari hasil evaluasi anak terlihat bahwa hasil belajar sangat rendah. Untuk itu dilakukan suatu upaya yaitu dengan menggunakan metode latihan soal cerita.

  Sesuai dengan disain penelitian yang , peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Peneliti bertindak sebagai pemberi tindakan dan guru kelas sebagai pengamat atau sebaliknya. Peneliti juga melibatkan pihak lain dalam upaya merefleksi, seperti guru yang menangani anak sebelumnya untuk meminta pendapat tentang tindakan yang telah diberikan dan program selanjutnya yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita ringan, serta berkerjasama merumuskan tindakan yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan silus I dan melakukan perbaikan pada pelaksanaan tindakan selanjutkan.

  Berikut deskripsi pelaksanaan siklus I dan II

  Penyajian hasil dan pembahasan pada siklus I dan II mengacu kepada pendapat Raka Joni dalam Latihan Proyek PGSM (1999:26). Meliputi, penyajian hasil dan pembahasan dari hasil penelitian bersama kolaborator selama tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang terjadi dalam dua siklus.

  Pelaksanaan Siklus I

  24 Siklus I dilakukan 5 kali pertemuan yang dimulai tanggal 5 september sampai 19 September 2011. Pada siklus ini peneliti menggunakan satu rencana pembelajaran dengan waktu 2 x 35 menit tiap pertemuan. Tujuan yang ingin dicapai adalah anak tunagrahita berupaya meningkatkan kemampuan penjumlahan anak tunagrahita dalam menuliskan angka melalui metode latihan soal cerita serta diharapkan dapat meningkatkan gairah belajar anak, meningkatkan keaktifan anak, serta mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh anak tunagrahita dalam.