PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FLIP CHART TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TUNA GRAHITA DI SLB PADANG

LAPORAN PENELITIAN

      PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FLIP CHART TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TUNA GRAHITA DI SLB PADANG   

  Oleh:

  Rahmahtrisilvia, S.Pd, M.Pd Elsa Efrina, S.Pd., M.Pd   Penelitian  ini dibiayai oleh:  Dana  DIPA Universitas Negeri Padang 2012  Sesuai  dengan Surat Keputusan Rektor UNP   Nomor  0664/023‐04.2.01/03/2012  Tgl  9 Desember 2011           

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG OKTOBER 2012

  HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

  1. a. Judul Penelitian : Pengaruh Penggunaan Media Flip Chart terhadap Prestasi Membaca Anak Tunagrahita Di SLB Padang

  b. Bidang Ilmu : Pendidikan

  c. Kategori Penelitian : Pendidikan 2. a. Ketua Peneliti

  Rahmahtrisilvia, S.Pd., M.Pd

  • Nama Lengkap dan Gelar:

  Perempuan

  • Jenis Kelamin :
  • Pangkat/Gol./NIP :

  III d/Penata Tk.I/ 19750324 200012 2 001

  • Jabatan Fungsional :

  Asisten Ahli

  • Jabatan Struktural : Sekretaris Labor PLB

  Ilmu Pendidikan / Pendidikan Luar Biasa

  • Fakultas / Jurusan :

  Lembaga Penelitian UNP

  • Pusat Penelitian :

  b. Alamat Ketua Peneliti Kampus PLB Limau Manis Padang

  • Kantor/telepon/fax :

  Jl. Manggis 16/321 Belimbing Kuranji Padang

  • Rumah/telepon :

  rahmahtrisilvia@yahoo.co.id

  • E-mail :

  3. Jumlah Peneliti : Nama Anggota Peneliti Elsa Efrina, S.Pd., M.Pd

  Mahasiswa yang terlibat : Sutrina (11626/09) Intan Jumiati (01108/08)

  4. Lokasi Penelitian : Kota Padang

  5. Lama Penelitian : 6 bulan

  6. Biaya Penelitian : Rp. 7.500.000,- (Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

  Menyetujui: Padang, Oktober 2012 Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Ketua Peneliti, Universitas Negeri Padang,

  Prof. Dr. H. Firman, M.S., Kons. Rahmahtrisilvia, S.Pd., M.Pd

  NIP. 19610225 198602 1 001 NIP. 19750324 200012 2 001

  

ABSTRAK

Rahmahtrisilvia : Pengaruh Penggunaan Media Flip Chart Terhadap

  Kemampuan Membaca Anak Tuna Grahita Di Slb Padang

  Kata Kunci: Media Flip Chart, kemampuan membaca

  Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah minimnya kemampuan membaca anak tunagrhita. Hal ini di sebabkan oleh karena kurangnya media kreatif yang diberikan guru kepada anak pada saat pembelajaran sehingga anak tidak tertarik untuk membaca. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh penggunaan media flip chart dalam meingkatkan kemampuan membaca anak tuna grahita.

  Pendekatan penelitian menggunakan penelitian quasi eksperimen/eksperimen semu dengan rancangan

   One group pretest posttest design yaitu eksperimen yang dilaksanakan

  pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Penelitian dilakukan dengan subjek empat orang anak tunagrahita kelas D I yang sama-sama akan diuji baik pretest maupun posttest. Hasil keduanya akan dibandikan dengan menggunakan rumus Uji U mann whitney.

  Hasil penelitian menunjukkan dengan taraf signifikan 0,05 maka diperoleh Uhit (4) > Utab (0,095) dengan demikian maka hipotesis penelitian diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan Penggunaan Media Flip Chart terhadap Prestasi Membaca Anak Tunagrahita Di SLB YPPA Padang

KATA PENGANTAR

  Bismillaahirrahmaanirrahiim Ucapan rasa syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT yang telah menuntun serta memberikan jalan yang terang kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Flip Chart Terhadap Kemampuan Membaca Anak Tuna Grahita Di SLB Padang.

  Secara keseluruhan isi makalah ini menggambarkan tentang Pengaruh Penggunaan Media Flip Chart Terhadap Kemampuan Membaca Anak Tuna Grahita. Pemaparan penelitian ini dibagi dalam bentuk bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan definisi konsep. Bab II merupakan kajian teoritis yang menyajikan teori-teori yang relevan. Bab III berisi pembahasan tentang metode penelitian. Bab IV berisi tentang temuan penelitian dan pembahasan. Bab V berisi kesimpulan dan rekomendasi.

  Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran, serta diperlukan pengkajian lebih lanjut demi kesempurnaannya di masa yang datang.

  Harapan penulis semoga penelitian ini dapat memberikan konstribusi dalam pengembangan pendidikan bagi anak tunagrahita.

  Padang, Oktober 2012

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………….

  HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………... ABSTRAK ……………………………………………………………. KATA PENGANTAR ……………………………………………… DAFTAR ISI ..........................................................................................

  BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... A. Latar Belakang..................................................................... B. Rumusan Masalah................................................................ C. Tujuan ................................................................................. D. Manfaat ............................................................................... E. Definisi Konsep.................................................................... BAB II KAJIAN TEORI ................................................................ A. Anak Tunagrahita....................................................... B. Prinsip Pelayanan Pendidikan Anak Tunagrahita …… C. JK BAB III PEMBAHASAN .....................................................................

  i ii iii iv v

  8

  8

  9

  9

  11

  11

  11

  13

  17

  19

  Pembelajaran...............................................................................

  B.

  Kondisi Objektif Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Anak

  21 Autistik yang Tantrum................................................................

  26 C. Pengembangan Strategi Pembelajaran dalam Mengatasi Perilaku Tantrum pada Anak Autistik.........................................

  17 D. Pembahasan…………………………………………………….

  29 1. Pengaruh pengembangan strategi pembelajaran

  29 terhadap anak autistik yang tantrum............................... Pengaruh pengembangan strategi pembelajaran

  33 terhadap guru anak autistik.............................................

  34 3. Rumusan pengembangan strategi pembelajaran dalam

  36 mengatasi perilaku tantrum anak autistik........................

  BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..............................

  37 A. Kesimpulan..........................................................................

  37 B. Rekomendasi........................................................................

  38 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… RIWAYAT HIDUP …………………………………………………...

               

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan

  emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Menyadari peran yang demikian, pembelajaran bahasa diharapkan dapat membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (Depdiknas, 2006:317). Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan masyarakat Indonesia (Depdiknas, 2006:231).

  Salah satu aspek pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar yang memegang peran penting adalah membaca, khususnya membaca permulaan. Membaca permulaan merupakan kegiatan awal untuk mengenal simbol-simbol fonetis (Arifin, 2004:11). Pada sisi lain, pentingnya pengajaran membaca permulaan pada anak diberikan sejak usia dini ini juga bertolak dari kenyataan bahwa masih terdapat sebelas juta anak Indonesia dengan usia 7 – 8 tahun tercatat masih buta huruf (Infokita, 2007). Selain itu, menurut laporan program pembangunan 2005 PBB tentang daftar negara berdasarkan tingkat melek huruf, Indonesia masih berada pada peringkat 95 dari 175 negara.

  Mungkin data di atas belum termasuk data anak berkebutuhan khusus yang belum melek huruf. Banyak kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa masih terbelakangnya kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam membaca. Kondisi ini diperlihatkan dengan rendahnya kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita di SLB X di Padang. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas, ada 4 orang siswa di dalam kelas tersebut yang mana kemampuan membaca permulaannya baru pada taraf pengenalan huruf vocal dan sampai saat ini belum ada siswa yang betul- betul memahami konsep huruf tersebut. Dalam pembelajaran membaca ini guru mengajarkannya dengan cara menuliskan huruf vocal di papan tulis dan siswa disuruh untuk mengidentifikasi huruf tersebut. Disamping itu kadang-kadang guru juga menggunakan media kartu huruf dalam pembelajarannya, akan tetapi dari usaha guru Pembelajaran ini sudah dilakukan bertahun-tahun tapi tetap saja belum membuahkan hasil yang optimal.

  Dengan kondisi tersebut peneliti mencoba mendeteksi apa penyebab ketidaktercapaian tujuan pembelajaran membaca di SLB tersebut. Dari hasil observasi diketahui bahwa ketidaktercapaian tujuan tersebut antara lain disebabkan kurang menariknya pembelajaran membaca permulaan di kelas rendah, khususnya kelas 1 dan minimnya kreativitas guru menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Guru menggunakan metode yang kurang menarik minat siswa untuk belajar membaca. Guru langsung mengajak siswa untuk membaca huruf-huruf yang dituliskan di papan tulis. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik minat anak tunagrahita. Menurut pengamatan peneliti, pembelajaran semacam ini dianggap kurang efektif dan mengakibatkan hasil belajar siswa kurang maksimal.

  Dalam pembelajaran membaca permulaan ada beberapa komponen penting yang saling berhubungan. Di antara komponen yang ada dalam sistem tersebut adalah media atau alat, dengan adanya media dapat memberi kemudahan berinteraksi antara guru dan salah satu cara yang dipergunakan guru untuk membangkitkan semangat belajar sehingga keberhasilan belajar tercapai yaitu dengan menggunakan media flip chart. Flip chart adalah gambar atau grafik yang meluaskan perkembangan ide, objek, lembaga atau orang ditinjau dari sudut waktu dan ruang, sehingga siswa dapat lebih memahami materi dan membuat konsep yang abstrak menjadi konkrtit. Media flip chart merupakan salah cara yang paling mudah untuk pembelajaran agar siswa tidak bosan sehingga siswa lebih berimajinasi dalam mengembangkan ide-idenya dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa prinsip pembelajaran anak tunagrahita adalah prinsip kekonkritan, dimana yang konkrit.

  Berdasarkan pertimbangan dan informasi tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai pembelajaran membaca di kelas I SLB dengan fokus penelitian pada “Pengaruh Penggunaan Media Flip Chart terhadap Prestasi Membaca Anak Tunagrahita Di SLB Padang”.

  B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah Terdapat Pengaruh Penggunaan Media Flip Chart terhadap Prestasi Membaca Anak Tunagrahita Di SLB Padang”?.

  C. Pertanyaan Penelitian

  Pertanyaan penelitian ini adalah “Apakah Terdapat Pengaruh Penggunaan Media Flip Chart terhadap Prestasi Membaca Anak Tunagrahita Di SLB Padang”?.

  D. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis penelitian ini adalah” terdapat pengaruh yang signifikan Penggunaan Media Flip Chart terhadap Prestasi Membaca Anak Tunagrahita Di SLB Padang” E.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh penggunaan media flip chart terhadap prestasi membaca anak tuna grahita di SLB YPPA Padang.

  F. Kontribusi Penelitian

  Diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi yang positif demi pengembangan pendidikan bagi anak tunagrahita dimasa yang akan datang. Adapun kontriibusi penelitian ini adalah: 1.

  Bagi praktisi pendidikan anak Tunagrahita Sebagai masukan dan informasi dalam membelajarkan membaca permulaan serta memahami tahapan-tahapan penggunaan media Flip Chart pada anak Tunagrahita

2. Bagi peneliti lanjutan

  Sebagai data awal untuk meneliti lebih lanjut tentang pengembangan pembelajaran membaca permulaan bagi anak Tunagrahita dengan menggunakan media Flp chart.

BAB II KAJIAN TEORI D. Anak Tunagrahita Anak dengan intelektual dibawah rata-rata (retardasi mental) atau disebut juga

  dengan tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus.

  Kemampuan kognitif (Cognitive Abilities),salah satu ciri yang paling penting untuk mendefinisikan siswa-siswa penyandang gangguan intelektual adalah, cara mereka belajar. Ada beberapa pertimbangan dasar yang setiap guru harus menyadarinya tanpa memandang apakah mereka akan dikelompokkan dalam siswa berkategori milder atau

  more severe disabilities.

  1. The pace of learning: Siswa-siswa bergangguan intelektual mungkin

  membutuhkan lebih banyak waktu dalam mempelajari mata pelajaran yang bisa dipahami dengan cepat oleh siswa lain.

  2. Level of learning: Siswa bergangguan intelektual tidak dapat memahami sejauh pemahaman siswa lainnya dalam beberapa kemampuan atau mata pelajaran.

  Namun penting diingat mereka mampu menguasai materi pelajaran, dan kemampuannya sesuai dengan tingkat kemampuan mereka sendiri, mereka harus dipahami dan didorong dalam melakukan hal tersebut. Juga penting untuk diingat bahwa siswa-siswa penyandang gangguan intelektual mungkin unggul dalam potensi dan kemampuan tertentu, sehingga kesulitan-kesulitan dalam proses belajar yang dialami mereka mungkin dialami oleh setiap siswa.

  3. Levels of comprehension: Siswa yang mengalami gangguan intelektual mungkin

  mengalami kesulitan yang besar dalam mempelajari materi yang abstrak. Cara- cara pengajaran yang memakai materi kongkrit serta contoh-contoh yang jelas mungkin sangat efektif dalam membantu proses pembelajaran.

  Penelitian telah menunjukkan bahwa faktor-faktor ini dapat juga memengaruhi keefektifan proses belajar siswa bergangguan intelektual:

  1. Siswa bergangguan intelektual mendapat kesulitan memfokuskan perhatian

  2. Siswa bergangguan intelektual mendapat kesulitan mengenal dan berfokus pada aspek-aspek tugas yang sangat penting.

  3. Siswa bergangguan intelektual mendapat kesulitan memindahkan dan menyamaratakan kemampuan dari satu konteks ke konteks lainnya.

  4. Siswa bergangguan intelektual sulit mendapat keterangan dengan mudah yang

  berhubungan dengan masalah yang utama, mungkin mereka ketinggalan memahami arti bacaan atau pelajaran.

  5. Siswa bergangguan intelektual dapat melupakan informasi dengan sangat cepat dibanding yang lain.

  Kemampuan Berbahasa (Language Abilities),kesulitan bahasa (delayed

  language) seringkali terjadi pada anak gangguan intelektual (Warren dan Abbeduto,

  199). Nampaknya orang penyandang gangguan intelektual mengembangkan bahasa sesuai dengan pola-pola orang lain. Perbedaannya adalah jumlah dan tingkat pengembangan yang dicapai. Penting untuk diketahui oleh guru bahwa perkembangan bahasa yang lebih lambat pada siswa ini dapat menjadi sumber kesulitan akademisnya.

  Kesulitan bahasa dapat menyebabkan kemampuan siswa disalah-mengertikan dan diremehkan. Kernan dan Sabsy (1993) misalnya, berpendapat bahwa siswa-siswa bergangguan intelektual dapat menyampaikan cerita-cerita yang memiliki struktur sama dengan siswa tanpa kelainan/ hambatan (disabilities}. Apabila diberikan konteks dan orientasi yang tepat, siswa ini dapat mengarang cerita yang menunjukkan suatu tingkat kreativitas dan kepekaan/sensitivitas yang nyata.

E. Prinsip Pelayanan Pendidikan Anak Tunagrahita

  Misi pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus adalah suatu upaya guru dalam memberikan layanan pendidikan agar setiap peserta didik menjadi individu yang mandiri, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi luhur, terampil, dan mampu berperan social (Rini Hildayani. 2005:20).

  Dalam rangka mengantisipasi kehidupan masa depan anak berkebutuhan khusus, maka intervensi khusus selama proses kegiatan pembelajaran harus mampu menyentuh khusus berkaitan dengan dengan kompetensi yang merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

  Menurut T. Sutjihati Sumantri (1966: 118) Pada pembelajaran anak tunagrahita ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan diantaranya:

1. Prinsip Pembelajaran Anak Tunagrahita

  Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan guru dalam meningkatkan minat belajar anak tuna grahita ringan adalah guru harus jeli dalam memilih metode dan media T. Sutjihati Sumantri (1966: 118) prinsip-prinsip pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut: a.

  Anak diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran sesuai minatnya.

  b.

  Penyajian materi selalu mengikuti irama dan dinamika proses belajar.

  c.

  Proses belajar senantiasa diulang dengan kebutuhan anak secara individual d.

  Peran guru atau orang dewasa yang mengantarkan anak untuk dapat menemukan sendiri kesalahannya.

2. Prinsip Pelayanan Pendidikan Khusus Anak Tunagrahita

  Untuk memberikan pelayanan pendidikan yang lebih optimal kepada anak Tunagrahita ada beberapa prinsip pelayanan menurut T. Sutjihati Sumantri (1966: 118) yaitu: a.

  Prinsip kasih sayang Guru harus menyayangi Anak Luar biasa dengan tulus tanpa ada rasa kepura- puraan, dan perlu mengetahui tentang kelainan anak, karena saat terjadi kelainan perkembangan anak akan berpengaruh pada dirinya sendiri. Seorang akrab, tidak kaku, pemberian tugas sesuai dengan kemampuan anak, memberikan pujian atas keberhasilannya memberikan bimbingan atas kegagalannya.

  b.

  Prinsip layanan individual sangat penting, karena setiap anak mempunyai kelainan dan tingkah laku yang berbeda. Hal ini akan mengakibatkan prestasi anak tidak seragam, sebaiknya ditempatkan guru untuk anak didiknya sendiri.

  c.

  Prinsip kesiapan Untuk memulai belajar seorang anak sudah punya kesiapan, pengenalan d.

  Prinsip motivasi belajar Motivasi belajar yaitu: daya atau kekuatan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk belajar.

  e.

  Prinsip prakarya Prakarya merupakan inti dari pendidika luar biasa karena pada pendidikan luar biasa perlu diberikan latihan keterampilan yang fungsional yang dapat dipakai untuk mencari nafkah hidupnya.

  f.

  Prinsip penyempurnaan sikap Agar anak berkelainan mempunyai keterampilan yang menarik dengan modal utama dalam pergaulan seusiannya.

F. Membaca Kata bagi Anak Tunagrahita

  Menurut H.Alwi (1998:20), berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan.

  (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.

  Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:

  1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala 2.

  Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari.

  a.

  Verba transitif (membunuh), b.

  Verba kerja intransitif (meninggal), c. Pelengkap (berumah) 3.

  Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.

  4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.

  5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.

  a.

  Orang pertama (kami) b.

  Orang kedua (engkau), c. Orang ketiga (mereka), d.

  Kata ganti kepunyaan (-nya), e. Kata ganti penunjuk (ini, itu)

6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.

  a.

  Angka kardinal (duabelas), b.

  Angka ordinal (keduabelas) 7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok: a. preposisi (kata depan) (contoh: dari), c. konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena), d. artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa

  (misalnya the), e. interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan f. partikel.

G. Penggunaan Media Flip Chart dalam Membaca

  Flip chart adalah gambar atau grafik yang meluaskan perkembangan ide, objek, lembaga atau orang ditinjau dari sudut waktu dan ruang, sehingga siswa dapat lebih memahami materi dan membuat konsep yang abstrak menjadi konkrtit. Media flip chart cara yang paling mudah untuk pengajaran, dan cara lain agar siswa tidak bosan sehingga siswa lebih berimajinasi dalam mengembangkan ide-idenya dalam belajar. Flip chart juga dapat mempermudah mengingat suatu materi pelajaran yang di ajarkan guru, di sini guru hanya sebagai motifator dalam belajar mengajarn flip chart juga digunakan guru untuk mengingat daya fikir siswa.

  Flip chart adalah kumpulan ringkasan, skema, gambar, tabel yang dibuka secara berurutan berdasarkan topik materi pembelajaran. Bahan flip chart biasanya kertas ukuran plano yang mudah dibuka-buka, mudah ditulisi, dan berwarna cerah. Untuk daya tarik, flip chart dapat dicetak dengan aneka warna dan varasi desainnya.

  Cara penggunaan flip chart bergantung metode apa yang akan digunakan. Kalau metode ceramah, flip chart langsung dibuka sesuai dengan topik pembicaraan untuk diterangkan atau ditulisi hal-hal yang perlu dituliskan. Untuk metode kuantum, flip chart dapat berupa nyanyian, kata-kata bijak, atau apa saja yang mendukung kemeriahan kelas dan bukan merupakan pusat konsentrasi belajar siswa. Flip chart tidak langsung digunakan melainkan dapat menjadi variasi penekanan materi ajar.

  Dalam metode CTL, flip chart dapat dipakai sebagai gambar model untuk dikonstruksi pembelajar sehingga mendapatkan inkuirinya setelah menggali informasi gambar flip chart melalui berbagai pertanyaan belajar.

  Menurut Dina Indriana (2011:46) manfaat dari penggunaan media merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian serta minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Upaya tersbut menjadi tugas dan tanggung jawab semua tenaga pendidikan. Guru sangat menentukan keberhasilan dalam mengajar karena gurulah yang langsung membina anak di sekolah melalui proses belajar mengajar. Oleh sebab itu upaya meningkatkan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan para guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar.

  Salah satu upaya yang dimaksud adalah penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media dapat mempertinggi kualitas proses belajar yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar anak.

  Menurut Nini Subini (2011:53) Membaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan belajar di berbagai bidang. Melalui membaca seseorang dapat membuka cakrawala dunia, mengetahui apa yang sebelumnya tidak diketahui. Tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca sebagai proses visual Sebagai suatu proses berfikir , membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.

  Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.

  H.Alwi (1998:46) mengemukakan bahwa defenisi membaca mencakup; 1) membaca suatu proses, 2) membaca adalah strategis, dan 3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses, dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai perasaan yang utama yang membentuk makna. Membaca merupakan suatu strategi, dimaksudkan bahwa pembaca menggunakan berbagai stratedi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkontruksikan makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.Membaca adalah interaktif, keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks.

  Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya. Teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami

  Begitu juga menurut Nini Subini (2011:53) membaca kata benda berfungsi untuk mengenalkan pada anak benda yang ada disekitar anak. Selain itu anak juga dapat membaca symbol huruf yang ada saat membaca kata benda. Begitu juga dengan Anak tunagrahita kadang mengetahui beberapa benda yang ada disekitarnya tapi ketika anak disuruh untuk membaca nama kata benda tersebut anak tidak bisa. Karena mereka sering mengalami kesulitan untuk memaknai symbol, huruf, dan angka melalui persepsi visual dan auditorisnya.

  Menurut Dina Indriana (2011:66) media flipchart merupakan lembaran yang diikat pada bagian atasnya. Media ini bisa diisi pesan dalam bentuk huruf, gambar, diagram dan angka. Dalam pengembangannya media flipcart ini akan diisi dengan gambar dan juga huruf sehingga membentuk sebuah kata benda.

  Media ini berbentuk seperti lembaran kalender yang terbuat dari kertas tebal kemudian ditempel sehingga membentuk huruf yang disusun menjadi sebuah kata pada setiap lembarannya.

  Menurut Dina Indriana (2011:68) dapun keunggulan dari media flip chart adalah:

  1. Media ini belum pernah dipergunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

  2. Media ini dapat menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis 3.

  Media ini mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa karena bisa digunakan di mana pun baik di dalam dan di luar ruangan

  4. Bahan dan cara pembuatannya relative murah dan mudah 5.

  Mudah dibawa kemana-mana

H. Proses Penggunaan Media Flip Chart

  Dina Indriana (2011:130) mengemukakan ada hal-hal yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum menggunakan flip chart, yaitu:

  1. Menentukan Tujuan Pembelajaran Menentukan tujuan pembelajaran adalah hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Langkah ini merupakan titik target yang harus dicapai dan dituju agar proses belajar dan mengajar sesuai dengan yang diharapkan, ditandai dengan penguasaan pelajaran yang baik.

  Menentukan Bentuk Flipchart Flipchart ada dua bentuk. Pertama, dalam bentuk lembaran kosong yang diisi berbagai pesan oleh guru disampaikan kepada siswa. Kedua,yang sudah ada isinya dalam bentuk gambar, bagan, atau symbol-simbol, dan huruf-angka. Oleh sebab itu kita harus menentukan bentuk apa yang akan kita pilih. Apakah yang masih kosong atau yang sudah ada isinya sehingga tinggal menerangkan dan menyampaikannya pada anak didik.

  3. Membuat Ringkasan Materi Pengajaran Pesan yang tertulis tentu tidak boleh terlalu panjang dan terkesan bertele-tele, namun harus ringkas, padat, dan tepat sasaran. Karena itu guru harus meringkas materi pelajaran sehingga bisa mewakili keseluruhan materi, kemudian penjelasannya dilakukan melalui proses verbal.

  4. Proses Pembuatan Flipchart a.

  Siapkan karton yang berfungsi menyimpan atau menempel gambar dan huruf yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

  b.

  Karton diberi tanda dengan pensil atau spidol dan menggunakan penggaris c.

  Potong karton sesuai dengan ukuran 20 x 10 cm tersebut. dan buatlah sejumlah gambar dan huruf yang akan dijadikan media pengajaran.

  d.

  Mulailah menggambar menggunakan alat gambar seperti kuas, cat airs spidol, dan pensil warna. Atau buatlah desain dengan bantuan computer yang ukurannya telah disesuaikan, kemudian tempelkan pada alas tersebut.

  e.

  Langkah terakhir memberikan tulisan kata yang ditempel sesuai dengan gambar objek benda yang ada pada papan.

  5. Cara Menggunakan dan mengoperasikan flipchart menggunakan dan mengoperasikan flipchart yaitu: a.

  Persiapan Melakukan persiapan sebelum melakukan pengajaran adalah sangat penting bagi guru demi menampilkan performa yang menyakinkan. Sehingga, peserta didik mampu merespons dan terangsang untuk terus memperhatikan pesan yang ingin disampaikan. Langkah persiapan yang dimaksud adalah menguasai materi pembelajaran dan mampu menjalankan media ini dengan baik sehingga peserta didik antusias dalam belajar.

  b.

  Penempatan Penempatan posisi media dan guru sangat penting agar bisa menguasai kondisi tempat dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan agar anak didik mampu mengakses media ini dengan baik.

  c.

  Pengaturan Siswa Tidak hanya posisi guru dan media yang diperhatikan, posisi siswa harus diatur sedemikian rupa sehingga mampu melihat dengan jelas media tersebut, dan mengambil pesan yang ada dalam media tersebut sehingga tujuan pembelajaran dapat diraihnya dengan baik.

  d.

  Memperkenalkan Materi Inti Memperkenalkan materi pokok yang akan dibahas lebih lanjut dengan menggunakan media adalah sangat penting, sehingga anak didik mempunyai gambaran awal materi yang akan dibahas nanti. Setelah mendapatkan gambaran awal, tentu saja anak didik akan mudah menguasai dan mencerna materi yang akan diajarkan saat media ini dijalankan. Menyajikan Media

  Setelah masuk dalam materi pengajaran, mulailah memperlihatkan lembaran-lembaran media, dan berikan keterangan yang cukup terhadapnya.

  f.

  Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau merespons.

  Guru atau pendidik harus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya dan merespons materi yang dibahas menggunakan media ini.

  Karena itu, saat menyampaikan pengajaran, guru harus memberikan rangsangan pada anak didik untuk bertanya, meminta penjelasan tentang materi yang disampaikan, dan memberikan komentar atau umpan balik sehingga akan muncul dialog yang lebih memudahkan peserta didik untuk menguasai materi yang diajarkan.

  g.

  Menyimpulkan Materi Sebagai akhir dari proses pengajaran, maka materi yang telah diterangkan menggunakan media ini harus diringkas dalam bentuk kesimpulan untuk bisa menyegarkan kembali tentang bahasan yang baru saja dibahas dan diterangkan. Ini penting agar siswa semakin paham dan mengerti tentang

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian ekperimen semu (Quasi Ekperimen-Research),

  yaitu suatu prosedur penelitian yang diajukan untuk mengetahui pengaruh dari kondisi yang sengaja diadakan terhadap suatu situasi, kegiatan, atau tingkah laku individu atau kelompok tertentu. Menurut Sukardi (2008:179) “Ekperimen adalah metode penelitian yang paling produktif karena jika penelitian itu dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan ekperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanifulasikan semua variabel yang relevan. Menurut Suharsimi (2005:207) “Eksperimen semu adalah eksperimen yang tidak betul-betul tapi hanya mirip ekperimen, karena tidak memenuhi persyaratan untuk melakukan ekperimen murni.”

  Menurut Nana (2005:207) menyatakan quasi ekperimen adalah “Ekperimen yang digunakan minimal kalau dapat mengontrol satu variabel saja meskipun dalam bentuk matching atau memasangkan atau menjodohkan karakteristik, perjodohan kelompok umpamanya diambil berdasarkan kecerdasan.”

B. Desain Penelitian

  Desain penelitian merupakan gambaran secara jelas hubungan antar variabel yang dapat dimanfaatkan dalam menyusun hipotesis penelitian dan tindakan yang perlu diambil dalam proses ekperimen selanjutnya. Sukardi (2008:184) mengemukakan desain penelitian secara pengumpulan data, dan analisis data, sehingga dengan adanya desain yang baik peneliti maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan antara variabel yang ada dalam konteks penelitian dan apa yang hendak dilakukan oleh seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian.” Desain penelitian yang dibuat secara cermat akan memberikan gambaran yang lebih jelas pada kaitannya dengan penyusunan hipotesis dengan tindakan yang akan diambil dalam proses penelitian selanjutnya.

  Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan kelompok tunggal (one group pretest posstest design), artinya penelitian yang dilaksanakan pada suatu kelompok tanpa menggunakan kelompok pembanding, subjek dikenai perlakuan untuk jangka waktu tertentu, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan., dan pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal (T ) dan pengukuran akhir

  1

  (T ). Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dari gmbar desain berikut ini:

  2 O 1 X O 2 Gambar 3.1 Desain Penelitian

  Keterangan : O : pre test (data dalam kelompok sebelum diberikan treatment atau ekperimen)

  1 X: treatment atau tindakan

  O : pos ttest (data kelompok setelah diberikan treatment atau ekperimen)

  2 Dalam pelaksanaannya terlebih dahulu melakukan pre test (O ), kemudian diberikan

  1 anrata pre test yang telah dilakukan dengan hasil post test dengan menggunakan uji U Mann Whitney. Jika dibandingkan secara singkat maka langkah pada penelitian ini adalah: 1.

  Anak tunagrahita diberikan pretes membaca sebelum diberikan intervensi menggunakan media flip chart.

  2. Setelah itu diberikan tindakan dengan menggunakan media flip chart dan diberikan posttes.

  3. Kemudian hasil pretest dan posttes dibandingkan dengan rumus U Mann Whitney.

  4. Dan terakhir baru ditarik kesimpulan tentang efektif atau tidaknya pengaruh flip chart dengan cara menguji hipotesis yang telah ada.

C. Subjek Penelitian

  Suharsimi Arikunto (2005:90) memaparkan bahwa subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data dan variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Subjek penelitian tidak selalu berupa orang, tetapi dapat benda, proses, kegiatan, dan tempat. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anak tunagrahita kelas I di SLB YPPA Padang yang berjumlah empat orang.

  Menurut Sukardi (2003:55) ada hukum statistika dalam menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam studi agar semakin memperkuat dan mereflesikan keadaan populasi yang ada. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini juga tergantung dari populasi penelitian. Jika kedaan populasi homogen atau mempunyai karakteristik sama maka jumlah sampel dapat lebih kecil. Walaupun pemakaian jumlah subjek yang besar itu sangat dianjurkan, ada kemungkinan bahwa seorang peneliti mempunyai tiga faktor keterbatasan, yaitu waktu yang sempit, kemampuan menganalisis terbatas dan keterbatasan biaya guna

D. Variabel Penelitian

  Variabel penelitian adalah suatu yang menjadi objek sasaran atau titik pandang dari kegiatan penelitian, yang terdiri dari:

  1. Variabel bebas Variabel bebas adalah kondisi atau karakteristik yang dimanipulasi oleh peneliti. Yang menjadi variabel bebas (X) adalah media flip cahart.

  2. Variabel terikat Variabel terikat adalah kondisi atau karakteristik yang berubah. Pada penelitian ini .

E. Definisi Operasional Variabel

  Koentjarangningrat (1991: 23) menyatakan definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi atau diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya oleh orang lain.

1. Media flip cahart

  Flip chart adalah gambar atau grafik yang meluaskan perkembangan ide, objek, lembaga atau orang ditinjau dari sudut waktu dan ruang, sehingga siswa dapat lebih memahami materi dan membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit, atau lembaran kertas berbentuk album atau kalender seperti flipbook dan disusun dalam urutan yang diikat pada bagian atasnya. Media ini bisa diisi pesan dalam bentuk huruf, gambar, diagram dan angka. Dalam pengembangannya media flipcart ini akan diisi dengan gambar dan juga huruf sehingga membentuk sebuah kata benda 2.

  Kemampuan membaca Kemampauan membaca mencakup; 1) membaca suatu proses, 2) membaca adalah dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai perasaan yang utama yang membentuk makna. Membaca merupakan suatu strategi, dimaksudkan bahwa pembaca menggunakan berbagai stratedi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkontruksikan makna ketika membaca.

  Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.Membaca adalah interaktif, keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya. Teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaktif kemampuan anak tunagrahita untuk membaca gambar dan kata yang tersedia pada media flip chart.

  .

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1.

  Teknik pengumpulan data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa tes perbuatan yang terdiri dari langkah-langkah membaca gambar dan kata yang tersedia dalam bentuk flip chart

2. Alat pengumpulan Data

  Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah berbentuk tes perbuatan dengan instrument yang dikembangkan dari kisi-kisi penelitian.

G. Prosedur Penelitian Adapun prosedur dilakukan penulis yaitu melalui pra penelitian dan penelitian.

  Kegiatan pra penelitian adalah kegiatan awal peneliti sebelum terjun ke lapangan. Kegiatan ini dilakukan di SLB YPPA Padang. Pra penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan membaca pada anak. Selain itu juga melakukan perbincangan dengan pihak guru yang bersangkutan untuk mengetahui karakteristik subjek yang hendak diteliti nantinya.

H. Pembuatan Instrumen Penelitian

  Instrumen yang diberikan pada anak yaitu mengenai item tes yang berkaitan dengan kemampuan membaca anak tunagrahita yaitu meja, lemari, kursi, baju, dan tas. Tes yang dilakukan adalah tes lisan dan tes perbuatan. Hartoto (2009) menyatakan “Tes perbuatan adalah tes yang diberikan dalam bentuk tugas-tugas, pelaksanaannya dalam bentuk penampilan atau praktek langsung. Suharsimi (2005: 182) menyatakan bahwa “Instrumen untuk mengukur psikomotor biasanya berupa matriks. Kebawah menyatakan perincian aspek yang akan diukur, kekanan menunjukkan besar skor yang dapat dicapai”.

  Dalam menyusun instrument tes yang penting diperhatikan adalah validitas instrumen tersebut. peneliti menggunakan logical validity (validitas logis) untuk menyusun instrumen pada penelitian ini. Suharsimi (1991: 65) menyatakan suatu instrumen dikatakan mencapai validitas logis apabila instrument dirancang secara baik, mengikuti teori yang ada yang disusun mengikuti ketentuan yang ada yaitu berdasarkan isi materi dan berdasarkan aspek yang ingin dievaluasi. Instrumen dengan validitas logis ini tidak perlu di uji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah intrumen itu selesai disusun.

I. Teknik Analisis Data

  Untuk mengolah data hasil penelitian digunakan statistik non parametrik, karena subjek penelitiannya kecil serta distribusi dan populasinya tidak memerlukan uji normalitas. Sidney Siegel (1992:145) menyatakan bahwa statistik non parametrik tidak menguji parameter populasi tetapi menguji distribusi. Statistik non parametrik tidak menuntut banyak asumsi bahwa data yang dianalisis tidak harus berdistribusi normal dan

  • =
  • =

  2

  = Jumlah kelompok pretes Dengan kriteria pengujian Penilaian ini adalah: Ha diterima jika U hitung > U tabel pada taraf signifikan 0,005 Ho ditolak jika U hitung

  2

  = Jumlah kelompok posttes n

  1

  = Rangking/peringkat kelompok pretes n

  2

  = Rangking/peringkat kelompok postes R

  1

  = Koefisien U tes R

  /U

  digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal. Uji statistika yang digunakan adalah Uji U Mann Withney dengan rumusan menurut Moh. Nazir (2005:205) adalah:

  1

  Keterangan : U

  ∑ −

  ∑ −

  R n n U n n R n n U n n

  .

  2 ) 1 (

  .

  2 ) 1 (

  1

1

2 2 1 2 2

2

2 2 1 1

  ≤ U tabel

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu pengetesan awal (pretest) dan pengetesan

  akhir setelah diberikan perlakuan atau treatment. Setelah tes awal dilakukan dan hasilnya dikuantitatifkan maka selanjutnya dilakukan tes akhir dengan didahului oleh intervensi, intervensi/treatment yang diberikan adalah menggunakan media flip chart untuk mengukur kemampuan membaca anak tunagrahita. Untuk mengukur kemampuan membaca pada anak tunagrahita dilakukan dengan pemberian skor 1 jika anak berhasil menjawab atau melakukannya, jika anak tidak berhasil dalam menjawab atau melakukan sesuai dengan item tes maka anak diberi skor 0.

  Dibawah ini merupakan table nilai pretest dan posttest yang telah diperoleh anak tunagrahita. T1 adalah skor yang diperoleh anak tunagrhita pada saat pretest atau belum ada perlakuan, sedangkan T2 adalah skor yang diperoleh dari posttest setelah anak diberikan media flip chart.

  No Subjek Skor T1 T2

  1 FZ

  5

  7

  2 HR

  8

  11

  3 UF

  9

  11

  4 RK

  5

  6

B. Analisis Data

  Setelah skor data siswa tuna grahita diperoleh baik data pretest ataupun posttest, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data penelitian dengan prosedur sebagai berikut: 1.

  Pengolahan data Setelah dilakukan pretest dan posttest, maka dilakukan penilaian setiap siswa, anak akan diberikan nilai 1 pada setiap soal yang dijawabnya dengan benar, anak akan diberikan nilai 0 jika dia tidak mampu menjawab soal dengan benar.

  2. Pengelompokan data Dari hasil pengskoran tersebut data yang sudah terkumpul dikelompokan ke dalam masing-masing tes yaitu skor pretest dan skor postest

  3. Perhitungan data Penghitungan data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan uji U Mann- Whitney. Seblum dimasukkan ke rumus terlebih dahulu data diurut dari yang tertinggi ke yang terendah dan dicari ranknya.

  NO Subjek Skor Rank

  3

  2 HR

  8

  11

  4

  1

  3 UF

  9

  11

  1

  7 7,5

  4 RK

  5

  6

  7.5

  6 Jumlah

  27

  35

  22

  5

  5

  1 FZ 5 7,5

  7

  2 HR

  8

  4

  3 UF

  9

  3

  4 RK 5 7,5

  5 FZ

  5