BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN - Peranan Agrowisata Dalam Mendukung Pendapatan Asli Kabupaten Karo

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata

  Istilah “ pariwisata “ memiliki defenisi yang begitu luas, sehingga sangat sulit untuk dirumuskan atau dibatasi, demikian pula halnya dengan istilah “wisatawan”. Ini disebabkan karena tidak adanya konsep atau batasan yang jelas mengenai bidang, bentuk, atau jenis pariwisata.

  Kata “pariwisata” berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata.Pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau berpergian. Secara etimologi, pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata “pari” yang berarti halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan “wisata” yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengar, menikmati dan mempelajari sesuatu.

  Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa, “Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah daerah.”

  Sedangkan menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990, “Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengelola atau penyelenggara serta pengusahaan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang ini sehingga wisatawan datang untuk mengunjunginya.”

  Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara lain. Kegiatan

  11 tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.Pariwisata adalah suatu fenomena kebudayaan global yang dapat dipandang sebagai suatu sistem. Beberapa ahli mendefinisikan pariwisata sebagai berikut :

  Defenisi pariwisata menurut Yoeti (1996:108) adalah, “Suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan maksud bukan berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam.”

  Definisi pariwisata menurut Hunziger dan Krapf dari Swiss (dalam Pendit, 1996:33),”Sejumlah hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh.”

  Defenisi pariwisata menurut Wahab (dalam Pendit, 1996:29) memberikan batasan tentang pengertian pariwisata sebagai berikut.“Parwisata adalah salah satu jenis industri baru mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya.”

  Menurut defenisi yang luas, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan perorangan atau kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan hidup dalam dimensi social, budaya, alam, dan ilmu.

  Pendapat tersebut secara bebas dapat diartikan sebagai kepariwisataan yaitu sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk kota, daerah atau negara.

  Mc Intonsh bersama Gupta mencoba merumuskan suatu konsepsi mengenai pariwisata yang dapat dipergunakan sebagai pegangan untuk membangun suatu industri pariwisata (dalam Pendit, 1994:36) sebagai berikut. “Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani pengunjung lainnya.”

  Menurut Golden (dalam Yoeti, 1996:117). “Pariwisata merupakan suatu seni dari lalu lintas dimana manusia berdiam di suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh tinggal atau menetap untuk melakukan pekerjaan selamanya atau meskipun sementara waktu, yang sifatnya masih berhubungan dengan pekerjaan.”

  Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk bersenang-senang atau menikmati perjalanan.

  Pariwisata dapat menjadi sarana untuk mendukung konservasi lingkungan, situs arkelogis dan sejarah, serta arsitektural, meningkatkan kualitas lingkungan, infrastruktur yang dikembangkan untuk mendukung pariwisata tidak merusak lingkungan, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Sehingga adanya manfaat yang akan diperoleh dari pengembangan pariwisata antara lain :

  1. Menimbulkan Efek Berganda Pariwisata memiliki efek penyebaran pada sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian, sektor pengolahan bahan pangan, kerajinan tangan, sektor bangunan, sektor industri dan lain-lain.Dalam hal ini, pariwisata menjadi pemicu dan pendorong berkembangnya kegiatan ekonomi di tempat pariwisata yang dikembangkan. Kegiatan ekonomi itu yang pelakunya kebanyakan masyarakat setempat, selanjutnya akan membuat perekonomian masyarakat lebih dinamis dan meningkat.

  2. Diversifikasi Usaha Berkembangnya pariwisata di suatu daerah tujuan wisata menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat setempat. Hal ini dapat menjadikan ekonomi lokal tidak hanya bergantung pada satu sektor utama saja, misalnya : pertanian, pertambangan, perkebunan. Pengeluaran wisatawan di suatu daerah penerima wisatawan dapat merangsang pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya.Misalnya wisatawan menginap dihotel, hotel ini memerlukan daging, telur, sayur, alat-alat dekorasi dan lainnya.Hal ini mendorong tumbuhnya usaha-usaha pertanian, perternakan, industri kerajinan, dekorasi dan seterusnya.

  3. Memperluas Kesempatan Kerja Datangnya wisatawan di suatu daerah tujuan wisata yang tentunya dengan segala kebutuhannya dapat mendorong tumbuhnya berbagai usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Oleh karena itu di daerah yang banyak dikunjungi wisatawan, juga akan banyak mendapat peluang kerja, terutama untuk pekerjaan di berbagai sektor pariwisata yang pada umumnya memerlukan banyak tenaga kerja.

  4. Peningkatan Fasilitas Bagi Penduduk Pembangunan pariwisata akan berpengaruh besar terhadap peningkatan fasilitas kehidupan masyarakat. Fasilitas yang pada awalnya secara khusus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, pada kenyataannya juga digunakan oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya.

  Dengan begitu, semakin banyak fasilitas yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, akan semakin banyak pula fasilitas masyarakat yang tersedia di daerah itu.

  5. Memperluas Kesempatan Berusaha Salah satu tolak ukur berkembangnya pariwisata di suatu daerah adalah kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata untuk menikmati objek/daya tarik wisata yang ditawarkan sebagai produk wisata. Banyaknya wisatawan yang datang tentunya akan menjadikan kebutuhan hidup didaerah meningkat. Ini berarti berkembangnya pariwisata di suatu daerah bermanfaat bagi peningkatan kesempatan berusaha, terutama yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

  6. Mempercepat Perkembangan Permukiman Penduduk Berkembangnya pariwisata di suatu daerah dapat menjadi pendorong berkembangnya permukiman penduduk.Ini terjadi karena pada umumnya di daerah yang menjadi daerah tujuan wisata, karena di situ kedatangan banyak wisatawan.Keadaan demikian menjadi pendorong para pengusaha/masyarakat untuk membuka usaha di daerah itu.

  7. Peningkatan Pelayanan Transportasi Pelayanan trasnportasi yang pada awalnya ditujukan untuk mendukung pengembangan pariwisata, yakni supaya akses wisatawan menuju objek wisata menjadi lebih baik, juga dapat digunakan untuk masyarakat.

  8. Memperluas Kesempatan Pendidikan Pengembangan pariwisata akan memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah yang besar, yakni untuk mengelola industri pariwisata yang produknya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Dalam hal ini tentunya yang dibutuhkan adalah sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan di bidang pariwisata, yakni yang dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan dengan standar kualitas tertentu.Oleh karena itu diperlukan pendidikan khusus pariwisata.

  9. Preservasi dan Konservasi Lingkungan Keberhasilan pembangunan pariwisata tidak saja dilihat dari banyaknya wisatawan yang mengunjunginya, tetapi juga dari kelangsungan keberadaan sumber daya yang menjadi daya tarik wisata.Jika sumbernya yang dimaksud berupa alam/lingkungan maka kelestarian lingkungan harus menjadi tujuan dari pengelola pariwisata supaya usahanya dapat berkembang dan berlangsung secara berkelanjutan.

  10. Pengembangan Wawasan Sosial Kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata akan berpengaruh pada pengembangan wawasan sosial, baik wisatawan maupun masyarakat setempat. Masyarakat setempat menjadi lebih luas wawasan sosialnya karena melihat dan kemungkinan memahami budaya wisatawan, sedangkan wisatawan menjadi terbuka wawasan sosialnya dengan melihat dan mengetahui budaya masyarakat setempat.

11. Peningkatan Infrastruktur

  Pembangunan infrastruktur yang pada awalnya ditujukan secara khusus untuk mendukung pengembangan pariwisata pada umumnya juga dapat berperan sebagai infrastruktur yang digunakan untuk mendukung kebutuhan masyarakat pada umumnya.

2.2 Jenis – Jenis Pariwisata

  Berdasarkan beranekaragamnya motif-motif yang mendorong seseorang melakukan perjalanan wisata, maka pariwisata dapat digolongkan menjadi beberapa jenis (Pendit, 1994 :41) yaitu :

1. Wisata Budaya ( Cultural Tourism )

  Wisata ini dilakukan atas dasar keinginan memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan ini disatukan dengan kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni ( seni tari, drama, music, dan seni suara ), atau kegiatan yang bermotif kesejajaran dan sebagainya.

  2. Wisata Kesehatan

  Wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari - hari diamana ia tinggal demi kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani, yaitu dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara yang menyehatkan, dan lain – lain.

  3. Wisata Olah Raga

  Wisata yang dilakukan untuk tujuan berolah raga, diantaranya bermaksud untuk ikut ambil bagian dalam turnamen atau pesta – pesta olah raga, baik yang sifatnya nasional maupun internasional seperti Asean Games, Olympiade Thomas Cup, Uber Cup , dan lain sebagainya.

  4. Wisata Komersial

  Wisata yang dilakukan untuk mengunjungi pameran – pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang, dan sebagainya.

  5. Wisata Industri

  Wisata yang umumnya dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang – orang awam ke suatu komplek atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik –pabrik atau bengkel – bengkel besar dengan maksud untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

  6. Wisata Politik

  Wisata yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa polotik, misalnya perayaan ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, Penobatan Ratu Inggris di London, dimana biasanya fasilitas akomodasi, sarana pengangkutan dan atraksi beraneka warna diadakan secara meriah bagi para pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri.

  7. Wisata Konvensi

  Wisata yang dilakukan untuk perjalanan atau kunjungan mengikuti pelaksanaan konvensi, seperti konverensi, musyawarah, symposium, atau sidang yang diadakan setiap tahun. Biasanya, peserta yang mengikuti acara ini tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara.

  8. Wisata sosial

  Wisata ini merupakan jenis wisata pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan, misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.Organisasi ini berusaha membantu mereka yang mempunyai kemampuan terbatas dari segi finansialnya untuk mempergunakan kesempatan libur atau cuti mereka dengan mengadakan perjalanan yang dapat menambah pengalaman serta pengetahuan mereka, dan sekaligus juga dapat memperbaiki kesehatan jasmaniah dan mental mereka.

  9. Wisata Pertanian

  Wisata ini merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek – proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya, dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat – lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka ragam disekitar perkebunan.

  10. Wisata Cagar Alam

  Wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha – usaha dengan jalan mengatur wisata ke daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya. Yang kelestariannya di lindungi oleh undang – undang.Wisata cagar ala mini banyak dilakukan oleh penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta tanaman beraneka ragam yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

  11. Wisata Bulan Madu

  Wisata perjalanan bagi pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas – fasilitas khusus demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka yang menimbulkan kesan seakan – akan berada di surga lokal. Perjalanan yang disebut wisata bulan madu biasanya dilakukan selama sebulan setelah pernikahan dilangsungkan di tempat – tempat romantis.

2.3 Objek dan Daya Tarik Wisata

  Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.

  Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Suwantoro (1997: 19) bahwa objek dan daya tarik wisata dikelompokkan atas :

  1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan kedalam: pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

2. Umumnya daya tarik suatu objek berdasar pada :

  • nyaman dan bersih.

  Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,

  Adanya aksebilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

  • Adanya ciri khusus yang bersifat langka.
  • Adanya penunjang sarana dan prasarana.
  • Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam,
  • pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.
  • nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara adat, objek buah karya manusia pada masa lampau.

  Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki

  3. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pembangunan yang meliputi berbagai kelayakan, yaitu :

  • Studi Kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wisata tersebut.

  Kelayakan Finansial

  • Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki

  Kelayakan Sosial Ekonomi Regional dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dapat meningkatkan devisa.

  • Layak Teknis Pembangunan objek wisata dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada.Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya dukung oleh wisata tersebut rendah. Daya tarik objek wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan keselamatan wisatawan.
  • Layak Lingkungan Analisi dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan suatu objek wisata.Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan , dan keserasian.

  Peraturan Pemerintah No.24/1979 menjelaskan bahwa objek wisata adalah : “perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.

  Objek dan daya tarik wisata menurut Direktoral Jendral Pemerintah di bagi menjadi 3, yaitu :

  1. Objek Wisata Alam Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya. Potensi objek wisata alam dapat dibagi menjadi empat kawasan, yaitu :

  Flora dan Fauna

  • Keunikan dam kekhasan ekosistem
  • Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau
  • Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan,
  • usaha perikanan.

  2. Objek Wisata Sosial Budaya Objek wisata sosial budaya dapat di manfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan, dan kerajinan.

  3. Objek Wisata Minat Khusus Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru di kembangkan di Indonesia.Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus.Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian.Contohnya : berburu, mendaki gunung – gunung, arum jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dan lain – lain.

2.4 Pengertian Agrowisata

  Menyadari bahwa kemampuan bersaing produk wisata Indonesia di pasaran Internasional masih lemah maka upaya penciptaan iklim yang menggairahkan di bidang pariwisata perlu terus ditingkatkan.Salah satu upaya itu adalah menciptakan produk wisata baru diantaranya agrowisata.

  Selama ini agrowisata merupakan produk yang belum banyak dimanfaatkan oleh kalangan usaha perjalanan.Padahal minat wisatawan terhadap kegiatan agrowisata cukup besar, terutama wisatawan mancanegara.Namun, belakangan ini agrowisata sebagai salah satu potensi wisata mulai ditawarkan kepada wisatawan. Defenisi agrowisata dari beberapa ahli yaitu :

  Menurut Maruti (2009), sebuah agrowiata adalah bisnis berbasis usaha tani yang terbuka untuk umum. Tavare dalam Maruti, 2009 mendefinisikan agrowisata sebagai aktivitas agribisnis dimana petani setempat menawarkan tur pada usahataninya dan mengijinkan seseorang pengunjung menyaksikan pertumbuhan, pemanenan, pengolahan pangan lokal yang tidak akan ditemukan di daerah asalnya. Selanjutnya, menurut Mazilu dan Iancu (2006), agrowisata adalah aktivitas turis untuk membantu para petani mendapatkan tambahan pendapatan usahatani, yang menjadi sumber pendapatan utamanya. Phillip et al.

  (Budiasa, 2011) menjelaskan tipologi agrowisata berdasarkan aktivitas dan tipe kontak alami serta keterlibatan turis dalam pengerjaan usaha tani.

  Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya.

  Pengembangan agrowisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Periwisata, Pos, dan Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989, agrowisata sebagai bagian dari objek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memafaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian.

  Paska panen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan.

  Selanjutnya, agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Agrowisata Ruang Terbuka Alami

  Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain.

  Untuk memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara fasilitas pendukung untuk kenyamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan dengan kultur dan estetika asli yang ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari binatang buas.

2. Agrowisata Ruang Terbuka Buatan

  Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan - kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat.Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan.

  Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik.Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada.Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan.

2.5 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

  Pembangunan berkelanjutan (Salim,1990) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.

  Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang.

  Menurut Kementrian Lingkungan HidupPembangunan (yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria yaitu : 1.

  Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural resources

2. Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya 3.

  Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun replaceable resource.

  Heinen (dalam Sharpley, 2000:1) menyatakan. “Definisi pembangunan pariwisata berkelanjutan bisa memiliki makna beragam. Orang dari banyak bidang yang berbeda menggunakan istilah berbeda di dalam konteks yang berbeda dan mereka mempunyai konsep, bias dan pendekatan yang berbeda.”

  Cronin (dalam Sharpley,2000:1)mengkonsepkan pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai,”pembanguan yang terfokus pada dua hal, keberlanjutan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi di satu sisi dan lainnya mempertimbangkan pariwisata sebagai elemen kebijakan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas.”

  Adapun keberhasilan pembangunan Pariwisata Berkelanjutan karena adanya :

1. Partisipasi Masyarakat

  Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi dumber-sumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi–strategiuntuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata.

  2. Keikutsertaan Para Pemangku Kepentingan Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan instusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dalam kegiatan pariwisata.

  3. Kepemilikan Lokal Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel, restoran. Seharusnya dikembangkan dan dipelihara masyarakat setempat.

  4. Terjadinya Penggunaan Sumber Daya yang berkelanjutan Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbarui secara berlebihan. Kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dab diperbaiki menggunakan kriteria dan standar internasional.

  5. Mewadahi Tujuan-Tujuan Masyarakat Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat setempat terwujud.

  6. Daya Dukung yang Sesuai Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung fisik, alami, sosial, dan budaya. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditolerans.

  7. Adanya Monitor dan Evaluasi Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencangkup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator dan batasan untuk mengukur dampak pariwisata.

  8. Akuntabilasi Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan pembangunan, 9. Terjadinya Pelatihan

  Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program– program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis.

  10. Dilaksanakannya Promosi Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas masyarakat setempat.

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pemberian cookies Substitusi Tepung Tempe terhadap Pertumbuhan Anak Batita Gizi Kurang di Kelurahan Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2013

0 0 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Efektivitas 2.1.1. Pengertian Efektivitas - Efektivitas Metode Simulasidan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Ibu-Ibu Rumah TanggaDalam PenanggulangandanPencegahan Diaredi Daerah Rawan Banjir di Kecamata

0 0 45

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Efektivitas Metode Simulasidan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Ibu-Ibu Rumah TanggaDalam PenanggulangandanPencegahan Diaredi Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh UtaraTahun

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi (Communication 2.1.1. Prinsip Dasar Komunikasi - Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 30

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi (Communication - Pengaruh Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dan Karakteristik Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

0 0 28

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dan Karakteristik Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

0 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konseptual 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan - Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok Di Indonesia (Studi Kasus Pada Industri Rokok Go-Public Yang Listing Dibursa Efek Indonesia

0 0 18

KATA PENGANTAR - Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok Di Indonesia (Studi Kasus Pada Industri Rokok Go-Public Yang Listing Dibursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2004-2011

0 0 14

BAB II TINJAUAN UMUM DINAS A. Sejarah Singkat Dinas - Penggunaan Internet Dalam Pencarian Berita Di Dinas Komunikasi Dan Informatika Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 12