BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Menggunakan Metode Certainty Faktor dan Backward Chaining

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Artificial Intelligent (Kecerdasan Buatan)

  Para ahli mendefinisikan Artificial Intelligent (AI) secara berbeda –beda tergantung pada sudut pandang mereka masing

  • –masing. Ada yang fokus pada logika berfikir manusia saja, tetapi ada juga yang mendefinisikan AI secara lebih luas pada tingkah laku manusia. Stuart Russel dan Peter Norvig (1995) mengelompokkan definisi AI ke dalam empat kategori yaitu thinking humanly, acting humanly, thinking rationally dan acting rationally .

  Thinking humanly dan acting humanly adalah dua definisi yang sangat luas.

  Sampai saat ini, pemikiran manusia yang diluar rasio, yakni refleks dan intuitif (berhubungan dengan perasaan), belum dapat ditirukan sepenuhnya oleh komputer. Dengan demikian, kedua definisi ini dirasa kurang tepat untuk saat ini.

  Definisi thinking rationally lebih sempit dari pada acting rationally. Oleh karena itu, definisi artificial intelligent (kecerdasan buatan) yang paling tepat untuk saat ini adalah acting rationally dengan pendekatan rational agent. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa komputer bisa melakukan aksi secara rasional berdasarkan hasil penalaran tersebut. Dengan menalar secara logis, maka bisa didapat kesimpulan bahwa aksi yang diberikan akan mencapai tujuan atau tidak. Jika mencapai tujuan, maka agent dapat melakukan aksi berdasarkan kesimpulan tersebut. (Russel dan Norvig, 1995).

2.2 Sistem Pakar

  Menurut Martin dan Oxman (1988) sistem pakar adalah sistem yang berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar

  Feigenbaum (1982) mendefinisikan sistem pakar sebagai suatu program komputer cerdas yang menggunakan knowledge (pengetahuan) dan prosedur inferensi untuk menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang membutuhkan seorang ahli untuk menyelesaikannya (Arhami, 2005).

  Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pakar adalah sistem komputer yang menyamai kemampuan pengambilan keputusan seorang pakar. Pakar yang dimaksud disini adalah orang yang mempunyai keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam. Sebagai contoh, dokter adalah seorang pakar yang mampu mendiagnosis penyakit yang diderita pasien serta dapat memberikan solusi terhadap penyakit tersebut.

  Sistem pakar mencoba memecahkan masalah yang biasanya hanya bisa dipecahkan oleh seorang pakar, dipandang berhasil ketika mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh pakar aslinya baik dari sisi proses pengambilan keputusannya maupun hasil keputusan yang diperoleh. Sistem pakar tidak untuk menggantikan kedudukan seorang pakar tetapi untuk memasyaratkan pengetahuan dan pengalaman pakar tersebut.

2.2.1 Arsitektur dan Komponen Sistem Pakar

Gambar 2.1 Arsitektur dan Komponen Sistem Pakar

  Sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan dan lingkungan konsultasi seperti yang terlihat pada gambar 2.1 di atas. Lingkungan pengembangan digunakan untuk memasukkan pengembangan pakar ke dalam lingkungan sistem pakar, Lingkungan konsultasi digunakan oleh nonpakar untuk memperoleh pengetahuan dan nasihat pakar. Kebanyakan sistem pakar saat ini tidak berisi komponen perbaikan

  • –pengetahuan. (Turban,2005). Komponen –komponen yang terdapat dalam sistem pakar adalah

  (Turban,2005): 1.

  Pakar merupakan seorang yang memiliki keahlian di bidang tertentu.

  2. Akuisisi pengetahuan merupakan penerimaan atau perolehan pengetahuan yang dapat diperoleh dari seorang pakar, buku teks, laporan penelitian dengan dukungan dari seorang knowledge engineer.

  3. Knowledge engineer adalah seorang spesialis sistem yang menerjemahkan pengetahuan yang dimiliki seorang pakar menjadi pengetahuan yang akan tersimpan dalam basis pengetahuan pada sebuah sistem pakar.

4. Basis pengetahuan, terdiri dari dua jenis, yaitu fakta (situasi dan teori) dan rule (aturan).

  5. Perbaikan pengetahuan, yakni mereka dapat menganalisis pengetahuannya sendiri dan kegunaannya, belajar darinya, dan meningkatkannya untuk konsultasi mendatang.

  6. Mesin inferensi merupakan otak dari sistem pakar, berupa perangkat lunak yang melakukan tugas inferensi penalaran sistem pakar, dapat dikatakan sebagai mesin mencari solusi dari suatu permasalahan. Konsep yang biasanya digunakan untuk mesin inferensi adalah runut balik (backward chaining) dan menggunakan runut maju (forward chaining).

  7. Workplace Merupakan area dari sekumpulan memori kerja (working memory). Workplace digunakan untuk merekam hasil –hasil dan kesimpulan yang dicapai. Ada 3 tipe keputusan yang dapat direkam, yaitu : a.

  Rencana: bagaimana menghadapi masalah.

  b.

  Agenda: aksi–aksi yang potensial yang sedang menunggu untuk dieksekusi.

  c.

  Solusi: calon aksi yang dibangkitkan.

  8. Fasilitas Penjelasan Proses menentukan keputusan yang dilakukan oleh mesin inferensi selama sesi konsultasi mencerminkan proses penalaran seorang pakar. Karena pemakai kadangkala bukanlah ahli dalam bidang tersebut, maka dibuatlah fasilitas penjelasan. Fasilitas penjelasan inilah yang dapat memberikan informasi kepada pemakai mengenai jalannya penalaran sehingga dihasilkan suatu keputusan. Bentuk penjelasannya dapat berupa keterangan yang diberikan setelah suatu pertanyaan diajukan, yaitu penjelasan atas pertanyaan mengapa atau penjelasan atas pertanyaan bagaimana sistem mencapai konklusi.

  9. Antarmuka (Interface) Sistem pakar menggantikan seorang pakar dalam suatu situasi tertentu, sistem harus menyediakan pendukung yang diperlukan oleh pemakai yang tidak memahami masalah teknis. Sistem pakar juga menyediakan komunikasi antara sistem dan pemakainya yang disebut sebagai antarmuka. Antarmuka yang efektif dan user-friendly penting sekali terutama bagi pemakai yang tidak ahli dalam bidang yang diterapkan pada sistem pakar. Aksi yang direkomendasi, merupakan saran atau solusi untuk permasalahan yang sedang dihadapi user.

10. User. Yang dimaksud dengan user adalah: a.

  Learner (pelajar) untuk mempelajari bagaimana sistem pakar menyelesaikan permasalahan.

  b.

  Client (yaitu bukan pakar) yang menginginkan advice (nasehat). Bertindak seperti seorang konsultan atau penasehat. Pakar, di sini sistem pakar bertindak sebagai kologen atau asisten.

  d.

  Pembangun sistem pakar yang ingin meningkatkan basis pengetahuan.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pakar

  2. Bisa melakukan proses yang berulang secara otomatis.

  3. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar.

  4. Meningkatkan output (keluaran) dan produktivitas.

  5. Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar.

  1. Memungkinkan orang awam untuk bisa mengerjakan pekerjaan seorang ahli.

  7. Meningkatkan kapabilitas sistem komputer dalam penyelesaian masalah.

  8. Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak lengkap dan terdapat ketidakpastian.

  9. Sebagai media pelengkap dalam pelatihan.

  10. Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan.

  Di samping memiliki beberapa kelebihan, sistem pakar juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain (Kusrini, 2006):

  1. Biaya yang sangat mahal membuat dan memeliharanya.

  2. Sulit dikembangkan karena keterbatasan keahlian dan ketersediaan pakar.

  3. Hanya dapat menangani pengetahuan yang konsisten.

  Secara garis besar ada beberapa kelebihan yang dapat diambil dengan adanya sistem pakar, antara lain (Kusrini, 2006):

  6. Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan dan meningkatkan realibilitas.

2.2.3 Karakteristik Sistem Pakar

  Sistem pakar mempunyai beberapa karakteristik dasar yang membedakan dengan program komputer biasa umumnya, yaitu (Turban, 1995):

  1. Mempunyai kepakaran saja, namun juga bagaimana mendapatkan pemecahan dengan cepat dan mahir.

  2. Domain tertentu Sistem pakar mengutamakan kedalaman mengenai bidang tertentu.

  3. Memiliki kemampuan mengolah data yang mengandung ketidakpastian kadang-kadang data yang tersedia tidak lengkap sistem harus dapat memberikan pemecahan sesuai data yang tersedia dengan memberikan pertimbangan, saran atau anjuran sesuai dengan kondisi yang ada.

  4. Dirancang untuk dapat dikembangkan secara bertahap program komputer dirancang untuk memberikan jawaban yang tepat setiap waktu. Sedangkan sistem pakar dirancang untuk berlaku sebagai seorang pakar, kadang memberikan jawaban yang benar, dan suatu saat mungkin tidak tepat (expert

  system makes mistake ).

2.3 Metode Certainty Factor

  Faktor kepastian (certainty factor) menyatakan kepercayaan dalam sebuah kejadian (fakta atau hipotesis) berdasar bukti atau penilaian pakar (Turban, 2005). Certainty

  

factor menggunakan suatu nilai untuk mengasumsikan derajat keyakinan seorang

  pakar terhadap suatu data. Faktor kepastian (certainty faktor) menyatakan kepercayaan dalam sebuah kejadian (fakta atau hipotesis) berdasarkan bukti atau penilaian pakar.

  Faktor kepastian diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan dalam pembuatan MYCIN pada tahun 1978 untuk mengakomodasi ketidakpastian pemikiran seorang pakar. Tim pengembang MYCIN mencatat bahwa seorang dokter sering kali menganalisa informasi yang ada dengan ungkapan seperti: mungkin, kemugkinan besar, hampir pasti. Oleh sebab itu tim MYCIN menggunakan metode certainty factor (CF) untuk merepresentasikan derajat kepastian atau ketidakpastian dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. (Coppin, 2004)

  Certainty Factor (CF) merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk

  terjadi dengan berbagai kondisi. Diantara kondisi yang terjadi adalah terdapat beberapa antecendent (dalam rule yang berbeda) dengan satu konsekuen yang sama. Dalam kasus ini, kita harus mengagregasikan niali CF keseluruhan dari setiap kondisi yang ada. Berikut rumus yang digunakan menurut MYCIN (Kusrini, 2008):

  CF1 + [CF2 * (1-CF1)] kedua

  • – duanya > 0 CF1 + CF2 salah satu < 0

  CFkomb (CF1, CF2)

  =

  1-min(|CF1|,|CF2|)

  {

  CF1 + [CF2 * (1

  • – CF1)] kedua – duanya < 0 Keterangan: CFkomb = Certainty Factor (CF) kombinasi antara CF awal dan CF akhir CF1 = certainty factor awal (besar nilai ditentukan oleh pakar) CF2 = certainty factor akhir (besar nilai ditentukan oleh pakar) Ada 2 macam faktor kepastian yang digunakan yaitu:

  1. Faktor kepastian yang diisikan oleh pakar bersama dengan aturan.

  2. Faktor kepastian yang diberikan oleh pengguna. Faktor kepastian yang diisikan oleh pakar menggambarkan kepercayaan pakar terhadap hubungan antara antecedent dan konsekuen pada aturan kaidah produksi.

2.3.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Certainty Factor

  Metode certainty factor memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan metode certainty factor antara lain (Sutojo, 2011):

  1. Metode ini cocok dipakai dalam sistem pakar untuk mengukur sesuatu apakah pasti atau tidak pasti dalam mendiagnosis dan mengidentifikasi suatu penyakit pada tumbuhan. Perhitungan dengan metode ini dalam sekali hitung hanya dapat mengolah dua data saja sehingga keakuratan data dapat terjaga.

  Adapun kekurangan metode certainty factor antara lain (Sutojo, 2011): 1.

  Ide umum dari pemodelan kepastian manusia dengan menggunakan numeric

  certainty factor biasanya diperdebatkan sebagian orang akan membantah

  pendapat bahwa formula untuk metode certainty factor diatas memiliki sedikit kebenaran.

2. Metode ini dapat mengolah ketidakpastian/kepastian hanya dua data saja perlu dilakukan beberapa kali pengolahan data untuk data yang lebih dari dua.

2.4 Metode Backward Chaining

  Metode backward chaining adalah suatu metode pengambilan keputusan yang juga umum digunakan dalam sistem pakar. Percobaan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kanan (THEN dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari hipotesis terlebih dahulu dan untuk untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut harus dicari fakta-fakta yang ada dalam basis pengetahuan. Proses pencarian dengan metode backward chaining berangkat dari kanan ke kiri, yaitu dari kesimpulan sementara menuju kepada premis dan pencariannya dikendalikan oleh tujuan yang diberikan (Kusrini, 2008).

  Metode Backward Chaining merupakan strategi pencarian yang arahnya kebalikan dari Forward Chaining. Metode ini umum digunakan untuk membuktikan hipotesis (dugaan) pasien tentang penyakitnya. Cara kerja metode ini adalah user memasukkan beberapa fakta yang berkaitan dengan penyakit yang ingin di diagnosis

  • – ke dalam sistem. Dan untuk membuktikan hipotesisnya, sistem akan mencari premis
premis (pernyataan untuk mendapatkan kesimpulan) aturan yang mengandung konklusi (kesimpulan) yang sesuai. Setelah itu sistem akan meminta umpan balik kepada user mengenai premis

  • –premis yang ditemukan tersebut dengan menanyakan satu per satu premis
  • –premis yang seharusnya dipilih. Jika ternyata ada premis yang tidak terpilih oleh user maka hipotesis terhadap konklusi tersebut gugur, yang artinya akan melanjutkan hipotesis ke konklusi berikutnya. Demikian seterusnya sampai ditemukan konklusi yang semua premis dalam aturannya terpilih. Seperti yang terlihat pada gambar 2.2 di bawah ini (Kusrini, 2008):

Gambar 2.2 Proses Metode Backward Chaining

2.5 Penyakit Lupus

  Lupus adalah nama umum untuk kelainan yang secara teknis disebut lupus

  

erythematosus . Nama formal lain adalah systemic lupus erythematosus di mana

systemic berarti berdampak diseluruh tubuh atau sistem internal.

dalah peradangan kronis yang terjadi ketika sistem imun tubuh menyerang

  organ dan jaringan tubuh. Peradangan ini dapat berefek pada berbagai sistem di dalam tubuh, antara lain sendi, kulit, ginjal, sel darah, jantung dan paru-paru. Kebanyakan penderita lupus adalah wanita. Namun, tidak menutup kemungkinan kalau pria juga bisa terkena lupus. Jadi penyakit ini dapat menyerang siapa saja. Baik pria atau wanita, anak –anak maupun orang dewasa (Wallace, 1995).

  Lupus tidak menular, karena lupus bukan penyakit menular. Biasanya gejala yang umum dirasakan oleh odapus adalah merasa lelah atau badannya lemah, demam, bercak pada kulit dan nyeri pada otot dan persendian, kadangkala gejala ini dapat diartikan dengan penyakit flu atau demam berdarah. Lupus biasanya mengenai berbagai alat tubuh gejala yang dirasakan antara lain (Hariadi dan Hoediyanto, 2007):

  1. Sistem otot dan tulang Sakit pada sendi pada kedua sisi (kiri ataupun kanan) tanpa merusak sendi tersebut gejala ini sering menyerang bagian tangan, lutut dan pegelangan

  2. Kulit dan rambut Serangan pada kulit dan rambut 90% terjadi pada odapus, pada serangan ini ditemukan seperti kemerahan pada wajah (butterfly rash) yang dicetuskan karena sinar matahari, selain itu juga terdapat serang discoid pada kulit, rambut menjadi rontok dengan pengobatan yang baik serangan pada kulit dan rambut dapat dihilangkan/disembuhkan 3. Mata

  Kerusakan pada mata jarang didapati pada odapus kerusakan retina dapat terjadi karena akibat pengobatan lupus dengan menggunakan antimalaria (chloroquine) jika menggunakan obat yang demikian hendaklah teratur periksa ke dokter mata juga.

  4. Susunan saraf 15 % Gangguan otak, saraf dan kejiwaan didapati pada odapus, kelainan dapat berupa kejang-kejang, kelemahan otot, depresi, gelisah dan stroke.

  5. Paru-paru Sesak nafas yang dirasakan pada odapus dapat disebabkan karena adanya cairan pada selaput parunya dan juga karena akibat infeksi paru (pneumonia).

  Lupus bukan penyakit turunan tapi ada beberapa faktor kalau orang tua memegang peranan penting terjadinya pemicu lupus itu aktif pada tubuh odapus, tapi seberapa besar pengaruh antara satu dengan yang lainnya berbeda-beda pada sebagaian orang rentan terjangkit lupus. Pada saat ini belum ditemukan cara penyembuhan lupus secara tuntas. Dengan hidup sehat dan pengobatan secara teratur aktivitas lupus dapat ditekan. Lupus bukan penyakit mematikan tapi dengan adanya infeksi dan komplikasi itu yang menimbulkan kematian kepada odapus. Lupus sering menyerang kaum perempuan dibandingkan kaum laki-laki, gejala-gejala lupus sering dijumpai pada usia produktif 15-40 tahun, kalaupun ada usia dibawah 15 tahun atau di Lupus ini pada awalnya dapat berefek pada bagian tubuh manapun. Sistem di dalam tubuh yang secara umum terkena adalah sendi, kulit, paru-paru, ginjal dan darah. Ketika pada umumnya orang berbicara mengenai lupus, lupus tersebut biasanya adalah systemic lupus erythematosus. Dan lupus jenis ini merupakan lupus yang paling parah diantara beberapa jenis lupus lainnya karena menyerang organ

  atas 40 tahun, kemungkinannya ada sangat kecil dan gejalanya masih belum jelas terlihat (Hariadi dan Hoediyanto, 2007).

2.5.1 Systemic Lupus Erythematosus

  • –organ penting dalam tubuh yang mengakibatkan organ –organ tersebut tidak bekerja dengan semestinya bahkan bisa menyebabkan kematian. Dapat menimbulkan komplikasi seperti lupus otak, lupus paru-paru, lupus jari-jari tangan atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal, lupus jantung, lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan lain-lain. Gejala dari

  systemic lupus erythematosus antara lain (Hariadi dan Hoediyanto, 2007): 1.

  Arthralgia (sakit/ngilu pada persendian).

  2. Arthritis (bengkak pada persendian selama lebih dari 3 bulan).

  3. Jari tangan/jari kaki tampak pucat/tidak nyaman pada saat dingin.

  4. Sariawan > 2 minggu atau lebih (sampai mulut taraf parah).

  5. Anemia (kurang darah).

  6. Pleuritis/pericarditis (nyeri di dada saat menarik nafas yang panjang selama beberapa hari).

  7. Merasa sangat lemah dan cepat lelah meskipun telah cukup istirahat.

  8. Diare secara terus menerus > 2 minggu.

  9. Demam diatas 38 derajat celcius tanpa sebab yang jelas dan terjadi secara berulang.

  10. Penurunan Berat badan (berat badan turun drastis > 10 kg dalam 2 minggu).

  11. Pembengkakan kelenjar (biasanya sering terjadi pada kaki, tangan menjadi bengkak membesar).

  12. Gangguan penglihatan (tiba-tiba mata menjadi perih dan sakit waktu melihat, penglihatan menjadi buram yang lama-kelamaan dapat berakibat kebutaan pada penderita).

  13. Mimisan (terjadi secara berulang).

  14. Gangguan menelan (tenggorokan terasa sakit dan perih pada saat kita menelan makanan).

Gambar 2.3 di bawah ini menunjukkan jika seseorang terkena lupus jenis systemicGambar 2.3 Seseorang yang terkena jenis lupus systemic lupus erythematosus (SLE)

2.5.2 Discoid Lupus Erythematosus

  Lupus ini berefek hanya pada kulit. Mereka dengan lupus discoid mengalami ruam pada wajah, leher dan kulit kepala. Sejumlah kecil mereka dengan discoid lupus juga dapat mengalami systemic lupus erythematosus, meskipun tidak mungkin untuk memprediksi siapa saja yang akan mengalami bentuk lupus yang lebih serius. Dan untuk menandai lupus jenis ini biasanya terdapat ruam

  • –ruam merah di sekitaran pipi dan hidung yang menyerupai bentuk kupu
  • –kupu atau yang biasa disebut butterfly
  • rush . Dan si penderita akan sangat sensistif terhadap sinar matahari. Namun, ruam

  ruam merah ini tidak hanya timbul pada wajah, bisa juga pada tangan, kaki, leher, kulit kepala hingga sekujur tubuh. Beberapa gejala jenis lupus ini antara lain (Hariadi dan Hoediyanto, 2007):

  1. Butterfly rash (adanya ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu bersayap meliputi kedua pipi).

  2. Photosensitivity (kulit menjadi hipersensitif terhadap sinar matahari).

  3. Discoid rash (ruam rash pada wajah yang berbentuk bulat pada pipi).

  4. Di bagian tubuh terdapat bercak-bercak merah berbentuk cakram dan 5.

  Mucus membrane ulcers (muncul borok-borok yang berlendir).

  6. Alopesia (kebotakan pada rambut yang sulit tumbuh).

  7. Ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari.

  8. Kaki sering mengalami mati rasa dan kesemutan.

Gambar 2.4 di bawah ini menunjukkan jika seseorang terkena lupus jenis discoid lupus erythematosus (DLE) yang menyerang organ tubuh bagian luar terutama kulit.Gambar 2.4 Seseorang yan terkena lupus jenis discoid lupus erythematosus (DLE)

2.5.3 Drug Induceed Lupus Erythematosus

  Lupus ini terjadi setelah anda menggunakan obat tertentu. Tidak semua orang yang menggunakan obat tersebut mengalami lupus. Lupus jenis ini berefek pada berbagai sistem di dalam tubuh. Tanda dan gejala biasanya hilang ketika anda berhenti menggunakan obat yang menyebabkan lupus jenis ini terjadi. Contoh obat –obatan yang dapat memicu munculnya penyakit lupus antara lain adalah antipsychotic

  

chlorpromazine , obat tekanan darah tinggi seperti hydralazine, obat tuberculosis

isonoazid

  dan obat jantung procainamide. Jika obat –obatan ini dikonsumsi secara terus menerus tanpa si penderita tahu tentang lupus yang di deritnya maka akan sangat membahayakan bagi tubuhnya. Gejala dari jenis lupus ini diantaranya (Hariadi dan Hoediyanto, 2007): 1.

  Sering sekali mengalami kejang.

  2. Rasa mual, muntah > 2 minggu.

  3. Menurunnya nafsu makan.

  Brain Irritation (sering mengalami nyeri kepala sebelah yang menyerupai migrain ).

  5. Nyeri otot secara berulang.

  6. Nyeri pada perut Jenis obat yang dapat menyebabkan drug induced lupus erythematosus adalah:

  1. Obat yang pasti menyebabkan lupus obat: klorpromazin, metildopa, hidralasin, prokainamid, dan isoniazid.

  2. Obat yang mungkin dapat menyebabkan lupus obat: dilantin, penisilamin, dan kuinidin

Gambar 2.5 merupakan obat-obatan yang dapat menyebabkan seseorang menderita jenis lupus drug induced lupus erythematosus (DILE).Gambar 2.5 Obat-obatan penyebab drug induced lupus erythematosus (DILE)

2.6 Faktor Risiko

  Orang-orang yang mempunyai keluarga yang pernah terkena penyakit lupus ini dicurigai berkecenderungan untuk terkena penyakit ini, lebih kurang 5-12% lebih besar dibanding orang normal (Hariadi dan Hoediyanto, 2007):

  1. Faktor Risiko Genetik. Meliputi jenis kelamin (frekuensi pada wanita dewasa 8 kali lebih sering daripada pria dewasa), umur (lebih sering pada usia 15-40 tahun), dan faktor keturunan (frekuensinya 20 kali lebih sering dalam keluarga di mana terdapat anggota dengan penyakit tersebut).

  2. Faktor risiko hormon. Konsumsi hormon juga akan berdampak buruk bagi (SLE).

  3. Sinar Ultraviolet. Sinar ultraviolet mengurangi supresi imun sehingga terapi menjadi kurang efektif, sehingga lupus kambuh atau bertambah berat. Ini disebabkan sel kulit mengeluarkan sitokin dan prostagladin sehingga terjadi inflamasi di tempat tersebut maupun secara sistemik melalui peredaran di pembuluh darah.

  4. Imunitas. Pada pasien lupus terdapat hiperaktivitas sel B atau intoleransi terhadap sel T.

  5. Obat. Obat tertentu dalam persentase kecil sekali pada pasien tertentu dan diminum dalam jangka waktu tertentu dapat mencetuskan lupus obat (Drug

  Induced Lupus Erythematosus atau DILE).

  6. Infeksi. Pasien SLE cenderung mudah mendapat infeksi dan kadang-kadang penyakit ini kambuh setelah infeksi.

  7. Stres. Stres berat dapat mencetuskan systemic lupus erythematosus (SLE) pada pasien yang sudah memiliki kecenderungan akan penyakit ini.

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi Dan Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pencarian Pengobatan Di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Desa dan Kelurahan Siaga Aktif - Analisis Perilaku Stakeholders Tingkat Desa tentang Pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Deli SerdangTahun 2013

0 0 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Perilaku Stakeholders Tingkat Desa tentang Pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Deli SerdangTahun 2013

0 0 13

Sistem Pakar Mendiagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Karet Menggunakan Metode Dempster Shafer Dan Forward Chaining

0 0 14

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) - Sistem Pakar Mendiagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Karet Menggunakan Metode Dempster Shafer Dan Forward Chaining

0 4 19

2. Index.php - Sistem Pakar Menentukan Alat Kontrasepsi untuk Pasangan Suami Istri Menggunakan Metode Bayes dan Forward Chaining

0 0 12

Sistem Pakar Menentukan Alat Kontrasepsi untuk Pasangan Suami Istri Menggunakan Metode Bayes dan Forward Chaining

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon, Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon, Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015

0 0 9

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Menggunakan Metode Certainty Faktor dan Backward Chaining

0 0 22