BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik Studi Kasus: Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Mengenal Itik

  Itik adalah nama umum untuk spesies daripada famili Anatidae dan kelas burung. Itik pada dasarnya adalah burung akuatik, lebih kecil daripada saudaranya yaitu joyinah dan angsa.

  Habitat itik adalah di darat namun menyukai perairan. Itik dipelihara untuk daging atau telurnya. Kebanyakan itik mempunyai paruh yang rata dan lebar untuk menyudu. Itik makan berbagai jenis makanan seperti rumput, tumbuhan akuatik, ikan, serangga, amfibi kecil, cacing dan

  a moluska kecil (Anonimous , 2014).

  Sedangkan taksonomi itik sendiri dapat dikelompokkan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Anseriformes Famili : Anatidae Masyarakat sebenarnya lebih mengenal itik dengan sebutan bebek. Nenek moyangnya merupakan Anas moscha, yakni itik liar yang berasal dari Amerika Utara. Itik pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh orang India pada abad ke-7 terutama di Pulau Jawa melalui jalur perdagangan.

  Selanjutnya, dalam pustaka sejarah tercatat bahwa penyebaran itik berjalan sangat pesat, terutama pada zaman keemasan Majapahit yang kemudian menjadi awal permulaan penyebaran dan pengembangan ternak itik di wilayah lain di Indonesia, seperti Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Bali. Saat ini ternak banyak terpusat dibeberapa daerah, seperti Aceh, Sumatera (bagian utara dan selatan), Pulau Jawa (Cirebon-Jabar, Brebes, Tegal-Jateng, Mojosari Jawa Tengah), Kalimantan (Alabio HSU-Kalsel), Sulawesi Selatan, dan Bali (Feli dan Harianto, 2012).

  Secara keseluruhan tubuh itik berlekuk dan lebar, dan memiliki leher yang relatif panjang, meski tidak sepanjang angsa dan angsa berleher pendek. Bentuk tubuh itik bervariasi dan umumnya membulat. Paruhnya berbentuk lebar dan mengandung lamallaer yang berguna sebagai penyaring makanan. Pada spesies penangkap ikan, paruhnya berbentuk lebih panjang dan lebih kuat. Kakinya yang bersisik kuat dan terbentuk dengan baik dan umumnya berada jauh dibelakang tubuh, yang umum terdapat pada burung akuatik. Sayapnya pada umumnya sangat pendek. Penerbangan itik membutuhkan kepakan berkelanjutan sehingga membutuhkan otot

  b sayap yang kuat (Anonimous , 2014).

  Menurut tujuan utama pemeliharannya, ternak itik sebagaimana ternak ayam dibagi dalam menjadi 3 golongan, yaitu: Itik tipe pedaging Itik tipe penelur Itik tipe ornamen (hiasan) Itik yang termasuk dalam golongan tipe pedaging biasanya mempunyai sifat-sifat pertumbuhan yang cepat serta struktur perdagingan yang baik. Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan ini adalah:

  Aylesbury

  Salah satu bangsa itik potong yang paling populer di Inggris. Produksi telurnya rendah hanya mencapai kira-kira 100 butir per tahun. Karena ukuran badannya yang besar maka kemampuannya untuk kawin juga terbatas. Seekor pejantan umumnya hanya untuk 3 ekor betina saja. Itik dewasa jantan dapat mencapai berat badan lebih kurang 10 lbs (4,5 kg), sedangkan betina dewasa mencapai berat 9 lbs (4 kg). Karena berat jantan dan betina hampir sama maka bangsa itik ini cocok sebagai tipe pedaging.

  Cayuga

  Bangsa itik ini bulunya berwarna hitam dengan kaki berwarna kuning atau coklat. Karena bulunya berwarna hitam, maka karkasnya terkesan kebiruan, sehingga kurang disukai konsumen untuk dimakan. Namun jenis itik terlihat sangat atraktif ketika berada diair karena warnya yang menarik. Berasal dari danau Cayuga, bagian New York, Amerika Serikat. Berat jantan dewas bisa mencapai 7 lbs (3 kg).

  Orpingan Selain sebagai itik pedaging, jenis itik ini juga dikenal sebagai itik penelur yang cukup baik.

  Produksi telurnya setahun dapat mencapai 240 butir. Berat standar antara jantan dan betina hampir sama yaitu antara 6-7 lbs (2,7-3kg).

  Muskovi

  Itik ini termasuk golongan unggas air namun kehidupan itik ini lebih bersifat terestrial (di daratan) tidak seperti jenis unggas air yang lain. Badannya termasuk berukuran besar dengan posisi berdiri yang hampir mendatar (horizontal). Pergerakan di darat lamban, tetapi sekali-kali dapat terbang dengan jarak yang cukup jauh.

  Peking

  Bangsa itik ini berasal dari dataran China dan di Amerika bangsa itik dikembangkan menjadi antara 110-130 butir pertahun. Dibandingkan dengan jenis itik pedaging yang lain, fertilitas telurnya termasuk cukup baik. Seekor pejantan cocok untuk mengawini kira-kira 6 betina.

  Rouen

  Bangsa itik ini memiliki bulu dengan warna yang sangat menarik. Itik ini berasal dan dikembangkan di Prancis untuk tujuan produksi daging. Produksi telurnya rendah, demikian pula fertilitasnya tidak terlalu tinggi. Sementara itu, bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan penelur biasanya badannya lebih kecil dibandingkan dengan tipe pedaging. Bangsa itik yang termasuk dalam golongan ini adalah:

  Campbell

  Itik bangsa Campbell termasuk itik yang mempunyai kegunaan ganda yaitu sebagai penghasil telur dan daging. Namun peranannya sebagai itik penelur lebih menonjol. Salah satu varietas itik ini yang paling menonjol adalah itik Khaki Campbell yang beberapa diantaranya mampu memprdouksi telur hingga 365 butir per tahun, dengan rata-rata 300 telur per tahun.

  Indian Runner Bangsa itik ini sangat terkenal sebagai penghasil telur. Dipercaya berasal dari Asia Tenggara.

  Penyebarannya saat ini cukup luas termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, dan terlebih-lebih daerah Indo Cina. Karakteristik yang paling menonjol adalah sikap berdiri yang hampir tegak.

  Hampir seluruh populasi itik asli Indonesia adalah anggota bangsa Indian Runner, diantaranya yang saat ini sudah populer dan dikenal adalah jenis itik Tegal, itik Alabio dan itik Bali.

  Selain daripada jenis itik diatas ada juga itik yang termasuk dalam golongan itik tipe ornamen atau itik yang dipelihara untuk hiasan karena mempunyai warna bulu yang menarik. Yang termasuk dalam golongan ini adalah:

  Calls East India Mallard

  Mandarin Wood duck (Srigandono, 1997).

  Budidaya Itik di Indonesia

  Itik Indonesia terkenal produktif. Walaupun agak lebih rendah dibanding dengan produktifitas itik Khaki Campbell, tetapi lebih baik dari jenis itik lain yang berkembang di banyak negara.

  Produksi rata-rata itik Indonesia mencapai 250 butir telur/ekor/tahun. Beternak itik ditekankan pada produksi telurnya, sebab secara ekonomis lebih mengungtungkan. Itulah sebabnya selalu diupayakan agar itik mampu bertelur sebanyak-banyaknya. Untuk tujuan tersebut, persyaratan tentang penyediaan bibit, pengelolaan kandang, pemeliharaan, dan pengendalian penyakit harus diperhatikan (Djarijah, 1996). Selama ini, kebanyakan pola pemeliharaan itik masih terpaku pada cara tradisonal yaitu dengan pengembalaan yang dilakukan berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam cara ini kebutuhan pakan sepenuhnya digantungkan pada alam di areal penggembalaan. Lahan yang sering kali digunakan sebagai areal penggembalaan adalah sawah yang baru dipanen. Pola ini sudah lama dilakukan masyarakat secara turun temurun, terutama di daerah pedesaan. Akibatnya hingga kini masih banyak tertanam persepsi-persepsi negatif di masyarakat dan akhirnya memunculkan pemahaman yang keliru mengenai dunia peritikan pada umunya maupun pemeliharaan itik sebagai unit usaha (Agus, 2001).

  Dilihat dari segmentasinya, ragam bisnis itik di Indonesia dapat dibagi menjadi empat golongan besar, yaitu produksi, pasca produksi, jasa pemasaran atau perdagangan, dan prasarana. Keempat segmen bisnis ini dapat menjadi usaha maupun spesialisai. Usaha di bidang produksi diantaranya adalah usaha ternak itik petelur, pedaging, penghasil telur tetas dan DOD. Di bidang pasca produksi seperti usaha telur asin, rumah potong itik dan bulu itik. Di bidang jasa pemasaran seperti usaha perdaganan produk telur dan bibit itik. Sementara di bidang sarana dan prasarana diantaranya adalah usaha pakan (Widjaja, 2003).

  Landasan Teori

2.2.1. Analisis Kelayakan Usaha

  Analisis kelayakan usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari (Resya, 2011). Dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persetujuan atau penolakan maupun pengurutan suatu proyek/usaha, telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan Investment Criteria/kriteria kelayakan, seperti:

  R/C Ratio

  R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Usaha peternakan akan menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan

  Break Even Point (BEP)

  Menurut S. Munawir ( 2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi ( total penghasilan = total biaya). Pada dasarnya, sebuah usaha dinyatakan layak apabila penjualan atau produksi melebihi penjualan atau produksi pada saat mencapai titik impas, maka usaha tersebut telah mendatangkan keuntungan sehingga layak untuk diusahakan (Soekartawi,2000). Dengan menggunakan kurva, BEP dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kurva BEP

  Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa break even adalah titik potong antara jumlah biaya (cost) dengan jumlah penerimaan (income).

  3. Return of Investment (ROI)

  

Return of Investment merupakan suatu ukuran rasio untuk mengetahui tingkat pengembalian

  modal usaha. ROI merupakan analisis keuntungan usaha ternak itik petelur berkaitan dengan modal yang telah dikeluarkan. Nilai ROI diperoleh dengan cara keuntungan usaha tani ternak itik selama pemeliharaan dibagi dengan modal yang telah dikeluarkan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh keuntungan yang dicapai dari perputaran modal.

  

Return of Investment (ROI) adalah kemampuan peternak itik petelur untuk menghasilkan

keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan (Harmaizar, 2006).

2.2.2. Penelitian Terdahulu

  Penelitian yang dilakukan oleh Suci Andanawari A. Setiadi L. D. Mahfud tahun 2013 dengan judul “Analisis Break Even Point (BEP) Usaha Peternakan Itik Di Kota Tegal Dan Kabupaten Brebes” diperoleh kesimpulan bahwa BEP harga untuk usaha peternakan itik di Kota Tegal dan Kabupaten Brebes adalah sebesar Rp 3.260.021,91 per bulan, atau penjualan minimal adalah 99 butir telur per hari, dengan rerata harga telur Rp 1.100,00 per butir. BEP unit usaha peternakan itik di Kota Tegal dan Kabupaten Brebes adalah pemeliharaan 142 ekor itik, dengan persentase produksi telur 70% total pemeliharaan..

  Penelitian yang dilakukan oleh Dwianto Andreas tahun 2013 dengan judul “Analisis Kelayakan Teknis Dan Finansial Terhadap Pendirian Usaha Ternak Itik Pedaging Jenis Hibrida Di Kabupaten Malang” diperoleh bahwa berdasarkan studi tentang aspek teknis dan keuangan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peternakan dari 1.000 daging bebek layak untuk diusahakan.

  Penelitian yang dilakukan oleh Rumiyadi, Sri Suratiningsih tahun 2013 dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik Petelur Di Kecamatan Godong” diperoleh bahwa pendapatan usaha ternak itik petelur sebesar Rp.19.928.442,-/satuan ternak/tahun menunjukan usaha ternak itik petelur ini menghasilkan pendapatan yang cukup besar. Pada analisis kelayakan usaha perolehan hasil analisis usaha ternak itik petelur adalah RCR 2,25 dan BEP (Rp) : Rp. 482,- dengan harga riil Rp.1.100,-, BEP sebesar 11.813 butir telur dengan jumlah riilnya 27.064 butir telur, BEP sebesar Rp 12.994.419,- dengan jumlah riilnya Rp.32.922.862,- dan nilai ROI sebesar 168% pertahun. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha ternak itik petelur di Kecamatan Godong mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp.19.928.442,-/satuan ternak/tahun. Analisis usaha ternak itik petelur layak untuk diusahakan.

2.3. Kerangka Pemikiran

  Secara ringkas, dapat digambarkan pada gambar skema berikut ini: Keterangan:

  • Bibit - Pakan - Obat-Obatan dan Vitamin - Peralatan dan Perlengkapan - Listrik dan Air
  • Transportasi Tenaga Kerja Biaya

    Produ

    Har Pendapatan Usaha Ternak Itik Analisis Kelayakan Layak Tidak

  = Ada Pengaruh

  

Peneri

Usaha

Produ

Petern

  Input Produksi:

  Gambar 2. Skema kerangka Pemikiran Desa Percut merupakan daerah yang memiliki produksi itik cukup besar di Sumatera Utara. Disini para peternak banyak mengusahakan pemeliharaan ternak itik sebagai penghasil telur dan daging afkir sebagai tambahan pendapatan. Pemilihan pemeliharaan ternak itik didasarkan pada keinginan dan harapan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dan usaha yang dilakukan bisa berkembang dengan baik. Usaha ternak itik dilakukan peternak di daerah penelitian dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan produksi yang diinginkan. Untuk menghasilkan produksi diperlukan sarana, prasarana termasuk modal dan input produksi. Input produksi yang dikeluarkan dalam usaha ternak itik di daerah penelitian meliputi biaya bibit, pakan, peralatan, obat-obatan, listrik, air dan tenaga kerja yang akan mempengaruhi produksi dari usaha ternak itik yang bersangkutan. Ketersediaan input produksi di daerah penelitian dapat dikatakan cukup baik karena letak desa yang cukup dengan kota.

  Ketersediaan input ini tentu sangat mempengaruhi jumlah produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap jumlah penerimaan yang diperoleh peternak yang dipengaruhi juga oleh harga jual produk dimana penerimaan adalah jumlah produk dikalikan harga jual. Pendapatan yang diterima peternak merupakan selisih dari penerimaan dengan biaya produksi. Usaha ternak itik dikatakan layak jika melalui analisis ekonomi diperoleh hasil layak. Adapun analisis yang digunakan untuk mengukur kelayakan ternak itik adalah BEP, R/C ratio dan Return of Investment (ROI).

2.4. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Input produksi untuk usaha ternak itik tersedia di daerah penelitian. Usaha ternak itik layak dikembangkan secara ekonomi di daerah penelitian.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah - Bentuk Program CSR Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

0 3 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 10

BAB II URAIAN TEORITIS - Proses Akulturasi Dan Perubahan Identitas (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang Dan Indonesia Di Fukushi Tomo No Kai)

0 0 27

1 BAB I PENDAHULUAN - Proses Akulturasi Dan Perubahan Identitas (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang Dan Indonesia Di Fukushi Tomo No Kai)

0 0 6

BAB II - Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Mahkamah Syar’iyah Daerah Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Mahkamah Syar’iyah Daerah Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara

0 0 16

Kajian Selektivitas Erosi Pada Budidaya Karet 25 Tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

0 0 11

Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus: Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Sergei)

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus: Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Sergei)

0 0 9