Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Alginat yang Direndam dalam Larutan Ekstrak Daun Salam 25%
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam kedokteran gigi, bahan cetak digunakan terutama untuk meniru bentuk
gigi, selain itu juga untuk membuat restorasi dan preparasi untuk perawatan restoratif,
3 dan juga bentuk dari jaringan keras dan lunak lainnya.
Dari cetakan, kemungkinan akan dihasilkan replika yang tepat dari struktur gigi geligi dengan menggunakan bahan cetak atau die, seperti dental stone atau beberapa jenis bahan plastis. Kemudian replika ini disebut positive reproduction yang
16 dapat digunakan dalam perencanan perawatan atau dalam membuat suatu restorasi.
Bahan cetak yang dipergunakan di Kedokteran Gigi seperti yang terlihat pada tabel berikut.
16 Tabel 1. Klasifikasi Bahan Cetak Kedokteran Gigi Kaku Elastis
Hidrokoloid Elastomer Agar (reversible) Polisulfid
Impression compound Zinc oxide eugenol Alginat (irreversible) Polieter Plaster of Paris Silikon kondensasi
Silikon adisi (polyvinylsiloxane)
2.1 Bahan Cetak Alginat
Alginat berasal dari rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae) yang
2,17
bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir yang aneh yang disebut algin. Substansi alami ini kemudian diidentifikasi sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan dinamakan asam anhydro-ß-d-mannuronic (disebut juga asam alginik). Asam alginik serta kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air, tetapi garam yang diperoleh dengan natrium, kalium, ammonium larut
2 dalam air.
Bahan cetak alginat mengandung sodium alginate, kalsium sulfat, sodium
1
fosfat, diatomaceous earth, oksida seng, potassium titanium fluor. Menurut ANSI- ADA Spesification No.18 (ISO 1563 [1992]) komposisi alginat dan fungsinya dapat dilihat dalam tabel berikut.
17 Tabel 2. Komposisi Bubuk Alginat dan Fungsinya Komponen Fungsi
Sodium atau potassium alginate Sebagai pelarut dalam air Bereaksi dengan sodium alginat membentuk gel
Kalsium sulfat kalsium alginat tidak larut air.
Bereaksi khusus dengan ion kalsium untuk Sodium fosfat menyediakan waktu kerja sebelum gelasi.
Diatomaceous earth atau silicate Untuk mengontrol konsistensi campuran dan powder fleksibilitas cetakan.
Potassium sulfat atau potassium Untuk mempercepat pengerasan stone. seng florida
Organic glycol Untuk melindungi partikel bubuk dari debu
Pigmen Untuk pewarna
Quaternary ammonium
Sebagai bahan disinfektan
compounds atau klorheksidin
Fenilalanin Sebagai pemanis
Alginat dicampur dengan air hingga menjadi campuran yang diinginkan. Bila alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut akan membentuk sol, dimana
2,17,18 campuran tersebut bersifat gel irreversibel beberapa menit setelah pencampuran.
Jumlah relatif air dan bubuk alginat memengaruhi fleksibilitas alginat yang sudah
6 keras. Campuran yang kental akan menghasilkan fleksibilitas yang lebih rendah.
Bahan cetak alginat diproduksi dalam kemasan kantung tertutup dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam jumlah besar
2 dalam kaleng.
2.2 Sifat Bahan Cetak Alginat
Bahan cetak alginat merupakan gel yang bersifat hidrofilik, sebagian besar struktur dari gel tersebut diisi oleh air. Apabila volume air dalam gel berubah, volume
19
alginat akan menyusut atau mengembang dan mempengaruhi stabilisasi dimensi. Ini merupakan sifat bahan cetak alginat yaitu sineresis dan imbibisi.
2.2.1 Sineresis
Alginat merupakan hidrokoloid gel yang mengandung sejumlah besar air. Air ini akan menguap bila cetakan ditempatkan di udara terbuka sehingga cetakan
3,4
menyusut (shrinkage) oleh sineresis. Segera setelah cetakan dikeluarkan dari dalam mulut dan terkena udara pada temperatur ruangan, pengerutan yang berhubungan dengan sineresis dan penguapan akan terjadi. Sineresis tersebut akan menyebabkan
2 alginat mengalami perubahan dimensi.
Penyimpanan pada udara dengan relative humidity 100% menghasilkan perubahan dimensi terkecil. Gel alginat bagaimanapun akan menyusut walaupun pada kondisi relative humidity 100% sebagai hasil proses sineresis, dimana air terbentuk
5,17 pada permukaan cetakan. Idealnya, hasil cetakan segera diisi setelah didisinfeksi.
Jika cetakan harus disimpan sampai dapat diisi setelah beberapa jam kemudian, cetakan tersebut harus disimpan dalam keadaan humidity (kelembaban) 100% dengan
2,3 menggunakan handuk yang lembab dan disimpan dalam kantung plastik tertutup.
2.2.2 Imbibisi
Bila cetakan alginat direndam dalam air, air akan diabsorbsi dan cetakan mengembang (expand) yang disebut dengan imbibisi. Gel dapat mengalami
2
perubahan dimensi oleh karena proses imbibisi. Penelitian mengenai perubahan dimensi alginat menegaskan, penyimpanan alginat harus dalam jangka waktu sesingkat mungkin dan juga pembuatan dari model atau die harus diproses sesegera
18 mungkin setelah cetakan dibuat.
2.3 Bahan Desinfektan
Pemakaian desinfektan pada bahan hasil cetakan sangat dianjurkan untuk mencegah infeksi silang. Desinfektan dapat dipakai dengan cara perendaman dan
2,8,11,20
penyemprotan/spray. Walaupun demikian desinfektan secara penyemprotan maupun perendaman dilaporkan dapat menyebabkan terjadinya perubahan dimensi
5 hasil cetakan. Ada beberapa jenis cairan yang dapat dipakai sebagai bahan desinfektan
6
dalam bentuk spray maupun cairan rendam seperti : a.
Chlorine solution, cenderung berbahaya untuk kulit, mata dan lain sebagainya, dapat memutihkan pakaian, mempunyai bau yang kurang menyenangkan dan sangat korosif terhadap logam.
b.
Aldehyde solution, mempunyai bau yang mencekik dan iritasi terhadap kulit dan mata. Produk-produk komersial biasanya dibuat dari cairan berbasis
glutaraldehyde daripada cairan berbasis formaldehyde. Glutaraldehyde 2%
merupakan disinfektan pilihan.c.
Iodine solution atau iodofor 1% d.
Phenols. Efek disinfektan pada akurasi dan stabilisasi dimensi bahan cetak sedang dipelajari secara luas. Bahan cetak alginat mengalami perubahan dimensi yang sangat signifikan bila direndam dalam glutraldehyde, formaldehyde, atau sodium
hypochlorite lebih dari 15 menit dan juga dengan penyemprotan dan dibiarkan kontak
dengan derifat fenol selama 30 menit. Sodium hypochlorite juga menyebabkan
6
dissolusi sebagian pada bahan cetak alginat.2.4 Larutan Ekstrak Daun Salam 25% Sebagai Bahan Penghambat Pertumbuhan Mikroorganisme
WHO menyatakan sebagian besar dari populasi penduduk di dunia bergantung pada obat-obatan tradisional sebagai pengobatan pertama. Tanaman obat dan aromatik merupakan sumber daya alam yang digunakan secara luas sebagai obat-obatan. Informasi yang diperoleh tentang kandungan zat aktif dalam herbal
12,21 bersifat setara dengan obat modern.
Dilihat dari aspek ekonomi, pemakaian herbal mempunyai nilai ekonomis tinggi, karena pada umumnya tanaman obat ini dibudidaya dalam bentuk industri rumah tangga. Penggunaan herbal untuk kepentingan peningkatan kesehatan sangat mendukung program pemerintah dalam program kesehatan primer, kemandirian kesehatan masyarakat, membuat masyarakat sehat dan tidak terikat pada import
12 bahan-bahan baku obat modern.
Salah satu kemampuan obat tradisional adalah sebagai antibakteri yaitu tanaman kemukus, mimba, sambiloto, kunyit, dan bawang putih. Tanaman herbal
12 juga digunakan sebagai anti jamur, yaitu tanaman lidah buaya dan jambu mete.
Masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan pada umumnya memanfaatkan tanaman obat, salah satunya adalah daun salam (Eugenia polyantha W) sebagai obat
21
kumur, seperti yang terlihat pada gambar 1.Gambar 1. Daun salam (Eugenia polyantha Wight) Secara ilmiah, daun salam bernama Eugenia polyantha Wight dengan sinonim
Eugenia lucidula miq dan Syzyqium polyanthum Wight. Taksonomi menempatkan
tanaman ini dalam divisi Spermatophyte, subdivisi Pinophyta, klas Coniferopsida,
14 famili Eugenia, genus Myricales, dan spesies Eugenia polyanthum (Wight).
Dalam beberapa daerah dan provinsi di Indonesia, daun salam dikenal sebagai meselangan (Sumatera), ubar serai (Melayu), salam (Jawa,Sunda,Madura), gowok
14 (Sunda), manting (Jawa) atau kastolam (Kangean).
Daun dari tanaman salam juga dapat digunakan sebagai obat katarak, stroke,
14 asam urat, kolesterol, diabetes, gatal-gatal, dan radang lambung.
Daun salam mengandung tannin, flavonoid, dan minyak atsiri, termasuk asam sitrat dan eugenol. Tanin adalah salah satu zat yang termasuk ke dalam golongan
phenol , zat ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengendapkan dan
mengubah sifat dari protein bakteri. Flavonoid adalah salah satu senyawa phenol alami yang paling sering ditemukan dalam tanaman, flavonoid memiliki kemampuan sebagai antibakteri dan antiinflamasi. Minyak atsiri memiliki kemampuan antibakteri
14 dan antifungal, serta antioksidan.
Dalam kedokteran gigi sendiri, daun salam digunakan di bidang konservatif dan endodontik dalam perawatan pulpitis. Dimana dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa Eugenia polyantha Wight dapat menurunkan jumlah koloni
Streptococcus sp dalam sampel yang dibilas dengan larutan Eugenia polyantha Wight
14 100%, 75%, dan 50%.
Selain itu, daun salam juga digunakan dalam prostodontik sebagai bahan pembersih gigi tiruan. Ekstrak daun salam 40%, 60%, dan 80% dapat menghambat
14 pertumbuhan Candida albicans pada basis gigi tiruan resin akrilik.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sumono dan Wulan pada tahun 2009, membuktikan bahwa berkumur dengan air rebusan daun salam dapat mengurangi jumlah koloni bakteri Streptococcus sp. Semakin tinggi konsentrasi
20 rebusan daun salam, jumlah koloni bakteri Streptococcus sp. semakin sedikit.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Andini, dkk pada tahun 2010, dapat disimpulkan bahwa perendaman cetakan polyvinyl siloxane dalam ekstrak daun salam
(Eugenia polyantha) 25% selama 3 menit telah dapat menurunkan jumlah koloni
15 Streptococcus mutans .
2.5 Gypsum Ada beberapa bahan yang dapat dipakai sebagai bahan untuk die atau model seperti stone gips, epoxy resin, polyurethane, dan silverplated method . Gips dipergunakan sebagai bahan pengisi cetakan dalam berbagai jenis seperti model
5
plaster, dental stone dan high-expansion dental stone. Secara kimiawi, gypsum yang
dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO
4 ●
2 O) murni.
2
2H Terdapat 5 jenis gipsum yang terdaftar oleh Spesifikasi ADA No. 25
2
berdasarkan sifat-sifat yang dihasilkan oleh masing-masing gipsum, yaitu : a. Impression plaster (Tipe I). Plaster jenis ini terbatas digunakan untuk cetakan akhir, atau wash, dalam pembuatan gigi tiruan penuh.
b. Model plaster (Tipe II). Disebut juga plaster laboratorium, digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa bila ekspansi pengerasan tidaklah penting dan kekuatan cukup.
c. Dental stone (Tipe III). Stone tipe ini lebih disukai untuk pembuatan model yang digunakan pada konstruksi protesa, karena stone tersebut memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan itu serta protesa lebih mudah dikeluarkan setelah proses selesai.
d. Dental stone , Kekuatan Tinggi (Tipe IV). Memiliki rata-rata kekerasan lebih tinggi dari stone tipe III.
e. Dental stone , Kekuatan Tinggi, Ekspansi Tinggi (Tipe V). Memiliki kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibandingkan stone tipe IV. Kekuatan ini diperoleh dengan menurunkan lebih jauh rasio W:P.
Produk gipsum agak peka terhadap perubahan kelembaban relatif dari lingkungan. Bahkan kekerasan permukaan dari model plaster dan stone mungkin berfluktuasi sedikit dengan kelembaban atmosfer relatif. Karena itu, adalah penting
2 bahwa semua jenis produk gypsum disimpan dalam atmosfer kering.
2.6 Kerangka Teori
Bahan Cetak Kaku
Elastis Elastomer
Hidrokoloid
- Polisulfid - Polieter - Impression compound
- Silikon konden
- Zinc oxide eugenol
- Silikon adisi Agar Alginat - Plaster of Paris
(polyvinylsiloxane) (reversible) (irreversible)
Desinfeksi Bahan Bahan
Komposisi Sifat
Kimia alami Perendaman
Penyemprotan Imbibisi
Sineresis
Expand Shrinkage
Perubahan dimensi
2.7 Kerangka konsep
Bahan cetak alginat P/W rasio
Temperatur Viskositas
Setting time
Hasil cetakan alginat Langsung diisi dengan Perendaman dalam larutan
dental stone ekstrak daun salam 25%
Sifat alginat: imbibisi Perubahan dimensi hasil cetakan alginat
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian: Eksperimental laboratorium
3.2 Desain Penelitian: Posttest only control group design
3.3 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi USU Medan dan Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi USU Medan.