Buku Panduan Skill Lab UROGENETALIA (1)

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

BUKU PANDUAN SKILL LAB

UROGENETALIA
Semester IV

PENYUSUN :
Dr. M. Arief Faisal

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
2012

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, karena rahmat dan inayahNyalah Buku Panduan Skill Urogenetalia ini dapat disusun untuk mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh berdasarkan Satuan Acara
Perkuliahan yang berlaku. Buku ini sebagai peganggan wajib bagi mahasiswa
yang sedang menjalankan Skill Lab, dengan harapan agar setiap mahasiswa
mengerti teori yang mendasari setiap Skill Lab yang sedang dilakukannya serta
mampu melakukan setiap praktikum dengan benar. Buku ini diharapkan dapat
berguna dalam pemeriksaan laboratorium sederhan pada praktek dokter ataupun
di puskesmas.
Kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyusunan buku ini, walaupun tuntunan Skill Lab ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan demikian kami tidak menutup segala kriitik dan
masukan demi sempurnanya buku ini dan berharap sepenuhnya agar buku ini
dapat berhasil mencapai sasarannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Lampoh Keude, Maret 2012
Penyusun,

Dr. M. Arief Faisal


i

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................

i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

ii

PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM ............................................... iii

PEMERIKSAAN GENITALIA PRIA .......................................................................


1

1. Inspeksi dan Palpasi dengan pasien berbaring ....................................................

6

2. Inspeksi dan palpasi dengan pasien berdiri .........................................................

7

3. Pemeriksaan Hernia Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral ............................... 12

TEKNIK PEMASANGAN KATETER URINE ........................................................ 14
PEMERIKSAAN PERINEUM DAN RECTAL ........................................................ 23
Posisi pasien ................................................................................................................. 23
teknik ............................................................................................................................ 24
palpasi kelenjar prostat .................................................................................................. 25

PEMERIKSAAN GENITALIA WANITA ................................................................ 27

a. Palpasi Serviks dan Korpus Uterus .................................................................... 36
b. Palpasi Adneksa ................................................................................................ 37

Skill Lab 1 Male Genitalia Exam................................................................................... 39
Skill Lab 2 Pemeriksaan Perineal dan Rektal Exam ....................................................... 41
Skill Lab 3 Pemasangan Cateter Male Uretra Exam....................................................... 43
Skill Lab 4 Pemasangan Cateter Female Uretra Exam ................................................... 45
Postest 1 ....................................................................................................................... 47
Postest 2 ....................................................................................................................... 48
Postest 3........................................................................................................................ 49
Prestest 1....................................................................................................................... 50
Prestest 2....................................................................................................................... 51
Prestest 3....................................................................................................................... 52
LEMBARAN PENILAIAN ........................................................................................ 53

ii

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama


PERATURAN DAN TATA TERTIB SKIL LAB

1. Mahasiswa yang mengikuti Skill Lab adalah mereka yang telah mendaftar terlebih

dahulu dan terdaftar dalam salah satu grup skill lab.
2. Mahasiswa harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, bila terlambat lebih dan

20 menit dan tidak mengikuti pretest tidak diizinkan mengikuti skill lab. Mahasiswa
tidak dapat meninggalkan ruangan sebelum waktu yang ditetapkan, kecuali atas izin
asisten yang bertugas.
3. Presentasi skill lab adalah 100% (seratus persen), bila tidak/berhalangan hadir makna

harus menggantinya sewaktu inhall. Praktikan yang persentasinya kurang dari 100%
secar otomatis tidak lulus Skill lab dari awal.
4. Apabila nilai pretest 20 tidak diperkenakan mengikuti skill lab dan diwajibkan

mengikuti inhal.
5. Bila mahasiswa berhalangan hadir, harus ada pemberitahuan dari yang berwenang


memberikannya.
6. Selama skill lab, mahasiswa diharuskan berpakaian rapi (tidak memakai kaos dan

sandal jepit) serta mengenakan jas pratikum dan papan nama.
7. Dilarang membuang sampah kedalam bak pencuci, buanglah ketempat yang

disediakan.
8. Sebelum dan sesudah pratikum meja harus dibersihkan.
9. Sebelum dan sesudah skill lab alat-alat diperiksa terlebih dahulu, jika ada alat yang

rusak atau hilang segera laporkan kepada petugas yang ada di laboratorium.
10. Alat yang rusak atau hilang karena kelalaian praktikan menjadi tanggung jawab

praktikan, dan harus diganti dalam 1 minggu dan waktu kehilangan / rusak.
11. Selama praktikum dilarang makan/minum, ribut-ribut dan merokok. Handphone

dimatikan atau dimatikan nada deringnya, serta dilarang menggunakan handphone
berlebihan saat pratikum.
12. Saat memasuki laburatorium praktikan harus melepas sepatu, dan menggunakan


sendal sudah disiapkan. (akan diatur tersendiri)
13. Bagi yang melanggar tata tertib ini akan dikenakan sanksi berupa pengurangan nilai

ujian praktikum atau mengulang praktikum.

iii

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

PEMERIKSAAN GENETALIA PRIA
(MALE GENITALIA EXAM)
Tujuan Belajar:
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada genetalia, pria
secara sistematis dan benar, sehingga dapat mengaitkan dengan kemungkinan
diagnosis pasien.

Anatomi & Fisiologi:
Penampang lintang dan pandangan frontal genetalia pria, sebagai berikut:


Gambar: anatomi genitalia pria

1

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Organ genitalia pria terdiri dari penis, scrotum, testis, epididimis, vesika
seminalis dan kelenjar prostat.
Uretra merupakan saluran berbentuk pipa yang berfungsi saluran
pengeluaran urine yang telah ditampung di dalam vesica urinaria (kandung
kencing) ke luar badan (dunia luar) dan saluran semen. Saluran tersebut dimulai
dari orificium urethra internum dan masuk lewat di dalam prostat, berlanjut
berjalan di dalam corpus cavernosum urethrae dan berakhir pada lubang luar
pada ujung penis (orificium uretra eksternum). Dengan demikian uretra laki-laki
menurut tempat yang dilewati dapat dibedakan menjadi tiga bagian berurutan,
yaitu pars prostatica, pars membranosa clan pars spongiosa urethrae.


Gambar: uretra male
Penis terdiri dari 3 struktur memanjang : dua pasang korpora kavernosa
dan satu buah korpus spongiosum. Uretra melintasi korpus spongiosum.
Korpora kavernosa dibungkus oleh jaringan fibroelasrik tunika albuginea
sehingga meropakan satu kesatuan, sedangkan di sebelah proksimal terpisah
menjadi dua sebagai krura penis. Korpora kavernosa mengandung otot polos
yang berkontraksi selama ejakulasi.

2

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Korpus spongiosum membungkus uretra mulai dari diafagrna urogenitalis
dan di sebelah proksimal dilapisi otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini
berakhir di bagian distal sebagai glans penis.
Kedua korpora dibungkus oleh fasia guck dan lebih superfisial lagi oleh
fasia Coiles atau fasia Donas.
Penis mempunyai 2 permukaan, dorsal dan ventral (uretra), dan terdiri

dari pangkal, batang dan kepala. Batang penis terdiri dari jaringan erektil, yang
menimbulkan ereksi blla terisi penuh oleh pembuluh darah.
Kulit penis halus, tipis dan tidak berambut. Pada ujung distal penis,
tedapat suatu lipatan kulit bebas yang disebut preputium. Sekresi mukus dan
lapisan sel epitel yang disebut smegma terkumpul diantara preputium dan glans,
memberikan efek lubrikasi selama koitus. Selama sirkumsisi, preputium
diinsisi.
Suplai darah ke penis berasal dari arteri pudendus intema, yang
mempercabangkan arteri dorsal dan arteri profunda pada korpora kavernosa.
Vena-vena bermuara ke dalam vena dorsalis penis. Dalam keadaan ereksi,
saluran arteriovenosa tertutup dan arteri-arteri terbuka lebar. Dalam keadaan
tidak ereksi, saluran vena dan anastomosis arteriovenosa terbuka lebar,
sedangkan arteri menyempit sebagian.
Uretra terbentang mulai dari meatus urinarius internus di vesika urinaria,
hingga meatus eksternus dan penis.

Uretra pria dewasa, memiiki panjang 23-25 cm dan dibagi atas:
Pars prostatika
Pars membranasea


Posterior

Pars kavernosa

Anterior

Spingter uretra eksterna mengelilingi meatus membranasea dan pada
kedua sisinya terletak kelenjar bulbouretral Cowper.

3

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Gambar: penis male
Skrotum adalah kantong yang mengandung testis, yang tergantung di luar
dari perineum. Skroum di bagi menjadi dua oleh septum interskrotial. Dinding
skrotum mengandung otot polos involunter dan otot inrik volunter. Peranan
utama skrotum adalah mengatur suhu testis, yang dipertahankan kira-kira 20 C
di bawah suhu rongga peritoneum, suatu keadaan yang penting untuk
spermatogenesis.
Testis berbentuk oval, halus dan panjangnya kira-kira 3,5-5 cm. Testiis
kiri biasanya terletak lebih rendah dibandingkan kanan. Testis di bungkus oleh
suatu lapisan fibrosa kuat, disebut tunika albugenia testis. Masing-masing testis
mengandung tubulus semeniferus yang panjang, mikroskopis dan barkelokkelok yang menghasilkan sperma.
Tubulus ini berakhir di dalam epididimis, yang berbentuk korna, dan
terletak di batas posterior testis. Pars inferior epididimis melanjutkan diri
sampai vas deferens. Arteri testis memasuki testis pada bagian tengah
posteriornya, sedangkan vena yang berfungsi sebagai drainase testis membentuk
jaringan padat yang disebut pleksus pampiniformis, yang mengalirke dalam
vena testis. Vena testis kanan mengalir langsung kedalam vena kava inferior,
sedangkan kiri mengalir kedalam vena renalis kiri.
4

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Vas deferen adalah suatu struktur seperti tali, yang dapat diraba dengan
mudah di dalam skrotum. Di dekat basis prostat, vas deferens bergabung dengan
duktus vesikula seminalis rmembentuk duktus ejakulatorius, yang menembus
kelenjar prostat. Vas deferens, arteri-arteri testis dan vena-vena membentuk
korda spermatika, yang memasuki kanalis inguinalis.
Kelenjar prostat kira-kira berukuran, panjang 3,5 cm dan lebar 3 crn.
Dibagian tengah ditembus uretra posterior. Prostat menghasilkan suatu cairan
yang merupakan salah satu komponen cairan ejakulasi. Volume cairan prostat
merupakan ± 25 % dari seluruh volume ejakulasi.

Pemeriksaan Fisik Genetalia Pria
Pemeriksa harus memakai sarung tangan karet yang dispofible harus
dipakai. Jika pemeriksaan dilakukan secara objektif tidak akan menjadi sumber
rangsangan bagi pasien, sehingga kemungkinan munculnya ereksi yang dapat
mengganggu pemeriksaan dapat dihindarkan.
Pemeriksaan genetalia pria dilakukan mula-mula pada saat pasien dalam
posisi berbaring, kemudian dilanjutkan pada posisi berdiri. Perubahan sikap
tubuh ini penting kerena hernia atau massa skrotum,mungkin tidak terlihat jelas
dalam posisi berbaring.

Pemeriksaan genetelia pria terdiri atas :
 lnspeksi dan palpasi dengan pasien berbaring
 lnspeksi dan palpasi dengan pasien berdiri
 Pemeriksaan hernia

5

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

1. Inspeksi dan Palpasi dengan Pasien Berbaring
Inspeksi Kulit dan Rambut
Kulit lipat paha harus diperiksa untuk melihat adanya infeksi jamur
superfisial, ekskoriasi atau lainnya. Ekskoriasi mungkin menunjukkan infeksi
skabies.
Perhalikanlah distribusi rambut. Periksalah rambut pubis untuk melihat
adanya kutu rambut atau nits (kumpulan telur) yang melekat pada rambut
tersebut.

lnepeksi Penis dan Skrotum
Pada pemeriksaan penis dan skrotum, perhatikanlah hal-hal berikut:
Apakah pria ini disunat
Perhatikan ukuran penis dan skrotum (bandingkan kiri dan kanan).
Apakah terdapat lesi, edema di penis dan skrotum
Perhatikan bentuk penis (phimosis)
Perhatikan meatus eksternal uretra
Perhatikan letak muara eksternal (normalnya terletak ditengah gland penis)
Perhatikan adanya cairan abnormal yang keluar dari muara (discharge)

Inspeksi Massa di Lipat Paha
Pasien di suruh untuk batuk, atau mengejan sementara anda memeriksa
lipat paha. Suatu tonjolan yang timbul secara tiba-tiba mungkin menimbulkan
suatu hernia inguinal atau femoral.

Palpasi Nodule Inguinal
Dengan menggerakkan jari secara memutar sepanjang ligamentum
inguinal, pemeriksa dapat menentukan adanya adenopati inguinal. Biasanya
nodul-nodul limfe berukuran kecil (0,5 cm) dan dapat digerakkan dengan bebas
ditemukan didaerah ini.
6

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

2. lnspeksi dan Palpasi Dengan Pasien Berdiri
Pasien kemudian diminta berdiri sementara pemeriksa duduk di
depannya.

Inspeksi Penis
Jika pasien tidak disunat, kulupnya (preputium) harus diretraksikan,
untuk menentukan keketatan katup. Parafimosis mempakan suatu keadaan
dimana kulup dapat diretraksikan tetapi tidak dapat dikembalikan ketempat
semula dan tertahan di belahan korona. Bahan putih seperti keju di bawah kulup
adalah smegma dan itu adalah normal.
Fimosis ada jika kulup tidak dapat diretraksikan dan meghalangi
pemeriksaan glans secara memadai. Karena glans juga tidak dapat dibersihkan,
smegma tertumpuk, sehingga dapat menimbulkan peradangan glans, yang
disebut balanitis. Bila juga terlibatkan peradangan prepunum, disebut
balonopostitis. Iritasi kronis ini dapat menjadi faktor penyebab kanker penis.
Glans diperiksa untuk melihat adanya ulkus, kutil, nodulus, parut atau tanda
peradangan.

7

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

lnspeksi Meatus Eketernus
Pemeriksa harus memperhatikan posisi meatus uretra eksternus. Letaknya
harus ditengah glane. Meatus diperiksa oleh pemeriksa dengan meletakkan
kedua tangannya disisi glans penis dan membuka meatus.

Meatus harus diperiksa untuk melihat adanya secret, kutil atau stenosis.
Kutil venereal, yang disebut kondiloma akuminata, dapat ditemukan di dekat
meatus, di glans, perineum, anus atau batang penis. Secara khas, kutil ini
mempunyai permukaan verukosa ,yang menyerupai kembang kol.

Kadang-kadang meatus uretra akan bemuara pada permukaan ventral
penis, suatu keadaan yang disebut hipospadia. Keadaan yang jerang ditemukan
adalah epispadia, yaitu suatu keadaan dimana meatus terletak pada permukaan
dorsal penis.

Palpasi Penis
Palpasi batang mulai dari glans sampai basis penis. Adanya parut, ulkus,
nodulus, indurasi, atau tanda-tanda peradangan harus dicatat. Palpasi korpora
kavernosa dilakukan dengan memegang penis diantara jari-jari kedua tangan
dan memakai jari telunjuk untuk memeriksa indurasi.

8

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Adanya indurasi yang tidak nyeri tekan atau daerah fibrotik di bawah
kulit batang penis mengarah ke penyakit Peynorie. Pasien dengan keadaan ini
mungkin mengeluh deviasi penis selama ereksi.

Palpasi Uretra
Uretra harus dipalpasi mulai dari meatus eksternus, melalui korpus
spongiosm sampai ke pangkalnya. Untuk palpasi pangkal uretra, pemeriksa
mengangkat penis dengan tangan kiri sementara jari telunjuk kanan menekan
skrotum di garis tengah dan mempalpasi jauh ke pangkal korpus spongiosum.
Bantal jari telunjuk kanan harus mempalpasi seluruh korpus spongiosum
mulai dari meatus sampai ke pangkalnya. Jika terdapat sekret, ‘kemerahan
uretra' dapat menghasilkan setetes sekret yang harus ditempatkan di atas gelas
objek untuk pemeriksaan mikroskopis.

Palpasi Skrotum
Skrotum diperiksa kembali dalam posisi berdiri. Perhatikan kontur dan isi
skrotum. Harus ada 2 testis. Biasanya testis kiri lebih rendah dibandingkan yang
kanan. Adanya massa yang tidak terlihat ketika pasien berbaring harus dicatat.

Gambar: scrotum

9

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Palpasi Testis
Setiap testis di palpasi secara terpisah. Pakailah kedua tangan untuk
memegang testis dengan lembut. Sementara tangan kiri memegang kutub
superior dan inferior testis, tangan kanan melakukan palpasi pemukaan anterior
dan perhatikan ukuran, bentuk dan konsistensi tiap testis. Nyeri tekan dan
nodularis tidak boleh ada.

Gambar: testis
Testis normal mempunyai konsistensi seperti karet. Ukuran dan
konsistensi satu testis di bandingkan dengan testis lainnya. Apakah satu testis
terasa lebih berat di banding lainnya. Jika ada massa, dapatkah jari pemeriksa
masuk di atas massa di dalam skrotum. Jika hernia ingunalis, tangan pemeriksa
tidak dapat masuk karena massa berasal dari rongga perut, namun bila berasal
dari dalam skrotum, tangan pemeriksa dapat masuk.

Palpasi Epididimis dan vas deferens
Tentukan lokasi dan palpasi epididimis pada bagian posterior testis.
Tentukan adanya nyeri tekan, nodul, atau massa dari bagian superior (kepala)
hingga inferior epididirnis (ekor).
Korda spermatika di palpasi mulai dan epdidimis pada sampai ke cincin
abdomen eksternal. Pasien diminta untuk mengangkat penisnya dengan hatihati. Jika penisnya di angkat terlalu tinggi, kulit skrotum akan berkurang dan
10

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

pemeriksaan akan lebih sulit. Pemeriksa harus memegang skroturn di garis
tengah dengan meletakkan kedua ibu jari di depan dan kedua telunjuk pada sisi
perineal skrotum.

Gambar: epididimis dan vas deverens
Dengan memakai kedua tangan, pemeriksa secara serentak harus
melakukan palpasi kedua korda spermatika di antara ibu jari dan jari tetunjuk
ketika jari-jari itu digerakkan ke arah lateral pada permukaan skrotum. Struktur
yang paling menonjol pada korda spermatika adalah vas deferens. Vas ini teraba
sebagai tali yang keras kira-kira berdiameter 2-4 mm dan teraba sebagai
spaghetti seperti setengah di masak. Ukurannya dibandingkan dan setiap nyeri
atau benjolan di catat.
Pembesaran korda spermatika yang lazim dijumpai yang disebabkan oleh
dilatasi pleksus pampiniformis adalah varikokel, biasanya timbul di sisi kiri
seperti meraba sekantong kumpulan cacing. Hanya terlihat pada saat pasien
berdiri, oleh karena pengaruh gravitasi.

11

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

3. Pemeriksaan Hernia lnspeksi Daerah lnguinal dan Femoral
Suruhlah pasien memutar kepalanya kesamping dan batuk atau mengejan.
Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya
benjolan mendadak selama bantuk, yang menunjukkan adanya hernia. Jika
teraba, ulang kembali untuk membandingkan dengan sisi lainnya. Jika pasien
mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksarah kembali
daerah tersebut.

Palpasi Hernia Inguinalis
Dilakukan dengan meletakan jari telunjuk kanan pemeriksa didalam
skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit skroturn ke dalam. Telunjuk kanan
pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke dalam kanal
inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkkan ke atas ke arah
cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum
pubikum. Cincin eksterna (kanalis inguinalis) dapat diperlebar dan dimasuki
oleh jari tangan.

Gambar: pemeriksaan hernia
Dengan jari telunjuk di kanalis inguinal, mintalah pasien untuk memutar
kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia. akan
terasa impuls tiba-tiba yang meyentuh jari pemeriksa. Jika ada hernia, minta
12

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

pasien berbaring terlentang dan perhatikan apakah hernia dapat direduksi
dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus pada masa itu. Ulangi pada sisi
lainnya. Bila ditemukan bunyi usus di dalam skrotum pada pemeriksaan
auskultasi, memastikan adanya hernia inguinalis indirek.

13

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

TEKNIK PEMASANGAN KATETER URINE

Tujuan Belajar:
 Mahasiswa mampu melakukan pemasangan kateter urine secara aseptik
dan tepat
 Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui
uretra.

Pendahuluan
Kateterisasi uretra adalah memasukan kateter kedalam buli-buli melalui
uretra. Istilah ini sudah dikenal sejak zaman Hypokrates yang pada waktu itu
menyebutkan tentang tindakan instrumentasi untuk mengeluarkan cairan dari
tubuh. Bernard memperkenalkan kateter yang terbuat dari karet th 1779,
sedangkan Foley membuat kateter menetap pada th 1930. Kateter Folley inilah
yang saat ini masih dipakai secara luas sebagai alat untuk mengeluarkan urine
dari buli-buli. Sebelum melakukan pemasangan kateter, mahasiswa harus
mampu melakukan pemeriksaan fisik genitalia eksterna wanita.
Keterampilan ini dibatasi hanya sampai mengidentifikasi organ/bagian
yang terdapat pada genitalia eksterna wanita. Selain itu mahasiswa juga harus
dapat mengidentifikasi perbedaan yang terdapat pada organ genitalia eksterna
pria dan wanita. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan fisik ini
karena merupakan dasar dari keterampilan prosedural pemasangan kateterisasi
uretra.

Kateterisasi Uretra
Kateterisasi uretra adalah suatu prosedur memasukkan kateter (selang
kecil) melalui saluran uretra kedalam vesika urinaria. Kateter dibedakan
menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat pemakaian dan percabangan. Ukuran
kateter dinyatakan dalam skala Cheriere’s (French). Ukuran ini merupakan
14

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

ukuran diameter luar kateter. 1 Ch atau 1 Fr = 0,33 mm. 1 mm=3 Fr. Bahan
kateter dapat berasal dari logam (stainleess), karet (lateks), silikon dan lateks
dengan lapisan silikon .Dewasa normal pemasangan kateter untuk drainase
digunakan ukuran 16F – 18F.
Adapun indikasi dilakukannya pemasangan kateter adalah untuk tujuan
diagnosis dan terapi, yaitu

Tujuan kateterisasi:
Tujuan diagnosis:
 Kateterisasi pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urine untuk
pemeriksaan kultur urine. Tindakan ini diharapkan dapat mengurangi
resiko terjadinya kontaminasi sample urine oleh bakteri komensal yang
terdapat disekitar kulit vulva atau vagina
 Mengukur residu (sisa) urine yang dikerjakan sesaat setelah pasien miksi
 Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi antara lain:
sistografi atau pemeriksaan adanya refluks vesico-ureter melalui
pemeriksaan voiding cysto urethro graphy (VCUG)
 Pemeriksaan urodinamik untuk menentukan tekanan intra vesika
 Menilai produksi urine pada saat dan setelah operasi besar

Tujuan terapi:
 Mengeluarkan urine dari buli-buli pada keadaan obstruksi infravesikal
baik yang disebabkan oleh hiperplasi prostat maupun oleh benda asing
(bekuan darah) yang menyumbat uretra
 Mengeluarkan urine pada disifungsi buli-buli
 Diversi urine setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah yaitu
pada prostektomi, vesikolitotomi

15

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan stabilisasi
uretra
 Memasukkan obat-obatan intravesika, antara lain : sitostatika atau
antiseptic untuk buli-buli.
Kateter yang, dipasang untuk tujuan diagnostik secepatnya di lepas
setelah tujuan selesai, tetapi yang ditujukan untuk terapi, tetap
dipertahankan hingga tujuan terpenuhi.

Indikasi kateterisasi:
o Retentio urine
o Monitoring ketat produksi urin
o Operasi urethra / bladder outlet
o Buli-buli neuropathy
o Urine sampling
o Instilasi ke dalam buli-buli
o Spalk urethra

Indikasi kontra :
o Radang akut urethra

Perlu diperhatikan bahwa kateter untuk diagnostik segera dilepas setelah
tujuan pemasangan selesai, namun untuk terapi dipertahankan sampai tujuan
terpenuhi. Kateter uretra tidak boleh dipasang pada penderita trauma yang
dicurigai adanya cedera uretra yang ditandai antara lain keluarnya darah dari
uretra, hematom yang luas daerah perineal serta adanya perubahan letak prostat
(pada pria) pada colok dubur. Pemasangan kateter pada keadaan ini ditakutkan
akan terjadi salah jalur melalui cedera maupun menambah parahnya cedera.

16

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Macam-macam kateter
Kateter dibedakan menurut ukuran. sifat pemakaian, system retaining
(pengunci) dan jumlah percabangan.

Keterangan:
A, B : kateter Nelaton
C, D : kateter Tiemann
E

: kateter Malecot empat sayap

F

: kateter Malecot dua sayap

G

: kateter Pezzer

H

: Fotey two way catheter

I

: Folley three way catheter

Ukuran kateter
Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriem's (French). Ukuran ini
merupakan ukuran diameter luar kateter.
1. Cheriere (Ch) atau 1 French (Fr) = 0,33 mm, atau 1 mm a3 FR
Jadi kateter yang berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter tersebut
adalah 6 mm. Kateter yang mempunyai ukuran sama belum tentu mempunyai
diameter lumen yang sama karena perbedaan bahan dan jumlah lumen pada
keteter itu.

17

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Bahan katater
Bahan kateter dapat berasal dan logam (stainless), karet (lateks), lateks
dengan lapisan silicon (siliconized) dan silicon. Perbedaan bahan kateter
menentukan biokompatibilitas kateter di dalam buli-buli, sehingga akan
mempengaruhi pula daya tahan kateter yang terpasang di buli-buli.

Persiapan kateterisasi
 lnformasi lengkap dan informed consent
 Memperhatikan prinsip pemasangan kateter:
 Dilakukan secara aseptik dengan melakukan desinfeksi secukupnya
memakai bahan yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit genetalia
 Diusahakan tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien
 Dipakai kateter dengan ukuran terkecil yang masih cukup efektif untuk
melakukan drainase urine, yaitu untuk orang dewasa ukuran 16Fr-18Pr.
Kateter logam tidak digunakan pada tindakan kateterisasi pada pria
karena akan menimbulkan kerusakan uretra
 Jika dibutuhkan pemakaian kateter menetap, diusahakan memakai system
tertutup yaitu dengan menghubungkan kateter pada saluran penampug
urine (urine bag)

18

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Kateter menetap dipertahankan sesingkat mungkin sampai dilakukan
tindakan definitif terhadap penyebab retensi urine. Makin lama kateter
dipasang, penyulit berupa infeksi atau cedera uretra semakin mungkin
terjadi.

Teknik Kateterisasi:
1. Pada Pria
 Baringkan pasien
 Dokter berdiri disebelah kiri pasien
 Dokter memakai sarung tangan steril
 Setelah dilakukan desinfeksi pada penis dan daerah sekitarnya, daerah
genetalia dipersempit dengan kain steril (doek steril)
 Keteter yang telah diolesi dengan pelicin/jelly dipegang seperti
memegang pensil, kemudian dimasukkan ke dalam orrifisium uretra
eksterna
 Pelan-pelan kateter di dorong masuk dan kira-kira pada daerah
bulbomembranasea (daerah sfingter uretra eksterna) akan terasa tahanan
dalam

hal

ini

pasien

diperintahkan

untuk

rnengambil

napas

dalam/menelan supaya sfingter uretra eksterna menjadi lebih relaks.

19

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Kateter terus di dorong hingga masuk ke dalam buli-buli yang ditandai
dengan keluarnya urine dan lubang kateter. Perhatikan urine ; jernih,
keruh, merah, volume total (dicatat)
 Sebaiknya kateter terus di dorong hingga masuk ke buli-buli lagi hingga
percabangan kateter menyentuh meatus uretra eksterna
 Balon kateter dikembagkan dengan 5-10 ml air steril
 Jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan urine bag
 Kateter di fiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian
proksimal. Fiksasi kateter yang tidak tepat, yaitu yang mengarah ke
kaudal, akan menyebabkan terjadinya penekanan pada uretra bagian peno
skrotal sehingga terjadi nekrosis.
 Selanjutnya di tempat ini akan timbul striktura uretra atau fistel uretra

Gambar:pemasangan kateter male

20

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

2. Pada Wanita
Berbeda dengan pria, teknik pemasangan kateter pada wanita jarang
menjumpai kesulitan, karena uretra wanita lebih pendek. Kesulitan yang sering
dijumpai adalah pada saat mencari muara uretra karena terdapat stenosis muara
uretra atau tertutupnya muara uretra oleh tumor uretra/tumor vagina/serviks.

Kesulitan dalam memasukkan keteter:
 Pada pria kateter sering tertahan di uretra pars bulbosa yang bentuknya
seperti huruf “S”.
 Ketegangan dai sfingter uretra eksterna karena pasien merasa kesakitan
dan ketakutan
 Terdapat sumbatan organik di uretra yang disebabkan batu uretra, striktur
uretra, kontraktur leher buli-buli, atau tumor uretra

Ketegangan sfingter uretra eksterna dapat diatasi dengan:
 Menekan tempat itu selama beberapa menit dengan ujung kateter sampai
terjadi relaksasi sfingter dan diharapkan kateter dapat masuk dengan
lancar ke buli-buli
 Pemberian anastesi topikal berupa campuran lidokain hidroklorida 2%
dengan jelly 10-20 ml yang dimasukkan per-uretram, sebelum dilakukan
kateterisasi
21

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Pemberian sedatif perenteral sebelum kateterisasi
 Pemakaian kateter menetap akan mengundang timbulnya beberapa
penyulit jika pasien tidak merawatnya dengan benar. Karena itu beberapa
hal yang pertu dijelaskan pada pasien adalah :
 Pasien harus banyak minum untuk menghindari terjadinya enkrustasi
pada kateter dan tertimbunnya debris/kotoran dalam buli-buli
 Selalu mernbersihkan nanah, darah dan getah/sekret kelenjar
periureter yang menempel pada meatus uretra atau kateter dengan
kapas basah. Jangan mengangkat/meletakkan kantong penampung
urine karena dapat terjadi aliran balik urine ke buli-buli
 Jangan sering rnembuka saluran penampung yang dihubungkan
dengan kateter karena akan mempermudah masuknya kuman
 Mengganti kateter setiap 2 minggu sekali dengan yang baru untuk kateter
jenis lateks atau 4 minggu sekali untuk jenis silikon.

Gambar: pemasangan kateter female

22

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

PEMERIKSAAN PERINUM DAN RECTAL

Tujuan belajar
 Mahasiswa/i mampu melakukan prosedur pemeriksaan perineum rektal
secara sistematis dan tepat

Posisi Pasien
 Pemeriksaan

rektum

dapat

dilakukan

dengan

pasien

berbaring

terlentang/berbaring pada sisi kiri tubuh atau berdiri, membungkuk, pada
meja pemeriksaan
 Posisi pasien litotomi (pasien terlentang dengan kedua lutut difleksikan) ;
Pemeriksa menjulurkan tangan kanannya di bawah paha kanan pasien,
jari telunjuk di dalam rektum bersamaan dengan tangan kiri pemeriksa
yang diletakkan di abdomen, cara pemeriksaan bimanual ini berguna dan
menimbulkan gangguan minimal pada pasien yang kesakitan.
 Posisi berbaring miring ke lateral kiri, yang disebut posisi Sims, biasanya
dipakai pada wanita atau jika pasian sangat lemah dan harus terpaku di
tempat tidur. Dalam posisi ini tungkai kanan atas harus difleksikan
sedangkan tungkai kiri bawah setengah diekstensikan
 Posisi berdiri merupakan posisi yang paling banyak dipakai dan dengan
posisi ini dapat dilakukan inspeksi menyeluruh pada anus dan palpasi
rektum. Pasien disurruh berdiri membungkuk dengan bahu dan sikunya di
sokong di atas tempat tidur atau meja pemeriksaan.
 Tangan kanan pemeriksa dengan memakai sarung tangan memeriksa anus
dan jaringan sekitarnya sementara tangan kiri dengan hati-hati
merentangkan bokong. Jika mencurigai adanya infeksi, kedua tangan
pemeriksa harus memakai sarung tangan. Kulit anus diperiksa untuk

23

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

tanda-tanda peradangan, ekskoriasi, fisura, nodulus, fistula, parut, tumor,
atau hemorroid.
 Setiap daerah abnormal harus dipalpasi. Pasien dimita mengedan
sementara pemeriksa menginspeksi anus untuk melihat adanya hemorroid
atau fissura.

Teknik
 Pasien diberitahukan bahwa pemeriksaan rektum sekarang akan segera
diilakukan
 Pemeriksa memberitahukan pasien bahwa lubrikan yang memberikan
sensasi dingin akan dipakai, dan ini akan diikuti dengan sensasi seperti
akan buang air besar; pasien harus diberikan jaminan bahwa sebenarnya
ia tidak akan buang air besar
 Pemeriksa melaburi pelumas pada jari telunjuk tangan kanan yang
bersarung tangan dan meletakkan tangan kirinya pada bokong pasien.
Ketika tangan kiri merentangkan bokong pasien, jari telunjuk kanan
dengan perlahan-lahan diletakkan pada pinggir anus. Sfingternya harus
direlaksasikan dengan tekanan lunak oleh permukaan palmar jari
telunjuk.
 Pasien di suruh mengambil napas dalam, dan pada saat itu jari telunjuk
kanan dimasukkan ke dalam anal anus ketika sfingter anus mengendur.
Sfingter harus menutup dengan sempuma disekitar jari pemeriksa. Tonus
sfingter harus dinilai. Jari itu harus dimasukkan sejauh mungkin ke dalam
rektum, meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin
dilakukan. Tangan kiri kemudian dapat dipindahkan ke bokong kiri
pasien, sementara jari telunjuk kanan memeriksa rektum.

24

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Gambar: pemeriksaan perineum dan rectal
Palpasi Dinding Rektum
 Dinding lateral, posterior dan anterior rektum di palpasi.
 Dinding lateral diraba dengan rnerotasikan jari sepanjang sisi-sisi rektum.
 Spina ischiadika, os coccygeus, dan sakrum bawah dapat diraba dengan
mudah.
 Dinding rektum dipalpasi untuk mengetahui adanya polip, yang dapat
melekat

pada

dasarnya

(sesil)

atau

melekat

pada

tangkainya

(pedunkulus). Setiap ketidak aturan atau nyeri tekan yang tidak
semestinya harus dicatat.
 Agar seluruh keliling dinding rektum dapat diperiksa, pemeriksa,harus
memutar punggungnya rnenghadapi pasien sehingga pemeriksa dapat
melakukan hiperrotasi tangannya.

Palpasi Kelenjar Prostat
 Kelenjar prostat terletak di sebelah anterior rektum, diameter kira-kira 4
cm
 Ukunan, permukaan, konsistensi, simetris/tidak, dan bentuk kelenjar
prostat harus diperiksa. Dalam keadaan normal, permukaannya halus dan
kokoh, mempunyai konsistensi seperti bola karet keras, berbentuk seperti

25

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

hati, dimana apeks hati mengarah ke anus. Lylargo superior biasanya
terlalu tinggi untuk dapat dijangkau.
 Kenalilah sulkus median dan lobus-lobus lateral.
 Catatlah setiap massa, nyeri tekan atau nodulus.
 Modulus keras, asimetris mengarah ke kanker prostat dan paling sering
menterang lobus posterior, sedangkan Benign Hipertrofi Prostat (BPH),
kelenjar prostat membesar secara simetris dan lunak yang menonjol ke
dalam lumen rektum.
 Vesikulus seminalis terletak terletak di bagian atas kelenjar prostat dan
jarang teraba, kecuali jika membesar.
 Pemeriksaan rektum diakhiri dengan memberitahukan pasien bahwa
pemeriksa akan segera menarik jari telunjuk pemeriksa.
 Dengan perlahan-lahan keluarkan jari pemeriksa.

Gambar: pemeriksaan kelenjar prostat

26

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

PEMERIKSAAN GENETALIA WANITA
(FEMALE GENETALIA EXAM)

Tujuan Belajar
Mahasiswa mampu melakukan pcmeriksaan fisik pada genetalia wanita
secara sistematis dan benar.

Anatomi dan fisiologi
1. Alat Genetalia Eksterna
 Mons Veneris: tonjolan bulat dan jaringan lunak diatas simfisis pubis,
ditutupi rambut kemaluan
 Labia Mayor
 Labia Minor
 Klitoris, terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat
saraf, sangat sensitive
 Vulva
 Bulbus vestibuli sinistra et dekstra
 lntroitus vaginalis
 Perineum

Gambar: anatomi female

27

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

2. Alat Genetalia lnterna
 Vagina
 Uterus
 Tuba fallopi
 Ovarium

Gambar:genitalia feminina interna

Persiapan pemeriksaan
 Pasien seharusnya disuruh untuk mengosongkan kandung kemih dan
rektum sebelum pemeriksaan
 Pasien dibantu menaiki meja pemeriksaan dengan bokong pasien
diletakkan didekat ujungnya
 Pijakan meja pemeriksaan dikembangkan dan pasien disuruh meletakkan
tumitnya pada tempat berpijak tersebut
 Kepala meja pemeriksaan ditinggikan sehingga terjadi kontak mata
dengan pasien
 Lutut ditarik ke atas untuk meretaksasikan otot-otot perut ketika paha di
abduksikan
 Minta pasien untuk membiarkan tungkainya jatuh pada sisi tubuhnya.

28

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Pemeriksa rnemakai sarung tangan dan duduk diatas bangku diantara
kedua tungkai pasien
 Atur pencahayaan yang baik, termasuk sumber cahaya yang diarahkan
kedalam vagina

Pemeriksaan genetalia wanita terdiri dari :
 Inspeksi dan palpasi genetalia eksterna
 Pemeriksaan speculum
 Palpasi bimanual
 Palpasi rektovaginal

lnspeksi dan Palpasi Genetalia Interna
Untuk membuat pasien wanita merasa lebih nyaman selama pemeriksaan,
seringkali akan bermanfaat jika pemeriksa menyentuh tungkainya dengan
menggunakan sisi punggung tangan. Beritahukan pasien sewaktu akan
menyentuh tungkainya.

Genetalia eksterna harus di inspeksi dengan cermat
 Mons veneris diperiksa untuk melihat adanya lesi atau pembengkakan.
 Rambut pubis diperiksa untuk melihat polanya dan adanya kutu pubis
 Kulit vulva diperiksa untuk melihat adanya kemerahan, ekskoriasi,
massa, leukoplakia atau pigmentasi. Setiap lesi harus dipalpasi untuk
mengetahui adanya nyeri tekan. Krawosis vulva adalah keadaan dimana
kulit vulva kemerahan, halus, berkilat, hampir transparan secara merata
(sering

pada

wanita

pasca

menopause).

Bercak

putih

karena

hiperkeratosis yang dikenal sebagai leukoplakia vulva biasanya
mendahului timbulnya karsinoma.

29

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Beritahukan kepada pasien pada saat hendak membuka labia. Dengan
tangan kanan, labia mayor dan minor dibuka terpisah di antara ibu jari
dan jari telunjuk tangan kanan.
 Catat setiap lesi peradangan, ulserasi, pengeluaran sekret, parut, taini,
trauma, bengkak, perubahan atrofik atau massa yang ditemukan.
 Klitoris diperiksa untuk rnelihat ukuran dan adanya lesi. Biasanya klitoris
berukuran 3-4 mm
 Melihat hymen : ada/tidaknya, gambaran hymen
 Macam-macam bentuk hyrnen :

Gambar: hymen
 Inspeksi meatus uretra : apakah ada pus atau peradangan. Jika ada pus,
tentukan sumbernya.
 Celupkan kapas lidi kedalam sekret dan oleskan pada slide mikroskop
untuk pemeriksaan lebih lanjut.
 Beritahukan pasien ketika anda headak melakukan palpasi kelenjarkelenjar labia. Palpasi dilakukan pada area jarn 7-8 untuk daerah kelenjar
kanan, dengan memegang bagian posterior labia kanan didalam vagina
dan ibu jari, kanan diluar. Apakah ada nyeri tekan, bengkak atau pus.

30

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Biasanya kelenjar bartholin tidak dapat dilihat maupun diraba.
Selanjutnya memakai tangan kiri untuk memeriksa daerah kelenjar kiri
(jam 4-5).
 Perineum ; perineum dan anus diperiksa untuk melihat adanya massa
(lennastik hemorroid), parut, fissura, atau fistel.
 Perneriksaan relaksasi pelvis : dengan kedua labia terpisah lebar, pasien
diminta untuk mengejan atau batuk.
 Jika ada relaksasi vagina, mungkin akan terlihat penggembungan dinding
anterior atau poterior. Penonjolan dinding anterior berkaitan dengan
sistokel ; penonjolan dinding posterior menunjukkan adanya suatu
refetokel. Jika ada inkontinensia stres, batuk atau mengejan dapat
menyebbakan penyemprotnya urin dan uretra.

Pemeriksaan Spekulum
Persiapan
Pemeriksaan spekulum dilakukan untuk mengamati vagina dan serviks.
Ada beberapa macam Spekulum : spekulum metal Cusco atau bivalve, adalah
yang paling populer digunakan. Spekulum ini terdiri dari dua daun yang
dimasukkan dalam keadaan tertutup dan kemudian di buka dengan menekan
pegangannya. Dinding vagina dipisahkan oleh kedua daun spekulum, sehingga
dapat tercapai visualisassi vagina dan serviks secara memadai. Pada dasamya
ada dua macam spekulum dua daun ; graves dan Pedersen.
Spekulum Graves adalah spekulum yang lebih umum dan dipakai untuk
kebanyakan wanita dewasa. Daun-daunnya lebih lebar dan melengkung pada
sisi-sisinya. Spekulum Pedersen mempunyai daun yang lebih sempit dan rata,
dan dipakai untuk wanita dengan introitus kecil. Spekulum dua daun yang
terbuat dari plastik dan sekali pakai. Kekurangan alat ini adalah bunyi klik yang

31

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

keras yang timbul ketika daun bawah dilepaskan selama dikelurkan dari vagina.
Jika memakai spekulum plastik, pasien harus diberitahukan bahwa akan timbul
bunyi klik ini.

Dari kiri ke kanan : spekulum logam Pedersen ukuran kecil, spekulum logam
Pedersen ukuran sedang, spekulum logam Graves ukuran sodang, spekulum
logarn Graves ukuran besar dan spekulum Pedersen plastik ukuran besar,

Prosedur pemeriksaan:
 Sebelum memakai spekulum, berlatihlah membuka dan menutupnya. Jika
pasien belum pernah menjalani pemeriksaan dengan spekulum, sebaiknya
spekulum diperlihatkan terlebih dahulu kepada pasien. Spekulum
dihangatkan terlebih dahulu dengan air hangat, dan kemudian
menyentuhnya dengan punggung tangan untuk menentukan bahwa
suhunya sudah tepat.
 Lubrikasi jeli sebaiknya jangan dipakai karena dapat mengganggu
pemeriksaan sitologi serviks dan biakan gonacocaus.
 Beritahukan pasien ketika akan melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan speculum

32

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Jari telunjuk dan tengah kiri pemeriksa memisahkan labia dan menekan
perineum
 Spekulum yang masih tertutup, dengan dipegang oleh tangan kanan
pemeriksa, dimasukkan secara miring dengan perlahan-lahan ke dalarn
introitus di atas jari-jari tangan kiri.
 Spekulum tidak boleh dimasukkan secara vertikal, karena dapat timbul
cedera pada uretra dan meatus.

Gambar:pemasangan spekulum
 Serviks ; spekulum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina,
kemudian spekulum diputar ke posisi transversal, dengan pegangannya
sekarang mengarah ke bawah, dan di buka dengan perlahan-lahan.
Serviks harus berada di dalam daun-daun spekulum. Untuk menjaga agar
spekulum tetap terbuka, sekrupnya dapat dikencangkan. Jika serviks tidak
segera terlihat, dengan hati-hati daun spekulum diputar ke berbagai arah
untuk melihat serviks. Jika ada sekret yang mengaburkan setiap bagian
dinding vagina atau serviks, harus dihilangkan.
33

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Cara membuat apusan PAP : diperoleh dengan memakai spatula kayu
yang dimasukkan melalui spekulum. Ujung spatula yang lebih panjang
dimasukkan ke dalam orrifisium eksterna servicis, kemudian spatulanya
diputar 360 sementiara mengerok sel-sel dari orifisium eksterna servicis.
Contoh lain diambil dengan memakai kapas Udi dari forniks posterior
dan lateral vagina, dan dari endoserviks. Apuskan di atas slide kaca dan
difiksasi dengan memasukkannya ke dalam larutan yang mengandung
campuran metilalkohol 95% dan eter dengan perbandingan 1: 1. Atau
dengan menyemprotkan fiksatif yang mengering dengan cepat.
 Dinding vagina : beritahukan pasien bahwa spekulum sekarang akan
diangkat. Sekrup spekulum dikendurkan dengan jari telunjuk kanan dan
spekulum diputar kembali ke posisi semula (miring). Ketika spekulum
perlahan-lahan ditarik dan ditutup, dinding vagina diperiksa untuk
melihat adanya masa, laserasi, leukoplakia, atau laserasi. Dinding vagina
harus halus dan tidak nyeri tekan. Biasanya ada mukus tak berwarna atau
putih dalam jumlah cukup banyak.

Palpasi Bimanual
Dipakai untuk palpasi uterus dan adneksanya.
Teknik Pemeriksaan;
 Posisi dokter harus berada diantara kedua tungkai pasien
 Jika tangan kanan dimasukkan kedalam vagina, pemeriksa meletakkan
kaki kanannya diatas bangku kecil
 Lubrikasi jelli, dipegang dengan tangan kiri, dan sejumlah kecil
diteteskan ke atas jari telunjuk dan tengah tangan kanan pemeriksa yang
sudah memakai sarung tangan. Tangan kanan yang telah memakai sarung
tangan tidak boleh menyentuh lubejelli
 Pasien diberitahukan bahwa "pemeriksaan dalam" akan segera dimulai

34

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Perhatikan ekspresi wajah pasien, ketika pemeriksaan dilakukan
 Beritahukan kembali bahwa pemeriksa akan menyentuh kembali
tungkainya ketika memulai pemeriksaan. Punggung tangan kiri harus
menyentuh sisi dalam paha kanan pasien.
 Labia dibuka lebar dan jari telunjuk telunjuk dan tengah tangan kanan
yang berpelumas dimasukkan secara vertikal kedalam vagina. Kemudian
dilakukan penekanan ke bawah ke arah perineum. Jari keempat dan
kelima kanan difleksikan ke dalam telapak tangan. Ibu jari kanan
diekstesikan.
 Tangan kiri diletakkin di atas abdomen kira-kira sepertiga jarak simfisis
pubis dengan umbilikus.
 Pergelangan tangan yang berada di abdomen tidak boleh difleksikan atau
disupinasikan.
 Tangan kanan (di dalam vagina) mengangkat organ-organ pelvis ke atas
pelvis dan menstabilkannya, sementara organ-organ itu di palpasi oleh
tangan kiri (di abdomen). Tangan yang diperut, bukan yang di dalam
vagina, yang melakukan palpasi.

Gambar: palpasi bimanual

35

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

A. Palpasi Servikal dan Korpus Uterus
Palpasi bimanual dapat dilakukan jika uterus anteversi dan antefleksi
yang merupakan posisi uterus yang paling lazim.
 Beritahukan pasien sebelum dilakukan perabaan serviks
 Serviks di palpasi, perhatikan : konsistensinya (lunak, keras, nodular,
rapuh)
 Gerakkan serviks ke berbagai arah. Biasanya serviks dapat digerakkan 24 cm dalam segala arah. Serviks di dorong kebelakang dan ke atas ke arah
tangan yang berada di permukaan perut ketika tangan itu mendorong ke
bawah. Setiap keterbatasan gerakan atau timbulnya nyeri karena
pergerakan tersebut harus di catat.
 Mendorong serviks ke atas dan ke belakang cenderung menggerakkan
uterus yang berada dalam posisi anteversi dan antefleksi ke dalam posisi
yang lebih mudah di palpasi.
 Uterus kemudian di palpasi diantara kedua tangan. Dengan cermat,
perhatikan : posisi. ukuran, bentuk, konsistensinya, mobilitas dan nyeri
tekan. Tentukan uterus anteversi atau retroversi, membesar, keras dan
mobilitas. Apakah teraba ketidak aturan. Apakah ada nyeri tekan pada
saat uterus digerakkan.

Gambar: palpasi servik
36

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

B. Palpasi Adneksa
 Palpasi dilakukan di adneksa kanan dan kiri
 Jika pasien sudah mengeluh nyeri pada satu sisi, mulailah pemeriksaan
pada sisi lainnya
 Tangan kanan pemeriksa dipindahkan ke forniks lateral kiri, sementara
tangan kiri (yang dipermukaan perut) pindah ke kuadran kiri bawah
pasien. Jari-jari di dalam vagina mengangkat adneksa ke arah tangan
yang dipermukaan perut, yang berusaha melakukan palpasi strukturstruktur adneksa.
 Perhatikan : ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas dan nyeri tekan
struktur-struktur adneksa.
 Ovarium normal peka terhadap tekanan.
 Setelah memeriksa sisi kiri, adneksa kanan dipalpasi dengan memindah
tangan kanan (vagina) ke forniks lateral kanan dan tangan kiri (perut) ke
kuadran kanan bawah pasien
 Setelah pemeriksaan adneksa. Jari pemeriksa yang berada di dalam
vagina dipindahkan ke forniks posterior untuk melakukan palpasi
ligamentum uterosakral dan kantong Douglas. Nyeri tekan yang jelas dan
nodularitas mengarah kepada adanya endometriosis.
 Jika pasiennya seorang gadis, pakailah jari tengah kanan saja.

Palpasi Rektovaginal
 Beritahukan pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan vagina dan
rectum
 Tangan kanan, masih di dalam vagina, ditarik ke luar sedikit sehingga jari
tengah kanan secara perlahan-lahan dimasukkan ke dalam rektum- Jari
telunjuk kanan diletakkan sejauh mungkin ke atas pada permukaan
posterior vagina

37

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Septum rektovagina dipalpasi, apakah menebal atau nyeri tekan. Apakah
nodulus atau massa. Jari tengah kanan harus meraba untuk mencari nyeri
tekan, massa atau ketidak aturan di dalam rektum.

Gambar: palpasi rekto vaginal

38

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

SKILL I
MALE GENETALIA EXAM
No.

Aspek Yang Dinilai

Nilai
0

1.

Persiapan :

a.

Melakukan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan

1

2

jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan dan efek yang
ditimbulkan
b.

Pemeriksa mencuci tangan dan memakai sarung tangan

2.

Melakukan inspeksi dan palpasi pada saat berbaring :

a.

Mempersilahkan pasien untuk berbaring dan pemeriksa
berdiri di sebelah kanan pasien

b.

Melakukan inspeksi
Kulit dan rambut : tanda peradangan, eskoriasi
Penis

dan skrotum

: di

sunat/tidak,

ukuran,

lesi

(peradangan, ulserasi, kutil, abses)
c.

Melakukan palpasi : ada/tidaknya massa atau tonjolan
- Penis : smegma, ulkus, kutil, nodul, parut, tanda
peradangan
- Meatus uretra eksternus : letak (normal/epipadia,
hipopaspadia), sekret, kutil, stenosis

d.

Melakukan palpasi
- Penis : parut, ulkus, nodul, indurasi, tanda peradangan,
nyeri tekan
- Uretra : sekret, isi testis, bandingkan kiri dan kanan
- Epididimis dan vas deferens : ada/tidaknya pembesaran
(varikokel), nyeri tekan

39

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

4.

Pemeriksaan Hernia

a.

Melakukan inspeksi inguinal dan femoral : benjolan

b.

Melakukan palpasi inguinal : adanya benjolan, nyeri tekan

c.

Melakukan auskultasi skrotum : terdengar/tidak bunyi usus

5.

Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan
dan follow up lebih lanjut

Keterangan :
0 : Tidak Dilakukan
1 : Dilakukan, tetapi kurang benar
2 : Dilakukan dengan benar
% cakupan penguasaan keterampilan: