B. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUN

A.

Pengertian Nilai
Pada kamus ilmiah populer dijelaskan bahwa nilai adalah tentang apa yang baik,
benar, bijaksana, dan apa yang berguna, sifatnya lebih abstrakdari norma.
Sedangkan Nursal Luth dan Daniel Fernandes mengatakanbahwa nilai adalah perasaanperasaan tentang apa yang di inginkan atau tidak diinginkan yang mempengaruhi perilaku
sosial dari orang yangmemiliki nilai itu. Nilai bukanlah soal benar atau salah, tetapi soal
di kehendaki atau tidak, disenangi atau tidak. Nilai merupakan
kumpulan sikap dan perasaan-perasaan yang selalu diperhatikan melalui perilaku oleh
manusia.
Dari beberapa pengertian nilai di atas, dapat dipahamibahwa nilai adalah kualitas kete
ntuan yang bermakna bagi kehidupan manusia perorangan, masyarakat, bangsa,
negara. Nietzche mengatakan nilai adalah tingkat atau derajat yang diinginkan oleh
manusia. Nilai yang merupakan tujuan dari kehendak manusia
yang benar sering ditata menurut susunan tingkatannya, dimulai dari bawah, yaitu nilai
hedonis (kenikmatan), nilai utilitaris (kegunaan), nilai biologis (kemuliaan), nilai diri estetis
(keindahan, kecantikan), nilainilai pribadi (sosial, baik), dan yang paling atas adalah nilai religious (kesuciaan).

1.
a.


Ciri-ciri nilai
Nilai-nilai yang mendarah daging (internalized value)
Yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian bawah sadar atau yang mendorong
timbulnya tindakan tanpa berfikir lagi. Bila dilanggar maka akan timbul perasaan malu
atau bersalah yang mendalam dan sukar dilupakan, misalnya orang yang taat beragama
akan menderita beban mental apabila melanggar salah satu norma yang ada dalam agamanya.
b. Nilai yang dominan
Merupakan nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai lainnya. Tampak pada
pilihan yang dilakukan seseorang pada waktu berhadapan
dengan beberapa alternatif tindakan harus
diambil. Beberapa pertimbangandominan atau tidaknya nilai tersebut adalah sebagai
berikut:
·
Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut
·
Lamanya nilai tersebut dirasakan anggota kelompok tersebut
·
Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai itu.
·
Tingginya kedudukan (prestice) orang-orang yang membawakan nilai tersebut

2.

Macam-macam Nilai
Nilai berhubungan erat dengan budaya dan masyarakat. Menurut prof. Dr. Notonegoro,
nilai dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

b.

Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan aktivitas.
c. Nilai kerohanian, y a i t u s e g a l a s e s u a t u y a n g b e r g u n a b a g i jiwa/ rohani
manusia.
B.

Pengertian Pancasilaa

Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara Republik
Indonesia, baik ditinjau dari sudut bahasa maupundari sudut sejarah. Hai tersebut dapat
dilihat secara etimologis atausecara teminologi sebagimana penjelasan berikut,

1. S e c a r a E t i m o l o g i s
Berdasarkan asal kata, Pancasila berasal dari bahasa India, yakni bahasa Sansekerta.
Menurut Muhammad Yamin, Pancasila memiliki dua macam arti, yaitu Panca artinya lima,
syila dengan (i) biasa (pendek) artinya sendi, alas, atau dasar, syila dengan (i) panjang artinya
peraturan tingkah laku yang penting, baik,
dansenonoh. Kata sila dalam bahasa Indonesia menjadi susilaartinya tingkah laku baik.
2. Secara Terminologi
Pada 1 Juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) perkataan Pancasila (lima asas dasar) digunakan oleh Presiden
Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara yang diusulkannya.
Perkataan tersebut dibisikkan oleh temannya
seorang ahli bahasa yang duduk disamping Soekarno, yaitu Muhammad Yamin.
C.

1.
2.
3.
4.
5.
D.


Rumusan Pancasila yang Sah
Rumusan Pancasila yang sah dan sistematika yang benarterdapat dalam Pembukaan
UUD 1945 yang telah disahkan olehPPKI pada 18 Agustus 1945. Presiden RI mengeluarkan
Instruksi No.12/1968
pada 13 April 1968. Dalam instruksi tersebutditegaskan bahwa tata urutan(sistematika) dan
rumusan Pancasila sebagai berikut:
Ketuhanan yang Maha Esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pancasila Sebagai Sumber Nilai
Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalamkehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah Pancasila. Ini
berarti bahwa seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara menggunakan
Pancasila sebagai dasar moral atau norma dantolak ukur tentang baik buruk dan benar

salahnya sikap, perbuatan, dantingkah laku bangsa Indonesia.Nilai-nilai pancasila itu
merupakan nilai intrinsik

yang kebenarannya dapat dibuktikan secara objektif, serta mengandung kebenaran yang
universal. Dengan demikian, tinjauan pancasila berlandaskan pada
tuhan, manusia, rakyat, dan adil sehingga nilai-nilai pancasila memiliki sifatobjektif. Pa
ncasila dirumuskan oleh para pendiri Negara yang memuat nilai-nilai luhur untuk menjadi
dasar Negara. Sebagai gambaran, di dalam
tata nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut sebagai nilai dasar, nilai instrumental dan
nilai praktis.
1. N i l a i d a s a r
Asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kuranglebih mutlak. Nilai dasar berasal dari
nilai-nilai kultural ataubudaya yang berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri, yaituyang
berakar dari kebudayaan, sesuai dengan UUD 1945 yang mencerminkan hakikat nilai
kultural.
2. N i l a i i n s t r u m e n t a l
Pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, biasanya dalamwujud nilai social atau norma hukum,
yang selanjutnya akanterkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang sesuai dengan kebutuhan
tempat dan waktu.
3. N i l a i p r a k t i s
Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalamkenyataan. Nilai ini merupakan bahan ujian,
apakah nilai dasar dan nilai instrumental sungguh-sungguh hidup dalammasyarakat atau
tidak.

Di dalam Pancasila tergantung nilai-nilai kehidupan berbangsa. Nilai-nilai tersebut adalah
nilai ideal, nilai material, nilai positif, nilai logis, nilaiestetis, nilai sosial dan nilai
religius atau kegamaan. Ada lagi nilaiperjuangan bangsa Indonesia dalam merebut
kemerdekaan RI. Nilai dalam pengembangan Pancasila adalah sebagai berikut:
1)
Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan YME
b. Masing-masing atas dasar kemanusiaan yang beradab
c. Membina adanya kerjasama dan toleransi antarasesama pemeluk agama dan penganut keperc
ayaankepada Tuhan YME
d. Pengakuan dan keyakinan bangsa Indonesia terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa
e. Menciptakan sikap taat menjalankan menurut apa yang diperintahkan melalui ajaranajarannya
f. Mengakui dan memberikan kebebasan pada orang lain untuk memeluk agama dan
mengamalkan ajaran agamanya
g. Tidak ada paksaan dan memaksakan agama kepada orang lain
h. Menciptakan pola hidup saling menghargai dan menghormati antar-umat beragama
2)

Kemanusiaan yang adil dan beradab


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Tidak saling membedakan warna kulit
Saling menghormati dengan bangsa lain
Saling bekerja sama dengan bangsa lain.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
Kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan tuntutan hati nurani
Pengakuan dan penghormatan akan hal asasi manusia
Mewujudkan kehidupan yang berkeadilan dan berkeadilan
Mengembangkan sikap saling mencintai atas dasar kemanusiaan
Memunculkan sikap tenggang rasa dan tepo selira dalam hubungan sosial


3)
Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan kepentingan bangsa dannegara di atas kepentingan pribadi atau
golongan
b. Menetapkan keselamatan bangsa dan negara di ataskepentingan pribadi atau golongan
c. Bangga berkebangsaan Indonesiad.Memajukan pergaulan untuk persatuan bangsa
d. Mengakui dan menghormati adanya perbedaan dalam masyarakat Indonesia.
e. Menjalin kerja sama yang erat dalam wujud kebersamaan dan kegotong-royongan.
f. Kebulatan tekad bersama untuk mewujudkan persatuan bangsa.
g. Mengutamakan kepentingan bersama di atas pribadi dan golongan
4)

5)

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan
a. Mengakui bahwa manusia Indonesia memiliki kedudukandan hak yang sama
b. Melaksanakan keputusan bersama dengan penuhtanggung jawab dan itikad baik
c. Mengambil keputusan yang harus sesuai dengan nilaikebenaran dan keadilan
d. Pengakuan bahwa rakyat Indonesia adalah pemegang kedaulatan

e. Mewujudkan demokrasi dalam kehidupan politik, ekonomi, dan sosial
f. Pengambilan keputusan mengutamakan prinsip musyawarah mufakat
g. Menghormati dan menghargai keputusan yang telah dihasilkan bersama
h. Bertanggung jawab melaksanakan keputusan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
a. Adanya hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan social dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa atau dala
m kehidupan sehari-hari dan kehidupan bernegara.
b. Menjunjung tinggi sifat dan suasana gotong royongdengan rasa kekeluargaan dan pen
uh kegotongroyongan.
c. Keadilan untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi haknya
d. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
e. Menyeimbangkan antara hak dan kewajiban
f. Saling bekerja sama untuk mendapatkan keadilan

E.

Pengertian Paradigma
Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum
dan suatu kerangka pikir orientasi dasar dari suatu perubahan yang merupakan suatu sumber

hukum,metode,serta penerapan dalam ilmu pengetahuan,sehingga sangat menentukan
sifat,ciri,dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Paradigma berarti cara pandang, nilainilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan masalah yang dianutr oleh suatu
masayarakat pada masa tertentu.
Istilah paradigma awalnya dipergunakan dan berkembang dalam dunia ilmu
pengetahuan, terutama dalam filsafat ilmu pengetahuan. Selain terminologis, istilah ini
dikembang oleh Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific
Revolution (1970:49). Paradigma diartikan sebagai asumsi dasar atau asumsi teoritis yang
umum, sehingga paradigma merupakan suatu sumber nilai, hukum, dan metodologi. Sesuai
dengan kedudukannya, paradigma memiliki fungsi yang strategis dalam membangun
kerangka berpikir dan strategi penerapannya, sehingga setiap ilmu pengetahuan memiliki
sifat, ciri, dan karakter yang khas berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya.
Istilah paradigma semakin lama semakin berkembang dan biasa dipergunakan dalam
berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Misalnya, politik, hukum, ekonomi,
budaya, dan bidang-bidang ilmu lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, paradigma
berkembang menjadi terminology yang mengandung pengertian sebagai sumber nilai,
kerangka piker, orientasi dasar, sumber asas, tolal ukur, parameter, serta arah dan tujuan dari
suatu perkembangan, perubahan, dan proses dalam bidang tertentu, termasuk dalam
pembangunan, gerakan reformasi maupun dalam proses pendidikan. Dengan demikian,
paradigma menempati posisi dan fungsi yang strategis dalam setiap proses kegiatan, termasuk
kegiatan pembangunan. Perencanaan, proses pelaksanaan, dan hasil-hasilnya dapat diukur

dengan paradigma tertentu yang diyakini kebenarannya.

F.
a.

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Makna, hakikat, dan tujuan pembangunan nasional
Pembangunan nasional dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Hakikat pembangunan
nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.
Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan
nasional seperti termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu ....
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial serta mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana ternaktub
dalam alinea II pembukaan UUD 1945.Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia dewasa ini diartikan sebagai pengamalan Pancasila. Masa pembangunan akan
memberi kesempatan yang menguntungkan bagi Pancasila untuk memberi pengaruh yang
mendalam dan mendasar pada sistem nilai sosial-budaya masyarakat Indonesia. Seperti
yang berkali-kali di ungkapkan oleh para ilmuwan sosial, para ahli filsafat, dan para
pejabat tingkat tinggi di dalam pemerintahan bahwa pembangunan nasional
mengandung artipembaharuan.Pembangunan dan pembaharuan dengan sendirinyamembawa

perubahan-perubahan sosial maupun budaya. Perubahantersebut dapat bersifat dangkal
dan bersifat fundamental.Perubahan yang bersifat dangkal akan mudah dan cepatberubah.
Misalnya, dapat dilihat dalam perubahan mode pakaian,selera arsitektur rumah atau tempat
tinggal, dan popularitas lagu-lagu generasi muda yang sedang digandrungi di kalangan
mereka.Adapun perubahan-perubahan sosial-budaya yang mendasar dapatdialami bersama
dalam reformasi. Misalnya, masyarakat
pertanian menjadi masyarakat industri, masyarakat tradisional menjadimasyrakat modern, tat
a hidup pedesaan menjadi tata hidupperkotaan, serta perubahan masyarakat Indonesia dari
kedudukandijajah oleh kekuasaan asing menjadi masyarakat yang merdekadidalam negara
yang daitur dan diurus oleh kekuasaan nasional. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam
rangka mencapai masyarakat adil yang bermakmuran dan makmur yang berkeadilan.
Pembangunan nasional merupakan perwujudan nyata dalam meningkatkan harkat dan
martabat manusia Indonesia sesuai dengan nilai-nilai dasar yang diyakini kebenarannya,
dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa tujuan negara adalah “Melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Tujuan pertama merupakan manifestasi dari negara
hukum formal. Adapun tujuan kedua dan ketiga merupakan manifestasi dari pengertian
negara hukum materiil, yang secara keseluruhan sebagai menifestasi tujuan khusus atau
nasional. Sementara itu, tujuan yang terakhir merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa
negara kita hidup di tengah-tengah pergaulan masyarakat internasional.
Secara filosofis, pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung
konsekuensi yang sangat mendasar. Artinya, setiap pelaksanaan pembangunan nasional harus
didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila dikembalikan atas dasar
ontologism manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Oleh karena itu, baik
buruknya pelaksanaan pancasila harus dikembalikan pada kondisi objektif manusia
Indonesia.
Apabila nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila sudah dapat diterima oleh
manusia Indonesia (rasional maupun empiris) maka kita harus konsekuen untuk
melaksanakannya. Bahkan, kita harus menjadikan pancasila sebagai pedoman dan tolak ukur
dalam setiap aktivitas bangsa Indonesia. Dengan kata lain, pancasila harus menjadi
paradigma perilaku manusia Indonesia, termasuk dalam melaksanakan pembangunan
nasionalnya.
Berkaitan dengan kenyataan di atas dan kondisi objektif bahwa pancasila merupakan
dasar negara, dan negara adalah organisasi (persekutuan hidup) manusia maka tidak
berlebihan apabila pancasila menjadi tolak ukur atau parameter dalam setiap perilaku
manusia Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan nasional harus dikembalikan pada hakikat
manusia yang monopluralis.
Berdasarkan kodratnya, manusia monopluralis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.

terdiri atas jiwa dan raga

2.

sebagai makhluk individu dan sosial, serta

3.

sebagai pribadi dan makhluk Allah
Dengan demikian, pembangunan nasional harus dilaksanakan atas dasar hakikat
monopluralis. Pendek kata, baik buruknya dan berhasilnya tidaknya pembangunan nasional
harus diukur dari nilai-nilai pancasila sebagai kristalisasi hakikat manusia monopluralis.

Sebagai konsekuensi dari pemikiran di atas, pembangunan nasional sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia harus meliputi aspek jiwa yang mencakup akal,
rasa, dan kehendak serta raga (jasmani) yang mencakup pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan
yang terkristalisasi dalam nilai-nilai pancasila. Dengan demikian, pancasila dapat
dipergunakan sebagai tolak ukur atau paradigma pembangunan nasional di berbagai bidang,
seperti politik dan hukum, ekonomi, hankam, sosial budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta kehidupan agama.
b.

Visi dan Misi Pembangunan Nasional

Visi Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis berkeadilan, berdaya saing,
maju dan sejahtera dalam wadah Negara Republik Indonesia yang sehat, mandiri, beriman
dan bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan
berdisiplin.
Misi Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, misiyang ditetapkan adalah
sebagai berikut:
1. Pengamalan Pancasila secara konsisten
2. Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek
3. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
4. Penjaminan kondisi aman, damai dan tertib
5. Perwujudan sistem hukum nasional
6. Perwujudan kehidupan sosial buadaya yang dinamis dankreatif
7. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional
8. Perwujudan otonomi daerah
9. Perwujudan kesejahteraan rakyat
10. Perwujudan aparatur negara
11. Perwujudan sistem dan pendidikan nasional yangdemokratis
12. Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat.
Adapun pokok-pokok pancasila sebagai paradigma pembangunan adalah sebagai
berikut.
1.

Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan politik dan hukum meliputi:
1. pengembangan sistem politik negara yang menghargai harkat dan martabat manusia
sebagai subjek atau pelaku,
2. pengembangan sistem politik yang demokratis, berkedaulatan rakyat, dan terbuka,
3. sistem politik yang didasarkan pada nilai-nilai moral bukan sekedar kekuasaan,
4. pengambilan keputusan politik secara musyawarah mufakat, dan
5. politik dan hukum yang didasarkan atas moral ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan.

2.

Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ekonomi meliputi:
1. dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan pembangunan
ekonomi,

2. megembangkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan,
3. mengembangkan sistem ekonomi Indonesia yang bercorak kekeluargaan,
4. ekonomi yang menghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan persaingan bebas,
dan ekonnomi yang bertujuan keadilan dan kesejahteraan bersama.
3.

Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya meliputi:
1. pembangunan sosial budaya dilaksanakan demi terwujudnya masyarakat yang
demokratis, aman, tenteram, dan damai,
2. pembangunan sosial budaya yang mengahargai kemajemukan masyarakat Indonesia,
3. terbuka terhadap nilai-nilai luar yang positif untuk membangun masyarakat Indonesia
yang modern, dan
4. memelihara nilai-nilai yang telah lama hidup dan relevan bagi kemajuan masyarakat.

4.

Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan pertahanan keamanan meliputi:
1. Pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara
2. Mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta, dan
3. Mengembangkan prinsip hidup berdampingan secara damai dengan bangsa lain.

5.

Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi
meliputi:
1. pengembangan iptek diarahkan untuk mencapai kebahagian lahir batin, memenuhi
kebutuhan materiil dan spiritual,
2. pengembangan iptek mempertimbangkan aspek estetik dan moral,
3. pengembangan iptek pada hakikatnya tidak boleh bebas nilai, tetapi terikat pada nilainilai yang berlaku di masyarakat,
4. pembangunan iptek mempertimbangkan akal, rasa dan kehendak
5. pembangunan iptek bukan untuk kesombongan melainkan untuk peningkatan kualitas,
harkat, dan martabat manusia

6.

Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan agama meliputi:
1. pengembangan kehidupan beragama adalah dengan terciptanya kehidupan sosial yang
saling menghargai dan menghormati
2. memberikan kebebasan dalam rangka memeluk dan mengamalkan ajaran agama
3. tidak memaksakan keyakinan agama kepada orang lain
4. mengakui keberadaan agama orang lain dengan tidak saling menjelekkan dan menghina
antarumat beragama.