Model model pembelajaran smk (1)
KATA PENGANTAR
Sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) telah menyelesaikan Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan yang kemudian dikukuhkan menjadi
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan Nomor 23 Tahun
2006, serta Nomor 24 Tahun 2006 yang disempurnakan dengan Nomor
6 tahun 2007 tentang ketentuan pelaksanaannya. BSNP juga telah
menerbitkan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pengalaman melakukan persiapan untuk penyusunan Model
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah Menengah
Kejuruan (KTSP-SMK), ternyata berbagai ketentuan tentang
penyusunan KTSP yang termuat pada peraturan-peraturan tersebut,
termasuk pedoman penyusunannya, masih memerlukan analisis dan
upaya pensistematisan yang tidak sederhana, terutama karena ada
beberapa ketentuan yang saling terkait tapi berada pada dokumen yang
berbeda-beda. Atas dasar itulah, maka sesuai dengan tugas dan
fungsinya, Direktorat Pembinaan SMK berupaya merevisi Bahan
Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2006 menjadi Edisi 2008 yang
sepenuhnya diturunkan secara sistematis dari peraturan-peraturan
tersebut dan pedoman pelaksanaannya.
Bahan bimbingan teknis hasil revisi ini diharapkan dapat
membantu para pihak yang terlibat dalam pengembangan dan
implementasi KTSP-SMK serta satuan pendidikan SMK pada
umumnya, dalam upaya menerapkan peraturan-peraturan dimaksud.
Pada gilirannya, seperti yang diharapkan, setiap SMK atau kelompok
SMK akan mampu menyiapkan sendiri KTSP yang akan
diimplementasikannya.
i
Seri bahan bimbingan teknis (Bimtek) ini meliputi judul-judul
berikut.
1.
Teknik Penyusunan KTSP dan Silabus SMK;
2.
Teknik Penyusunan RPP;
3.
Teknik Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal SMK;
4.
Teknik Penyusunan Modul Bahan Ajar);
5.
Teknik Pelaksanaan Pengembangan Diri pada SMK;
6.
Model-model Pembelajaran SMK;
7.
Penilaian dan Pelaporan Hasil Belajar Peserta Didik SMK;
8.
Implementasi Sistem Kridit Semester pada SMK.
Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi sehingga
terwujudnya seri buku bahan bimbingan teknis ini, kami ucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Jakarta,
November 2008
Direktur Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan,
Dr. Joko Sutrisno
NIP. 131415680
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
2
BAB II MULTI KECERDASAN DALAM
PEMBELAJARAN
A. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
9
B. Kecerdasan Logika Matematika
(Logical Mathematic Intelligence)
C. Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)
11
13
D. Kecerdasan Kinestetik
(Body Kinesthetic Intelligence)
E. Kecerdasan Musik (Music Intelligence)
14
15
F. Kecerdasan Interpersonal
(Interpersonal Intelligence)
17
G. Kecerdasan Intrapersonal
(Intrapersonal Intelligence)
H. Kecerdasan Natural (Naturalistic Intelligence)
18
20
BAB III MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
A. Project Work
22
B. Quantum Teaching and Learning (QTL)
28
C. Contextual Teaching and Learning (CTL)
32
D. Problem-Based Learning (PBL)
38
E. Model Mengajar Inquiry Training
45
F. Model Bermain Peran (Role Playing)
46
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN), pasal 19,
dinyatakan bahwa:
1.
Proses
pembelajaran
diselenggarakan
secara
pada
satuan
interaktif,
pendidikan
inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
2.
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan
keteladanan.
3.
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien.
1
Dipertegas
dengan
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007
tentang Standar Proses bahwa standar proses untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran,
penilaian
hasil
pembelajaran
dan
pengawasan proses pembelajaran. Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber
belajar
pada
suatu
lingkungan
belajar.
Proses
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel,
bervariasi dan memenuhi standar.
B.Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari 3 (tiga)
tahapan yaitu:
1
Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan
pembelajaran
yang
ditujukan
untuk
membangkitkan motivasi dan menfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan guru;
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik
untuk mengikuti proses pembelajaran,
b. mengkondisikan peserta didik tentang apa yang
akan dipelajari, bagaimana mempelajarinya dan apa
2
yang akan didapatkan sebagai hasil belajar yang
akan mereka ikuti.
2
Kegiatan Inti
Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan
ruang
yang
cukup
bagi
prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Dalam
kegiatan
menggunakan
inti
metode
pelaksanaan
yang
pembelajaran
disesuaikan
dengan
karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran,
yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.
a.
Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi dimaksudkan untuk mencari
informasi yang luas dan mendalam berdasarkan
pengalaman peserta didik tentang materi yang
akan dipelajari. Dalam eksplorasi guru;
1) melibatkan peserta didik dengan menerapkan
prinsip alam ambang guru dan belajar dari
aneka sumber.
3
2) menggunakan berbagai metode dan media
pembelajaran serta sumber belajar lain yang
relevan
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta
didik, peserta didik dengan guru, lingkungan,
dan sumber belajar lainnya.
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran.
5) memfasilitasi
percobaan
peserta
di
didik
laboratorium,
melakukan
studio
atau
peserta
didik
lapangan.
b.
Elaborasi
Pada kegiatan elaborasi, guru;
1)
membiasakan
dalam membaca dan menulis melalui tugastugas tertentu yang bermakna;
2)
memfasilitasi
peserta
didik
melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis;
3)
memberi
berpikir,
kesempatan
menganalisis,
untuk
menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4)
memfasilitasi
peserta
didik
dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
4
5)
memfasilitasi
peserta
didik
berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
6)
memfasilitasi
peserta
didik
membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tulisan, secara individu atau
kelompok;
7)
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan pameran, turnamen, festival, atau
cara-cara lain yang efektif terhadap produk
yang dihasilkan;
8)
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan kegiatan yang menumbuhkan rasa
bangga dan percaya diri.
c.
Konfirmasi
Kegiatan eksplorasi adalah memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai metoda. Guru perlu:
1)
memberikan umpan balik positif
dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik;
2)
memfasilitasi
melakukan
refleksi
untuk
peserta
didik
memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan;
5
3)
memfasilitasi
untuk
memperoleh
peserta
didik
pengalaman
yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
Dalam hal ini guru:
1)
berfungsi sebagai narasumber
dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan,
dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar;
2)
membantu
menyelesaikan
masalah;
3)
memberi acuan agar peserta
didik
dapat
melakukan
pengecekan
memberi
informasi
hasil
eksplorasi;
4)
untuk
bereksplorasi lebih lanjut;
5)
memberi
motivasi
peserta untuk bereksplorasi lebih lanjut.
6
kepada
3.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan
dalam bentuk:
a.bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri
membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran;
b.melakukan
penilaian
dan/atau
refleksi
terhadap
kegiatan yang telah dilakukan;
c.memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran;
d.merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedial atau pengayaan, layanan
konseling dan atau memberikan tugas individu
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar
peserta didik,
e.menyampaikan pembelajaran tahap berikutnya.
7
8
BAB II
MULTI KECERDASAN DALAM PEMBELAJARAN
Setiap peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.
Kecerdasan peserta didik dalam belajar didasari beberapa jenis
kecerdasan yang ada, yang dikenal dengan multi kecerdasan.
Seorang guru perlu memahami berbagai jenis kecerdasan peserta
didik,
agar
dapat
menerapkan strategi
pembelajaran
yang
bervariasi dalam menjembatani proses belajar peserta didik.
A.
Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan Linguistik merupakan kemampuan berpikir dalam
bentuk
kata-kata
mengekspresikan
dan
dan
penggunaan
memberi
makna
bahasa
yang
untuk
kompleks.
Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para pengarang, penyair,
jurnalis, pembicara, dan penyiar berita. Beberapa karakteristik
yang ada pada orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan
bahasa antara lain adalah :
1.
Mendengarkan dan merespon
setiap suara dan berbagai ungkapan kata;
2.
Menirukan
suara,
bahasa,
membaca dan menulis;
3.
Belajar
melalui
menyimak,
membaca dan menulis serta diskusi;
9
4.
Menyimak
secara
efektif,
memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa
yang diucapkan;
5.
Membaca
secara
efektif,
memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan;
6.
Berbicara secara efektif kepada
beragam pendengar, beragam tujuan, dan mengetahui cara
berbicara secara sederhana, fasih, dan bergairah;
7.
Menulis
secara
efektif,
memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa,
ejaan, tanda baca dan kosa kata yang efektif;
8.
Memperlihatkan
kemampuan
untuk mempelajari bahasa lainnya;
9.
Menggunakan
keterampilan
menyimak, berbicara, menulis dan membaca.
Kelas pada setiap pelajaran harus berupa lingkungan yang kaya
akan bahasa tempat peserta didik berbicara, berdiskusi dan
menjelaskan dan yang paling penting adalah mendorong rasa
ingin tahunya.
Pembentukan lingkungan pembelajaran Verbal-Linguistik :
1.
Kondisikan peserta didik untuk
menceritakan suatu kisah atau suatu masalah yang terkait
dengan materi pelajaran;
2.
Memberi kesempatan peserta
didik untuk memimpin suatu diskusi atau debat;
10
3.
Menugaskan
peserta
didik
untuk membuat sebuah artikel;
4.
Memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menghubungkan suatu artikel/cerita
dengan realita atau materi pelajaran;
5.
Menugaskan
peserta
didik
untuk mempresentasikan sesuatu pokok bahasan;
6.
Mengkondisikan kegiatan ”talk
show” dalam suatu program/materi;
7.
Menyusun
suatu
laporan/
resume/kajian pada suatu topik/ materi yang relevan.
B.
Kecerdasan Logika Matematika (Logical Mathematic
Intelligence)
Merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan
mempertimbangkan
menyelesaikan
matamatika
proposisi
operasi-operasi
biasanya
dimiliki
dan
hipotesis,
matematika.
oleh
para
serta
Kecerdasan
ilmuwan,
ahli
matematika, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan matematika antara lain adalah:
1.
Merasakan berbagai tujuan dan
fungsi mereka dalam lingkungannya;
2.
Mengenal konsep-konsep yang
bersifat kuantitatif, waktu dan hubungan sebab akibat;
11
3.
Menggunakan
simbol-simbol
abstrak untuk menunjukkan realita;
4.
Menunjukkan
keterampilan
memecahkan masalah secara
logis;
5.
Memahami
pola-pola
dan
hubungan-hubungan;
6.
Mengajukan
dan
menguji
hipotesis;
7.
Menggunakan
bermacam-
macam keterampilan matematis,
seperti memperkirakan, perhitungan logaritma, menafsirkan
statistik, dan informasi visual dalam bentuk grafik;
8.
Berpikir
secara
sistematis
dengan mengumpulkan bukti,
membuat hipotesis dan merumuskan berbagai model;
9.
Mengungkapkan
ketertarikan
dalam karir, seperti akuntansi,
teknologi informasi, mesin dan ilmu kimia.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan logika matematis, antara lain:
1.
menerjemahkan
bahasan ke dalam rumus matematika;
12
suatu
pokok
2.
merencanakan dan memimpin
suatu eksperimen;
3.
menggunakan
diagram
venn
menggunakan
analogi
untuk
untuk menjelaskan;
4.
menjelaskan;
5.
mengkategorikan fakta-fakta;
6.
merancang suatu simbol atau
kode.
13
C.
Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)
Kemampuan membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga
dimensi seperti yang dilakukan pelaut, pilot, pemahat, pelukis,
dan
arsitek.
merasakan
Kecerdasan
bayangan
ini
eksternal
memungkinkan
dan
internal,
seseorang
melukiskan
kembali, mengubah dan memodifikasi bayangan dan obyek
melalui ruang untuk menghasilkan suatu gambar/grafik ataupun
suatu benda.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan spasial antara lain adalah :
1.
Belajar
dengan
melihat
dan
mengamati;
2.
Mengarahkan
dirinya
pada
benda-benda secara efektif dalam ruangan;
3.
Merasakan dan menghasilkan
sebuah bayangan mental, berpikir dalam gambar dan
memvisualisasikan detail;
4.
Membaca grafik, bagan, peta,
dan diagram visual;
5.
Menikmati gambar-gambar tak
beraturan, lukisan, ukiran atau obyek repro lain dalam bentuk
yang dapat dilihat;
6.
Menikmati bentukan hasil tiga
dimensi, seperti obyek origami, jembatan tiruan dan maket;
14
7.
Cakap
mendesain
secara
abstrak;
8.
Menciptakan bentuk baru dari
media visual spasial.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan kecerdasan spasial, antara lain:
1.
Menciptakan
sebuah
pertunjukkan;
2.
Merancang
sebuah
poster,
buletin, dan sejenisnya;
3.
Menggunakan
suatu
sistem
memori untuk mempelajari;
4.
Menciptakan suatu karya;
5.
Membuat variasi bentuk dan
ukuran dari suatu objek;
6.
Membuat suatu ilustrasi, sketsa,
denah dari suatu obyek;
7.
Menggunakan proyeksi untuk
mengajar.
D.
Kecerdasan
Kinestetik
Tubuh
(Bodily
Kinesthetic
Intelligence)
Kemampuan seseorang untuk menggerakkan suatu obyek dan
keterampilan-keterampilan fisik yang halus. Kemampuan atau
15
kecerdasan ini dimiliki oleh para atlit, penari, ahli bedah, dan
seniman.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan kinestetik antara lain adalah :
1.
menjelajahi
lingkungan
dan
sasaran melalui sentuhan dan gerakan;
2.
mengembangkan
kerjasama
dan rasa terhadap waktu;
3.
belajar dengan lebih baik, jika
terlibat langsung dan berpartisipasi;
16
4.
menikmati secara konkrit dalam
mempelajari pengalaman-pengalaman, seperti perjalanan ke
alam bebas, berpartisipasi dalam bermain peran dan
permainan ketangkasan;
5.
menunjukkan keterampilan atau
mendemonstrasikan keahlian dalam bidangnya.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan kinestetik, antara lain:
1. Bermain peran atau menirukan;
2. Menciptakan suatu gerakan atau rangkaian gerakan untuk
menjelaskan;
3. Menciptakan suatu model;
4. Merancang suatu produk;
5. Merencanakan dan menghadiri suatu perjalanan lapangan;
6. Membuat suatu permainan atau sejenisnya.
E.
Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)
Merupakan kecerdasan yang memiliki sensitivitas pada pola
titian nada, melodi, ritme, dan nada seperti yang dimiliki oleh
komposer, musisi, kritikus, dan pembuat alat musik, atau
seorang pendengar yang sensitif.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan musikal antara lain adalah :
1.
Mendengar
dan
merespon
dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi;
17
2.
Menikmati
dan
mencari
kesempatan untuk mendengarkan musik atau suara-suara
alam pada suasana belajar;
3.
Merespon
terhadap
musik
secara kinestetik;
4.
Mengenali dan mendiskusikan
berbagai gaya musik, aliran dan variasi budaya;
5.
Mengoleksi musik dan informasi
mengenai musik dalam berbagai bentuk;
6.
Mengembangkan
kemampuan
menyanyi atau memainkan instrumen secara sendiri;
7.
Mengembangkan
referensi
kerangka berpikir pribadi untuk mendengarkan musik;
8.
Mengembangkan
improvisasi
dan bermain dengan suara/bunyi.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu yang terkait
dengan kecerdasan musikal, antara lain:
1.
Meyajikan suatu pertunjukkan
dengan iringan musik yang tepat;
2.
Menyanyikan
sebuah
kritikan
atau lagu;
3.
Menyajikan kelas musik dalam
waktu singkat pada suatu materi/pokok bahasan;
18
4.
Menggunakan
musik
untuk
mempertinggi semangat belajar;
5.
Menuliskan
suatu
lirik
lagu
untuk suatu pokok bahasan/materi.
19
F.
Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi
dengan orang lain secera efektif, seperti yang dimiliki oleh guru,
pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan interpersonal antara lain adalah :
1.
terikat
dengan
dan
berinteraksi
dengan orang lain;
2.
membentuk dan menjaga hubungan
sosial;
3.
mengetahui dan menggunakan caracara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain;
4.
merasakan
perasaan,
pikiran,
motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain;
5.
berpartisipasi
dalam
kegiatan
kolaboratif dan menerima bermacam peran yang perlu
dilaksanakan;
6.
mempengaruhi
pendapat
dan
perbuatan orang lain;
7.
memahami
dan
berkomunikasi
secara efektif, baik secara verbal maupun non verbal;
8.
menyesuaikan
diri
terhadap
lingkungan dan group yang berbeda;
9.
mempelajari
keterampilan
berhubungan dengan penengah sengketa;
20
yang
10.
Tertarik pada karir yang berorientasi
interpersonal,
seperti
mengajar,
pekerjaan
sosial
dan
konseling.
21
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan kecerdasan interpersonal, antara lain:
1.
memimpin suatu rapat;
2.
bersama
seorang
rekan
menggunakan penyelesaian masalah berat;
3.
bermain peranan dengan berbagai
perspektif;
4.
mengatur
dan
ikut
serta
dalam
sebuah kelompok;
5.
mengajarkan orang lain tentang suatu
hal;
6.
berlatih
memberi
dan
menerima
umpan balik;
7.
menciptakan suatu sistem /prosedur
dari suatu kegiatan.
G.
Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat
tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuannya untuk
merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang, seperti
yang dimiliki oleh ahli agama, ahli psikologi dan ahli filsafat.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan intrapersonal antara lain adalah :
1.
sadar akan wilayah emosinya;
2.
menemukan
cara-cara
dan
jalan
keluar untuk mengekpresikan perasaan dan pemikirannya;
22
3.
mengembangkan model diri yang
akurat;
4.
termotivasi
untuk
mengidentifikasi
dan memperjuangkan tujuannya;
5.
membangun dan hidup dalam suatu
sistem nilai etika (agama);
6.
bekerja mandiri;
7.
mengatur
secara
kontinyu
pembelajaran dan perkembangan tujuan personalnya;
8.
berusaha mencari dan memahami
pengalaman batinnya sendiri;
9.
berusaha untuk mengaktualisasikan
diri;
10.
memberdayakan orang lain (memiliki
tanggung jawab kemanusiaan).
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan kecerdasan intrapersonal, antara lain:
1.
Menggambarkan bahwa kemampuan
yang dimilikinya dapat membantu menuju kesuksesan;
2.
Merangkai
dan
mengejar
suatu
tujuan;
3.
Menggambarkan
perasaannya
tentang sesuatu;
4.
Menggunakan acuan belajar;
23
5.
Membuat suatu jurnal;
6.
Menerima umpan balik dari orang
lain;
7.
Mengomentari
pekerjaannya.
24
atau
menilai
hasil
H.
Kecerdasan Natural (Naturalistic Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang terkait
dengan lingkungan alam dan merupakan kecerdasan kedelapan
dari kecerdasan yang tidak termasuk teori asli Multiple
Intelligences dari Gardner. Kecerdasan ini terkait dengan
sensitifitas terhadap alam dan faktor lingkungan, misalnya
mudah
berinteraksi
dengan
hewan,
mampu
memprediksi
terjadinya perubahan alam, mudah mengenali berbagai spesies
hewan maupun tumbuhan. Kecerdasan ini akan lebih mudah
diwujudkan melalui pengumpulan dan penganalisaan suatu
subjek yang berhubungan dengan alam.
25
BAB III
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
dirancang
atau
dikembangkan
dengan
menggunakan
pola
pembelajaran tertentu. Pola pembelajaran yang dimaksud dapat
menggambarkan
mewujudkan
kegiatan
kondisi
guru
belajar
dan
atau
peserta
sistem
didik
dalam
lingkungan
yang
menyebabkan terjadinya proses belajar. Pola pembelajaran
menjelaskan karakteristik serentetan kegiatan yang dilakukan oleh
guru-peserta didik. Pola pembelajaran dikenal dengan istilah sintak
( Bruce Joyce, 1985)
Pada penjelasan pelaksanaan pembelajaran yang tertuang pada
Lampiran Permendiknas Nomor 41 tahun 2007, tentang Standar
Proses,
II
poin
C,
dinyatakan
tentang
beberapa
model
pembelajaran alternatif yang dapat dikembangkan dan digunakan
secara inovatif sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi
di
kelas
serta
untuk
mendukung
iklim
belajar
PAKEM
(pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Iklim
belajar PAKEM diharapkan dapat menumbuhkembangkan secara
optimal multi kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik.
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan terkait dengan
iklim belajar PAKEM antara lain:
26
A.
Project Work
Project work adalah model pembelajaran yang mengarahkan
peserta didik pada prosedur kerja yang sistematis dan standar
untuk membuat atau menyelesaikan suatu produk (barang atau
jasa), melalui proses produksi/pekerjaan yang sesungguhnya.
Model pembelajaran project work sering digunakan untuk
program pembelajaran produktif.
Langkah-langkah pembelajaran project work
1. Perencanaan Project Work
a.
Inventarisasi
jenis
pekerjaan
(job),
standar
kompetensi dan produk yang dapat dihasilkan.
1)
Inventarisasi Standar Kompetensi Lulusan
Kegiatan
standar
ini
dimaksudkan
kompetensi
(SK)
untuk
yang
mengidentifikasi
terdapat
dalam
kurikulum/silabus.
SK1 …………………………..
SK2 …………….……………..
SK3 …………….……………..
Dst ….......…………...……….
b.
Inventarisasi Pekerjaan (Job)
Pendataan jenis pekerjaan (job) dapat mengacu: kepada
jenis
pekerjaan
yang
ada
di
kurikulum,
Standar
Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku, dan atau standar
pekerjaan lain yang ada di DU/DI/masyarakat. Setiap
27
kompetensi keahlian pada umumnya memiliki lebih dari
satu bidang/jenis pekerjaan yang dapat di isi oleh lulusan.
P.1 ………………………………………….
P.2 ………………………………….………
P.3 …………………………………..…......
Dst.
c.
Inventarisasi Produk (Barang/Jasa) Setiap Pekejaan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengiden-tifikasi produk
yang dapat dihasilkan oleh setiap bidang/jenis pekerjaan
sehingga peserta didik memilki orientasi produk yang akan
dihasilkan pada setiap pembelajaran.
28
Tabel 1. Daftar Nama Produk Setiap Bidang Pekerjaan
No
Bidang/Jenis
Nama Produk
Pekerjaan
P1
(barang/Jasa)
1
Pr1
Pr2
2
P2
Pr3
Pr3
3
P3
Pr4
Pr5
d.
Analisis Standar Kompetensi Terhadap Produk
(Barang/Jasa)
Hasil inventarisasi standar kompetensi lulusan, bidang
pekerjaan, dan produk tersebut, selanjutnya dianalisis
standar kompetensi yang dibutuhkan untuk menghasilkan
setiap
produk
dan
bidang
pekerjaan
dengan
menggunakan tabel 2.
29
Tabel 2. Analisis Standar Kompetensi Terhadap
Jenis Produk
Standar
Kode Standar Kompetensi
Kompetensi
SK1
SK2
SK3
SK4
SK5
SK6
SK7
SKn
Produk
Pr1
√
√
Pr2
√
√
√
√
√
Pr3
Prn
Baris pada kolom 1 diisi kode produk (nama barang/jasa),
sedangkan kolom berikutnya diisi dengan kode Standar
Kompetensi hasil inventarisasi (Kurikulum/Silabus).
Menentukan standar kompetensi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan produk (barang/jasa) dengan memberi
tanda cek (√) pada kolom standar kompetensi terkait.
Hasil analisis Standar Kompetensi terhadap Jenis Produk
pada tabel 2 dapat dimaknai sebagai berikut.
1.
Produk (Pr1) dapat dikerjakan pada pembelajaran
SK1, SK2, SK4
2.
Produk (Pr2 ) dapat dikerjakan pada pembelajaran
SK1, SK2, SK3 dan SK 5, demikian selanjutnya untuk
Produk yang lain.
30
3.
Produk (Pr1) dan (Pr2 ) dapat digunakan sebagai
pilihan peserta didik sebagai media pembelajaran SK1
dan SK2
4.
Setelah seluruh standar kompetensi teridentifikasi
terhadap produk yang ada, maka guru menetapkan
alternatif produk yang akan dikembangkan untuk
setiap standar kompetensi yang dipelajari. Alternatif
produk dapat dipilih oleh peserta didik.
e.
Penetapan Bukti Belajar/Evidence of Learning
Berdasarkan hasil analisis standar kompetensi terhadap
produk, guru diminta untuk menetapkan bukti-bukti belajar
(Evidence Of Learning) yang akan digunakan sebagi acuan
dalam penilaian hasil belajar peserta didik.
2. Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendekatan Project
Work
Pembelajaran
dengan
pendekatan
Project
Work
dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a.
Guru menyampaikan:
1.
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2.
strategi pembelajaran dengan pendekatan project
work
3.
alternatif judul/nama produk/jasa yang dapat dipilih
peserta.
31
4.
ruang lingkup standar kompetensi yang akan
dipelajari oleh peserta didik untuk setiap judul/nama
produk/jasa
5.
menyusun dan menetapkan pedoman penilaian
kompetensi sesuai dengan judul project work
6.
memfasilitasi
bimbingan
kepada
peserta
didik
dengan memanfaatkan lembar bimbingan.
b.
Peserta didik
1.
memilih salah satu judul/nama produk/jasa. Dan
menyusun rencana Project Work sesuai dengan judul
yang dipilih. Kerangka rencana Project Work sebagai
berikut.
1)
LATAR BELAKANG
2)
KEUNGGULAN DAN FUNGSI PRODUK/JASA.
3)
SKETSA/GAMBAR KERJA (jika diperlukan)
4)
BAHAN PRODUKSI
5)
FASILITAS/PERALATAN PRODUKSI
6)
PROSES PRODUKSI
RENCANA ANGGARAN BIAYA
SASARAN PASAR/KONSUMEN
JADWAL PELAKSANAAN
2.
melakukan proses belajar sesuai dengan proses
produksi yang telah direncanakan. Kegiatan dilakukan
sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan
32
dalam proposal di bawah bimbingan dan pengawasan
guru. Proses belajar menekankan pada pencapaian
standar kompetensi yang dibuktikan dengan bukti
belajar (learning evidence) dan diorganisasi dalam
bentuk portofolio.
3.
mengorganisasi bukti belajar sebagai portofolio.
4.
melaksanakan
kegiatan
kulminasi
(presentasi/
pengujian/penyajian/display).
5.
menyusun laporan sesuai dengan pengalaman
belajar yang diperoleh.
3. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dengan pendekatan project work pada
dasarnya
mencakup
kesesuaian
adalah
aspek
penilaian
standar
pengetahuan,
produk/jasa,
dan
kompetensi
yang
keterampilan,
sikap,
kesesuaian
waktu
pelaksanaan. Komponen project work yang dinilai terdiri dari
penyusunan rencana Project Work, pelaksanaan proses
produksi, laporan, kegiatan, dan kulminasi (presentasi/
pengujian/penyajian/display).
Peserta didik dinyatakan kompeten apabila memenuhi
standar minimal yang dipersyaratkan pada indikator dari
setiap kompetensi dasar. Penetapan pencapaian nilai
mengacu pada Pedoman Penilaian dan Pelaporan Hasil
Belajar Peserta Didik SMK.
33
B.
Quantum Teaching and Learning (QTL)
Merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan
untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi
peserta didik. Filosofi pendekatan pembelajaran Quantum
dikenal
dengan
istilah
TANDUR
yang
merupakan
kepanjangan dari :
T
=
A
=
N
=
D
=
U
=
R
=
Tumbuhkan, tumbuhkan minat
dengan
menunjukkan manfaat dari kompetensi yang
dipelajari terhadap kehidupan peserta didik
Alami, ciptakan dan berikan pengalaman
langsung yang dapat dimengerti oleh peserta
didik
Namai, berikan kata-kata kunci, konsep,
model, rumus, strategi, untuk mudah diingat
dan dipahami
Demonstrasikan,
sediakan
waktu
dan
kesempatan bagi
peserta didik
untuk
menunjukkan kemampuan yang diperoleh
selama proses pembelajaran
Ulangi, tunjukkan kepada peserta didik cara
mengulangi materi dan tegaskan bahwa “Aku
mampu bahwa aku memang mampu”
Rayakan, akui hasil belajar peserta didik, baik
dalam
bentuk penyelesaian,
partisipasi,
perolehan
keterampilan
ataupun
ilmu
pengetahuan dan beri penghargaan
1. Pendekatan Pembelajaran Quantum
Kelas merupakan komunitas belajar yang menjadi tempat
untuk meningkatkan kesadaran, daya dengar, partisipasi,
umpan balik dan pertumbuhan bagi peserta didik. Kelas
34
merupakan tempat bagi peserta didik mencari dan terbuka
terhadap umpan balik, mengalami perubahan, kegembiraan
dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar mengakui dan
mendukung orang lain, serta belajar dan tumbuh sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
Untuk
membentuk
lingkungan
kelas
yang
dapat
mengakomodasi semua tempat belajar yang baik, diperlukan
langkah-langkah berikut:
a. Membangun ikatan emosional. Kunci untuk membangun
ikatan emosional adalah dengan menciptakan kesenangan
dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan
segala ancaman dari suasana belajar.
b. Menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Untuk
meningkatkan keterlibatan peserta didik pada proses
pembelajaran, guru harus membangun hubungan dengan
menjalin rasa simpati dan saling pengertian.
c. Menciptakan keriangan dan ketakjuban. Menumbuhkan
lebih banyak kegembiraan dalam pengajaran, melalui
pemberian
afirmasi
(penguatan
atau
penegasan),
pengakuan, dan perayaan,
d. Mengambil Resiko
Peserta didik belajar berani mengambil resiko. Sebagai
contoh peserta didik berani menghabiskan sebagian
waktunya untuk datang ke sekolah merupakan salah satu
resiko peserta didik dalam memasuki proses belajar.
35
e. Ciptakan rasa saling memiliki
Umumnya semua peserta didik ingin merasa saling
memiliki, karena dengan rasa saling memiliki akan
memberikan nilai tambah, merasa lebih berdaya dan
diterima di dalam kelompoknya. Dengan rasa saling
memiliki akan menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan,
kesepakatan dan dukungan dalam belajar.
f.
Memberikan keteladanan
Keteladanan guru dalam segala hal menjadi cara yang
ampuh dalam membangun hubungan dan memahami
perasaan orang lain. Keteladanan akan memperkuat
proses pembelajaran yang dilakukan.
Langkah-langkah pembelajaran quantum:
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Komunitas dalam belajar memiliki tujuan yang sama.
Dimanapun mereka berada, baik di kelas, di sekolah
maupun di lembaga diklat lain, memiliki tujuan sama
yaitu mengembangkan kecakapan peserta didik sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan.
3) Meyakinkan kemampuan peserta didik dalam belajar,
dan kemampuan guru dalam mengajar
4) Menjaga agar komunitas kelas tepat berjalan agar
peserta didik tetap memiliki minat belajar tinggi
36
Lingkungan
yang
mendukung
model
pembelajaran
quantum antara lain :
1) Poster ikon, poster afirmasi, penggunaan warna, alat
2) bantu dapat digunakan dalam pembelajaran sesuai
dengan tujuan pembelajaran, kemampuan guru dan
fasilitas yang dimiliki.
3) Pengaturan tempat duduk peserta didik memiliki peran
penting dalam proses pembelajaran. Peserta didik
diberi kebebasan untuk mengatur posisi tempat duduk
sehingga proses interaksi dapat berjalan dengan baik.
4) Tumbuhan, aroma dan unsur organik lainnya, dapat
memperkaya kesegaran ruangan kelas
5) Musik dapat digunakan untuk menata suasana hati,
mengubah
keadaan
mental
peserta
didik,
serta
mendukung lingkungan belajar.
C.
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran
CTL (Contextual Teaching
And Learning)
merupakan suatu proses belajar yang holistik, bertujuan
membantu peserta didik untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajari dengan mengkaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural). Dengan demikian, mereka memiliki
pengetahuan/keterampilan
yang
secara
fleksibel
dapat
37
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke
permasalahan/konteks lainnya.
Karakteristik Pembelajaran Berbasis CTL
1) Kerjasama
2) Saling menunjang
3) Menyenangkan
4) Tidak membosankan
5) Belajar dengan bergairah
6) Pembelajaran terintegrasi
7) Menggunakan berbagai sumber
8) Peserta didik aktif
Guru
perlu
mengkondisikan
pembelajaran
sesuai
mengkaitkannya
dengan
dengan
dan
mempersiapkan
tujuan
realitas
materi
pembelajaran,
dan
dan
kebenaran
(konstruktivisme).
Guru perlu memahami:
1. Belajar
adalah
kegiatan
aktif,
yaitu
peserta
didik
membangun sendiri pengetahuannya, mencari sendiri arti
dari apa yang mereka pelajari dan bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya.
2. Belajar bukanlah suatu proses mengumpulkan sesuatu,
tetapi merupakan suatu proses menemukan sesuatu
melalui pengembangan pemikiran dengan cara membuat
kerangka pengertian yang baru.
38
3. Peserta didik mempunyai cara untuk mengerti sendiri,
sehingga setiap peserta didik perlu mengerti kekhasan,
keunggulan dan kelemahannya dalam menghadapi suatu
apapun.
4. Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru
ke peserta didik, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan
peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.
5. Mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik dalam
membentuk
pengetahuan,
membuat
makna,
mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, mengadakan
justifikasi.
6. Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk
membantu proses belajar peserta didik agar berjalan baik.
Proses belajar lebih ditekankan pada peserta didik yang
belajar.
1. Komponen CTL
a.
INQUIRY (merumuskan masalah)
Bagaimana cara melukiskan suasana kerja di suatu unit
kerja? Dapat dilakukan antara lain melalui:
1)
mengamati atau melakukan observasi.
2)
menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan
atau gambar.
39
3)
mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya
pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang
lain.
b.
QUESTIONING ( bertanya)
Questioning dapat diterapkan antara peserta didik dengan
peserta didik, antara guru dengan peserta didik, antara
peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan
orang lain yang didatangkan ke kelas. Questioning juga
dapat dilakukan saat berdiskusi, bekerja dalam kelompok,
ketika mengamati atau menemui kesulitan.
c.
KONSTRUKTIVISME
Merancang pembelajaran dalam bentuk peserta didik
bekerja praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik,
menulis karangan, mendemonstrasikan atau menciptakan
ide.
d.
LEARNING COMMUNITY (masyarakat belajar)
Masyarakat belajar dapat diterapkan sesuai dengan
kebutuhan. Materi yang diberikan, antara lain berupa
pembentukan
kelompok
kecil,
kelompok
besar,
mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas
sederajat atau bekerja dengan kelas di atasnya, dan
bekerja dengan masyarakat di lingkungan sekolah.
e.
AUTHENTIC
ASSESSMENT
(penilaian
sebenarnya)
1) Kemajuan belajar dinilai dari proses dan hasil.
40
yang
2) Menilai
pengetahuan,
keterampilan
dan
sikap
(performansi) yang diperoleh peserta didik.
3) Penilai tidak hanya oleh guru, tetapi juga bisa teman
atau orang lain.
4) Karakteristik
Penilaian
dilaksanakan
selama
dan
sesudah proses pembelajaran. Penilaian dilakukan
dalam bentuk formatif maupun sumatif.
5) Obyek
yang
diukur
adalah
pengetahuan
dan
keterampilan, bukan sekedar mengingat fakta, bersifat
berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan
sebagai feed back.
f.
MODELING (pemodelan)
Guru bukan satu-satunya model, tetapi bisa juga model
dari peserta didik yang memiliki kelebihan dengan cara
mendemonstrasikan kemampuannya atau dari pihak luar
yang bertindak sebagai native speaker.
g.
REFLECTION (refleksi)
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang
sudah diketahui, dan hal-hal yang belum diketahui agar
dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Realisasi
dari refleksi dapat berupa:
1) pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh
peserta didik
2) Catatan atau jurnal peserta didik.
41
3) Kesan dan saran peserta didik mengenai
pembelajaran
4) Proses dan hasil Diskusi.
5) Hasil karya.
Model pembelajaran CTL dilaksanakan dengan langkah
sebagai berikut:
1) Mengkaji materi ajar yang bersifat konsep atau teori
yang akan dipelajari peserta didik.
2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup
peserta
didik
melalui
proses
pengkajian
secara
seksama.
3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal
peserta
didik,
selanjutnya
memilih
dan
mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan
dibahas.
4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep
atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan
pengalaman
peserta
didik
dan
lingkungan
kehidupannya.
5) Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong
peserta didik untuk mengkaitkan apa yang sedang
dipelajari
dengan
pengetahuan/pengalaman
sebelumnya dan fenomena kehidupan sehari-hari,
serta mendorong peserta didik untuk membangun
42
kesimpulan yang merupakan pemahaman peserta
didik terhadap konsep atau teori yang sedang
dipelajarinya.
6) Melakukan penilaian autentik (authentic assessment)
yang memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam
terhadap pembelajarannya, sekaligus pada saat yang
bersamaan dapat meningkatkan dan menemukan cara
untuk peningkatan pengetahuannya.
D.
Problem-Based Learning (PBL)
1.
Definisi PBL
PBL adalah pembelajaran yang didasari oleh dorongan
penyelesaian masalah. Pengertian tersebut sejalan dengan
yang diutarakan oleh Barrows & Tamblyn:
“…the learning which result from the process of working
towards the understanding of, or resolution of a problem.”
(Barrows & Tamblyn, 1980).
Sebagai model pembelajaran, PBL menggunakan masalah
sebagai
langkah
awal
dalam
mengumpulkan
dan
mengintegrasikan pengetahuan baru.
2. Prinsip Dasar
a. Pembelajaran berawal dari adanya masalah (soal,
pertanyaan, dsb) yang perlu diselesaikan.
43
b. Masalah yang dihadapi akan merangsang peserta didik
untuk
mencari
mencari/membentuk
solusinya;
peserta
didik
baru
untuk
pengetahuan
menyelesaikan masalah.
3. Tujuan PBL
a. Mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif
dalam proses belajar
b. Menilai sejauh mana pemahaman peserta didik tentang
materi yang dipelajari
4. Beberapa Kelebihan PBL
a. PBL merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong
peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang
reflektif, kritis dan aktif.
b. PBL merangsang peserta didik untuk bertanya dan
menggali pengetahuan secara mendalam.
c. PBL mencerminkan sifat alamiah pengetahuan, yaitu:
kompleks dan berubah-ubah sesuai kebutuhan, sebagai
respons terhadap masalah yang dihadapi.
5. Kompetensi yang dikembangkan
a. Beradaptasi dan berpartisipasi dalam perubahan.
b. Mengenali dan memahami masalah serta mampu
membuat keputusan yang beralasan dalam situasi baru.
c. Menalar secara kritis dan kreatif.
44
d. Mengadopsi pendekatan yang lebih universal atau
menyeluruh.
e. Mempraktikkan empati dan menghargai sudut pandang
orang lain.
f.
Berkolaborasi secara produktif dalam kelompok.
g. Mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta
menemukan cara untuk mengatasi kelemahan diri; selfdirected learning.
6. Karakteristik Masalah PBL
a. Masalah dapat berupa tugas melakukan sesuatu,
pertanyaan atau hasil identifikasi dari keadaan yang ada
di sekitar peserta didik.
b. Masalah berupa tugas yang tidak memiliki struktur yang
jelas sehingga merangsang peserta didik untuk mencari
informasi untuk memperjelasnya.
c. Masalah harus cukup kompleks dan ambigu sehingga
peserta didik terdorong untuk menggunakan berbagai
strategi penyelesaian masalah, teknik dan ketrampilan
berpikir.
d. Masalah harus bermakna dan ada hubungannya
dengan kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik
termotivasi mengarahkan dirinya untuk menyelesaikan
masalah dan mengujinya secara praktis.
45
7. Sumber Pembelajaran
a. Bahan bacaan, baik yang disediakan secara langsung
maupun yang ada di sekitar tempat belajar.
b. Informasi dari narasumber (dijelaskan sekilas dan
berdasarkan pertanyaan peserta didik).
c. Lingkungan dan hasil uji coba praktis.
d. Sumber-sumber lain yang dapat diakses peserta didik.
8. Metode dalam PBL
a. Diskusi kelompok.
b. Belajar mandiri (individual).
c. Eksperimen kelompok.
d. Observasi gejala dan wawancara terhadap narasumber.
e. Komparasi dengan hasil-hasil penyelesaian masalah
yang sudah ada.
9. Karakteristik Kelompok
a. Peserta didik dibagi secara acak.
b. Jumlah anggota kelompok berkisar antara 5-8 orang.
c. Heterogen (latar belakang dan kemampuan cukup
beragam).
d. Waktu kerja disesuaikan dengan jadwal belajar dan
kesediaan anggota kelompok.
46
10. Peran Guru
a. Guru berperan sebagai fasilitator
b. Menyusun ‘trigger problems’
c. Guru
juga
dapat
berperan
sebagai
narasumber
terutama utk informasi yang sulit diperoleh dari sumber
lain
d. Memastikan jalannya proses pembelajaran dan setiap
anggota kelompok terlibat
e. Melakukan evaluasi
11. Langkah-langkah PBL
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan
logistik yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik untuk
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih.
b. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasi
tugas
belajar
yang
berhubungan
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,
jadwal, dll.)
c. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan
data, hipotesis, pemecahan masalah.
47
d. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
e. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
48
Contoh Pelaksanaan PBL
Proses
Sasaran
Hasil
Tutor memulai sesi dengan
presentasi masalah
Peserta didik dirangsang untuk dapat
mengidentifikasi masalah konkret
Pembelajaran tentang konteks
masalah dan ruang lingkup materi
Peserta didik mencari dan menyusun
kerangka berpikir untuk
menyelesaikan masalah
Peserta didik menguji pendekatan
dan solusi masalah mereka
Peserta didik mengevaluasi dan
merevisi solusi mereka;
memanfaatkan feed-back
Peserta didik menyusun ‘teori’ baru
berdasarkan pengalaman
penyelesaian masalah
Peserta didik menerapkan ‘teori’
untuk membahas masalah baru dan
evaluasi kritis
Peserta didik aktif menggali berbagai
sumber untuk memperoleh info yang
dibutuhkan
Peserta didik melatih kemampuan
logika dan analisis
Membandingkan dengan kelompok
lain dan menerima umpan balik
Belajar secara kumulatif dan
mengaitkan berbagai pengetahuan
Peserta didik belajar melakukan
abstraksi dan generalisasi brdasarkan
pengalaman
Peserta didik menguji apakah
pengetahuan yang diperolehnya
berguna/ tidak.
Mampu mengintegrasi
pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman
Mampu membuat solusi yang
realistik dan tepat-guna.
Meningkatkan perkembangan
mental lebih kompleks
Memperoleh tambahan
pengetahuan tentang masalah
49
E.
MODEL MENGAJAR INQUIRY TRAINING
1. Pengertian
Model
mengajar
Inquiry
Training
adalah
model
pembelajaran yang diarahkan untuk membantu peserta
didik mengembangkan keterampilan intelektual yang
terkait dengan penalaran sehingga mampu merumuskan
masalah,
membangun
konsep
dan
hipotesis
serta
menguji untuk mencari jawaban
2. Langkah-Langkah Kegiatan Belajar
a.
Fase satu, mengidentifikasi masalah
b.
Fase dua: mengumpulkan informasi yang dilihat
dan dialami terkait dengan masalah
c.
Fase tiga , mengelompokkan data:
1)
Memisahkan
variabel-variabel
yang
relevan.
2)
Membuat hipotesa tentang hubunganhubungan penyebab.
d.
Fase
empat,
mengorganisasikan
data
dan
memformulasikan suatu paparan.
e.
Fase lima, menganalisis strategi inquiri dan
mengembangkan model pembelajaran yang lebih
efektif.
50
F.
Model Bermain Peran (Role Playing)
1. Pengertian
Model
pembelajaran
yang
digunakan
untuk
mengembangkan kemampuan analogi tentang situasi
permasalahan kehidupan yang sebenarnya.
2. Langkah-Langkah Pembelajaran
a.
Fase pertama memotivasi kelompok dengan
mengidentifikasi
dan
menginterpretasikan;
menjelaskan
masalah,
mengekplorasi
isu-isu,
menjelaskan peran.
b.
Fase kedua, memilih peran.
c.
Fase ketiga, menyiapkan pengamat.
d.
Fase keempat, menyiapkan tahap-tahap peran.
e.
Fase kelima, pemeranan.
f.
Fase keenam, diskusi dan evaluasi.
g.
Fase ketujuh, pemeranan ulang.
h.
Fase kedelapan, diskusi dan evaluasi.
i.
Fase kesembilan, membagi pengalaman dan
menarik generalisasi.
51
Sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) telah menyelesaikan Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan yang kemudian dikukuhkan menjadi
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan Nomor 23 Tahun
2006, serta Nomor 24 Tahun 2006 yang disempurnakan dengan Nomor
6 tahun 2007 tentang ketentuan pelaksanaannya. BSNP juga telah
menerbitkan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pengalaman melakukan persiapan untuk penyusunan Model
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah Menengah
Kejuruan (KTSP-SMK), ternyata berbagai ketentuan tentang
penyusunan KTSP yang termuat pada peraturan-peraturan tersebut,
termasuk pedoman penyusunannya, masih memerlukan analisis dan
upaya pensistematisan yang tidak sederhana, terutama karena ada
beberapa ketentuan yang saling terkait tapi berada pada dokumen yang
berbeda-beda. Atas dasar itulah, maka sesuai dengan tugas dan
fungsinya, Direktorat Pembinaan SMK berupaya merevisi Bahan
Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2006 menjadi Edisi 2008 yang
sepenuhnya diturunkan secara sistematis dari peraturan-peraturan
tersebut dan pedoman pelaksanaannya.
Bahan bimbingan teknis hasil revisi ini diharapkan dapat
membantu para pihak yang terlibat dalam pengembangan dan
implementasi KTSP-SMK serta satuan pendidikan SMK pada
umumnya, dalam upaya menerapkan peraturan-peraturan dimaksud.
Pada gilirannya, seperti yang diharapkan, setiap SMK atau kelompok
SMK akan mampu menyiapkan sendiri KTSP yang akan
diimplementasikannya.
i
Seri bahan bimbingan teknis (Bimtek) ini meliputi judul-judul
berikut.
1.
Teknik Penyusunan KTSP dan Silabus SMK;
2.
Teknik Penyusunan RPP;
3.
Teknik Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal SMK;
4.
Teknik Penyusunan Modul Bahan Ajar);
5.
Teknik Pelaksanaan Pengembangan Diri pada SMK;
6.
Model-model Pembelajaran SMK;
7.
Penilaian dan Pelaporan Hasil Belajar Peserta Didik SMK;
8.
Implementasi Sistem Kridit Semester pada SMK.
Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi sehingga
terwujudnya seri buku bahan bimbingan teknis ini, kami ucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Jakarta,
November 2008
Direktur Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan,
Dr. Joko Sutrisno
NIP. 131415680
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
2
BAB II MULTI KECERDASAN DALAM
PEMBELAJARAN
A. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
9
B. Kecerdasan Logika Matematika
(Logical Mathematic Intelligence)
C. Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)
11
13
D. Kecerdasan Kinestetik
(Body Kinesthetic Intelligence)
E. Kecerdasan Musik (Music Intelligence)
14
15
F. Kecerdasan Interpersonal
(Interpersonal Intelligence)
17
G. Kecerdasan Intrapersonal
(Intrapersonal Intelligence)
H. Kecerdasan Natural (Naturalistic Intelligence)
18
20
BAB III MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
A. Project Work
22
B. Quantum Teaching and Learning (QTL)
28
C. Contextual Teaching and Learning (CTL)
32
D. Problem-Based Learning (PBL)
38
E. Model Mengajar Inquiry Training
45
F. Model Bermain Peran (Role Playing)
46
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN), pasal 19,
dinyatakan bahwa:
1.
Proses
pembelajaran
diselenggarakan
secara
pada
satuan
interaktif,
pendidikan
inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
2.
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan
keteladanan.
3.
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien.
1
Dipertegas
dengan
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007
tentang Standar Proses bahwa standar proses untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran,
penilaian
hasil
pembelajaran
dan
pengawasan proses pembelajaran. Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber
belajar
pada
suatu
lingkungan
belajar.
Proses
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel,
bervariasi dan memenuhi standar.
B.Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari 3 (tiga)
tahapan yaitu:
1
Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan
pembelajaran
yang
ditujukan
untuk
membangkitkan motivasi dan menfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan guru;
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik
untuk mengikuti proses pembelajaran,
b. mengkondisikan peserta didik tentang apa yang
akan dipelajari, bagaimana mempelajarinya dan apa
2
yang akan didapatkan sebagai hasil belajar yang
akan mereka ikuti.
2
Kegiatan Inti
Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan
ruang
yang
cukup
bagi
prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Dalam
kegiatan
menggunakan
inti
metode
pelaksanaan
yang
pembelajaran
disesuaikan
dengan
karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran,
yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.
a.
Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi dimaksudkan untuk mencari
informasi yang luas dan mendalam berdasarkan
pengalaman peserta didik tentang materi yang
akan dipelajari. Dalam eksplorasi guru;
1) melibatkan peserta didik dengan menerapkan
prinsip alam ambang guru dan belajar dari
aneka sumber.
3
2) menggunakan berbagai metode dan media
pembelajaran serta sumber belajar lain yang
relevan
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta
didik, peserta didik dengan guru, lingkungan,
dan sumber belajar lainnya.
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran.
5) memfasilitasi
percobaan
peserta
di
didik
laboratorium,
melakukan
studio
atau
peserta
didik
lapangan.
b.
Elaborasi
Pada kegiatan elaborasi, guru;
1)
membiasakan
dalam membaca dan menulis melalui tugastugas tertentu yang bermakna;
2)
memfasilitasi
peserta
didik
melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis;
3)
memberi
berpikir,
kesempatan
menganalisis,
untuk
menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4)
memfasilitasi
peserta
didik
dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
4
5)
memfasilitasi
peserta
didik
berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
6)
memfasilitasi
peserta
didik
membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tulisan, secara individu atau
kelompok;
7)
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan pameran, turnamen, festival, atau
cara-cara lain yang efektif terhadap produk
yang dihasilkan;
8)
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan kegiatan yang menumbuhkan rasa
bangga dan percaya diri.
c.
Konfirmasi
Kegiatan eksplorasi adalah memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai metoda. Guru perlu:
1)
memberikan umpan balik positif
dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik;
2)
memfasilitasi
melakukan
refleksi
untuk
peserta
didik
memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan;
5
3)
memfasilitasi
untuk
memperoleh
peserta
didik
pengalaman
yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
Dalam hal ini guru:
1)
berfungsi sebagai narasumber
dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan,
dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar;
2)
membantu
menyelesaikan
masalah;
3)
memberi acuan agar peserta
didik
dapat
melakukan
pengecekan
memberi
informasi
hasil
eksplorasi;
4)
untuk
bereksplorasi lebih lanjut;
5)
memberi
motivasi
peserta untuk bereksplorasi lebih lanjut.
6
kepada
3.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan
dalam bentuk:
a.bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri
membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran;
b.melakukan
penilaian
dan/atau
refleksi
terhadap
kegiatan yang telah dilakukan;
c.memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran;
d.merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedial atau pengayaan, layanan
konseling dan atau memberikan tugas individu
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar
peserta didik,
e.menyampaikan pembelajaran tahap berikutnya.
7
8
BAB II
MULTI KECERDASAN DALAM PEMBELAJARAN
Setiap peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.
Kecerdasan peserta didik dalam belajar didasari beberapa jenis
kecerdasan yang ada, yang dikenal dengan multi kecerdasan.
Seorang guru perlu memahami berbagai jenis kecerdasan peserta
didik,
agar
dapat
menerapkan strategi
pembelajaran
yang
bervariasi dalam menjembatani proses belajar peserta didik.
A.
Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan Linguistik merupakan kemampuan berpikir dalam
bentuk
kata-kata
mengekspresikan
dan
dan
penggunaan
memberi
makna
bahasa
yang
untuk
kompleks.
Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para pengarang, penyair,
jurnalis, pembicara, dan penyiar berita. Beberapa karakteristik
yang ada pada orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan
bahasa antara lain adalah :
1.
Mendengarkan dan merespon
setiap suara dan berbagai ungkapan kata;
2.
Menirukan
suara,
bahasa,
membaca dan menulis;
3.
Belajar
melalui
menyimak,
membaca dan menulis serta diskusi;
9
4.
Menyimak
secara
efektif,
memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa
yang diucapkan;
5.
Membaca
secara
efektif,
memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan;
6.
Berbicara secara efektif kepada
beragam pendengar, beragam tujuan, dan mengetahui cara
berbicara secara sederhana, fasih, dan bergairah;
7.
Menulis
secara
efektif,
memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa,
ejaan, tanda baca dan kosa kata yang efektif;
8.
Memperlihatkan
kemampuan
untuk mempelajari bahasa lainnya;
9.
Menggunakan
keterampilan
menyimak, berbicara, menulis dan membaca.
Kelas pada setiap pelajaran harus berupa lingkungan yang kaya
akan bahasa tempat peserta didik berbicara, berdiskusi dan
menjelaskan dan yang paling penting adalah mendorong rasa
ingin tahunya.
Pembentukan lingkungan pembelajaran Verbal-Linguistik :
1.
Kondisikan peserta didik untuk
menceritakan suatu kisah atau suatu masalah yang terkait
dengan materi pelajaran;
2.
Memberi kesempatan peserta
didik untuk memimpin suatu diskusi atau debat;
10
3.
Menugaskan
peserta
didik
untuk membuat sebuah artikel;
4.
Memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menghubungkan suatu artikel/cerita
dengan realita atau materi pelajaran;
5.
Menugaskan
peserta
didik
untuk mempresentasikan sesuatu pokok bahasan;
6.
Mengkondisikan kegiatan ”talk
show” dalam suatu program/materi;
7.
Menyusun
suatu
laporan/
resume/kajian pada suatu topik/ materi yang relevan.
B.
Kecerdasan Logika Matematika (Logical Mathematic
Intelligence)
Merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan
mempertimbangkan
menyelesaikan
matamatika
proposisi
operasi-operasi
biasanya
dimiliki
dan
hipotesis,
matematika.
oleh
para
serta
Kecerdasan
ilmuwan,
ahli
matematika, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan matematika antara lain adalah:
1.
Merasakan berbagai tujuan dan
fungsi mereka dalam lingkungannya;
2.
Mengenal konsep-konsep yang
bersifat kuantitatif, waktu dan hubungan sebab akibat;
11
3.
Menggunakan
simbol-simbol
abstrak untuk menunjukkan realita;
4.
Menunjukkan
keterampilan
memecahkan masalah secara
logis;
5.
Memahami
pola-pola
dan
hubungan-hubungan;
6.
Mengajukan
dan
menguji
hipotesis;
7.
Menggunakan
bermacam-
macam keterampilan matematis,
seperti memperkirakan, perhitungan logaritma, menafsirkan
statistik, dan informasi visual dalam bentuk grafik;
8.
Berpikir
secara
sistematis
dengan mengumpulkan bukti,
membuat hipotesis dan merumuskan berbagai model;
9.
Mengungkapkan
ketertarikan
dalam karir, seperti akuntansi,
teknologi informasi, mesin dan ilmu kimia.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan logika matematis, antara lain:
1.
menerjemahkan
bahasan ke dalam rumus matematika;
12
suatu
pokok
2.
merencanakan dan memimpin
suatu eksperimen;
3.
menggunakan
diagram
venn
menggunakan
analogi
untuk
untuk menjelaskan;
4.
menjelaskan;
5.
mengkategorikan fakta-fakta;
6.
merancang suatu simbol atau
kode.
13
C.
Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)
Kemampuan membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga
dimensi seperti yang dilakukan pelaut, pilot, pemahat, pelukis,
dan
arsitek.
merasakan
Kecerdasan
bayangan
ini
eksternal
memungkinkan
dan
internal,
seseorang
melukiskan
kembali, mengubah dan memodifikasi bayangan dan obyek
melalui ruang untuk menghasilkan suatu gambar/grafik ataupun
suatu benda.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan spasial antara lain adalah :
1.
Belajar
dengan
melihat
dan
mengamati;
2.
Mengarahkan
dirinya
pada
benda-benda secara efektif dalam ruangan;
3.
Merasakan dan menghasilkan
sebuah bayangan mental, berpikir dalam gambar dan
memvisualisasikan detail;
4.
Membaca grafik, bagan, peta,
dan diagram visual;
5.
Menikmati gambar-gambar tak
beraturan, lukisan, ukiran atau obyek repro lain dalam bentuk
yang dapat dilihat;
6.
Menikmati bentukan hasil tiga
dimensi, seperti obyek origami, jembatan tiruan dan maket;
14
7.
Cakap
mendesain
secara
abstrak;
8.
Menciptakan bentuk baru dari
media visual spasial.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan kecerdasan spasial, antara lain:
1.
Menciptakan
sebuah
pertunjukkan;
2.
Merancang
sebuah
poster,
buletin, dan sejenisnya;
3.
Menggunakan
suatu
sistem
memori untuk mempelajari;
4.
Menciptakan suatu karya;
5.
Membuat variasi bentuk dan
ukuran dari suatu objek;
6.
Membuat suatu ilustrasi, sketsa,
denah dari suatu obyek;
7.
Menggunakan proyeksi untuk
mengajar.
D.
Kecerdasan
Kinestetik
Tubuh
(Bodily
Kinesthetic
Intelligence)
Kemampuan seseorang untuk menggerakkan suatu obyek dan
keterampilan-keterampilan fisik yang halus. Kemampuan atau
15
kecerdasan ini dimiliki oleh para atlit, penari, ahli bedah, dan
seniman.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan kinestetik antara lain adalah :
1.
menjelajahi
lingkungan
dan
sasaran melalui sentuhan dan gerakan;
2.
mengembangkan
kerjasama
dan rasa terhadap waktu;
3.
belajar dengan lebih baik, jika
terlibat langsung dan berpartisipasi;
16
4.
menikmati secara konkrit dalam
mempelajari pengalaman-pengalaman, seperti perjalanan ke
alam bebas, berpartisipasi dalam bermain peran dan
permainan ketangkasan;
5.
menunjukkan keterampilan atau
mendemonstrasikan keahlian dalam bidangnya.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan kinestetik, antara lain:
1. Bermain peran atau menirukan;
2. Menciptakan suatu gerakan atau rangkaian gerakan untuk
menjelaskan;
3. Menciptakan suatu model;
4. Merancang suatu produk;
5. Merencanakan dan menghadiri suatu perjalanan lapangan;
6. Membuat suatu permainan atau sejenisnya.
E.
Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)
Merupakan kecerdasan yang memiliki sensitivitas pada pola
titian nada, melodi, ritme, dan nada seperti yang dimiliki oleh
komposer, musisi, kritikus, dan pembuat alat musik, atau
seorang pendengar yang sensitif.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan musikal antara lain adalah :
1.
Mendengar
dan
merespon
dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi;
17
2.
Menikmati
dan
mencari
kesempatan untuk mendengarkan musik atau suara-suara
alam pada suasana belajar;
3.
Merespon
terhadap
musik
secara kinestetik;
4.
Mengenali dan mendiskusikan
berbagai gaya musik, aliran dan variasi budaya;
5.
Mengoleksi musik dan informasi
mengenai musik dalam berbagai bentuk;
6.
Mengembangkan
kemampuan
menyanyi atau memainkan instrumen secara sendiri;
7.
Mengembangkan
referensi
kerangka berpikir pribadi untuk mendengarkan musik;
8.
Mengembangkan
improvisasi
dan bermain dengan suara/bunyi.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu yang terkait
dengan kecerdasan musikal, antara lain:
1.
Meyajikan suatu pertunjukkan
dengan iringan musik yang tepat;
2.
Menyanyikan
sebuah
kritikan
atau lagu;
3.
Menyajikan kelas musik dalam
waktu singkat pada suatu materi/pokok bahasan;
18
4.
Menggunakan
musik
untuk
mempertinggi semangat belajar;
5.
Menuliskan
suatu
lirik
lagu
untuk suatu pokok bahasan/materi.
19
F.
Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi
dengan orang lain secera efektif, seperti yang dimiliki oleh guru,
pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan interpersonal antara lain adalah :
1.
terikat
dengan
dan
berinteraksi
dengan orang lain;
2.
membentuk dan menjaga hubungan
sosial;
3.
mengetahui dan menggunakan caracara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain;
4.
merasakan
perasaan,
pikiran,
motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain;
5.
berpartisipasi
dalam
kegiatan
kolaboratif dan menerima bermacam peran yang perlu
dilaksanakan;
6.
mempengaruhi
pendapat
dan
perbuatan orang lain;
7.
memahami
dan
berkomunikasi
secara efektif, baik secara verbal maupun non verbal;
8.
menyesuaikan
diri
terhadap
lingkungan dan group yang berbeda;
9.
mempelajari
keterampilan
berhubungan dengan penengah sengketa;
20
yang
10.
Tertarik pada karir yang berorientasi
interpersonal,
seperti
mengajar,
pekerjaan
sosial
dan
konseling.
21
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan kecerdasan interpersonal, antara lain:
1.
memimpin suatu rapat;
2.
bersama
seorang
rekan
menggunakan penyelesaian masalah berat;
3.
bermain peranan dengan berbagai
perspektif;
4.
mengatur
dan
ikut
serta
dalam
sebuah kelompok;
5.
mengajarkan orang lain tentang suatu
hal;
6.
berlatih
memberi
dan
menerima
umpan balik;
7.
menciptakan suatu sistem /prosedur
dari suatu kegiatan.
G.
Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat
tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuannya untuk
merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang, seperti
yang dimiliki oleh ahli agama, ahli psikologi dan ahli filsafat.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan intrapersonal antara lain adalah :
1.
sadar akan wilayah emosinya;
2.
menemukan
cara-cara
dan
jalan
keluar untuk mengekpresikan perasaan dan pemikirannya;
22
3.
mengembangkan model diri yang
akurat;
4.
termotivasi
untuk
mengidentifikasi
dan memperjuangkan tujuannya;
5.
membangun dan hidup dalam suatu
sistem nilai etika (agama);
6.
bekerja mandiri;
7.
mengatur
secara
kontinyu
pembelajaran dan perkembangan tujuan personalnya;
8.
berusaha mencari dan memahami
pengalaman batinnya sendiri;
9.
berusaha untuk mengaktualisasikan
diri;
10.
memberdayakan orang lain (memiliki
tanggung jawab kemanusiaan).
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan kecerdasan intrapersonal, antara lain:
1.
Menggambarkan bahwa kemampuan
yang dimilikinya dapat membantu menuju kesuksesan;
2.
Merangkai
dan
mengejar
suatu
tujuan;
3.
Menggambarkan
perasaannya
tentang sesuatu;
4.
Menggunakan acuan belajar;
23
5.
Membuat suatu jurnal;
6.
Menerima umpan balik dari orang
lain;
7.
Mengomentari
pekerjaannya.
24
atau
menilai
hasil
H.
Kecerdasan Natural (Naturalistic Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang terkait
dengan lingkungan alam dan merupakan kecerdasan kedelapan
dari kecerdasan yang tidak termasuk teori asli Multiple
Intelligences dari Gardner. Kecerdasan ini terkait dengan
sensitifitas terhadap alam dan faktor lingkungan, misalnya
mudah
berinteraksi
dengan
hewan,
mampu
memprediksi
terjadinya perubahan alam, mudah mengenali berbagai spesies
hewan maupun tumbuhan. Kecerdasan ini akan lebih mudah
diwujudkan melalui pengumpulan dan penganalisaan suatu
subjek yang berhubungan dengan alam.
25
BAB III
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
dirancang
atau
dikembangkan
dengan
menggunakan
pola
pembelajaran tertentu. Pola pembelajaran yang dimaksud dapat
menggambarkan
mewujudkan
kegiatan
kondisi
guru
belajar
dan
atau
peserta
sistem
didik
dalam
lingkungan
yang
menyebabkan terjadinya proses belajar. Pola pembelajaran
menjelaskan karakteristik serentetan kegiatan yang dilakukan oleh
guru-peserta didik. Pola pembelajaran dikenal dengan istilah sintak
( Bruce Joyce, 1985)
Pada penjelasan pelaksanaan pembelajaran yang tertuang pada
Lampiran Permendiknas Nomor 41 tahun 2007, tentang Standar
Proses,
II
poin
C,
dinyatakan
tentang
beberapa
model
pembelajaran alternatif yang dapat dikembangkan dan digunakan
secara inovatif sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi
di
kelas
serta
untuk
mendukung
iklim
belajar
PAKEM
(pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Iklim
belajar PAKEM diharapkan dapat menumbuhkembangkan secara
optimal multi kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik.
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan terkait dengan
iklim belajar PAKEM antara lain:
26
A.
Project Work
Project work adalah model pembelajaran yang mengarahkan
peserta didik pada prosedur kerja yang sistematis dan standar
untuk membuat atau menyelesaikan suatu produk (barang atau
jasa), melalui proses produksi/pekerjaan yang sesungguhnya.
Model pembelajaran project work sering digunakan untuk
program pembelajaran produktif.
Langkah-langkah pembelajaran project work
1. Perencanaan Project Work
a.
Inventarisasi
jenis
pekerjaan
(job),
standar
kompetensi dan produk yang dapat dihasilkan.
1)
Inventarisasi Standar Kompetensi Lulusan
Kegiatan
standar
ini
dimaksudkan
kompetensi
(SK)
untuk
yang
mengidentifikasi
terdapat
dalam
kurikulum/silabus.
SK1 …………………………..
SK2 …………….……………..
SK3 …………….……………..
Dst ….......…………...……….
b.
Inventarisasi Pekerjaan (Job)
Pendataan jenis pekerjaan (job) dapat mengacu: kepada
jenis
pekerjaan
yang
ada
di
kurikulum,
Standar
Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku, dan atau standar
pekerjaan lain yang ada di DU/DI/masyarakat. Setiap
27
kompetensi keahlian pada umumnya memiliki lebih dari
satu bidang/jenis pekerjaan yang dapat di isi oleh lulusan.
P.1 ………………………………………….
P.2 ………………………………….………
P.3 …………………………………..…......
Dst.
c.
Inventarisasi Produk (Barang/Jasa) Setiap Pekejaan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengiden-tifikasi produk
yang dapat dihasilkan oleh setiap bidang/jenis pekerjaan
sehingga peserta didik memilki orientasi produk yang akan
dihasilkan pada setiap pembelajaran.
28
Tabel 1. Daftar Nama Produk Setiap Bidang Pekerjaan
No
Bidang/Jenis
Nama Produk
Pekerjaan
P1
(barang/Jasa)
1
Pr1
Pr2
2
P2
Pr3
Pr3
3
P3
Pr4
Pr5
d.
Analisis Standar Kompetensi Terhadap Produk
(Barang/Jasa)
Hasil inventarisasi standar kompetensi lulusan, bidang
pekerjaan, dan produk tersebut, selanjutnya dianalisis
standar kompetensi yang dibutuhkan untuk menghasilkan
setiap
produk
dan
bidang
pekerjaan
dengan
menggunakan tabel 2.
29
Tabel 2. Analisis Standar Kompetensi Terhadap
Jenis Produk
Standar
Kode Standar Kompetensi
Kompetensi
SK1
SK2
SK3
SK4
SK5
SK6
SK7
SKn
Produk
Pr1
√
√
Pr2
√
√
√
√
√
Pr3
Prn
Baris pada kolom 1 diisi kode produk (nama barang/jasa),
sedangkan kolom berikutnya diisi dengan kode Standar
Kompetensi hasil inventarisasi (Kurikulum/Silabus).
Menentukan standar kompetensi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan produk (barang/jasa) dengan memberi
tanda cek (√) pada kolom standar kompetensi terkait.
Hasil analisis Standar Kompetensi terhadap Jenis Produk
pada tabel 2 dapat dimaknai sebagai berikut.
1.
Produk (Pr1) dapat dikerjakan pada pembelajaran
SK1, SK2, SK4
2.
Produk (Pr2 ) dapat dikerjakan pada pembelajaran
SK1, SK2, SK3 dan SK 5, demikian selanjutnya untuk
Produk yang lain.
30
3.
Produk (Pr1) dan (Pr2 ) dapat digunakan sebagai
pilihan peserta didik sebagai media pembelajaran SK1
dan SK2
4.
Setelah seluruh standar kompetensi teridentifikasi
terhadap produk yang ada, maka guru menetapkan
alternatif produk yang akan dikembangkan untuk
setiap standar kompetensi yang dipelajari. Alternatif
produk dapat dipilih oleh peserta didik.
e.
Penetapan Bukti Belajar/Evidence of Learning
Berdasarkan hasil analisis standar kompetensi terhadap
produk, guru diminta untuk menetapkan bukti-bukti belajar
(Evidence Of Learning) yang akan digunakan sebagi acuan
dalam penilaian hasil belajar peserta didik.
2. Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendekatan Project
Work
Pembelajaran
dengan
pendekatan
Project
Work
dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a.
Guru menyampaikan:
1.
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2.
strategi pembelajaran dengan pendekatan project
work
3.
alternatif judul/nama produk/jasa yang dapat dipilih
peserta.
31
4.
ruang lingkup standar kompetensi yang akan
dipelajari oleh peserta didik untuk setiap judul/nama
produk/jasa
5.
menyusun dan menetapkan pedoman penilaian
kompetensi sesuai dengan judul project work
6.
memfasilitasi
bimbingan
kepada
peserta
didik
dengan memanfaatkan lembar bimbingan.
b.
Peserta didik
1.
memilih salah satu judul/nama produk/jasa. Dan
menyusun rencana Project Work sesuai dengan judul
yang dipilih. Kerangka rencana Project Work sebagai
berikut.
1)
LATAR BELAKANG
2)
KEUNGGULAN DAN FUNGSI PRODUK/JASA.
3)
SKETSA/GAMBAR KERJA (jika diperlukan)
4)
BAHAN PRODUKSI
5)
FASILITAS/PERALATAN PRODUKSI
6)
PROSES PRODUKSI
RENCANA ANGGARAN BIAYA
SASARAN PASAR/KONSUMEN
JADWAL PELAKSANAAN
2.
melakukan proses belajar sesuai dengan proses
produksi yang telah direncanakan. Kegiatan dilakukan
sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan
32
dalam proposal di bawah bimbingan dan pengawasan
guru. Proses belajar menekankan pada pencapaian
standar kompetensi yang dibuktikan dengan bukti
belajar (learning evidence) dan diorganisasi dalam
bentuk portofolio.
3.
mengorganisasi bukti belajar sebagai portofolio.
4.
melaksanakan
kegiatan
kulminasi
(presentasi/
pengujian/penyajian/display).
5.
menyusun laporan sesuai dengan pengalaman
belajar yang diperoleh.
3. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dengan pendekatan project work pada
dasarnya
mencakup
kesesuaian
adalah
aspek
penilaian
standar
pengetahuan,
produk/jasa,
dan
kompetensi
yang
keterampilan,
sikap,
kesesuaian
waktu
pelaksanaan. Komponen project work yang dinilai terdiri dari
penyusunan rencana Project Work, pelaksanaan proses
produksi, laporan, kegiatan, dan kulminasi (presentasi/
pengujian/penyajian/display).
Peserta didik dinyatakan kompeten apabila memenuhi
standar minimal yang dipersyaratkan pada indikator dari
setiap kompetensi dasar. Penetapan pencapaian nilai
mengacu pada Pedoman Penilaian dan Pelaporan Hasil
Belajar Peserta Didik SMK.
33
B.
Quantum Teaching and Learning (QTL)
Merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan
untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi
peserta didik. Filosofi pendekatan pembelajaran Quantum
dikenal
dengan
istilah
TANDUR
yang
merupakan
kepanjangan dari :
T
=
A
=
N
=
D
=
U
=
R
=
Tumbuhkan, tumbuhkan minat
dengan
menunjukkan manfaat dari kompetensi yang
dipelajari terhadap kehidupan peserta didik
Alami, ciptakan dan berikan pengalaman
langsung yang dapat dimengerti oleh peserta
didik
Namai, berikan kata-kata kunci, konsep,
model, rumus, strategi, untuk mudah diingat
dan dipahami
Demonstrasikan,
sediakan
waktu
dan
kesempatan bagi
peserta didik
untuk
menunjukkan kemampuan yang diperoleh
selama proses pembelajaran
Ulangi, tunjukkan kepada peserta didik cara
mengulangi materi dan tegaskan bahwa “Aku
mampu bahwa aku memang mampu”
Rayakan, akui hasil belajar peserta didik, baik
dalam
bentuk penyelesaian,
partisipasi,
perolehan
keterampilan
ataupun
ilmu
pengetahuan dan beri penghargaan
1. Pendekatan Pembelajaran Quantum
Kelas merupakan komunitas belajar yang menjadi tempat
untuk meningkatkan kesadaran, daya dengar, partisipasi,
umpan balik dan pertumbuhan bagi peserta didik. Kelas
34
merupakan tempat bagi peserta didik mencari dan terbuka
terhadap umpan balik, mengalami perubahan, kegembiraan
dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar mengakui dan
mendukung orang lain, serta belajar dan tumbuh sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
Untuk
membentuk
lingkungan
kelas
yang
dapat
mengakomodasi semua tempat belajar yang baik, diperlukan
langkah-langkah berikut:
a. Membangun ikatan emosional. Kunci untuk membangun
ikatan emosional adalah dengan menciptakan kesenangan
dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan
segala ancaman dari suasana belajar.
b. Menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Untuk
meningkatkan keterlibatan peserta didik pada proses
pembelajaran, guru harus membangun hubungan dengan
menjalin rasa simpati dan saling pengertian.
c. Menciptakan keriangan dan ketakjuban. Menumbuhkan
lebih banyak kegembiraan dalam pengajaran, melalui
pemberian
afirmasi
(penguatan
atau
penegasan),
pengakuan, dan perayaan,
d. Mengambil Resiko
Peserta didik belajar berani mengambil resiko. Sebagai
contoh peserta didik berani menghabiskan sebagian
waktunya untuk datang ke sekolah merupakan salah satu
resiko peserta didik dalam memasuki proses belajar.
35
e. Ciptakan rasa saling memiliki
Umumnya semua peserta didik ingin merasa saling
memiliki, karena dengan rasa saling memiliki akan
memberikan nilai tambah, merasa lebih berdaya dan
diterima di dalam kelompoknya. Dengan rasa saling
memiliki akan menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan,
kesepakatan dan dukungan dalam belajar.
f.
Memberikan keteladanan
Keteladanan guru dalam segala hal menjadi cara yang
ampuh dalam membangun hubungan dan memahami
perasaan orang lain. Keteladanan akan memperkuat
proses pembelajaran yang dilakukan.
Langkah-langkah pembelajaran quantum:
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Komunitas dalam belajar memiliki tujuan yang sama.
Dimanapun mereka berada, baik di kelas, di sekolah
maupun di lembaga diklat lain, memiliki tujuan sama
yaitu mengembangkan kecakapan peserta didik sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan.
3) Meyakinkan kemampuan peserta didik dalam belajar,
dan kemampuan guru dalam mengajar
4) Menjaga agar komunitas kelas tepat berjalan agar
peserta didik tetap memiliki minat belajar tinggi
36
Lingkungan
yang
mendukung
model
pembelajaran
quantum antara lain :
1) Poster ikon, poster afirmasi, penggunaan warna, alat
2) bantu dapat digunakan dalam pembelajaran sesuai
dengan tujuan pembelajaran, kemampuan guru dan
fasilitas yang dimiliki.
3) Pengaturan tempat duduk peserta didik memiliki peran
penting dalam proses pembelajaran. Peserta didik
diberi kebebasan untuk mengatur posisi tempat duduk
sehingga proses interaksi dapat berjalan dengan baik.
4) Tumbuhan, aroma dan unsur organik lainnya, dapat
memperkaya kesegaran ruangan kelas
5) Musik dapat digunakan untuk menata suasana hati,
mengubah
keadaan
mental
peserta
didik,
serta
mendukung lingkungan belajar.
C.
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran
CTL (Contextual Teaching
And Learning)
merupakan suatu proses belajar yang holistik, bertujuan
membantu peserta didik untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajari dengan mengkaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural). Dengan demikian, mereka memiliki
pengetahuan/keterampilan
yang
secara
fleksibel
dapat
37
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke
permasalahan/konteks lainnya.
Karakteristik Pembelajaran Berbasis CTL
1) Kerjasama
2) Saling menunjang
3) Menyenangkan
4) Tidak membosankan
5) Belajar dengan bergairah
6) Pembelajaran terintegrasi
7) Menggunakan berbagai sumber
8) Peserta didik aktif
Guru
perlu
mengkondisikan
pembelajaran
sesuai
mengkaitkannya
dengan
dengan
dan
mempersiapkan
tujuan
realitas
materi
pembelajaran,
dan
dan
kebenaran
(konstruktivisme).
Guru perlu memahami:
1. Belajar
adalah
kegiatan
aktif,
yaitu
peserta
didik
membangun sendiri pengetahuannya, mencari sendiri arti
dari apa yang mereka pelajari dan bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya.
2. Belajar bukanlah suatu proses mengumpulkan sesuatu,
tetapi merupakan suatu proses menemukan sesuatu
melalui pengembangan pemikiran dengan cara membuat
kerangka pengertian yang baru.
38
3. Peserta didik mempunyai cara untuk mengerti sendiri,
sehingga setiap peserta didik perlu mengerti kekhasan,
keunggulan dan kelemahannya dalam menghadapi suatu
apapun.
4. Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru
ke peserta didik, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan
peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.
5. Mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik dalam
membentuk
pengetahuan,
membuat
makna,
mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, mengadakan
justifikasi.
6. Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk
membantu proses belajar peserta didik agar berjalan baik.
Proses belajar lebih ditekankan pada peserta didik yang
belajar.
1. Komponen CTL
a.
INQUIRY (merumuskan masalah)
Bagaimana cara melukiskan suasana kerja di suatu unit
kerja? Dapat dilakukan antara lain melalui:
1)
mengamati atau melakukan observasi.
2)
menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan
atau gambar.
39
3)
mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya
pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang
lain.
b.
QUESTIONING ( bertanya)
Questioning dapat diterapkan antara peserta didik dengan
peserta didik, antara guru dengan peserta didik, antara
peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan
orang lain yang didatangkan ke kelas. Questioning juga
dapat dilakukan saat berdiskusi, bekerja dalam kelompok,
ketika mengamati atau menemui kesulitan.
c.
KONSTRUKTIVISME
Merancang pembelajaran dalam bentuk peserta didik
bekerja praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik,
menulis karangan, mendemonstrasikan atau menciptakan
ide.
d.
LEARNING COMMUNITY (masyarakat belajar)
Masyarakat belajar dapat diterapkan sesuai dengan
kebutuhan. Materi yang diberikan, antara lain berupa
pembentukan
kelompok
kecil,
kelompok
besar,
mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas
sederajat atau bekerja dengan kelas di atasnya, dan
bekerja dengan masyarakat di lingkungan sekolah.
e.
AUTHENTIC
ASSESSMENT
(penilaian
sebenarnya)
1) Kemajuan belajar dinilai dari proses dan hasil.
40
yang
2) Menilai
pengetahuan,
keterampilan
dan
sikap
(performansi) yang diperoleh peserta didik.
3) Penilai tidak hanya oleh guru, tetapi juga bisa teman
atau orang lain.
4) Karakteristik
Penilaian
dilaksanakan
selama
dan
sesudah proses pembelajaran. Penilaian dilakukan
dalam bentuk formatif maupun sumatif.
5) Obyek
yang
diukur
adalah
pengetahuan
dan
keterampilan, bukan sekedar mengingat fakta, bersifat
berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan
sebagai feed back.
f.
MODELING (pemodelan)
Guru bukan satu-satunya model, tetapi bisa juga model
dari peserta didik yang memiliki kelebihan dengan cara
mendemonstrasikan kemampuannya atau dari pihak luar
yang bertindak sebagai native speaker.
g.
REFLECTION (refleksi)
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang
sudah diketahui, dan hal-hal yang belum diketahui agar
dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Realisasi
dari refleksi dapat berupa:
1) pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh
peserta didik
2) Catatan atau jurnal peserta didik.
41
3) Kesan dan saran peserta didik mengenai
pembelajaran
4) Proses dan hasil Diskusi.
5) Hasil karya.
Model pembelajaran CTL dilaksanakan dengan langkah
sebagai berikut:
1) Mengkaji materi ajar yang bersifat konsep atau teori
yang akan dipelajari peserta didik.
2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup
peserta
didik
melalui
proses
pengkajian
secara
seksama.
3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal
peserta
didik,
selanjutnya
memilih
dan
mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan
dibahas.
4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep
atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan
pengalaman
peserta
didik
dan
lingkungan
kehidupannya.
5) Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong
peserta didik untuk mengkaitkan apa yang sedang
dipelajari
dengan
pengetahuan/pengalaman
sebelumnya dan fenomena kehidupan sehari-hari,
serta mendorong peserta didik untuk membangun
42
kesimpulan yang merupakan pemahaman peserta
didik terhadap konsep atau teori yang sedang
dipelajarinya.
6) Melakukan penilaian autentik (authentic assessment)
yang memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam
terhadap pembelajarannya, sekaligus pada saat yang
bersamaan dapat meningkatkan dan menemukan cara
untuk peningkatan pengetahuannya.
D.
Problem-Based Learning (PBL)
1.
Definisi PBL
PBL adalah pembelajaran yang didasari oleh dorongan
penyelesaian masalah. Pengertian tersebut sejalan dengan
yang diutarakan oleh Barrows & Tamblyn:
“…the learning which result from the process of working
towards the understanding of, or resolution of a problem.”
(Barrows & Tamblyn, 1980).
Sebagai model pembelajaran, PBL menggunakan masalah
sebagai
langkah
awal
dalam
mengumpulkan
dan
mengintegrasikan pengetahuan baru.
2. Prinsip Dasar
a. Pembelajaran berawal dari adanya masalah (soal,
pertanyaan, dsb) yang perlu diselesaikan.
43
b. Masalah yang dihadapi akan merangsang peserta didik
untuk
mencari
mencari/membentuk
solusinya;
peserta
didik
baru
untuk
pengetahuan
menyelesaikan masalah.
3. Tujuan PBL
a. Mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif
dalam proses belajar
b. Menilai sejauh mana pemahaman peserta didik tentang
materi yang dipelajari
4. Beberapa Kelebihan PBL
a. PBL merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong
peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang
reflektif, kritis dan aktif.
b. PBL merangsang peserta didik untuk bertanya dan
menggali pengetahuan secara mendalam.
c. PBL mencerminkan sifat alamiah pengetahuan, yaitu:
kompleks dan berubah-ubah sesuai kebutuhan, sebagai
respons terhadap masalah yang dihadapi.
5. Kompetensi yang dikembangkan
a. Beradaptasi dan berpartisipasi dalam perubahan.
b. Mengenali dan memahami masalah serta mampu
membuat keputusan yang beralasan dalam situasi baru.
c. Menalar secara kritis dan kreatif.
44
d. Mengadopsi pendekatan yang lebih universal atau
menyeluruh.
e. Mempraktikkan empati dan menghargai sudut pandang
orang lain.
f.
Berkolaborasi secara produktif dalam kelompok.
g. Mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta
menemukan cara untuk mengatasi kelemahan diri; selfdirected learning.
6. Karakteristik Masalah PBL
a. Masalah dapat berupa tugas melakukan sesuatu,
pertanyaan atau hasil identifikasi dari keadaan yang ada
di sekitar peserta didik.
b. Masalah berupa tugas yang tidak memiliki struktur yang
jelas sehingga merangsang peserta didik untuk mencari
informasi untuk memperjelasnya.
c. Masalah harus cukup kompleks dan ambigu sehingga
peserta didik terdorong untuk menggunakan berbagai
strategi penyelesaian masalah, teknik dan ketrampilan
berpikir.
d. Masalah harus bermakna dan ada hubungannya
dengan kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik
termotivasi mengarahkan dirinya untuk menyelesaikan
masalah dan mengujinya secara praktis.
45
7. Sumber Pembelajaran
a. Bahan bacaan, baik yang disediakan secara langsung
maupun yang ada di sekitar tempat belajar.
b. Informasi dari narasumber (dijelaskan sekilas dan
berdasarkan pertanyaan peserta didik).
c. Lingkungan dan hasil uji coba praktis.
d. Sumber-sumber lain yang dapat diakses peserta didik.
8. Metode dalam PBL
a. Diskusi kelompok.
b. Belajar mandiri (individual).
c. Eksperimen kelompok.
d. Observasi gejala dan wawancara terhadap narasumber.
e. Komparasi dengan hasil-hasil penyelesaian masalah
yang sudah ada.
9. Karakteristik Kelompok
a. Peserta didik dibagi secara acak.
b. Jumlah anggota kelompok berkisar antara 5-8 orang.
c. Heterogen (latar belakang dan kemampuan cukup
beragam).
d. Waktu kerja disesuaikan dengan jadwal belajar dan
kesediaan anggota kelompok.
46
10. Peran Guru
a. Guru berperan sebagai fasilitator
b. Menyusun ‘trigger problems’
c. Guru
juga
dapat
berperan
sebagai
narasumber
terutama utk informasi yang sulit diperoleh dari sumber
lain
d. Memastikan jalannya proses pembelajaran dan setiap
anggota kelompok terlibat
e. Melakukan evaluasi
11. Langkah-langkah PBL
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan
logistik yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik untuk
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih.
b. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasi
tugas
belajar
yang
berhubungan
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,
jadwal, dll.)
c. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan
data, hipotesis, pemecahan masalah.
47
d. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
e. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
48
Contoh Pelaksanaan PBL
Proses
Sasaran
Hasil
Tutor memulai sesi dengan
presentasi masalah
Peserta didik dirangsang untuk dapat
mengidentifikasi masalah konkret
Pembelajaran tentang konteks
masalah dan ruang lingkup materi
Peserta didik mencari dan menyusun
kerangka berpikir untuk
menyelesaikan masalah
Peserta didik menguji pendekatan
dan solusi masalah mereka
Peserta didik mengevaluasi dan
merevisi solusi mereka;
memanfaatkan feed-back
Peserta didik menyusun ‘teori’ baru
berdasarkan pengalaman
penyelesaian masalah
Peserta didik menerapkan ‘teori’
untuk membahas masalah baru dan
evaluasi kritis
Peserta didik aktif menggali berbagai
sumber untuk memperoleh info yang
dibutuhkan
Peserta didik melatih kemampuan
logika dan analisis
Membandingkan dengan kelompok
lain dan menerima umpan balik
Belajar secara kumulatif dan
mengaitkan berbagai pengetahuan
Peserta didik belajar melakukan
abstraksi dan generalisasi brdasarkan
pengalaman
Peserta didik menguji apakah
pengetahuan yang diperolehnya
berguna/ tidak.
Mampu mengintegrasi
pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman
Mampu membuat solusi yang
realistik dan tepat-guna.
Meningkatkan perkembangan
mental lebih kompleks
Memperoleh tambahan
pengetahuan tentang masalah
49
E.
MODEL MENGAJAR INQUIRY TRAINING
1. Pengertian
Model
mengajar
Inquiry
Training
adalah
model
pembelajaran yang diarahkan untuk membantu peserta
didik mengembangkan keterampilan intelektual yang
terkait dengan penalaran sehingga mampu merumuskan
masalah,
membangun
konsep
dan
hipotesis
serta
menguji untuk mencari jawaban
2. Langkah-Langkah Kegiatan Belajar
a.
Fase satu, mengidentifikasi masalah
b.
Fase dua: mengumpulkan informasi yang dilihat
dan dialami terkait dengan masalah
c.
Fase tiga , mengelompokkan data:
1)
Memisahkan
variabel-variabel
yang
relevan.
2)
Membuat hipotesa tentang hubunganhubungan penyebab.
d.
Fase
empat,
mengorganisasikan
data
dan
memformulasikan suatu paparan.
e.
Fase lima, menganalisis strategi inquiri dan
mengembangkan model pembelajaran yang lebih
efektif.
50
F.
Model Bermain Peran (Role Playing)
1. Pengertian
Model
pembelajaran
yang
digunakan
untuk
mengembangkan kemampuan analogi tentang situasi
permasalahan kehidupan yang sebenarnya.
2. Langkah-Langkah Pembelajaran
a.
Fase pertama memotivasi kelompok dengan
mengidentifikasi
dan
menginterpretasikan;
menjelaskan
masalah,
mengekplorasi
isu-isu,
menjelaskan peran.
b.
Fase kedua, memilih peran.
c.
Fase ketiga, menyiapkan pengamat.
d.
Fase keempat, menyiapkan tahap-tahap peran.
e.
Fase kelima, pemeranan.
f.
Fase keenam, diskusi dan evaluasi.
g.
Fase ketujuh, pemeranan ulang.
h.
Fase kedelapan, diskusi dan evaluasi.
i.
Fase kesembilan, membagi pengalaman dan
menarik generalisasi.
51