Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Share Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu
STUDI PERBANDINGAN SIKAP SOSIAL SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATAIF TIPE
TWO STAY TWO STRAYDANTHINK PAIR SHAREPADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU
Oleh AHMAD IRVAN
Penelitian ini dilatar belakangi oleh pencapaian ranah afektif yang masih kurang dan sering kali diabaikan, serta untuk mengkaji tentang perbandingan sikap sosial siswa dengan menggunakan model TSTS dan model TPS pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan pendekatan komparatif. Populasi seluruh siswa kelas VII yang berjumlah 140 siswa dengan sampel 54 siswa, yang ditentukan dengan cluster random sampling. Pengumpulan data melalui dokumentasi dan observasi. Pengujian hipotesis menggunakan Multivariat Analisis Varians dan t-test dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ada perbedaan sikap sosial siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe TSTS dan TPS, (2) sikap jujur siswa pada model TSTS lebih tinggi dibandingkan pada model TPS, (3) sikap tanggung jawab siswa pada model TSTS lebih rendah dibandingkan pada model TPS, (4) sikap kerjasama siswa pada model TSTS lebih tinggi dibandingkan pada model TPS, (5) sikap percaya diri siswa pada model TSTS lebih tinggi dibandingkan pada model TPS, dan (6) sikap santun siswa pada model TSTS lebih tinggi dibandingkan pada model TPS.
(2)
COMPARATIVE STUDY OF SOCIAL ATTITUDES STUDENTS WITH MODEL COOPERATIVE LEARNING TWO STAY TWO STRAY AND
THINK PAIR SHARE ON THE SUBJECT“IPS TERPADU”
By
AHMAD IRVAN
This research is motivated by the achievement of affective domain is still lacking and often overlooked, as well as to learn about the social attitudes comparison students using TSTS models and TPS model on subjects“IPS Terpadu”class VII. The method used in this study is an experimental research with a comparative approach. The population in this study all students of class VII, amounting to 140 students with the sample amounted to 54 students, in this research with cluster random sampling. Data collection techniques with documentation and observation. Hypothesis testing using Multivariate analysis of variance and t-test of two independent samples. The results showed that: (1) there are differences in students' social attitude using TSTS learning model type and TPS, (2) an honest attitude on the TSTS model students is higher than in the TPS model, (3) responsibility attitude of the students on the TSTS model is higher than in the TPS model (4) the attitude of cooperation on the TSTS model students is higher than in the TPS model (5) confident attitude students on TSTS models higher than in the TPS model and (6) mannered attitude on students on the TSTS model students is higher than in the TPS model.
(3)
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETWO STAY TWO STRAYDANTHINK PAIR SHAREPADA MATA PELAJARAN
IPS TERPADU
Oleh :
AHMAD IRVAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
Penulis di lahirkan di Metro pada tanggal 06 Juli 1993 dengan
nama lengkap Ahmad Irvan. Penulis merupakan anak ketiga
dari empat bersaudara, Putra ketiga dari pasangan Bapak
Halawi dan Ibu Tursiyah.
Pendidikan formal yang diselesaikan penulis.
1. Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Teladan diselesaikan pada tahun 1998
2. SD Teladan Metro diselesaikan pada tahun 2005
3. SMP Negeri 1 Metro diselesaikan pada tahun 2008
4. SMA Negeri 3 Metro diselesaikan pada tahun 2011
Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Lampung melalui jalur tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN). Pada tahun 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
ke Solo, Bali, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Serta pada bulan Juli-September
mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Negeri Ratu Tenumbang
Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat dan Program Pengalaman
(8)
Persembahan
Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji untuk Mu Allah SWT
atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau
berikan selama ini
.Dengan Bangga Kupersembahkan Karya Ini Untuk
Ayah dan Ibu tercinta
Terimakasih Atas Kasih Sayang Tiada Tara yang Diberikan. Telah Merawat dan Mendidiku Dengan Penuh Kesabaran Agar Menjadi Manusia yang Bermanfaat.
Doa yang Tiada Hentinya yang Selalu Mengiringi Jalan Kesuksesanku.
Kakak, Adik dan Keluarga Besarku
Terima kasih Selalu Mendoakan dan Memberi Semangat untuk
Kesuksesanku
.Para Pendidik
Terima kasih Telah Berbagi Ilmu dan Pengalaman untuk Bekal Menghadapi Kehidupan.
Sahabat sahabatku
Terima kasih Selalu Meberikan Canda dan Tawa Setiap hari.
Seseorang yang Kelak Akan Mendampingi Hidupku
Almamater Tercinta Universitas Lampung
(9)
MOTO
Hidup itu terlalu singkat untuk mengingat masa lalu, teruslah menatap ke depan melangkah maju menuju masa depan yang
lebih cerah (Ahmad Irvan)
Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi, dan saya menang
(Quote Skripsi)
Do the best and pray. God will take care of the rest (Ahmad Irvan)
Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan (Syamsul Hadi)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat
mereka menyerah (Thomas Alva Edison)
(10)
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Tipe Think Pair Share Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu”. Shalawat beserta salam tetap
tersanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa salam.
Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi,
bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila.
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila.
4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Unila.
6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
(11)
akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta
memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku pembimbing I yang telah membantu
mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku penguji skripsi yang telah membantu
mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih untuk ilmu
dan pengalamannya yang telah diberikan kepada penulis.
11. Bapak Sutarno, S.Pd., selaku Kepala SMP Kartikatama Metro, terima kasih
atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan
SMP Kartikatama Metro sebagai tempat penelitian skripsi ini.
12. Ibu Hermiyani Dwi.P, S.E., selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu di SMP
Kartikatama Metro, terima kasih atas bimbingan, nasehat, dan motivasi serta
informasinya yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian dalam skripsi ini.
13. Siswa-Siswi SMP Kartikatama Metro, terima kasih atas kerjasama dan
kekompakkannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
14. Kedua orang tuaku, Mamak ku tercinta Tursiyah dan Bapak ku Halawi
terimakasih yang tiada tara telah memberikan cinta dan dukungan berupa
moril maupun materil. Terimakasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa
yang tiada hentinya, restu yang selalu mengiringi setiap langkahku dan kasih
sayang sepanjang masa. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan
(12)
telah memberikan motivasi dan dukungan berupa moril maupun materil.
Terimakasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa yang tiada hentinya,
restu yang selalu mengiringi setiap langkahku dan kasih sayang sepanjang
umur ini.
16. Teman-Temanku Rifa’i, Helita, Andreas Saut Maler, I Wayan Wendra,
Yayuk, Jaenudin, Agus Komari, Ilham Jati, Edy Darmadi, Irfan Hidayat,
Komarudin, Fredy Siswanto, Tommi Renaldi, Ajeng, Leni, Lisna, Rini,
Agnes, Wulan, Esti, Yusmai, Eka, Isra, Heni, Arum, Ratna, Elisa, Desi, Dita,
Tata, Suroto, Rifky, Bendol, Lisa Mellesa, Iqbal Saberi, Iqbal Tawakkal, Kak
Bachtiar Aditya, Mbak Upik, Mbak Rini Yanti, Rika Tria, dan Sandi
Irwansyah. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini, selalu menerima
dan membantuku disetiap kesulitan dalam penyusunan skripsi ini.
17. Teman-teman seluruh angkatan 2011 Ganjil dan Genap yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama
ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita
kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT.
18. Kakak dan adik tingkatku semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua
bantuan dan motivasinya.
19. Kak Dani dan Om Herdi terima kasih telah memberikan masukan dan
informasi dalam penyelesaian skripsi ini.
20. Sahabat KKN-PPL yang tak akan pernah terlupa Ardan, Fitri, Lia, Mashuri,
(13)
Selatan Kab. Pesisir Barat serta keluarga besar SMP Negeri 3 Pesisir Selatan.
21. Teman-teman kosan Nata, Mardi Bogel, Rio, Riyan Penyok, Arief Buero, dan
Ando dll, suatu kehormatan punya sahabat seperti kalian. Semoga kita semua
sukses.
22. Teman-teman ”Cuzz Plentung” Pandu, Hamed, Kadafi, Bancet, Bendol,
Juprik, Plontos, Bagong, Sigit, Sidik, dan Meiga serta teman-teman Eqcholiqe
rz yang takkan terlupakan selalu membantu dan saling memotivasi. Semoga
kelak kita bersama akan sukses di masa depan dan selalu menjalin tali
silahturahmi.
23. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada
penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Aamiin.
Bandar Lampung, 26 Oktober 2015 Penulis,
(14)
Halaman ABSTRAK
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH ...1
B. IDENTIFIKASI MASALAH ... 8
C. PEMBATASAN MASALAH... 9
D. PERUMUSAN MASALAH ... 9
E. TUJUAN PENELITIAN... 10
F. MANFAAT PENELITIAN ... 11
G. RUANG LINGKUP PENELITIAN ... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA ... 13
1. Sikap Sosial ... 13
2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 19
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS... 21
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 24
B. PENELITIAN YANG RELEVAN ... 27
C. KERANGKA PIKIR... 30
D. HIPOTESIS... 41
III. METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN... 43
B. POPULASI DAN SAMPEL ... 44
1. Populasi ... 44
(15)
D. DESAIN PENELITIAN... 45
E. DEFINISI KONSEPTUAL VARIABEL ... 47
F. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL... 48
G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 49
H. UJI PERSYARATAN INSTRUMEN ... 50
1. Uji Validitas Instrumen ... 50
2. Uji Realibiitas Instrumen ... 52
I. ANALISIS DATA ... 53
1. Uji Normalitas ... 53
2. Uji Homogenitas ... 54
J. TEKNIK ANALISIS DATA ... 54
1. Analisis MANOVA(multivariate analisis of variance)... 54
2. Pengujian Hipotesis... 55
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI DATA ... 58
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Kartikatama Metro ... 58
2. Keadaan Gedung SMP Kartikatama Metro... 59
3. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Kartikatama Metro ... 61
4. Visi dan Misi SMP Kartikatama Metro... 63
B. DESKRIPSI DATA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL64 1. Deskripsi Data pada Kelas Eksperimen ... 64
a. Data hasil sikap jujur pada kelas eksperimen... 64
b. Data hasil sikap tanggung jawab pada kelas eksperimen... 66
c. Data hasil sikap kerjasama pada kelas eksperimen ... 68
d. Data hasil sikap percaya diri pada kelas eksperimen ... 70
e. Data hasil sikap santun pada kelas eksperimen ... 71
2. Deskripsi Data pada Kelas Kontrol... 74
a. Data hasil sikap jujur siswa pada kelas kontrol... 74
b. Data hasil sikap tanggung jawab siswa kelas kontrol ... 75
c. Data hasil sikap kerjasama siswa pada kelas kontrol ... 76
d. Data hasil sikap siswa percaya diri pada kelas kontrol ... 78
e. Data hasil sikap santun siswa pada kelas kontrol ... 79
C. PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS DATA ... 83
1. Uji Normalitas... 83
2. Uji Homogenitas ... 85
3. Uji Homogenitas Matriksvarian/covarians... 86
D. TEKNIK ANALISIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS ... 86
1. Analisis MANOVA(multivariate analis of varians)... 86
2. Pengujian Hipotesis ... 89
E. PEMBAHASAN... 93 1. Terdapat perbedaan sikap sosial siswa pada kelas yang
(16)
menggunakan modelTPS... .93 2. Rata–rata sikap jujur siswa pada kelas yang pembelajarannya
menggunakan model TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model TPS ...97 3. Rata–rata sikap tanggung jawab siswa pada kelas yang
pembelajarannya menggunakan model TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model TPS ...100 4. Rata–rata sikap kerjasama siswa pada kelas yang pembelajarannya
menggunakan model TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang pembelajarannya menggunakan model TPS ...104 5. Rata–rata sikap santun siswa pada kelas yang pembelajarannya
menggunakan model TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang pembelajarannya menggunakan model TPS ...108 6. Rata–rata sikap santun siswa pada kelas yang pembelajarannya
menggunakan model TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang pembelajarannya menggunakan model TPS ...111
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN... 115 B. SARAN ...118
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(17)
Tabel Halaman
1. Penilaian Sikap pertemuan ke-16 Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS
Terpadu kelas VII SMP Kartikatama Metro ... 4
2. Penelitian yang Relevan ... 27
3. Definisi Operasional Variabel... 48
4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen untuk Variabel (Y) ... 52
5. Tingkat Besarnya Koefisien Korelasi ... 52
6. Daftar Nama Kepemimpinan SMP Kartikatama Metro... 59
7. Keadaan Gedung SMP Kartikatama Metro... 60
8. Fasilitas Belajar SMP Kartikatama Metro ... 60
9. Jumlah Tenaga Kerja Dan Staf TU SMP Kartikatama Metro ... 61
10. Data Tingkat Pendidikan Guru SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015... 62
11. Daftar Nama-Nama Guru di SMP Kartikatama Metro ... 62
12. Visi dan Misi SMP Kartikatama Metro ... 63
13. Distribusi Frekuensi Sikap Jujur Pada Kelas Eksperimen ... 65
14. Distribusi Frekuensi Sikap Tanggung Jawab Pada Kelas Eksperimen ... 67
15. Distribusi Frekuensi Sikap Kerjasama Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 69
16. Distribusi Frekuensi Sikap Percaya Diri Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 70
17. Distribusi Frekuensi Sikap Santun Pada Kelas Eksperimen ... 72
18. Distribusi Frekuensi Sikap Jujur Pada Kelas Kontrol... 74
19. Distribusi Frekuensi Sikap Tanggung Jawab Pada Kelas Kontrol ... 76
20. Distribusi Frekuensi Sikap Kerjasama Siswa Pada Kelas Kontrol ... 77
21. Distribusi Frekuensi Sikap Percaya Diri Siswa Pada Kelas Kontrol ... 78
22. Distribusi Frekuensi Sikap Santun Pada Kelas Kontrol... 80
23. Hasil Belajar Sikap Sosial Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 82
24. Hasil Uji Normalitas Sampel Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 84
25. Hasil Uji Homogenitas Sampel Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85
26. Uji HomogenitasMatrik Varian/Covarian ...86
27. Analisis MANOVA Sikap Sosial Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87
(18)
Lampiran Halaman
1. Silabus IPS Terpadu Kelas VII ... 124
2. RPP Model PembelajaranTwo Stay Two Stray... 129
3. RPP Model PembelajaranThink Pair Share... 146
4. Instrumen Untuk Mengamati Sikap Sosial Siswa... 161
5. Rubrik Penilaian Sikap Sosial Siswa ... 162
6. Lembar Observasi Sikap Sosial Siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 169
7. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 171
8. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 172
9. Daftar Kelompok Siswa Kelas Eksperimen ... 173
10. Daftar Kelompok Siswa Kelas Kontrol ... 174
11. Rekap Nilai Sikap Sosial Siswa Kelas Eksperimen ... 175
12. Rekap Nilai Sikap Sosial Siswa Kelas Kontrol ... 176
13. Hasil Uji Validitas... 177
14. Hasil Uji Reliabilitas ... 182
15. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 183
16. Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol... 186
17. Hasil Uji Analisis MANOVA ... 189
(19)
Gambar Halaman
1. SkemaTwo Stay Two Stray (TSTS)... 21
2. Kerangka Pikir Penelitian ... 41
3. Desain Penelitian... 46
4. Diagram Deskripsi Data Sikap Sosial Siswa Kelas Eksperimen ... 73
5. Diagram Deskripsi Data Sikap Sosial Siswa Kelas Kontrol... 81
6. Diagram Deskripsi Data Sikap Sosial Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 82
(20)
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan
pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sistem Pendidikan
Nasional No.20 tahun 2003). Sehingga dengan pendidikan manusia berusaha
mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengubah tingkah laku kearah
yang lebih baik. Pendidikan juga dapat mencetak manusia menjadi sumber
daya manusia yang handal dan terampil dibidangnya.
Persoalan pendidikan berkaitan dengan rendahnya ketersediaan sarana belajar
dan hasil pembelajaran. Persoalan tersebut salah satunya disebabkan oleh
rendahnya kreativitas dan dedikasi guru dalam menerapkan model-model
(21)
dicapai dalam proses pembelajaran. Secara prinsip kegiatan pembelajaran
merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang
semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, keterampilan
yang diperlukan dirinya untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, serta
berkontribusi pada kesejahteraan hidup manusia. (Permendikbud 81A Tahun
2013).
Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan dengan persoalan
kurikulum, persoalan tersebut berkenaan dengan pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013. Proses pembelajaran
KTSP menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor). Dalam pembelajaran Kurikulum 2013
implementasikan pendekatan saintifik akan ditekankan pada ranah sikap
(afektif). Agar dapat mengukur ketercapaian ranah afektif (sikap), guru dapat
melakukan penilaian melalui observasi, jurnal, penilaian diri, dan penilaian
teman sebaya. Penggunaan strategi pembelajaran harus diarahkan untuk
memfasilitasi pencapaian hasil yang telah dirancang yang nantinya akan
menghasilkan output yang mandiri, bertanggungjawab, disiplin, santun,
kerjasama, toleran, dan jujur.
Pembelajaran dilakukan dengan tahapan-tahapan yaitu tahapan perencanaan,
tahapan pembuatan perangkat pembelajaran termasuk memilih pendekatan,
strategi, metode dan teknik pembelajaran serta tahapan evaluasi.
(22)
sendiri. Pemilihan model-model pembelajaran yang tepat akan sangat
mendukung ketercapaian hasil belajar yang ditekankan ke ranah afektif (sikap)
di dalam implementasi Kurikulum 2013.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru bidang studi IPS
Terpadu di SMP Kartikatama Metro, model pembelajaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran IPS Terpadu adalah metode langsung sedangkan
metode belajar kelompok merupakan salah satu variasi dalam proses
pembelajaran. Pencapaian hasil belajar pada implementasi Kurikulum 2013
lebih ditekankan kedalam ranah afektif (sikap). Penilaian pencapaian ranah
afektif dapat dilakukan oleh guru melalui lembar observasi, penilaian diri,
penilaian teman sebaya dan jurnal. Guru tidak hanya memberikan
pengetahuan dan pembelajaran kepada siswa, guru bisa memasukan sisi-sisi
sikap yang baik baik kepada peserta didik sebagai contoh kecil, guru
mencontohkan kepada siswa bagaimana cara bertutur kata yang baik dan
sopan kepada teman sekelompoknya pada saat pembelajaran dan persentasi
serta saling bekerjasama antar teman sehingga antara murid dengan yang lain
akan peduli dengan teman sekelompoknya.
Penilaian sikap sosial siswa selama proses pembelajaran dapat dilakukan oleh
guru melalui observasi di dalam kelas pada setiap kali pertemuan. Pencapaian
hasil belajar ekonomi kelas VII di SMP Kartikatama Metro dalam ranah
(23)
Tabel 1. Hasil Penilaian Sikap pertemuan ke-16 Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Terpadu kelas VII SMP Kartikatama Metro
Kelas
Sikap Sosial
Jml
Tanggung Jawab Jujur Peduli Kerjasama
K C B S
B K C B
S
B K C B
S
B K C B
S B
VII A 18 11 22 7 21 9 18 11 29
VII B 17 13 15 15 13 17 15 12 3 30
VII C 16 14 20 10 17 13 14 14 2 30
VII D 20 10 14 16 14 16 18 10 2 30
VII E 18 10 17 11 14 14 17 11 28
Persent
ase 61 39 60 40 54 46 56 39 5 147
Kelas
Sikap Sosial
Jml
Santun Percaya Diri Disiplin
K C B SB K C B SB K C B SB
VII A 10 19 19 7 3 3 18 9 29
VII B 16 12 2 15 10 5 2 11 17 30
VII C 12 15 3 2 13 9 6 2 14 14 30
VII D 16 14 2 13 12 3 4 13 13 30
VII E 15 13 3 15 10 5 11 12 28
Persent
ase 47 49 4 5 51 32 12 11 45 44 147 Sumber: Guru mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII SMPKartikatama Metro
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai sikap sosial siswa tergolong
rendah. Hal ini terlihat dari persentasi jumlah siswa yang memiliki kriteria
tanggung jawab “cukup” lebih besar yaitu 61% dibanding dengan jumlah
siswa yang memiliki kriteria tanggung jawab “baik” yang hanya 39%. Begitu
pula dengan sikap Jujur, siswa yang memiliki kriteria sikap jujur “cukup”
memiliki persentasi 60%, lebih besar dibanding dengan siswa yang memiliki
kriteria sikap jujur “baik”. Hal serupa juga terjadi pada penilaian sikap
kerjasama, percaya diri, santun dan disiplin. Pada sikap kerjasama siswa yang
memiliki kriteria kerjasama “cukup” memilik persentasi 56% dan siswa yang
memiliki kriteria kerjasama “baik” 39% jumlah ini lebih sedikit dibanding
dengan siswa yang memiliki kriteria “cukup” dan ada bebarapa siswa yang telah mencapai kriteria “sangat baik” yaitu sebesar 5%. Sedangkan pada
(24)
evaluasi sikap sosial santun siswa yang memiliki kriteria “cukup” jumlahnya pun lebih besar dibanding siswa yang telah mencapai kriteria baik. Dengan
memperhatikan Tabel 1 dapat diamati bahwa semua aspek sikap sosial siswa
masih pada kategori cukup, walaupun rasa percaya diri dan disiplin ada
beberapa siswa yang sikapnya kurang.
Berdasarkan keadaan tersebut, pencapaian evaluasi sikap siswa didominasi
pada kriteria cukup saja, bahkan masih dijumpai dibeberapa sikap yang masih
masuk ke dalam kategori kurang, misal pada pencapaian sikap percaya diri
dan disiplin yaitu sebesar 5% dan 11%. Hal ini menunjukan bahwa pencapaian
penilaian sikap dalam proses pembelajaran harus lebih ditekankan dan
ditingkatkan lagi, agar siswa memiliki karakter dan kepribadian yang unggul
serta mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial.
Siswa merasa bosan di kelas karena kondisi belajar mengajar yang masih
monoton. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang antusias mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru. Pembelajaran yang diterapkan guru di kelas sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Penerapan model
pembelajaran yang tidak tepat mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap
kegiatan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi masalah-masalah yang sering dihadapi oleh peserta didik. Kurang
ketercapaiannya tujuan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh
penggunaan model dan metode pembelajaran yang kurang efektif. Keadaan ini
(25)
atau metode ceramah. Metode ceramah banyak digunakan oleh pengajar di
SMP Kartikatama Metro, termasuk mata pelajaran IPS Terpadu.
Metode ceramah dianggap lebih sederhana dan mudah dilaksanakan,
walaupun memiliki banyak kelemahan. Pada metode langsung, pembelajaran
berpusat pada guru(teacher centered). Pembelajarantecher centeredmembuat
siswa pasif karena dalam kegiatan pembelajaran siswa hanya mendengarkan
dan mencatat materi yang disampiakan oleh guru. Selain itu metode ini juga
dianggap membosankan. Jika metode langsung digunakan secara terus
menerus, dikhawatirkan dapat menghambat kreativitas siswa yang nantinya
berdampak pada kurangnya sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran di
kelas. Berdasarkan keadaan tersebut, untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa yang berdampak pada semakin tumbuhnya sikap sosial siswa selama
proses pembelajaran maka digunakan metode pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, dan menyenangkan.
Mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan model pembelajaran yang
tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar dan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih menarik,
mengedepankan partisipasi serta keaktifan siswa. Dua model pembelajaran
yang diduga sesuai untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Two Stay Two Stray(TSTS)
dan tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran Two Stay Two Stray
atau Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang memberi
(26)
kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu
antar kelompok untuk berbagi informasi.
Model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share (TPS) berguna untuk
membimbing para siswa mendefinisikan masalah atau menyelesaikan tugas
dengan duduk berpasangan antara kelompok mereka, diarahkan berfikir
menuju sebuah jawaban pada pasangan mereka, kemudian teman mereka
mencapai kesepakatan pada sebuah jawaban dan disampaikan di depan kelas.
Penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray dan Think Pair Share
akan membuat siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.
Secara mental maupun fisik siswa terlibat dalam memecahkan dan menggali
informasi untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang diberikan oleh
guru. Berdasarkan hal tersebut, siswa akan terbiasa bersikap teliti, ulet,
objektif/jujur, kreatif, aktif dan menghormati pendapat orang lain.
Kedua model pembelajaran tersebut, masing-masing memiliki kelemahan dan
kelebihan serta memiliki langkah yang berbeda. Untuk mengetahui model
pembelajaran yang tepat sehingga dapat diterapkan pada pembelajaran IPS
Terpadu dan memperoleh sikap sosial yang diharapkan, penulis berkeinginan
menerapkan kedua model pembelajaran tersebut dikelas penelitian dan melihat
hasil belajar IPS Terpadu serta sikap sosial siswa SMP Kartikatama Metro
kemudian membandingkan. Model pembelajaran TSTS atau model
pembelajaran TPS yang lebih efektif digunakan sebagai strategi dalam proses
(27)
Berdasarkan hal di atas, untuk menemukan model pembelajaran yang tepat
sehingga dapat diterapkan pada setiap kondisi siswa dikelas serta untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. Penulis berkeinginan
menerapakan kedua model pembelajaran kooperatif yang diharapakan dapat
memotivasi siswa untuk lebih giat belajar, meningkatkan aktivitas siswa, serta
menumbuhkan sikap positif siswa dalam belajar (Huda, 2013: 135).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul“Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Sharepada Mata Pelajaran IPS Terpadu”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Pencapaian sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran masih tergolong
rendah, kerena masih dalam kategori cukup.
2. Guru masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran
sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
3. Minat siswa terhadap mata pelajaran ekonomi masih rendah.
4. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
(28)
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan.
Penelitian ini hanya membatasi pada perbandingan antara sikap sosial siswa
pada mata pelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) kelas VII SMP
Kartikatama Metro.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut, maka
perumusan masalah pada penelitian ini adalah.
1. Apakah ada perbedaan sikap sosial siswa yang pembelajarannya
menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan yang
pembelajarannya menggunakan modelThink Pair Share(TPS)?
2. Manakah yang lebih tinggi sikap jujur siswa yang pembelajarannya
menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan yang
pembelajarannya menggunakan modelThink Pair Share (TPS)?
3. Manakah yang lebih tinggi sikap tanggungjawab siswa yang
pembelajarannya menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan
yang pembelajarannya menggunakan modelThink Pair Share (TPS)?
4. Manakah yang lebih tinggi sikap kerjasama siswa yang pembelajarannya
menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan yang
(29)
5. Manakah yang lebih tinggi sikap percaya diri siswa yang pembelajarannya
menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan yang
pembelajarannya menggunakan modelThink Pair Share (TPS)?
6. Manakah yang lebih tinggi sikap santun siswa yang pembelajarannya
menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan yang
pembelajarannya menggunakan modelThink Pair Share (TPS)?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk.
1. Mengetahui perbedaan sikap sosial siswa pada model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray dibandingkan model pembelajaran
Koperatif TipeThink Pair Sharepada mata pelajaran IPS Terpadu.
2. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap jujur siswa pada
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dibandingkan
model pembelajaran Koperatif TipeThink Pair Sharepada mata pelajaran
IPS Terpadu.
3. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap tanggungjawab
siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share pada
mata pelajaran IPS Terpadu.
4. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap kerjasama siswa
pada model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share pada
(30)
5. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap percaya diri pada
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dibandingkan
model pembelajaran Koperatif TipeThink Pair Sharepada mata pelajaran
IPS Terpadu.
6. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap santun siswa model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dibandingkan model
pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share pada mata pelajaran IPS
Terpadu.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini meliputi:
1. Secara Teoritis
a. Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran kepada guru mata
pelajaran IPS Terpadu tentang alternatif strategi pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar khususnya pada
ranah afektif (sikap).
b. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang
menekankan ada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada
mata pelajaran IPS Terpadu.
2. Secara Praktis
a. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah
dalam rangka memberikan pembelajaran IPS Terpadu khususnya.
b. Bagi guru mata pelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan dan
(31)
c. Bagi siswa dapat menumbuhkan sikap sosial siswa.
G. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Objek Penelitian
Objek penilitian ini adalah sikap sosial siswa, model pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan model pembelajaran
Kooperatif TipeThink Pair Share(TPS).
2. Subjek Penelitian
Siswa-siswi kelas VII C dan VII E Semester Genap.
3. Tempat Penelitian
SMP Kartikatama Metro.
4. Waktu Penelitian
(32)
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Sikap Sosial
Di dalam kehidupan sehari-hari terjadi proses belajar yang dialami setiap
individu baik secara langsung maupun tidak langsung. Belajar manusia akan
mengalami suatu perubahan. Selain itu, belajar juga dapat meningkatkan
kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat dimanfaatkan
bagi diri sendiri dan masyarakat. Hal ini didukung oleh pendapat M. Dalyono
(2009: 49) yang menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan
yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan
sebagainya”.
Hasil belajar dari proses pembelajaran dapat terbagi menjadi tiga ranah, yaitu:
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Di dalam implementasi
Kurikulum 2013 hasil belajar lebih ditekankan ke dalam ranah afektif.
Menurut Udin (2007: 21) pengembangan karakteristik afektif memerlukan
upaya secara sadar dan sistematis, terjadinya proses belajar mengajar dalam
(33)
adanya kesenangan belajar.
Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Sikap
merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu
bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam
kehidupan. Menurut Triandis dalam Slameto (2010: 188) sikap mengandung
tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen
tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap
objek ini selalu disertai dengan perasaan positif atau negatif.
Menurut Slameto (2010: 191), ada beberapa metode yang dipergunakan untuk
mengubah sikap antara lain.
1. Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan,caranya dengan memberi informasi-informasi baru mengenai objek sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas. Hal ini akhirnya diharapakan akan merangsang komponen afektif dan komponen tingkah lakunya.
2. Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap. Dalam cara ini komponen afektif turut pula dirangsang. Cara ini paling sedikit akan merangsang orang-orang yang bersikap anti untuk berpikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak mereka senangi itu.
3. Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku-tingkah laku baru yang tidak konsisten dengan sikap-sikap yang sudah ada. Kadang-kadang ini dapat dilakukan melalui kekutan hukum. Dalam hal ini kita berusaha langsung mengubah komponen tingkah lakunya.
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu
membawa diri sesuai dengan penilaian (Dimyanti dan Midjiono 2006: 239).
Jadi sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang
(34)
Sikap merupakan sebuah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang
dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau
tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah sikap sosial. Sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta
didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.
Sikap sosial (Imas dan Berlin Sani 2013: 68) dapat berupa sikap sebagai
berikut.
1. Sikap Jujur
Jujur adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Indikator pada sikap jujur misalnya siswwa tidak mencontek pada saat ulangan, selalu mencantumkan sumber data dan informasi/tidak melakukan plagiat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, melaporkan informasi sesuai dengan data yang dikumpulkan dan berani mengakui kekurangan yang dimiliki.
2. Tanggungjawab
Tanggungjawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, lingkunan sosial, Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikator dalam sikap tanggungjawab misalnya berani menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, mampu menyelesaikan tugas individu maupun kelompok dengan baik, mengakui kesalahan yang dilakukan.
3. Kerjasama
Kerjasama adalah sikap bersedia bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas. Indikator dari sikap kerjasama, misalnya terlibat aktif dalam kerja kelompok, bersedia menolong teman yang mengelami kesulitan dalam belajar, bersedia melakukan tugas sesuai kesepakatan dan tidak mendahulukan kepentingan pribadi.
4. Percaya Diri
Percaya diri adalah sikap yang berhubungan dengan kondisi mental atau psikologis seseorang yang member keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Indicator dari sikap percaya diri ialah berani presentasi di depan kelas, berani berpendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan, berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu serta berani mengkritik pendapat orang lain dengan pendapat yang logis.
(35)
5. Santun
Santun adalah sikap baik dalam pergaulan, baik dalam berbahasa, maupun bertingkah laku. Indikator dari sikap santun ialah tidak mengobrol saat jam pelajaran berlangsung, menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, mengkritik pendapat dengan menggunakan bahasa yang santun dan memperhatikan teman yang sedang berpresentasi.
Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh
orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (banyak orang-orang dalam
kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Siswa-siswa di sekolah
membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang di kenal sebagai lingkungan
sosial siswa. Dalam lingkungan tersebut ditemukan adanya kedudukan dan
peranan tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan, seperti
hubungan sosial tertentu seperti, kerjasama dan kompetisi.
Purwanto (2004:110) berpendapat pengertian sikap sosial adalah cara bereaksi
terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara
tertentu, sikap adalah suatu perbuatan/tingkah laku sebagai reaksi respon
terhadap suatu rangsangan stimulus yang disertai dengan pendirian dan atau
perasaan itu sendiri.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap.
1. Faktor intern yaitu faktor dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor intern berupa selectivity atas adanya pilihan seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
2. Faktor ekstern faktor yang terdapat diluar pribadi seseorang. faktor berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misal interaksi antara manusia dengan hasil kebudayaan yang sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya.
(36)
Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima,
menolak, atau mengabaikan.Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun
demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan
belajar tersebut.
Menurut Slameto (2010: 189), sikap terbentuk melalui berbagai macam cara
antara lain.
1. Melalui pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat melalui suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman traumatik 2. Melalui imitasi, peniruan dapat terjadi tanpa disengaja, dapat pula dengan sengaja. Dalam hal terakhir individu harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap mode, di samping itu diperlukan pula pemahaman dan kemampuan untuk mengenal dan mengingat model yang hendak ditiru, peniruan akan terjadi lebih lancar bila dilakukan secara kolektif daripada perorangan.
3. Melalui sugesti, di sini seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya.
4. Melalui identifikasi, disini seseorang meniru orang lain atau suatu organisasi tertentu didasari suatu keterikatan emosional sifatnya meniru dalam hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai. Identifikasi seperti ini sering terjadi antara anak dengan ayah, pengikut dengan pemimpin, sisa dengan guru, antara anggota suatu kelompok dengan anggota lainnya dalam kelompok tersebut yang dianggap paling mewakili kelompok yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas bahwa aspek afektif pada diri siswa besar
perananannya dalam pendidikan, dan karenanya tidak dapat kita abaikan
begitu saja. Pengukuran terhadap aspek ini sangat berguna dan lebih dari itu
kita harus memanfaatkan pengetahuan kita mengenai
karakteristik-karakteristik afektif siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
Perubahan zaman akan membawa perubahan dalam hal-hal yang dibutuhkan
(37)
perubahan dalam sikap mereka terhadap berbagai objek, ini menunjukan
bahwa usaha mengubah sikap perlu dikaitkan pula dengan kebutuhan dan
keinginan dari orang-orang yang akan diusahakan perubahan sikapnya.
Merangsang perubahan sikap pada diri seseorang bukanlah hal yang mudah
untuk dilakukan, karena ada kecenderungan sikap-sikap untuk bertahan.
Menurut Slameto (2010: 190) ada banyak hal yang menyebabkan sulitnya
mengubah suatu sikap, antara lain.
1. Adanya dukungan dari lingkungan terhadap sikap yang bersangkutan, manusia selalu ingin mendapatkan respon dan penerimaan dari lingkungan, karena itu ia akan berusaha menampilkan sikap-sikap yang dibenarkan oleh lingkungannya, keadaan semacam ini membuat orang tidak cepat mengubah sikapnya.
2. Adanya peranan tertentu dari suatu sikap dalam kepribadian seseorang (misalnyaegodefensive).
3. Bekerjanya asas elektifitas, seseorang cenderung untuk tidak mempersepsi data-data baru yang mengandung informasi yang bertentangan dengan pandangan-pandangan dan sikap-siapnya telah ada, kalaupun sampai dipersepsi, biasanya tidak bertahan lama, yang bertahan lama adalah informasi yang sejalan dengan pandangan atau sikapnya yang sudah ada. 4. Bekerjanya prinsip mempertahankan keseimbangan, bila kepada seseorang
disajikan informasi yang dapat membawa suatu perubahan dalam dunia psikologisnya maka informasi itu akan dipersepsi sedemikian rupa, sehingga hanya akan menyebabkan perubahan-perubahan yang seperlunya saja.
5. Adanya kecenderungan seseorang untuk menghindari kontak dengan data yang bertentangan dengan sikap-sikapnya yang telah ada (misalnya tidak mau menghadiri ceramah mengenai hal yang tidak disetujuinya).
6. Adanya sikap yang tidak kaku pada sementara orang untuk mempertahankan pendapat-pendapatnya sendiri.
Lemahnya pendidikan afektif di sekolah disebabkan oleh berbagai faktor.
Salah satu faktor penyebab tersebut ialah guru-guru merasa kurang mantap
dalam merumuskan afektif. Sebab yang lain tujuan afektif lebih sulit diukur
daripada tujuan kognitif (Udin 2007:21). Kegiatan pembelajaran pada
(38)
pendidikan afektif, khususnya pendidikan nilai dan sikap.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pada hakikatnya siswa mempunyai beragam kemampuan dalam belajar, dengan
keberagaman itu guru dituntut berinovasi dalam pelaksanaan pembelajaran.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran
kooperatif yang dapat menarik siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Jhonson
dalam Rusman, (2012: 204) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai
upaya mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil
agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal mereka yang
mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa
bekerja bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen
dengan jumlah empat sampai enam orang untuk membantu satu sama lain
dalam belajar. Heterogen yang dimaksud adalah siswa memiliki kemampuan
akademik, agama, ras, ataupun jenis kelamin yang berbeda. Seperti yang
dikatakan Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa “Pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”.
Huda (2013: 56) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif
merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
(39)
Menurut Sani (2013: 131) tujuan pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut.
1. Melatih keterampilan sosial seperti tenggang rasa 2. Bersikap sopan terhadap teman
3. Mengkritik ide orang lain
4. Berani mempertahankan pikiran yang logis dan
5. Berbagai keterampilan yang bermanfaat untuk menjamin hubungan interpersonal.
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran menurut Huda (2013: 78), meliputi.
a. Tujuan perumusan pelajaran siswa harus jelas.
b. Penerimaan yang menyeluruh oleh sisa tentang tujuan pemebelajaran. c. Ketergantungan yang bersifat positif.
d. Interaksi yang bersifat terbuka. e. Tanggung jawab individu. f. Kelompok bersifat heterogen.
g. interaksi sikap dan perrilaku sosial yang positif. h. Tindak lanjut(follow up).
i. Kepuasan dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil sehingga siswa
aktif dalam pembelajaran, dapat bekerja sama, memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta menciptakan saling ketergantungan
antar siswa sehingga sumber belajar siswa bukan hanya guru dan buku ajar
tetapi juga sesama siswa. Pada prinsip-prinsip pembelajaran tersebut dapat
diketahui bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran
yang efektif dengan cara membentuk kelompok untuk saling bekerjasama,
berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Pembelajaran
koopertatif ini dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok
belum menguasai bahan pelajaran. Model pembelajaran kooperatif sangat
(40)
kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik dan juga
afektif untuk mengembangkan kecakapan siswa.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS
Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model
pembelajaran tipe Two Stay Two Stray dikembangkan oleh Spencer Kagan
tahun 1992. Jika dikaitkan dengan namanya tentu model pembelajaran ini
terdiri dari 4 orang siswa, 2 diantaranya tinggal dan 2 lainnya bertamu.
Menurut Huda (2013: 207) Two Stay Two Stray merupakan sistem
pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama,
bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling
mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Oktarina (2013: 18) menyatakan
model ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkat usia anak didik. Lie juga menggambarkan hubungan yang terjadi antar
kelompok tamu dan kelompok tinggal digambarkan sebagai berikut.
A B
C D
E F
H G G dan H
C dan
D
I J
K L K dan L
M N
O P
O dan
(41)
Keterangan :
: Kelompok tamu
: Kelompok tinggal
(Huruf A–P) : Siswa
Gambar 1. SkemaTwo Stay Two Stray (TSTS)
Komalasari (2010:219) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan metode
TSTS terdiri dari beberapa tahapan, yaitu.
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 orang.
2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu kelompok yang lain.
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
Sejalan dengan pendapat di atas, Saputra dan Marwan (2008:75)
mengungkapkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
adalah sebagai berikut.
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 orang
2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjdi tamu kedua kelompok yang lain
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka 6. Kesimpulan
Menurut Daryono (2011:120) model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
memiliki kelebihan, diantaranya.
a. memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah; memberikan kesempatan kepada siswa
(42)
untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya;
b. membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman; c. meningkatkan motivasi belajar siswa; dan
d. membantu guru dalam pencapaian pembelajaran, karena langkah pembelajaran kooperatif mudah diterapkan di sekolah.
Suyatno (2009:70) juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok untuk
mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru, dua siswa bertamu ke
kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima
dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok antara tamu dan dua orang yang
tinggal di kelompoknya, kembali ke kelompok asal untuk mencocokkan dan
membahas hasil temuan mereka dari kelompok lain, dan laporan dari salah
satu kelompok untuk memberikan kesimpulan hasil diskusi.
Berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas, pengertian model pembelajaran
TSTS adalah model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari empat orang
dengan konsep dua tinggal dan dua berkunjung. Langkah-langkah model
pembelajaran TSTS meliputi pembagian kelompok secara heterogen
beranggotakan empat orang lalu guru membagikan tugas yang akan
didiskusikan kepada kelompok masing-masing. Setelah selesai berdiskusi, dua
orang dari setiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mendapatkan
informasi dari kelompok yang akan dikunjungi. Sedangkan dua orang tinggal
bertanggung jawab untuk membagikan hasil kerja kelompoknya kepada dua
tamu yang berkunjung. Apabila telah selesai, dua orang yang bertugas sebagai
(43)
mencocokkan hasil kerja dan informasi yang mereka dapatkan. Pembelajaran
TSTS memungkinkan siswa untuk bertukar informasi dengan kelompok lain
sehingga pembelajaran ini dapat dapat menciptakan suasana kelas yang aktif
dan siswa secara mandiri mampu memperoleh informasi dari sumber lain.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Model pembelajaran Think Pair Share merupakan bagian dari pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman tahun 1985. Menurut
Nurhadi,dkk (2004:23) Think Pair Share (TPS) merupakan struktur
pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar
tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan
akademik dan keterampilan siswa.
Model pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada
siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan
teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004:57). Model
pembelajaran Think Pair Share adalah salah satu model pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukan partisipasi
kepada orang lain.
Prinsip kerja dari TPS adalah sebagai berikut :
1. Saling Ketergantungan Positif
Para siswa mampu belajar dari pasangan masing-masing 2. Tanggung-jawab Individu
Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasannya karena akan dipaparkan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.
(44)
Masing-masing siswa mempunyai suatu kesempatan sama untuk berbagi (mengemukakan pendapat) dengan pasangannya dan pada seluruh kelas. 4. Interaksi Bersama
Siswa aktif dalam mengemukakan pendapat dan mendengarkan sehingga menciptakan interaksi tingkat tinggi.
Langkah-langkah dalam pembelajaranThink Pair Shareadalah.
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
e. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa. f. Guru member kesimpulan.
g. Penutup.
(http://www.strukturaljabar.co.cc/2011/10/word-square.html)
Think Pair Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk
memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain (Nurhadi, 2004: 66).
TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan
untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berpikir
memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan dapat
memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban yang
dikemukakan juga telah dipikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih berani
mengambil resiko untuk mengemukakan jawabannya di depan kelas karena
mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran
karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada pasangannya
(45)
Tahap utama dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Ibrahim (2000:
26-27) adalah sebagai berikut.
Tahap 1 :Thinking(berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 :Pairing(berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap benar, paling meyakinkan, atau paling unik.Biasanya guru member waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 :Sharing(berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share(TPS) adalah.
1) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
2) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapat kesepakatan untuk memecahkan masalah.
3) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari dua orang. 4) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya
dengan seluruh siswa sehingga hasil yang ada menyebar.
5) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran. (Lie, 2008: 28)
Kelemahannya model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah sebagai
berikut.
1) Model pembelajaran Think Pair Share(TPS) belum banyak diterapkan di sekolah.
(46)
2) Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal. 3) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang
sesuai dengan taraf berpikir anak.
4) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berpikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa. (Lie, 2008: 28).
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) memberikan
waktu yang banyak kepada siswa dan pasangannya untuk berpikir (think and
pair) sebelum berbagi (share) dengan seluruh kelas berdasarkan pasangan atau
kelompoknya masing-masing. Diharapkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) tidak hanya membuat
aktifitas belajar lebih aktif tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis pada siswa.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang relevan digunakan sebagai pembanding atau acuan dalam
melakukan kajian penilitian. Penelitian yang relevan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Penelitian yang Relevan
Tahun Penulis Penelitian
Judul Penelitian Hasil Penelitian
2013 Wartini Oktarini
Perbandingan Model PembelajaranTwo Stay Two Straydengan ModelGallery Walk
(GW) Terhadap Penguasaan Konsep Oleh Siswa Pada Materi Pokok Sistem Ekspresi
(Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas
Rata-rata N-gain
pemahaman konsep oleh siswa kelas TSTS (44,51) lebih besar daripada kelas GW (36,51). Rata-rata peningkatan pemahaman konsep semua indikator yang diamati pada kelas yang menggunakan model pembelajaran TSTS
(47)
rata-Lanjutan Tabel 3 Penelitian yang Relevan (rata-Lanjutan 1) Tahun Penulis
Penelitian
Judul Penelitian Hasil Penelitian
XI Semester Genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2012/2013)
ratapostestnya adalah 72,95 (lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran GW ) dengan rata-rataposttestnya 68,50. Rata-rata persentase peningkatan aktivitas belajar siswa pada kelas dalam semua aspek yang diamati pada kelas TSTS sebesar 84,76 % (lebih tinggi dibandingkan dengan kelas GW) sebesar 52,92 %. 2009 Zulirfan, Diana, dan Mitri Irianti Hasil Belajar Keterampilan Psikomotor Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPS Dan TSTS Pada Siswa Kelas X Ma Dar El Hikmah Pekanbaru
Ketuntasan individu untuk kelas eksperimen TPS siswa yang tuntas sebanyak 21 orang, sedangkan siswa yang tidak tuntas 3 orang. Sehingga Indeks
ketuntasan belajar siswa sebesar 87,5%. Daya serap secara klasikal
keterampilan psikomotor siswa termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 84,6% untuk kelas
eksperimen TPS yang bearti bahwa efektivitas proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam
kategori efektif.Ketuntasan individu untuk kelas eksperimen TSTS siswa yang tuntas sebanyak 22 orang, sedangkan siswa yang tidak tuntas 2 orang. Sehingga Indeks
ketuntasan belajar siswa diperoleh sebesar 91,6% dengan kategori tuntas. Daya serap secara klasikal keterampilan psikomotor
(48)
Lanjutan Tabel 3 Penelitian yang Relevan (Lanjutan 2) Tahun Penulis
Penelitian
Judul Penelitian Hasil Penelitian
siswa termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 85,9%.
2014 Rizka Aminy
Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together(NHT), Two
Stay Two Stray(TSTS) danMind Mapping
Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Metro Pada Tahun Pelajaran 2013/2014
Rata-rata hasil belajar untuk model pembelajaran tipe NHT sebesar 82,31, model pembelajaran TSTS 78,47 danMind Mapping
sebesar 73,13.
2009 Haryanto Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Konstruktivisme Dan Sikap Sosial Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Fisika SMP Negeri di Geneng– Ngawi Tahun Pelajaran 2008 / 2009
a. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan model
pembelajaran langsung. b. Terdapat perbedaan
pengaruh yang
signifikan antara siswa yang memiliki sikap sosial tinggi, sedang maupun rendah terhadap prestasi belajar fisika. c. Tidak terdapat interaksi
pengaruh yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif dan pembelajaran langsung dan sikap
(49)
Lanjutan Tabel 3 Penelitian yang Relevan (Lanjutan 3) Tahun Penulis
Penelitian
Judul Penelitian Hasil Penelitian
sosial siswa terhadap prestasi belajar.
C. KERANGKA PIKIR
Penerapan model pembelajaran yang tepat pada materi pelajaran membantu
siswa dalam menunjang keberhasilan. Guru-guru di sekoah masih banyak
menggunakan metode langsung sehingga guru dituntut untuk menguasai
materi pelajaran (teacher centered) sehingga siswa menjadi pasif dan
kreativitasnya terbatas. Namun, dengan adanya model-model pembelajaran
kooperatif yang mulai digunakan, membuat kreativitas dan keaktifan siswa
dalam mengikuti pelajaran menjadi motivasi siswa dalam mencapai
keberhasilan. Guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa. Terdapat banyak
model pembelajaran kooperatif seperti tipe TSTS dan TPS.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.Variabel bebas (Independent) dalam penenlitian ini adalah penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (X1) dan Think Pair
Share (X2).Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah hasil
belajar IPS Terpadu kelas VII yang lebih ditekankan ke penilaian afektif yaitu
sikap sosial (Y). Untuk merumuskan hipotesis maka perlu dilakukan
(50)
1. Terdapat Perbedaan Sikap Sosial Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Straydan Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share
Model pembelajaran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat
memaksimalkan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan meskipun ada
faktor lain yang ikut menentukan. Model pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa
dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
kooperatif memiliki beberapa kesamaan dalam langkah pembelajaran,
diantaranya dalam cara menentukan kelompok heterogen yang berdasarkan
dari kemampuan, akademis, jenis kelamin yang berbeda. Dua jenis model
pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu kooperatif tipe Two
Stay Two StraydanThink Pair Share.
Langkah-langkah penerapan model TSTS sebagai berikut.
1. Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat sebagai mana biasa
2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan
dikerjakan bersama
3. Setelah selesai, 2 anggota masing-masing kelompok diminta
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota
dari kelompok lain
4. Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas mensharinginformasi
(51)
5. “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan
melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain
6. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan
mereka semua.
Langkah-langkah dalam pembelajaranThink Pair Shareadalah.
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru.
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya dan mengutarakan
hasil pemikiran masing-masing.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
6. Guru member kesimpulan.
7. Penutup.
Beberapa perbedaan tersebut dapat berdampak pada perbedaan hasil belajar
yang diperoleh siswa. Pada tipe TSTS berdiskusi dilakukan antar kelompok
dan TPS hanya berdiskusi dalam satu kelompok sehingga hasil diskusi TSTS
akan lebih baik. Artinya dalam tipe TSTS para siswa harus memiliki tanggung
jawab dan kerjasama yang positif dan saling ketergantungan untuk
mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan. Hal ini
(52)
Dari uraian rata-rata di atas terdapat perbedaan karakteristik antara kedua
model tersebut, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan sikap sosial siswa
antara siswa yang diajar menggunakan model Two Stay Two Stray dengan
siswa yang diajar menggunakan modelThink Pair Share. Pada mata pelajaran
IPS Terpadu siswa kelas VII di SMP Kartikatama Metro.
2. Rata-rata Sikap Jujur Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Yang Menggunakan Model Kooperatif Tipe TSTS Lebih Tinggi dibandingkan Tipe TPS
Model pembelajaran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat
memaksimalkan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan meskipun ada
faktor lain yang ikut menentukan. Belajar yang terbaik adalah mengalami
sendiri, dalam mengalami sendiri itu si pelajar menggunakan panca indera.
Adapun hal-hal yang pokok dalam belajar adalah bahwa belajar membawa
perubahan (dalam arti behavioral changes, actual, maupun potensial,bahwa
perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, bahwa
perubahan itu terjadi karena usaha sengaja atau disengaja). Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah menemukan ide-ide, serta mampu berpikir kritis.
Setiap siswa harus mampu membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya,
sedangkan guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan
(53)
mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar. Teori ini berkembang dari kerja Pieget,
Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, teori berpikir kritis, dan teori
psikologi kognitif lain. Model pembelajaran yang dapat dipilih adalah
kooperatif, salah satunya model ini adalah menekankan adanya kerjasama
kelompok atau interaksi kelompok. Model pembelajaran kooperatif memiliki
berbagai tipe, dua diantaranya adalah tipe TSTS dan TPS. Kedua model
pembelajaran ini memiliki langkah-langkah yang sedikit berbeda.
Penerapan model pembelajaran TSTS membagi beberapa kelompok yang
anggotanya heterogen dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama,
bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling
mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk
bersosialisasi dengan baik. Model pembelajaran TSTS ini membagi siswa ke
dalam kelompok kecil beranggotakan 4 siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah. Sebelum pembelajaran TSTS dilakukan di kelas,
guru meminta kepada siswa untuk mempersiapkan diri dan belajar tentang
materi yang akan dibahas dalam pembelajaran TSTS. Guru memberikan tugas
pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama, setelah
selesai, 2 anggota masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan
masing-masing bertemu kedua anggota dari kelompok lain. Selanjutnya 2
orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagi informasi dan hasil
kerja ketamu mereka. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok yang
(54)
Kemudian setiap kelompok membandingkan dan membahas hasil pekerjaan
mereka semua.
Model pembelajaranThink Pair Share(TPS) merupakan salah satu upaya agar
belajar secara kelompok dapat berjalan dengan efektif. Model pembelajaran
TPS siswa dibagi dalam kelompok kecil. Masing-masing kelompok terdiri dari
4 orang yang dibagi lagi menjadi 2 pasang. Setiap pasang anggota kelompok
akan membahas masalah yang berbeda. Kemudian masing-masing anggota
dalam pasangan tersebut bertukar pasangan untuk bertukar informasi tentang
masalah yang telah mereka diskusikan sebelumnya. Setelah setiap anggota
mengetahui semua masalah dari pasangannya, mereka kembali kepada
pasangan awalnya masing-masing. Kemudian semua anggota kelompok
mendiskusikan semua masalah untuk menemukan penyelesainnya dan
menarik kesimpulan dari masalah-masalah tersebut.
3. Rata-rata Sikap Tanggungjawab Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Yang Menggunakan Model Kooperatif Tipe TSTS Lebih Tinggi dibandingkan Tipe TPS
Sikap sosial tanggungjawab siswa pada kelas TSTS akan berbeda dengan
kelas TPS. Perbedaan hasil belajar pada sikap tanggungjawab siswa terjadi
karena dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran yang berbeda pada
kelas eksperiman dan kelas kontrol, pada kelas eksperimen diterapkan model
pembelajaran tipe Two Stay Two Stray dan pada kelas eksperimen diterapkan
model pembelajaran Think Pair Share selama 6 kali pertemuan pada
(55)
TSTS merupakan pembelajaran berkelompok yang terdiri dari empat orang
dengan konsep dua tinggal dan dua berkunjung dan sudah memiliki
tanggungjawab masing-masing. Langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS meliputi pembagian kelompok secara heterogen
beranggotakan empat orang lalu guru membagikan tugas untuk didiskusikan
pada kelompok masing-masing. Pada saat diskusi, siswa saling bertukar ide
dalam memecahkan masalah. Di tahap ini, siswa dituntun untuk
mengembangkan kemampuan berpikir karena siswa bekerjasama mencoba
menghubungkan ide-ide yang didapat dari masing-masing siswa. Setelah
selesai berdiskusi, dua orang dari setiap kelompok berkunjung ke kelompok
lain untuk mendapatkan informasi dari kelompok yang akan dikunjungi.
Selanjutnya dalam kunjungan ke kelompok lain, siswa yang dikunjungi
bertanggung jawab menyampaikan hasil diskusi kelompoknya kepada tamu
yang berkunjung. Apabila telah selesai, dua orang yang bertugas sebagai tamu
kembali kekelompok masing-masing kemudian membahas serta mencocokkan
hasil kerja dan informasi yang diperoleh.
Berbeda dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang menekankan
pada kemampuan berpikir dan bekerja sama. Dalam pembelajaran ini, guru
menyampaikan isi materi secara garis besar diawal proses pembelajaran.
Kemudian guru akan melontarkan permasalahan yang harus dipikirkan (think)
oleh setiap siswa. Pada tahap ini siswa membangun pemahamannya secara
mandiri, menggunakan pemahaman yang telah ia miliki sebelumnya. Dengan
adanya tahap ini maka siswa akan lebih siap dalam berdiskusi karena telah
(56)
siswa mendiskusikan hasil pemikirannya di tahap think. Pada tahap ini, siswa
lebih aktif dan efektif dalam menyampaikan pendapatnya karena anggota
kelompok hanya terdiri dari 2 orang tidak ada siswa yang hanya berperan
sebagai penonton diskusi. Tahap pair, membantu siswa untuk menggali
kemampuan komunikasi matematisnya. Secara bersama-sama, setiap pasang
siswa yang telah bergabung dapat mengemukakan jawaban mereka yang
berdasarkan pemikiran bersama untuk memberikan solusi yang tepat terhadap
masalah yang diberikan. Tahapan terakhir adalah share, siswa saling berbagi
ide dari hasil diskusi kelompoknya. Tahap akhir dari pembelajaran kooperatif
tipe TPS ini dapat membuat siswa melihat kesamaan konsep yang
diungkapkan dengan cara yang berbeda. Cara seperti ini menuntut tanggung
jawab masing-masing siswa lebih besar dan kesempatan untuk mengandalkan
siswa lain dapat dihindari.
4. Rata-rata Sikap Kerjasama Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Yang Menggunakan Model Kooperatif Tipe TSTS Lebih Tinggi dibandingkan Tipe TPS
Model pembelajaran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat
memaksimalkan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan meskipun ada
faktor lain yang ikut menentukan. Belajar yang terbaik adalah mengalami
sendiri, dalam mengalami sendiri itu si pelajar menggunakan panca indera.
Adapun hal-hal yang pokok dalam belajar adalah bahwa belajar membawa
(1)
117
sama dengan orang lain dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas dalam penyelidikan dan mencari solusi dari permasalahan yang diberikan kepadanya.
5. Rata–rata sikap percaya diri siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model Think Pair Share. Melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray siswa ditugaskan untuk berinteraksi secara berkelompok untuk bertukar informasi dengan kelompok lain, kemudian mampu menginformasikan dan memberi solusi yang mereka temukan kepada kelompok lain dengan percaya diri dan tanpa ragu-ragu dalam menyampaikannya.
6. Rata–rata sikap santun siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranTwo Stay Two Straylebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model Think Pair Share. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima tidak terukti. Model pembelajaran Think Pair Share, mereka ditugaskan untuk mampu berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, menggunakan bahasa yang baku dan santun, sangat diperlukan untuk menginformasikan hasil diskusi yang mereka temukan dalam pemecahan masalah.
(2)
B. SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis mengenai “Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Sharepada Mata Pelajaran IPS Terpadu”, maka penelitian memberikan saran sebagai berikut:
1. Guru sebagai pendidik, tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi harus mampu mengembangkan sikap sosial peserta didik dalam proses pembelajaran. Hasil pembelajaran sebaiknya jangan hanya ditekankan ke dalam ranah kognitif saja, tetapi ranah afektif juga harus menjadi tujuan penting dalam proses pembelajaran, agar peserta didik dapat menumbuhkan sikap sosialnya serta mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakat.
2. Siswa sebagai peserta didik hendaknya tidak hanya berorientasi pada nilai kognitif yang tinggi, tetapi mereka juga harus mampu menyadari bahwa tujuan pendidikan itu salah satunya ialah membentuk kepribadian peserta didik, menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang beriman, bertakawa, berakhlak mulia, dan mampu bertanggungjawab dengan lingkungan sosial.
3. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan alat untuk mencapai tujuan harus dapat memfasilitasi seluruh perangkat disekolah, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, mendukung ketercapaiannya tujuan afektif, misalnya dengan membuat peraturan yang tegas yang dapat mengembangkan tujuan afektif.
(3)
119
4. Siswa sebagai peserta didik, hendaknya dapat menumbuhkan sikap sosial untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarkat. Hal ini dimaksudkan agar mereka menyadari untuk menjadi seseorang yang memiliki kepribadian unggul dan berguna bagi masyarakat setidaknya ada beberapa sikap sosial yang harus mereka kembangkan, sikap sosial itu ialah, jujur, tanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan santun.
5. Setiap guru bidang studi harus mampu mengembangkan kemampuan afektif siswa pada setiap mata pelajaran. Menekankan kemampuan afektif yang perlu dikembangkan oleh setiap peserta didik, agar peserta didik tidak hanya berorientasi kepada hasil belajar kognitif sebagai hasil dari proses belajar tetapi ada tujuan lain yang harus dicapai setiap peserta didik yaitu tujuan afektif.
6. Guru sebagai pendidik harus mampu menciptakan inovasi dalam proses pembelajaran, memilih metode dan model yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan oleh guru harus mampu untuk meningkatkan seluruh aspek (kognitif, afektif dan psikomotorik).
(4)
Aminy. Rizka. 2014. Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Two Stay Two Stray (TSTS) dan Mind Mapping Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Metro Pada Tahun Pelajaran 2013/1014. (Skripsi). Lampung: Universitas Lampung.
Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryono. 2011. Teknik Pembelajaran Cooperatif Tipe Two Stay Two Stray. [online] . Tersedia:http:ptkguru.com/?darmajaya=index&daryonobase&actio n=listmenu&skins1&id=2. (diakses pada 6 Febuari 2015)
Dalyono, M. 2009.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Haryanto.2009.Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Konstruktivisme Dan
Sikap Sosial Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Fisika SMP Negeri di Geneng–Ngawi Tahun Pelajaran 2008 / 2009.(Thesis). Solo: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Huda, Miftahul. 2011.Cooperatif Learning (Metode, Teknik, Struktur, dan Model Terapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Huda, Miftahul. 2013.Coperative Learning, Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan.Yogyakarta: Pusata Belajar.
Ibrahim., M. R. Fida., M. Nur dan Ismono. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
(5)
121
Isjoni, H. 2011.Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antara Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2013.Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komalasari, Kokom. 2010Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Lie, A. 2008.Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Lumban Gaol, Andi. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Think Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Suhu dan Kalor Di Kelas X SMA Negeri 1 Pancurbatu T.P. 2012/2013. (Skripsi). Medan: Universitas Negeri Medan. Diakses 2 November 2014
[online]http://digilib.unimed.ac.id/pengaruh-model-pembelajaran- kooperatif-think-two-stay-two-stray-tsts-terhadap-hasil-belajar-siswa-pada- materi-pokok-suhu-dan-kalor-di-kelas-x-sma-negeri-1-pancurbatu-tp-20122013-29779.html
Lyman, F. 2002.Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share. Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org. http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html [online] (diakses 15 Febuari 2015).
Noviyanti, Eka. 2012. Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dengan Memperhatikan Minat Belajar Pada Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.Bandar Lampung: Universitas Lampung. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: UM Press.
Oktarina, Wartini. 2013. Perbandingan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray dengan Model Gallery Walk (GW) Terhadap Penguasaan Konsep Oleh Siswa Pada Materi Pokok Sistem Ekspresi. (Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2010.Lampung: Universitas Lampung.
Parinussa, J. D. 2013.Penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara, Pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012/2013.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
(6)
Rahayu, D. F. 2012.Penerapan Model Pembelajaran Tipe TSTS Sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Berdiskusi Siswa Kelas VIII C Mata Pelajaran IPS di SMPN 4 Kalasan.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Ridwan Abdullah Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT BumiAksara. Rusman.2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru.Jakarta: Rajagrafindo.
Rusman, Tedi. 2013.Statistik Penelitian dengan SPSS. Bandar Lampung. Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Saputra, M. Yudha.,dan Marwan,I. 2008.Strategi Pembelajaran Kooperatif.
Jakarta: Pustaka Prestasi.
Slameto. 2010.Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjarwo, dkk. 2009.Manajemen Penelitian Sosial. Bandung: CV. Mandar Maju. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suyatno. 2009.Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Pustaka.
Udin S Winataputra, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka: Jakarta.
Zulirfan, Diana, dan Irianti,M.2009.Hasil Belajar Keterampilan Psikomotor Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPS dan TSTS Pada Siswa Kelas X Ma Dar El Hikmah Pekanbaru.Jurnal Geliga Sains 3 (1), 43-47, 2009.Pekanbaru: Universitas Riau.