Makalah Pendidikan dan Agama Islam

Pendahuluan
1 Manusia dan Agama
Pengertian Tentang Manusia............................................................................
Manusia Dalam Tinjauan Islam........................................................................
Manusia Makhluk Sempurna............................................................................
Agama Dalam Kehidupan Manusia..................................................................

2
3
9
10

2 Agama Islam
Makna dan Fungsi Agama Islam......................................................................
Proses Turunnya Agama Islam.........................................................................
Karakteristik Ajaran Agama Islam...................................................................
Sumber Ajaran Agama Islam............................................................................

14
18
23

30

3 Sejarah Agama Islam
Kerasulan dan Keteladanan Nabi Muhammad SAW.......................................
Peran Nabi dalam Membangun Peradaban Manusia........................................
Masuknya Agama Islam di Indonesia...............................................................
Sejarah Perkembangan Agama Islam di Indonesia..........................................

49
51
55
68

4 Dasar dan Esensi Ajaran Islam
Aqidah Islam.....................................................................................................
Syariat Islamiah................................................................................................
Al-Akhlak Al-Islamiyah...................................................................................
Eskatologi dan Etos Kerja................................................................................

76

79
81
84

5 Maqasid Al-Syariah dan Fiqih Kontemporer
Pengertian Maqasid Al-Syariah........................................................................ 86
Tujuan Maqasid Al-Syariah.............................................................................. 95
Implikasi Maqasid Al-Syariah.......................................................................... 96
Fiqih Kontemporer............................................................................................ 102

i

6 Islam dan Ekonomi
Kegiatan Ekonomi dalam Pandangan Islam.....................................................
Sistem Ekonomi Islam......................................................................................
Hak Milik dalam Pandangan Islam...................................................................
Akuntansi dalam Pandangan Islam...................................................................

109
109

111
118

7 Pembangunan Umat Islam dan pemberdayaan Ekonomi
Masjid dan Fungsinya bagi Masyarakat...........................................................
Zakat dan Fungsinya bagi Pemberdayaan Ekonomi Umat...............................
Lmebaga Ekonomi Umat..................................................................................
Strategi Pemberdayaan Ekonomi Umat............................................................

120
121
122
123

8 Hak dan Kewajiban Asasi Manusia
Pengertian Hak dan Kewajiban .......................................................................
Hubungan Hak dan Kewajiban.........................................................................
Tanggung Jawab terhadap Hak dan Kewajiban................................................
HAM dalam Tinjauan Islam.............................................................................


126
127
131
133

9 Pranata Sosial Islam
Dasar Pembentukan Keluarga dalam Islam......................................................
Keluarga Islami.................................................................................................
Harta Peninggalan (Tirkah) dan Hukum Warisan (Mawarits).........................
Peran Keluarga dalam Pembentukan Masyarakat Islami.................................

135
139
146
151

10 Toleransi dalam masyarakat Kultural
Toleransi dalam Kemajemukan........................................................................
Islam Membangun Toleransi Masyarakat Multikultural..................................
Ukhuwah Islamiyah, Wathadiyah dan Insaniyah.............................................

Hubungan Sesama Makhluk.............................................................................

154
159
161
168

11 Kebudayaan dan Kesenian Dalam Islam
Islam dan Kebudayaan...................................................................................... 169
ii

Nilai – Nilai Dasar Islam tentang Kebudayaan................................................ 169
Agama Islam sebagai Sumber Kekuatan Kebudayaan Islam........................... 170
Islam dan Kesenian........................................................................................... 170

12 Islam dan IPTEK
Motivasi Islam dalam Pengembangan IPTEK..................................................
Perspektif Al-Qur’an dan Al Sunnah tentang IPTEK.......................................
Konsep Pengembangan IPTEK........................................................................
Tujuan Pengembangan Teknologi....................................................................


176
190
192
192

15 Penutup
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 195

iii

PENDAHULUAN

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “satuan acara perkuliahan
pendidikan agama islam”
Makalah ini berisikan tentang informasi pemahaman tentang agama islam secara utuh
dan menyeluruh, memberikan pemahaman yang mendalam tentang keimanan dan
ketaqwaan dan implikasinya dalam kehidupan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantia
sameridhai segala usaha kita. Amin.

1

MANUSIA DAN AGAMA
A. Pengertian tentang manusia
Manusia dalam bahasa Arab disebut dengan “insan” yang artinya ramah, mesra dan
berpuas hati. Ketiga arti ini merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh manusia.
Ada pendapat yang menghubungkan kata “insan” dengan kata “an-nisyan” yang berarti
pelupa. Pendapat ini mengacu pada fitrah manusia yang memang sering lupa dan salah.
Menurut El-Alaqqad, manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan
dengan sifat-sifat ke-Tuhan-an, sehingga dapat memenuhi 3 hal :
1. Manusia itu betapapun hebatnya, tetap sebagai makhluk, sesuatu yang diciptakan
dan ditentukan, bukan pencipta dan penentu sesuatu.
2. Segala


perbuatan

yang

telah

dilakukan

oleh

manusia

harus

dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. di akhirat, oleh karena itu
manusia harus memikirkan dengan sebaik-baiknya sebelum melakukan sesuatu
perbuatan.
3. Pada diri manusia ada sifat-sifat ke-Tuhan-an, berupa segala sifat yang baik yang
harus dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan dan perilaku.

Apabila manusia dapat mengembangkan dan mewujudkan sifat-sifat tersebut,
maka ia akan mendapatkan kebahagiaan hidup.
Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa manusia adalah makhluk yang penuh dengan
kekurangan-kekurangan. Namun dibalik
kelebihan yang

kekurangannya, Allah SWT. memberikan

menjadikannya sebagai makhluk yang mulia. Kelebihan-kelebihan

tersebut adalah :
1.

Manusia diberikan hidayah oleh Allah SWT yang sangat lengkap, yakni :

-

Hidayah ath-Thabi’iyyah ( petunjuk insting / naluri )

-


Hidayah al-Hissiyah ( petunjuk panca indera )

-

Hidayah al-Aqliyah ( petunjuk akal )

-

Hidayah ad-Din ( petunjuk agama )

1.

Manusia dikaruniai oleh Allah SWT. bentuk yang paling baik. ( Surah at-Tin (95) : 4 )

4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
1.

Manusia diberikan rezki oleh Allah SWT. dengan rezki yang baik-baik. ( Surah al-


Mu’min (40) : 64 )

2

Kelebihan yang dimiliki oleh manusia tersebut, membedakanya dengan makhluk yang lain
yang harus tetap dipelihara agar ia hidup mulia, bahagia dan sejahtera.
Menurut al-Ghazali, ada 5 perangkat hidup manusia yang harus dipelihara dan dijaga
dengan baik agar ia mencapai kesempurnaan hidup, di dunia dan akhirat. Kelima
perangkat itu adalah :
– Agama
– Jiwa
– Akal
– Keturunan
– Harta benda

B. Manusia dalam tinjauan islam
Tujuan penciptaan dan tugas kehidupan manusia ( terkait dengan kedudukan dan
fungsinya ) adalah sebagai “abdun” ( hamba ) dan khalifah ( wakil ) Allah dimuka bumi
ini.
Dalam kedudukan dan fungsinya sebagai hamba, maka tujuan da tugas kehidupan manusia
adalah beribadah kepada Allah SWT. ( Surah adz-Dzariyat (51) : 56 )
Dalam kedudukan dan fungsinya sebagai khalifah ( wakil ) Allah SWT di dunia ini, maka
tujuan da tugas kehidupan manusia adalah menciptakan suatu tatanan kehidupan sosial
yang berakhlak mulia. ( Surah Hud (11) : 61 ) dan ( Surah al-A’raf (7) : 56 )
HAKEKAT MANUSIA
Menurut pandangan Islam, manusia itu merupakan perkaitan antara badan dan ruh. Badan
dan ruh masing-masing merupakan substansi yang berdiri sendiri, tidak tergantung adanya
oleh yang lain.
Ruh yang berasal dari Allah itulah yang menjadikan hakekat manusia, dan inilah yang
membedakan manusia dengan hewan. Jasad manusia yang berasal dari ruh untuk
menjalani kehidupan material, alam material bersifat sekunder dan ruh adalah yang primer.
Karena ruh tanpa jasad yang material tidak dapat dinamakan manusia. Hubungan antara
ruh dan jasad adalah hubungan penciptaan, bukan hubungan kausal, adanya ruh dan jasad
manusia, bergantung pada iradah Allah untuk menciptakannya.
MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM
(Aqidah)
Dalam pandangan Islam, manusia didefinisikan sebagai makhluk, mukalaf, mukaram,
mukhaiyar, dan mujzak.

3

Manusia adalah makhluk yang memiliki nilai-nilai fitri dan sifat-sifat insaniah, seperti
dha’if ‘lemah’ (an-Nisaa’: 28), jahula ‘bodoh’ (al-Ahzab: 72), faqir ‘ketergantungan atau
memerlukan’ (Faathir: 15), kafuuro ‘sangat mengingkari nikmat’ (al-Israa’: 67), syukur
(al-Insaan:3), serta fujur dan taqwa (asy-Syams: 8).
Selain itu, manusia juga diciptakan untuk mengaplikasikan beban-beban ilahiah yang
mengandung maslahat dalam kehidupannya. Ia membawa amanah ilahiah yang harus
diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Keberadaannya di alam mayapada memiliki
arti yang hakiki, yaitu menegakkan khilafah. Keberadaannya tidaklah untuk huru-hara dan
tanpa hadaf ‘tujuan’ yang berarti. Perhatikanlah ayat-ayat Qur`aniah di bawah ini.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (al-Baqarah: 30)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.” (adz-Dzariyat: 56)
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gununggunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh.” (al-Ahzab: 72)
Manusia adalah makhluk pilihan dan makkhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT dari
makhluk-makhluk yang lainnya, yaitu dengan keistimewaan yang dimilikinya, seperti akal
yang mampu menangkap sinyal-sinyal kebenaran, merenungkannya, dan kemudian
memilihnya. Allah SWT telah menciptakan manusia dengan ahsanu taqwim, dan telah
menundukkan seluruh alam baginya agar ia mampu memelihara dan memakmurkan serta
melestarikan kelangsungan hidup yang ada di alam ini. Dengan akal yang dimilikinya,
manusia diharapkan mampu memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan
keindahan yang tertuang dalam risalah para rasul. Dengan hatinya, ia mampu memutuskan
sesuatu yang sesuai dengan iradah Robbnya dan dengan raganya, ia diharapkan pro-aktif
untuk melahirkan karya-karya besar dan tindakan-tindakan yang benar, sehingga ia tetap

4

mempertahankan gelar kemuliaan yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya seperti
ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan yang lainnya.
Maka, dengan sederet sifat-sifat kemuliaan dan sifat-sifat insaniah yang berkaitan dengan
keterbatasan dan kekurangan, Allah SWT membebankan misi-misi khusus kepada manusia
untuk menguji dan

mengetahui siapa yang jujur dalam beriman dan dusta dalam

beragama.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orangorang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-Ankabuut: 23).
Oleh karena itu, ia harus benar-benar mampu menjabarkan kehendak-kehendak ilahiah
dalam setiap misi dan risalah yang dianutnya.
II.

RISALAH INSAN

1. Manusia dan Misi
Manusia di dalam hidup ini memiliki tiga misi khusus: misi utama; misi fungsional; dan
misi operasional.
A. Misi Utama
Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai misi utama, yaitu beribadah kepada
Allah SWT. Maka, setiap langkah dan gerak-geriknya harus searah dengan garis yang
telah ditentukan. Setiap desah nafasnya harus selaras dengan kebijakan-kebijakan ilahiah,
serta setiap detak jantung dan keinginan hatinya harus seirama dengan alunan-alunan
kehendak-Nya. Semakin mantap langkahnya dalam merespon seruan Islam dan semakin
teguh hatinya dalam mengimplementasikan apa yang telah menjadi tugas dan
kewajibannya, maka ia akan mampu menangkap sinyal-sinyal yang ada di balik
ibadahnya. Karena, dalam setiap ibadah yang telah diwajibkan oleh Islam memuat nilai
filosofis, seperti nilai filosofis yang ada dalam ibadah shalat, yaitu sebagai ‘aun
(pertolongan) bagi manusia dalam mengarungi lautan kehidupan (al-Baqarah:153), dan

5

sebagai benteng kokoh untuk menghindari, menghadang, dan mengantisipasi gelombang
kekejian dan kemungkaran (al-Ankabuut: 45).
Adapun nilai filosofis ibadah puasa adalah untuk menghantarkan manusia muslim menuju
gerbang ketaqwaan, dan ibadah-ibadah lain yang bertujuan untuk melahirkan manusiamanusia muslim yang berakhlak mulia (al-Baqarah: 183 dan aat-Taubah:103). Maka,
apabila manusia mampu menangkap sinyal-sinyal nilai filosofis dan kemudian
mengaplikasikan serta mengekspresikannya dalam bahasa lisan maupun perbuatan, ia akan
sampai gerbang ketaqwaan. Gerbang yang dijadikan satu-satunya tujuan penciptaannya.
Namun, tidak semua manusia di dunia ini mengikuti perintah dan merespon risalah yang di
bawa oleh para Rasul. Bahkan, banyak di antara mereka yang berpaling dari ajaran-ajaran
suci yang didakwahkan kepada mereka. Ada juga yang secara terang-terangan
mengingkari dan memusuhinya (an-Nahl: 36, al-An’aam: 26, dan al-Baqarah: 91).
Hal ini bisa terjadi pada manusia karena dalam dirinya ada dua kekuatan yang sangat
dominan mempengaruhi setiap pikiran dan perbuatannya, kekuatan taqwa dan kekuatan
fujur. Kekuatan taqwa didorong oleh nafsu mutmainnah (jiwa yang tenang) untuk selalu
menterjemahkan kehendak ilahiah dalam realitas kehidupan, dan kekuatan fujur yang di
dominasi oleh nasfu amarah (nafsu angkara murka) yang senantiasa memerintahkan
manusia untuk masuk dalam dunia kegelapan.
Maka, dalam bingkai misi utama ini, manusia bisa diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
sabiqun bil khairat, muqtashidun, dan dzalimun linafsihi. Hal ini dijelaskan dalam firman
Allah SWT sebagai berikut.
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di
antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu
berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”
(Faathiir: 32)
• Sabiqun bil khairat
Hamba Allah SWT yang termasuk dalam kategori ini adalah hamba yang tidak hanya puas
melakukan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan oleh-Nya, namun ia
terus berlomba dan berpacu untuk mengaplikasikan sunnah-sunnah yang telah digariskan,
dan menjauhi hal-hal yang dimakruhkan. Akal sehatnya menerawang jauh ke depan untuk
menggagas karya-karya besar dan langkah-langkah positif. Hati sucinya menerima pilihanpilihan akal selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Inilah hamba yang selalu

6

melihat kehidupan dengan cahaya bashirah. Hamba yang hatinya senantiasa dihiasi
ketundukan, cinta, pengagungan, dan kepasrahan kepada Allah SWT.
• Muqtashidun
Hamba Allah yang masuk dalam kategori ini adalah manusia muslim yang puas ketika
mampu mengamalkan perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT. Dalam benaknya,
tidak pernah terlintas ruh kompetitif dalam memperluas wilayah iman ke wilayah ibadah
yang lebih jauh lagi, yaitu wilayah sunnah. Imannya hanya bisa menjadi benteng dari halhal yang diharamkan dan belum mampu membentengi hal-hal yang dimakruhkan.
• Dzalimun linafsihi
Hamba yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang masih mencampur adukkan antara
hak dan batil. Selain ia mengamalkan perintah-perintah Allah SWT, ia juga masih sering
berkubang dalam kubangan lumpur dosa. Jadi, dalam diri seorang hamba ada dua kekuatan
yang mempengaruhinya, tergantung kekuatan mana yang lebih dominan,

dan dalam

kelompok ini, nampaknya kekuatan syahwat yang mendominasi kehidupannya, sehingga
hatinya sakit parah.
“Mengikuti syahwat adalah penyakit, sedangkan durhaka kepadanya adalah obat mujarab
dan terapi yang manjur” (Adab ad-Diin wa ad-Dunya, Abu al-Hasan Ali al-Mawardy)
Apabila manusia mengikuti libido, mengekor nafsu angkara murka, dan menjadi budak
syahwatnya, maka ia akan keluar dari poros yang telah digariskan oleh Allah SWT. Ia
akan mencampakkan dan mensia-siakan amanah yang agung. Bahkan, ia akan melakukan
konspirasi bersama untuk membangun nilai-nilai kebenaran. Di sini, manusia akan
bergeser dari gelar khairul barriah ‘sebaik-baik makhluk’ dan ahsanu taqwim ke gelar
baru, yaitu syarrul barriah ‘seburuk-buruk makhluk’, asfalus saafilin ‘tempat yang paling
rendah’, al-an’aam ‘binatang ternak’, kera, babi, batu, dan kayu yang berdiri. Inilah
manusia-manusia yang memiliki hati, mata dan telinga, numun ia tidak pernah berfikir,
tidak pernah melihat kebenaran, dan tidak pernah mendengar ayat-ayat Qur`aniah dan
Kauniah dengan tiga faktor tersebut. Mereka adalah sebuah komunitas dari manusiamanusia yang dungu, buta, tuli, dan bisu dari nilai-nilai Islam (al-Bayyinah: 6-7, al-A’raaf:
179, al-Maidaah: 60, al-Munaafiquun: 4, dan al-Baqarah:74)
Ali bin Abu Thalib ra. berkata, “Ada dua masalah yang saya takutkn menimpa kamu.
Pertama, mengikuti hawa nafsu. Kedua, banyak menghayal. Karena, yang pertama akan
7

menjadi tembok penghalang antara dirinya dan kebenaran, dan yang kedua mengakibatkan
lupa akan akhirat.”
Sebagian ahli hikmah berkata, “Akal merupakan teman setia, dan hawa nafsu adalah
musuh yang ditaati.”
Sebagian ahli hikmah yang lain berkata, “Hawa nafsu adalah raja yang bengis dan
penguasa yang lalim.” (Adab ad-Diin wa ad-Dunya)
B. Misi Fungsional
Selain misi utama yang harus diemban manusia, ia juga mempunyai misi fungsional
sebagai khalifah. Manusia tidak mampu memikul misi ini, kecuali ia istiqamah di atas relrel robbaniah. Manusia harus membuang jauh bahasa khianat dari kamus kehidupannya.
Khianat lahir dari rahim syahwat, baik syahwat mulkiah ‘kekuasan’, syahwat syaithaniah,
maupun syahwat bahaimiah ‘binatang ternak’.(al-Jawab al-Kaafi, Ibnu Qaiyim al-Jauziah)
Ketika jiwa manusia di kuasai oleh syahwat mulkiah, maka ia akan mempertahankan
kekuasaan dan kedudukannya, meskipun dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh Islam.
Ia senantiasa melakukan makar, adu domba, dan konspirasi politik untuk menjegal
lawannya (al-Anfal: 26-27 dan Shaad: 26).
Adapun ketika jiwa manusia terbelenggu oleh syahwat syaithaniah dan bahaimiah, maka ia
akan selalu menciptakan permusuhan, keonaran, tipuan-tipuan, dan menjadi rakus serta
tamak akan harta. Tidak ada sorot mata persahabatan dan sentuhan kasih dalam dirinya. Ia
bersenang-senang di atas penderitaan rakyat dan tak pernah berhenti mengeruk kekayaan
rakyat.
C. Misi Operasional
Manusia diciptakan di bumi ini—selain untuk beribadah dan sebagai khalifah, juga harus
bisa bermain cantik untuk memakmurkam bumi (Huud: 61). Kerusakan di dunia, di darat,
maupun di lautan bukan karena binatang ternak yang tidak tahu apa-apa, tetapi ia lahir dari
tangan-tangan jahil manusia yang tidak pernah mengenal rambu-rambu Tuhannya. Benar,
semua yang ada di bumi ini diciptakan untuk manusia, namun ia tidak bebas bertindak
diluar ketentuan dan rambu ilahi (ar-Ruum: 41). Oleh karena itu, bumi ini membutuhkan
pengelola dari manusia-manusia yang ideal. Manusia yang memiliki sifat-sifat luhur
sebagaimana disebutkan di bawah ini.


Syukur (Luqman: 31)



Sabar (Ibrahim: 5)
8



Mempunyai belas kasih (at-Taubah: 128)



Santun (at-Taubah: 114)



Taubat (Huud: 75)



Jujur (Maryam: 54)



Terpercaya (al-A’raaf: 18)

Maka, manusia yang sadar akan misi sucinya harus mampu mengendalikan nafsu dan
menjadikannya sebagai tawanan akal sehatnya dan tidak sebaliknya, diperbudak hawa
nafsu sehingga tidak mampu menegakkan tonggak misi-misinya. Hanya dengan nafsu
muthmainnahlah, manusia akan sanggup bertahan mengibarkan panji-panji kekhilafahan di
antara awan jahiliah modern, sanggup mengaplikasikan simbol-simbol ilahi dalam realitas
kehidupan, membumikan seruan-seruan langit, dan merekonstruksi peradaban manusia
kembali. Inilah sebenarnya hakikat risalah insan di muka bumi ini.

C. Manusia makhluk sempurna
Mengapa dahulu, pada saat penciptaan manusia, malaikat yang terbuat dari cahaya,
bersujud pada nabi Adam yang hanya terbuat dari tanah? Bukankah cahaya lebih mulia
dari tanah?
Dalam diri manusia yang telah disempurnakan Allah sebagai manusia sejati (insan kamil)
terdapat secuil unsur yang sangat mulia yaitu yang dibahaskan dalam Al-Qur’an sebagai
‘Ruhul Quds’. Ruhul Quds bukanlah malaikat Jibril a.s, melainkan disebut Ruhul Amin.
Ruh-Nya atau Ruhul Quds ini bukan dalam pengertian bahwa Allah memiliki ruh yang
menghidupkan-Nya seperti kita. Ruh ini merupakan ciptaan-Nya, sebagaimana ruh yang
menjadikan diri kita hidup sekarang.
Ketika Allah berkehendak untuk memperlengkapi diri seorang manusia dengan Ruh AlQuds, maka inilah yang menyebabkan manusia dikatakan lebih mulia dari makhluk
manapun juga.
Perhatikan juga kata Ruh-Ku dalam ayat 38:72, yang ditiupkan pada diri Adam saat
penciptaanya.
“Maka apabila telah kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya Ruh-Ku; maka
hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya “. (Q.S. Shad :72).
Jadi kurang tepat jika kita mengatakan dengan terlalu mudah bahwa manuisa, atau kita
adalah makhluk yang paling mulia di alam semesta. Manusia baru menjadi makhluk yang
paling mulia jika telah diperangkati Allah dengan ‘unsur’ ini. Jika belum diperangkati
dengan unsur ini, bahkan kedudukan manusia bisa lebih rendah dari hewan ternak (lihat
Q.S Al-Furqan :44).

9

Disini dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang pernah
diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimilki oleh manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan memepergunakan bermacammacam istilah, seperti Turab, Thien, Shal-shal, dan sualalah.
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia yang berbeda dari makhluk-makhluk
yang lain. Manusia berbeda dengan binatang. Binatang hanya dibekali dengan insting,
sedangkan manusia mempunyai akal fikiran, perasaan (Qolbu) dan bentuk fisiknya yang
sangat sempurna. Manusia juga berbeda dengan tumbuhan, malaikat, iblis dan makhluk
lainnya.
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di darat
dan dilautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan”.
(Q.S Al Isra’: 70)
Ayat Al-Qur’an diatas menerangkan dengan jelas bahwasannya manusia adalah makhluk
Tuhan yang diciptakan dengan kelebihan yang sempurna. Ayat diatas adalah bukti nyata
bahwa manusia adalah makhluk sempurna (tidak ada keraguan atas Firman Allah SWT).
Untuk melihat kesempurnaan diri kita, cobalah untuk bercermin. Lihatlah betapa
sempurnanya diri kita dari ujung kaki sampai ujung rambut. Sebagai contoh sederhana,
amatilah begitu sempurnanya Bulu Mata kita. Bentuk, panjang, dan posisinya begitu
proporsional dan sempurna (coba bayangkan bulu mata kita tumbuh lebih lebat dari
rambut.. pastii mengerikan)
Dalam pandangan islam, manusia selalu dikaitkan dengan kisah tersendiri. Menurut AlQur’an manusia lebih luhur dari apa yang didefinisikan oleh kata-kata tersebut. Dalam AlQur’an manusia disebut sebagai makhluk yang amat terpuji dan disebut pula sebagai
makhluk yang amat tercela. Hal itu ditegaskan dalam berbagai ayat, bahkan ada pula yang
ditegaskan dalam satu ayat, akan tetapi itu tidak berarti manusia dipuji dan dicela dalam
waktu yang bersamaan. Iti terdapat dalam (Q.S Al-A’raaf :179).
Maka dari itu, Fitrah kita sendirilah yang harus menjadi tujuan hidup kita. Dengan kembali
ke fitrah kita, maka kita akan diberi hak kita yaitu menjadi Makhluk Allah SWT yang
paling sempurna. Kesempurnaan manusia sebagai makhluk Allah SWT tidak dilihat dari
segi fisik (kecantikan ataupun ketampanan seseorang), tapi sempurna dimata Allah SWT
adalah siapa yang paling bertaqwa diantara mereka semua. Allah berfirman dalam (Q.S
Al-Hujurat : 13)

D. Agama dalam kehidupan manusia

10

Peranan Agama pada Realitas Kehidupan Manusia
Agama mengambil peranan penting dalam keberadaan suatu masyarakat atau komunitas.
Karena suatu agama atau kepercayaan akan tetap langgeng jika terus diamalkan oleh
masyarakat secara kontiniu. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari
beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan
pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, melihat kepada kondisi masyarakat
maka agama dapat dibedakan dalam dua tipe, yaitu : agama yang hidup dalam masyarakat
sakral dan agama yang hidup dalam masyarakat sekuler. Sumbangan atau fungsi agama
dalam masyarakat adalah sumbangan untuk mempertahankan nilai-nilai dalam masyarakat.
Sebagai usaha-usaha aktif yang berjalan terus menerus, maka dengan adanya agama maka
stabilitas suatu masyarakat akan tetap terjaga. Sehingga agama atau kepercayaan
mengambil peranan yang penting dan menempati fungsi-fungsi yang ada dalam suatu
masyarakat
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia,
antara lain adalah :
Karena agama merupakan sumber moral
Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di
kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak
mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia
menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka
yang mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam
godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan
daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang
menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Alhidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah atau
kebaikan.
Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang
menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang
berusaha menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah letak peranan agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia ke
jalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
11

Fungsi Agama Pada Kehidupan Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan
hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti
apa yang dihuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya
memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan
manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui
inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam
menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia
harus menaati Allah SWT
-Menjawab berbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
persoalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh
akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan
untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalansoalan ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana
sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah
tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.

– Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama
sendiri sebenarnya telah menggariskan etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya.
Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan social
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam
menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat
maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal
ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.
12

Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan
memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat
memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan
menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu
kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali
mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain
Beberapa tujuan agama terhadap kehidupan manusia yaitu :
Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga dapat
mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
Menyempurnakan akhlak manusia.
Agama juga berperan untuk menciptakan suatu perdamaian bagi masyarakat dan sebagai
alat yang dapat dijadikan sebagai penumbuh rasa solidaritas.
Untuk menciptakan iklim damai tersebut, perlu dibentuk pranata-pranata sosial yang
menjadi infrastruktur bagi tegaknya suatu perdamaian dalam masyarakat.
Dalam hal ini peranan pemimpin keagamaan, seperti ulama, pendeta, kyai dan para jemaah
agama, adalah sangat penting bagi terwujudnya suasana
kehidupan beragama manusia sehari hari.

13

damai dan kondusif dalam

AGAMA ISLAM

A.

Makna dan fungsi agama islam

Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia,
antara lain adalah :
Karena agama merupakan sumber moral
Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala
duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak
mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia
menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang
mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam
godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam
diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang
menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah
yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.
Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang menurut
istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha
menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan
yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
Fungsi Agama Kepada Manusia

14

Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup.
Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang
diuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi
penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam
dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui indera manusia,
melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan
kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWT dan setiap manusia harus menaati
Allah SWT
-Menjawab berbagai persoalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
persoalan yang senantiasa ditanya oleh manusia merupakan persoalan yang tidak terjawab
oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan
untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalansoalan ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana
sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah
tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
– Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri
sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini
dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial
Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat
positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif
atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai
faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam
menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat
maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh
kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam
masyarakat.
15

Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan
memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan
peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan
eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan
menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain
Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang
sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat
sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan
ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu
dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama
Beberapa tujuan agama yaitu :
Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga dapat
mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L Berger,
agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi umumnya
agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya –bahkan sampai pada
aspek yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan kemanusiaan.Masalahnya,
di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan para politisi. Mereka yang
mabuk kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan menyia-nyiakan sisi potensial dari
agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai komoditas yang sangat
potensial untuk merebut kekuasaan.Yang lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam
dan Kristen yang ekspansionis), banyak di antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan
atau menebarkan misi (baca, mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang
dipeluknya. Dan, para elite agama ini pun tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan
peran signifikan dari negara sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas. Maka, kloplah,
politisasi agama menjadi proyek kerja sama antara politisi yang mabuk kekuasaan dengan
para elite agama yang juga mabuk ekspansi keyakinan.Namun, perlu dicatat, dalam proyek
“kerja sama” ini tentunya para politisi jauh lebih lihai dibandingkan elite agama. Dengan
16

retorikanya yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah) menjadi elite yang sangat relijius
yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi agama) melalui jalur politik. Padahal sangat
jelas, yang terjadi sebenarnya adalah politisasi agama.Di tangan penguasa atau politisi yang
ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan yang benar disalahfungsikan menjadi
alat legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya bisa mempersatukan umat malah dijadikan
alat untuk mengkotak-kotakkan umat, atau bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihakpihak yang tidak sejalan sebagai kafir, sesat, dan tuduhan jahat lainnya,disfungsi atau
penyalahgunaan fungsi agama inilah yang seyogianya diperhatikan oleh segenap ulama, baik
yang ada di organisasi-organisasi Islam semacam MUI. Ulama harus mempu mengembalikan
fungsi agama karena Agama bukan benda yang harus dimiliki, melainkan nilai yang melekat
dalam hati.Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita
internalisasi dalam hati. Agama tidak berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang hakiki,
yakni hati (kalbu). Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa segala
tingkah laku manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula
kehidupan manusia. Hati yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan kata lain, hanya
agama yang diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan kebenaran
dalam kehidupan sehari-hari.Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di arena yang lain:
di panggung atau di kibaran bendera, bukan di relung hati
Fungsi pertama agama, ialah mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan, serta
bagaimanakah saya berhubung dengan Tuhan itu. Bagi Muslim, dimensi ini dinamakan
sebagai hablun minallah dan ia merupakah skop manusia meneliti dan mengkaji kesahihan
kepercayaannya dalam menghuraikan persoalan diri dan Tuhan yang saya sebutkan tadi.
Perbincangan tentang fungsi pertama ini berkisar tentang Ketuhanan, Kenabian, Kesahihan
Risalah dan sebagainya.
Kategori pertama ini, adalah daerah yang tidak terlibat di dalam dialog antara agama.
Pluralisma agama yang disebut beberapa kali oleh satu dua penceramah, TIDAK bermaksud
menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. Mana mungkin penyama rataan dibuat
sedangkan sesiapa sahaja tahu bahawa asas agama malah sejarahnya begitu berbeza. Tidak
mungkin semua agama itu sama!
Manakala fungsi kedua bagi agama ialah mendefinisikan siapakah saya dalam konteks
interpersonal iaitu bagaimanakah saya berhubung dengan manusia. Bagi pembaca Muslim,
kategori ini saya rujukkan ia sebagai hablun minannaas.
Ketika Allah SWT menurunkan ayat al-Quran yang memerintahkan manusia agar saling kenal
mengenal (Al-Hujurat 49: 13), perbezaan yang berlaku di antara manusia bukan sahaja
meliputi perbedaan kaum, malah agama dan kepercayaan. Fenomena berbilang agama adalah
seiring dengan perkembangan manusia yang berbilang bangsa itu semenjak sekian lama.

17

Maka manusia dituntut agar belajar untuk menjadikan perbedaan itu sebagai medan kenal
mengenal, dan bukannya gelanggang krisis dan perbalahan.
Untuk seorang manusia berkenalan dan seterusnya bekerjasama di antara satu sama lain,
mereka memerlukan beberapa perkara yang boleh dikongsi bersama untuk menghasilkan
persefahaman. Maka di sinilah, dialog antara agama (Interfaith Dialogue) mengambil tempat.
Dialog antara agama bertujuan untuk menerokai beberapa persamaan yang ada di antara
agama. Dan persamaan itu banyak ditemui di peringkat etika dan nilai.

B.

Proses turunnya agama islam

 Masa sebelum kedatangan Islam
Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan perlintasan
perdagangan dalam Jalan Sutera yang menjadikan satu antara Indo Eropa dengan kawasan
Asia di timur.
Kebanyakan orang Arab merupakan penyembah berhala dan ada sebagian yang merupakan
pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi.
Mekkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu, karena di sana terdapat berhalaberhala agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah Ka'bah.
Masyarakat ini disebut pula Jahiliyah atau dalam artian lain bodoh.
Bodoh disini bukan dalam intelegensianya namun dalam pemikiran moral.
Warga Quraisy terkenal dengan masyarakat yang suka berpuisi.
Mereka menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan disaat berkumpul di tempat-tempat
ramai.
 Masa Awal
Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan kepada rasul yang terakhir
yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira', Arab Saudi.
Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571 masehi).
Ia dilahirkan ditengah-tengah suku Quraish pada zaman jahiliyah, dalam kehidupan suku-suku
padang pasir yang suka berperang dan menyembah berhala.
Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia masih
berada di dalam kandungan.
Pada saat usianya masih 6 tahun, ibunya Aminah meninggal dunia.
Sepeninggalan ibunya, Muhammad dibesarkan oleh kakeknya Abdul Muthalib dan
dilanjutkan oleh pamannya yaitu Abu Talib.

18

Muhammad kemudian menikah dengan seorang janda bernama Siti Khadijah dan menjalani
kehidupan secara sederhana.
Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan
Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran Islam
secara tertutup kepada para sahabatnya.
Setelah tiga tahun menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, akhirnya ajaran Islam
kemudian juga disampaikan secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekkah, yang mana
sebagian menerima dan sebagian lainnya menentangnya.
Pada tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah.
Peristiwa ini disebut Hijrah, dan semenjak peristiwa itulah dasar permulaan perhitungan
kalender Islam.
Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang anshar (kaum muslimin dari
Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin dari Mekkah), sehingga semakin kuatlah umat
Islam.
Dalam setiap peperangan yang dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu
mendapatkan kemenangan.
Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara Mekkah dan Madinah.
Keunggulan diplomasi nabi Muhammad SAW pada saat perjanjian Hudaibiyah, menyebabkan
umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan.
Banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk
Islam, sehingga ketika penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan
darah.
Ketika Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam.
 Khalifah Rasyidin
Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang baik diawali dengan
kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh kepemimpinan Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan dan Ali bin Abu Thalib.
Pada masa ini umat Islam mencapai kestabilan politik dan ekonomi.
Abu Bakar memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat Islam dan mengatasi pemberontakan
beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah meninggalnya Muhammad.
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib berhasil memimpin balatentara
dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mendakwahkan Islam, terutama ke Syam, Mesir,
dan Irak.

19

Dengan takluknya negeri-negeri tersebut, banyak harta rampasan perang dan wilayah
kekuasaan yang dapat diraih oleh umat Islam.
 Masa kekhalifahan selanjutnya
Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari tangan ke tangan
dengan pemimpinnya yang juga disebut "khalifah", atau kadang-kadang "amirul mukminin",
"sultan", dan sebagainya.
Pada periode ini khalifah tidak lagi ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan
umat Islam, melainkan secara turun-temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga
banyak yang menyamakannya dengan kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani Umayyah, Bani
Abbasiyyah, hingga Bani Utsmaniyyah.
Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya salah satu kekuatan politik yang
terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu.
Timbulnya tempat-tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata bahasa Arab
di berbagai wilayah dunia Islam telah mewujudkan satu kontinuitas kebudayaan Islam yang
agung.
Banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan bermunculan dari berbagai negeri-negeri Islam,
terutamanya pada zaman keemasan Islam sekitar abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi.
Luasnya wilayah penyebaran agama Islam dan terpecahnya kekuasaan kekhalifahan yang
sudah dimulai sejak abad ke-8, menyebabkan munculnya berbagai otoritas-otoritas kekuasaan
terpisah yang berbentuk
"kesultanan"; misalnya Kesultanan Safawi, Kesultanan Turki Seljuk, Kesultanan Mughal,
Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka, yang telah menjadi kesultanankesultanan yang memiliki kekuasaan yang kuat dan terkenal di dunia.
Meskipun memiliki kekuasaan terpisah, kesultanan-kesultanan tersebut secara nominal masih
menghormati dan menganggap diri mereka bagian dari kekhalifahan Islam.
Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan penjajah
Eropa.
Kesultanan Utsmaniyyah (Kerajaan Ottoman) yang secara nominal dianggap sebagai
kekhalifahan Islam terakhir, akhirnya tumbang selepas Perang Dunia I.
Kerajaan ottoman pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad V.
Karena dianggap kurang tegas oleh kaum pemuda Turki yang di pimpin oleh mustafa kemal
pasha atau kemal attaturk, sistem kerajaan dirombak dan diganti menjadi republik.

20

 Kepercayaan
Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimat shahādatāin ("dua kalimat
persaksian"),
yaitu "Laa ilaha illallah, Muhammadar Rasulullah" — yang berarti "Tiada Tuhan selain Allah,
Muhammad adalah utusan Allah".
Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini,
berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk
Islam dari kepercayaan lamanya).
Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan al-Qur'an kepada Muhammad sebagai
Khataman Nabiyyin (Penutup Para Nabi) dan menganggap bahwa al-Qur'an dan Sunnah
(setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber fundamental Islam.
Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai
pembaharu dari keimanan monoteistik dari Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi lainnya.
Tradisi Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah membelokkan wahyu yang
Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks atau memperkenalkan intepretasi
palsu, ataupun kedua-duanya.
Umat Islam juga meyakini al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang
disampaikan oleh Allah kepada Muhammad.
melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (AlBaqarah [2]:2).
Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman dalam suatu
ayat.
Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk
mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat,
Injil dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi dan rasul terdahulu adalah benar
adanya.
Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah