askep anak dan dengan diare
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Gastroenteritis
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/jam tinja), dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defeksi yang meningkat. (Monsjoer, Arif, 1999) Selain itu penertian
diare menurut (WHO, 1980) menjelaskan bahwa buang air besar encer atau
air lebih dari tiga kali sehari.
Menurut (Sowden, 1996) menjelaskan bahwa gastroenteritis (GE)
adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang meberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. Gastroenteritis diartikan
sebagai seperti buang air besar yang tidak normalatau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. (FKUI, 1965)
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal
yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus, dan parasit,
yang patogan. (Whaley dan Wong’s, 1995) Gastroenteritis adalah kondisi
dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,
alergi, atau keracunan zat makanan. (Marlena Mayers, 1995)
Jadi
dari
pengertian
di
atas
penulis
menyimpulkan
bahwa
gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
membarikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya
disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit yang patogen.
2.2 Etiologi Gastroenteritis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella,
Escherihia
Coli,
Yersinia),
parasit
(Bardia
Lambia,
Corytosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, atau melekat pada dinding usus.
4
2.3 Patofisiologi dan WOC Gastroenteritis
2.3.1 Patofisiologi Gastroenteritis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus, bakteri atau
toksin, perasit. Beberapa mikroorganisme petogen ini menyebankan infeksi
pada sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke
klien lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksik di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elekrolit meningkat kemudian menjadi diare.
Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan cairan dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengekibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik
dan hipokalemia). Gangguan gizi (itake kurang, output berlebihan),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
2.3.2 WOC Gasroenteritis
WOC terlampir
2.4 Tanda dan Gejala Gastroenteritis
Tanda dan gejala pada gastroenteritis dapat timbul sebagai berikut
diantaranya yaitu sebagai berikut :
1) Diare
2) Mual dan muntah
3) Demam nyeri abdomen
4) Membran mukosa mulut dan bibir kering
5) Fontanel cekung
5
6) Kehilangan berat badan
7) Tidak napsu makan
8) Badan terasa lemah
9) Turgor kulit kurang
2.5 Komplikasi Gastroenteritis
Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada gastroenteritis yaitu
diantaranya sebgai berikut :
1) Dehidrasi
2) Renjatan hipovolemik
3) Kejang
4) Bakterimia
5) Malnutrisi
6) Hipoglikemia
7) Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
2.6 Tingkat Dehidrasi Gastroenteritis
Tingkat dehidrasi dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu dehidrasi ringan,
sedang dan berat. Dari ketiga tingkatan tersebut dapat dijelaskan diantaranya
sebagai berikut yaitu :
2.6.1 Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan dengan gambaran klinis turgor
kulit kurang elestis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
2.6.2 Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8% darri berat badan dengan gambaran klinis turgor
kulit jelek, suara serak, presyok dengan tanda nadi cepat dan dalam.
2.6.3 Dehidrasi Barat
Kehilangan cairan 8-10% dari berat badan dengan gambaran klinis seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai terjadi sianosis.
6
2.7 Pemeriksaan Penunjang Pada Gastroenteritis
2.7.1 Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan feces
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,
bila memungkinkan dengan penentukan Ph keseimbangan gas darah
atau astrup bila memungkinkan.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fugsi ginjal.
2.7.2 Pemeriksaan Elektrolit Intubasi Duodenum
Pemeriksaan untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,
terutama dilakukan pada klien diare kronik.
2.8 Penatalaksanaan Gastroenteritis
2.8.1 Pemberian Cairan
Pemberian cairan pada klien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum, yaitu :
1) Cairan per-oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl, Na, HCO, K dan Glukosa, untuk
diare akut di atas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang
kadar natrium 50-60 Meg/l dapat di buat sendiri (mengandung larutan
garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal
tersebut di atas adalah untuk pengobatan yang di rumah sebelum di
bawah ke rumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2) Cairan parenteral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari
berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya :
a. Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25-50 ml/kg BB/hari, kemudian 125 ml/kg BB/hari
secra oral.
b. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral, kemudian 125 ml/kg BB/hari.
7
c. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
-
1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam = 10 tetes/kg BB/menit (infus
set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kg BB/menit).
-
7 jam berikutnya 12 ml/kg BB/jam = 3 tetes/kg BB/menit (infus
set 1 ml = 20 tetes).
-
16 jam berikutnya 125 ml/kg BB oralit per oral bila anak mau
minum teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes/kg BB/menit atau
3 tetes/kg BB/menit.
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
-
1 jam pertama 30 ml/kg BB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (infus
set 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).
-
7 jam kemudian 127 ml/kg BB oralit per oral, bila anak tidak
mau minum dapt diterukan dengan 2A intra vena 2 tetes/kg BB/
menit atau 3 tetes/kg BB/manit.
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan barat badan 15-25 kg.
-
1 jam pertama 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit (infus
set 1 ml = 20 tetes).
-
16 jam berikutnya 105 ml/kg BB oralit per oral.
2.8.2 Diatetik
Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan
tujuan menyembuhkan dan menjaga kesehatan ada pun hal perlu
diperhatikan yaitu :
1) Pemberian ASI
2) Memberikan bahan makanan yang mengadung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.
2.8.3 Obat – Obatan
1) Obat anti sekresi
2) Obat anti spasmolitik
3) Obat antibiotik
8
2.9 Asuhan Keperawatan Secara Teori Pada Masalah Gastoenteritis
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data,
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, pemeriksaan fisik.
2.9.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
Identitas klien dapat meliputi diantaranya nama klien, tempat/tanggal
lahir, umur, tanggal masuk sakit, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, alamat,
kultur, agama, pendidikan dan diagnosa medis.
2) Riwayat Keperawatan
-
Awalnya serangan : awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh
meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
-
Keluhan utama : faces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak
cairan dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun,
pada bayi ubun-ubun beras cekung, tonus dan turgor kulit kurang,
selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali
sehari dengan konsistensi air.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4) Riwayat Psikososial Keluarga
Hospitalisasi akan menjadi stresor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui
prosedur dan pengobatan anaknya, setelah menyadari panyakit anaknya,
mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5) Kebutuhan Dasar
-
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB berlebih dari
4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
-
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pada pasien.
-
Pola tidur dan istirahat : akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
-
Pola hygiene : kebiasaan mendi setiap harinya.
9
-
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya distensi abdomen.
6) Pemeriksaan Fisik
-
Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
kompos mentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan
lemah, pernapasan agak cepat.
-
Pemeriksaan sistemik :
a) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar cekung, selaput lendir
mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
b) Perkusi : adanya distensi abdomen, hipertimpani.
c) Palpasi : turgor kulit jelek, kurang elastis.
d) Auskultasi : bising usus meningkat.
-
Pemeriksaan tumbuh kembang
Pada anak akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi,
sehingga berat badan menurun.
-
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yang
untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.
2.9.2 Diagnosis Keperawatan
1) Defisit volume cairan dan elekrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebih.
2) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB
yang berlebih.
10
2.9.3 Intervensi Keperawatan
DX : Defisit volume cairan dan elekrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebih.
Tujuan : Defisit cairan dan elekrolit teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Tanda-tanda dehidrasi tidak ada
2) Mukosa bibir lembab
3) Balance cairan seimbang
Intervensi Keperawatan :
1) Monitor BAB (voluma, warna, frekuensi, konsistensi) ada lendir, pus
atau darah.
R/ Indikator berat ringannya penyakit dan menentukan intervensi
selanjutnya.
2) Observasi tetesan infus
R/ Tetesan cairan infus yang tidak lancar mengakibatkan cairan penganti
atau elektrolit yang masuk ke dalam tubuh klien terlambat.
3) Observasi tanda-tanda vital
R/ Mengetahui kondisi umum secara menyeluruh dan mempermudah
tindakan keperawatan.
4) Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak
pada klien ± 600 – 700 cc/hari.
R/ Untuk menyeimbangkan nilai input dan output.
5) Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena dan kaji area penusukkan.
R/ Cairan intravena untuk mengganti cairan yang keluar akibat diare,
area penusukkan indikator adekuatnya rehidrasi dan deteksi dini infeksi.
11
DX : Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah.
Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Intake nutrisi klien meningkat
2) Diet habis 1 porsi yang disediakan
3) Mual dan muntah tidak ada
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
R/ untuk menentukan berapa besar asupan nutrisi yang dibutuhkan
pasien dan menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
2) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ± 10-12 jam siang dan malam.
R/ istirahat yang banyak menghindari peningkatan kejra lambung.
3) Anjurkan untuk memberi makanan yang hangat.
R/ makanan hangat dapat meningkatkan napsu makan pasien dan
mencegah rasa seba di perut.
4) Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering ± 6 kali per hari.
R/ pemberian makan sedikit tapai sering dapat mengurangi perasaan
tegang pada lambung.
5) Hindari pemberian makanan yang mengandung bau yang menyengat.
R/ makanan yang mempunyai bau menyengat dapat merangsang pusat
muntah.
12
DX : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB
yang berlebih.
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria Hasil :
1) Integritas kulit kembali normal
2) Iritasi tidak ada
3) Tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi Keperawatan :
1) Anjurkan pada keluarga untuk selalu menganti popok anak jika basah,
terutama jika anak BAB
R/ Popok yang basah dapat mengakibatkan iritasi pada daerah anus
perineum.
2) Jaga kebersihan perineum
R/ Daerah perineum merupakan daerah yang gelap dan rentan iritasi.
3) Observasi bokong dan perineum dari infeksi
R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih lanjut.
4) Berikan lotion atau cream yang mengandung zinc dapat
R/ pemberian lotion atau cream yang mengandung zinc dapat
mempercepat penyembuhan daerah yang teriritasi.
13
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Gastroenteritis
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/jam tinja), dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defeksi yang meningkat. (Monsjoer, Arif, 1999) Selain itu penertian
diare menurut (WHO, 1980) menjelaskan bahwa buang air besar encer atau
air lebih dari tiga kali sehari.
Menurut (Sowden, 1996) menjelaskan bahwa gastroenteritis (GE)
adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang meberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. Gastroenteritis diartikan
sebagai seperti buang air besar yang tidak normalatau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. (FKUI, 1965)
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal
yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus, dan parasit,
yang patogan. (Whaley dan Wong’s, 1995) Gastroenteritis adalah kondisi
dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,
alergi, atau keracunan zat makanan. (Marlena Mayers, 1995)
Jadi
dari
pengertian
di
atas
penulis
menyimpulkan
bahwa
gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
membarikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya
disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit yang patogen.
2.2 Etiologi Gastroenteritis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella,
Escherihia
Coli,
Yersinia),
parasit
(Bardia
Lambia,
Corytosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, atau melekat pada dinding usus.
4
2.3 Patofisiologi dan WOC Gastroenteritis
2.3.1 Patofisiologi Gastroenteritis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus, bakteri atau
toksin, perasit. Beberapa mikroorganisme petogen ini menyebankan infeksi
pada sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke
klien lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksik di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elekrolit meningkat kemudian menjadi diare.
Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan cairan dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengekibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik
dan hipokalemia). Gangguan gizi (itake kurang, output berlebihan),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
2.3.2 WOC Gasroenteritis
WOC terlampir
2.4 Tanda dan Gejala Gastroenteritis
Tanda dan gejala pada gastroenteritis dapat timbul sebagai berikut
diantaranya yaitu sebagai berikut :
1) Diare
2) Mual dan muntah
3) Demam nyeri abdomen
4) Membran mukosa mulut dan bibir kering
5) Fontanel cekung
5
6) Kehilangan berat badan
7) Tidak napsu makan
8) Badan terasa lemah
9) Turgor kulit kurang
2.5 Komplikasi Gastroenteritis
Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada gastroenteritis yaitu
diantaranya sebgai berikut :
1) Dehidrasi
2) Renjatan hipovolemik
3) Kejang
4) Bakterimia
5) Malnutrisi
6) Hipoglikemia
7) Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
2.6 Tingkat Dehidrasi Gastroenteritis
Tingkat dehidrasi dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu dehidrasi ringan,
sedang dan berat. Dari ketiga tingkatan tersebut dapat dijelaskan diantaranya
sebagai berikut yaitu :
2.6.1 Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan dengan gambaran klinis turgor
kulit kurang elestis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
2.6.2 Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8% darri berat badan dengan gambaran klinis turgor
kulit jelek, suara serak, presyok dengan tanda nadi cepat dan dalam.
2.6.3 Dehidrasi Barat
Kehilangan cairan 8-10% dari berat badan dengan gambaran klinis seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai terjadi sianosis.
6
2.7 Pemeriksaan Penunjang Pada Gastroenteritis
2.7.1 Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan feces
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,
bila memungkinkan dengan penentukan Ph keseimbangan gas darah
atau astrup bila memungkinkan.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fugsi ginjal.
2.7.2 Pemeriksaan Elektrolit Intubasi Duodenum
Pemeriksaan untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,
terutama dilakukan pada klien diare kronik.
2.8 Penatalaksanaan Gastroenteritis
2.8.1 Pemberian Cairan
Pemberian cairan pada klien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum, yaitu :
1) Cairan per-oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl, Na, HCO, K dan Glukosa, untuk
diare akut di atas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang
kadar natrium 50-60 Meg/l dapat di buat sendiri (mengandung larutan
garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal
tersebut di atas adalah untuk pengobatan yang di rumah sebelum di
bawah ke rumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2) Cairan parenteral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari
berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya :
a. Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25-50 ml/kg BB/hari, kemudian 125 ml/kg BB/hari
secra oral.
b. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral, kemudian 125 ml/kg BB/hari.
7
c. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
-
1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam = 10 tetes/kg BB/menit (infus
set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kg BB/menit).
-
7 jam berikutnya 12 ml/kg BB/jam = 3 tetes/kg BB/menit (infus
set 1 ml = 20 tetes).
-
16 jam berikutnya 125 ml/kg BB oralit per oral bila anak mau
minum teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes/kg BB/menit atau
3 tetes/kg BB/menit.
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
-
1 jam pertama 30 ml/kg BB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (infus
set 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).
-
7 jam kemudian 127 ml/kg BB oralit per oral, bila anak tidak
mau minum dapt diterukan dengan 2A intra vena 2 tetes/kg BB/
menit atau 3 tetes/kg BB/manit.
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan barat badan 15-25 kg.
-
1 jam pertama 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit (infus
set 1 ml = 20 tetes).
-
16 jam berikutnya 105 ml/kg BB oralit per oral.
2.8.2 Diatetik
Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan
tujuan menyembuhkan dan menjaga kesehatan ada pun hal perlu
diperhatikan yaitu :
1) Pemberian ASI
2) Memberikan bahan makanan yang mengadung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.
2.8.3 Obat – Obatan
1) Obat anti sekresi
2) Obat anti spasmolitik
3) Obat antibiotik
8
2.9 Asuhan Keperawatan Secara Teori Pada Masalah Gastoenteritis
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data,
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, pemeriksaan fisik.
2.9.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
Identitas klien dapat meliputi diantaranya nama klien, tempat/tanggal
lahir, umur, tanggal masuk sakit, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, alamat,
kultur, agama, pendidikan dan diagnosa medis.
2) Riwayat Keperawatan
-
Awalnya serangan : awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh
meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
-
Keluhan utama : faces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak
cairan dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun,
pada bayi ubun-ubun beras cekung, tonus dan turgor kulit kurang,
selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali
sehari dengan konsistensi air.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4) Riwayat Psikososial Keluarga
Hospitalisasi akan menjadi stresor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui
prosedur dan pengobatan anaknya, setelah menyadari panyakit anaknya,
mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5) Kebutuhan Dasar
-
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB berlebih dari
4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
-
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pada pasien.
-
Pola tidur dan istirahat : akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
-
Pola hygiene : kebiasaan mendi setiap harinya.
9
-
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya distensi abdomen.
6) Pemeriksaan Fisik
-
Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
kompos mentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan
lemah, pernapasan agak cepat.
-
Pemeriksaan sistemik :
a) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar cekung, selaput lendir
mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
b) Perkusi : adanya distensi abdomen, hipertimpani.
c) Palpasi : turgor kulit jelek, kurang elastis.
d) Auskultasi : bising usus meningkat.
-
Pemeriksaan tumbuh kembang
Pada anak akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi,
sehingga berat badan menurun.
-
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yang
untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.
2.9.2 Diagnosis Keperawatan
1) Defisit volume cairan dan elekrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebih.
2) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB
yang berlebih.
10
2.9.3 Intervensi Keperawatan
DX : Defisit volume cairan dan elekrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebih.
Tujuan : Defisit cairan dan elekrolit teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Tanda-tanda dehidrasi tidak ada
2) Mukosa bibir lembab
3) Balance cairan seimbang
Intervensi Keperawatan :
1) Monitor BAB (voluma, warna, frekuensi, konsistensi) ada lendir, pus
atau darah.
R/ Indikator berat ringannya penyakit dan menentukan intervensi
selanjutnya.
2) Observasi tetesan infus
R/ Tetesan cairan infus yang tidak lancar mengakibatkan cairan penganti
atau elektrolit yang masuk ke dalam tubuh klien terlambat.
3) Observasi tanda-tanda vital
R/ Mengetahui kondisi umum secara menyeluruh dan mempermudah
tindakan keperawatan.
4) Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak
pada klien ± 600 – 700 cc/hari.
R/ Untuk menyeimbangkan nilai input dan output.
5) Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena dan kaji area penusukkan.
R/ Cairan intravena untuk mengganti cairan yang keluar akibat diare,
area penusukkan indikator adekuatnya rehidrasi dan deteksi dini infeksi.
11
DX : Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah.
Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Intake nutrisi klien meningkat
2) Diet habis 1 porsi yang disediakan
3) Mual dan muntah tidak ada
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
R/ untuk menentukan berapa besar asupan nutrisi yang dibutuhkan
pasien dan menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
2) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ± 10-12 jam siang dan malam.
R/ istirahat yang banyak menghindari peningkatan kejra lambung.
3) Anjurkan untuk memberi makanan yang hangat.
R/ makanan hangat dapat meningkatkan napsu makan pasien dan
mencegah rasa seba di perut.
4) Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering ± 6 kali per hari.
R/ pemberian makan sedikit tapai sering dapat mengurangi perasaan
tegang pada lambung.
5) Hindari pemberian makanan yang mengandung bau yang menyengat.
R/ makanan yang mempunyai bau menyengat dapat merangsang pusat
muntah.
12
DX : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB
yang berlebih.
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria Hasil :
1) Integritas kulit kembali normal
2) Iritasi tidak ada
3) Tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi Keperawatan :
1) Anjurkan pada keluarga untuk selalu menganti popok anak jika basah,
terutama jika anak BAB
R/ Popok yang basah dapat mengakibatkan iritasi pada daerah anus
perineum.
2) Jaga kebersihan perineum
R/ Daerah perineum merupakan daerah yang gelap dan rentan iritasi.
3) Observasi bokong dan perineum dari infeksi
R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih lanjut.
4) Berikan lotion atau cream yang mengandung zinc dapat
R/ pemberian lotion atau cream yang mengandung zinc dapat
mempercepat penyembuhan daerah yang teriritasi.
13