LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM GENETIKA INDONESIA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM GENETIKA
GENETIKA MANUSIA DAN DERMATOGLIFI

OLEH:
KELOMPOK II GANJIL
ANGGOTA:

1. FICI ENGLIANI

1010423042

2. ZICKA MULYAWATI

1110423035

3. BAYU AFNOVANDRA P.

1210421009

4. YUL AMARIA


1210422043

5. RIZKI SEKAR ARUM

1210423005

6. NINDY LADYFANDELA

1210423041

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB: 1. YULIWAN SAPUTRA
2. MUTHIARA HIDAYAH

LABORATORIUM GENETIKA DAN SITOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Genetika berasal dari bahas latin genos yang berarti suku bangsa atau asal usul.
Dengan demikian genetika berarti ilmu yang mempelajari bagaimana sifat keturunan
(hereditas) yang diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul
didalamnya. Genetika berlaku juga pada manusia. Genetika yang mempeljari
bagaimana hereditas itu diwariskan pada manusia disebut genetika manusia (Pai,
1987).
Genetika manusia membahas fakta menarik perilaku manusia, kepribadian
karakteristik, tubuh fisik dan karakteristik wajah semua konsekuensi dari gen yang
diwarisi dari orang tua. Sebagai contoh, bentuk hidung, mulut dan telinga, warna
mata dan rambut, dan letak telinga pada manusia semua ditentukan oleh gen yang
diperoleh pada tahap embrio. Hal ini juga berlaku untuk beberapa karakteristik lain
seperti lesung pipi di pipi dan dagu dan pembentukan gurat-gurat pada jari dan
telapak tangan dan kaki (Goodenough, 1988).
Genetika manusia penting dipelajari karena dengan hal inilah manusia dapat
mengetahui sifat-sifat keturunan manusia itu sendiri serta setiap makhluk yang hidup
dilingkungan manusia, mengetahui kelainan atau penyakit keturunan serta usaha
untuk menanggulanginya juga menjajagi sifat keturunan seseorang. Misalnya,
golongan darah yang kemungkinan diperlukan dalam penelitian warisan harta dan
kriminalitas (Elvita, et al, 2008).

Pewarisan sifat untuk manusia didasarkan pada model pewarisan sifat Gregor
Mendel. Mendel memperkirakan pewarisan sifat yang terjadi dikarenakan suatu unit,
yang disebut gen. Gen yang berikatan dengan kromosom tubuh disebut autosom,
sedangkan yang berikatan dengan kromosom kelamin disebut gonosom. Pada
manusia terjadi pewarisan yang diakibatkan aleh autosom dominan dan autosom
resesif. Pada autosom dominan, jika satu saja orang tua memilikinya maka hal ini
cukup untuk menyebabkan sifat ini muncul pada generasi berikutnya. Autosom
resesif biasanya merupakan pola pewarisan untuk penyakit yang diturunkan dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Karena memerlukan dua kopian sifat untuk
menampilkan ciri sifat tersebut, maka banyak yang menjadi pembawa sifat (carier)
daripada penderita (Campbell, 2005).
Sidik jari bersifat genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan pada
trimester pertama kehamilan. Pembentukannya terjadi selama masa embrio dan tidak
pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebetulan akibat luka-luka,
terbakar, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar pada jari dan telapak tangan
(Elvayandri, 2002).
Pola sidik jari dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang dengan
predisposisi genetik untuk perkembangan penyakit tertentu. Karena sidik jari
diturunkan secara genetik dan tidak dipengaruhi lingkungan eksternal setelah lahir

seperti geografi, ekonomi, dan lain-lain, sidik jari memiliki ciri yang paling
bermanfaat untuk menentukan hubungan mendasar dalam kehidupan. Sejumlah gen
yang ditemukan pada sindrom kelainan kromosom, ternyata juga ditemukan
keabnormalan pada pola sidik jari atau dermatoglifinya (Fuller, 1973).
Menurut penelitian yang dilakukan di New Delhi oleh Chintamani (2007)
dikatakan bahwa pola sidik jari atau dermatoglifi pada pasien kanker payudara
memiliki beberapa cirri khas yang berbeda dengan pasien normal, seperti terdapatnya
6 atau lebih pola melingkar (whorl) disidik jarinya, juga ditemukan pola whorl
meningkat di jari telunjuk kanan dan jari kelingking kanan dibandingkan control
(Fuller, 1973).
Untuk mengetahui bagaimana pola-pola hereditas yang diwariskan kepada
seseorang serta mengetahui sifat-sifat yang dominan dan resesif yang ada pada
manusia, penting dilakukan sebuah praktikum yang berhubungan dengan variasi
genetik dan dermatoglifi. Pola sidik jari yang terdapat pada manusia dapat
mengidentifikasi penyakit tertentu dan kelainan kromosom.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengenal dan mengidentifikasi pola-pola sidik jari serta perhitungan
jumlah sulur pada populasi manusia.

2. Untuk melatih keterampilan dalam mengumpulkan data populasi dan menentukan

frekuensi alel dalam populasi serta menganalisisnya secara genetik.
3. Untuk mengidentifikasi berbagai karakter fisik manusia dan sifat pewarisannya
serta menganalisis secara statistik sesuai konsep genetika.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Genetika Manusia
Genetika manusia sangat penting dipelajari karena adanya pola-pola pewarisan sifat
pada manusia. Prinsip genetika perlu dikuasai untuk mempelajari sifat kejiwaan
seseorang yang ditentukan oleh sifat keturunan, misalnya kelebihan satu jenis
kromosom yang ada hubungannya dengan kelainan jiwa bersifat asosial dan kriminal
(Elvita, et al, 2008).
Variasi selalu terjadi dalam batasan informasi genetik yang ada. Dalam ilmu
genetika, batas-batas ini disebut kelompok gen. Variasi menyebabkan semua
karakteristik yang ada didalam kantung gen (Hall, et al, 1994). Jenis kelamin (seks)
merupakan salah satu karakter fenotip kita yang lebih nyata, meskipun perbedaan
anatomis dan fisiologis antara pria dan wanita banyak. Namun, dasar kromosom
seksnya sedikit lebih sederhana. Seperti pada kebotakan, kebotakan dapat disebabkan
oleh faktor eksternal seperti makanan dan gangguan penyakit pada kulit kepala.
Namun, dapat juga disebabkan oleh faktor genetik. Gen pembawa sifat botak adalah
salah satu gen yang dipengaruhi jenis kelamin (Campbell, 1998).

Adapun variasi–variasi genetika pada manusia yaitu: 1.Telinga, cuping telinga
bebas/lepas dibentuk oleh gen dominan terhadap cuping telinga yang tidak bebas atau
lengket. Kondisi ini diwariskan sebagai gen autosomal dengan suatu penetrasi yang
tidak lengkap dan ekspresi (pemunculan) yang bermacam–macam (Suryo, 2001).
2.Hidung, ada sejumlah karakteristik hidung yang menunjukkan pewarisan sifat
sederhana seperti tulang hidung yang cembung memperlihatkan karakter dominan
daripada karakter tulang hidung yang lurus atau cekung. 3.Mulut, bibir berbentuk
lubang saluran pada mulut dan sangat menentukan bagaimana wajah seseorang.
Ketika bibir dibentuk pada embrio genesit selama dua bulan proses perkembangan,
proses ini membentuk bibir atas secara normal. 4.Mata, pada kebanyakan pada
keluarga yang kedua orang tuanya bermata biru atau abu–abu semua anaknya bermata
biru atau abu- abu bersifat resesif alami. Kelainan hereditas yang sangat umum pada
mata adalah rabun dekat. Kondisi ini memperlihatkan hereditas yang dipengaruhi

oleh gen autosomal resesif (Lewis, 2001). 5.Jari, kebanyakan gen yang
mempengaruhi jari tangan juga mempengaruhi jari kaki. Sifat hereditas yang
mempengaruhi jari adalah seperti ada atau tidaknya bulu rambut pada ruas jari.
6.Tinggi, orang tua yang pendek terkadang mempunyai anak yang tinggi, ada
beberapa gen yang menyebabkan epistasis (penutupan oleh gen yang berbeda alel)
pada seluruh kelompok multipel gen yang mempengaruhi tinggi pada kebanyakan

orang (Suryo, 2001). 7. Rambut, warna rambut memperlihatkan bahwa karakter ini
dipengaruhi oleh multipel gen. Bentuk rambut tergantung pada bentuk pindah silang.
Rambut berombak, keriting, kribo menunjukkan derajat progressif (Freeman,1860).
2.2 Dermatoglifi
Dermatoglifi adalah gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada jari-jari tangan
dan kaki, serta telapak tangan dan telapak kaki (Syahrum, et al., 1993). Dermatoglifi
pada setiap orang tidak mungkin persis sama, tetapi bersifat sangat stabil dan tidak
berubah sepanjang hidup kecuali bila terjadi kerusakan yang sangat parah hingga
lapisan sub dermis (Ramelan, 1999; Hidayati, et al., 1980).
Gambaran sulur-sulur dermal ditentukan oleh banyak gen yang saling
berpengaruh dan mungkin beberapa diantaranya bersifat dominan dan tidak
dipengaruhi oleh faktor luar sesudah lahir, misalnya geografik, ekonomi, dan lain-lain
(Rafi’ah, et al, 1980). Sidik jari merupakan objek yang menarik untuk diselidiki dan
telah digunakan baik untuk keperluan identifikasi, hubungan keturunan, maupun
membantu diagnosis (Suryadi, 1999).
Sidik jari ditemukan pada manusia dan beberapa hewan dan sangat unik untuk
tiap individu karena tidak ada dua jari yang memiliki pola yang persis sama, tidak ada
dua orang yang memiliki pola yang sama, tidak berubah seumur hidup. Bentuk
menetap sejak fetus berusia 4 bulan dalam kandungan dan hanya bertambah dalam
ukuran saja sesuai pertambahan usia. Beberapa peneliti berpendapat bahwa

konfigurasi sidik jari kemungkinan dibentuk oleh multiple gen pada multiple
kromosom sehingga menarik untuk diteliti dibandingkan dengan kelainan genetik
yang bersifat monogenik. Sidik jari bisa tetap diamati dengan cara menggulirkan jari

ke permukaan kertas dengan memberi cat atau tinta ke permukaan jari dan dicetak ke
permukaan kertas.
Sampai saat ini ditemukan 4 tipe pokok sidik jari pada masyarakat yang
distribusinya sangat bervariasi tergantung dengan ras dan jari-jari yang berbeda. Tipe
itu adalah loop urnal dan radial, whorl, arch dan tented arch. Tipe arch, garis dimulai
dari satu sisi jari ditengah sedikit meninggi dan dan keluar pada sisi yang berlawanan.
Tented arch didapati paling tidak ada satu atau lebih garis lengkung yang membentuk
sudut 45^. Pola whorl minimal ditemukan satu garis melingkar 360^ dibagian tengah
pola sidik jari. Untuk pola loop terlihat satu atau lebih garis yang membentuk garis
lengkung yang berawal dan berakhir pada sisi yang sama. Pada pola sidik jari dapat
kita temukan adanya gambaran triradius. Adapun yang dimaksud dengan triradius
adalah titik pertemuan tiga garis dari asal yang berbeda. Pada pola arch tidak
ditemukan adanya pola melainkan hanya garis lengkung sehingga tidak ada titik
triradius dan bila mau dilakukan penghitungan garis-garis jumlahnya adalah nol. Tipe
loop hanya mempunyai satu triradius, dekat titik pusat, untuk menghitung jumlah
garis yang dibentuk oleh pola tertentu dengan menghubungkan pada triradius. Pola

whorl ada dua triradius dan penghitungan jumlah garis bisa dilakukan dua arah
dimana biasanya jumlah garis berbeda pada masing-masing sisi (Washington, 2003).
Tahun 1686, Marcello Malphigi, professor anatomi di Universitas Barcelona
pertama kali dalam sejarah meneliti sidik jari dibawah mikroskop (Campbell, 1998;
Washington, 2003). Ditemukan perbedaan antara loop ulnar dan radial, sedangkan
pada whorl ada perbedaan bentuk whorl dengan lingkaran konsentris dan bentuk
seperti spiral. Ada juga pola peacock eye yang merupakan gabungan pola loop dan
whorl (gambaran pola loop dengan bentuk mata ditengahnya. Bentuk composite
dikenal didalam textbook FBI sebagai double loop whorl. Sedangkan bentuk
compound atau peacock’s eye dikenal juga sebagai a central pocket loop whorl
(Barret, 1998; Campbell, 1998).

Menurut Penrose (1971), rata-rata jumlah semua sulur pada jenis kelamin
laki-laki lebih banyak dari perempuan. Distribusi dermatoglifi berbeda oleh jenis
kelamin maupun ras. Pria memiliki lebih banyak pola whorl daripada wanita dan
wanita memiliki pola arch yang lebih sederhana dari pria (Jones, 1993). Pola guratanguratan sidik jari tidak hanya bermanfaat untuk identifikasi tetapi juga bisa
bermanfaat untuk menemukan adanya abnormalitas dermatoglifi yang khas yang
seringkali berhubungan dengan banyak kelainan kromosom (Graham dan Brown,
2005).
Memeriksa sidik jari dan gurat telapak tangan serta telapak kaki. Sidik jari

dan gurat telapak ada standarnya bagi orang normal. Penderita kelainan keturunan,
terutama karena aberasi kromosom, memiliki dermatoglifi yang khas. Dengan
pemeriksaan dermatoglifi ini, banyak dapat didiagnosa berbagai penyakit atau cacat
keturunan, seperti sindrom down, klinefelter, edward, parau dan turner. Bahkan
seorang ibu yang anaknya menderita down, sedang ia sendiri normal akan ada
memperlihatkan sidik dan gurat yang khas, sehingga dapat dipakai sebagai bahan
untuk genetic counseling (Yatim, 1980).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum genetika manusia dan dermatoglifi dilaksanakan pada hari Senin, 08
September 2014 di Laboratorium Teaching IV, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah penggaris, busur, pensil, bantalan
tinta, timbangan, meteran dan kaca pembesar. Adapun bahan yang digunakan adalah
tissue, data genetika manusia Jurusaan Ilmu Politik dan kartu rekaman sidik jari.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Genetika Manusia

Dilakukan pengamatan kepada 30 responden dari Jurusan Ilmu Politik angkatan 2014
dan seluruh praktikan dengan melakukan pengamatan seperti jenis kelamin, suku,
umur, berat badan, tinggi, bentuk lidah, telinga, lesung pipi ada atau tidak, pusar
kepala searah jarum jam atau berlawana arah jarum jam, bentuk kening kepala,
rambut pada ruas jai tangan ada atau tidak dan bentuk dagu membelah atau lurus.
Setelah itu data tersebut dibandingkan dan dilakukan perhitungan frekuensi gen
berdasarkan hukum Hardy-Weinberg.
3.3.2 Dermatoglifi
Dibuat sudut jari tangan kanan dan tangan kiri dengan cara menekan jari pada
bantalan tinta, lalu ditempelkan pada kertas, kemudian dibuat sudut ATD dengan
menekan telapak tangan pada bantalan dan ditempelkan pada kertas. Kemudian untuk
sudut jari tentukan pola sidik jari, jumlah sulur, jumlah triradius, sedangkan untuk

sudut ATD, tentukan sudut ATD yang dibentuk oleh triradius pada telapak tangan.
Titik A triradius dibawah jari telujuk, titik T triradius dibawah pergelangan tangan
dan titik D.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Genetika Manusia
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Frekuensi Karakter Dominan Dan Resesif Pada Manusia pada ahasiswa
Sistem Komputer 2014
No.
1.
2.
3.
4.

Karakter
Lidah menggulung
Pelekatan telinga
Lesung pipi
Pusar kepala

Dominan
Bisa
Lepas
Ada
Searah jarum


5
12
6
19

P
0,17
0,40
0,20
0,63

Resesif
Tidak
Lengket
Tidak ada
Berlawanan


25
18
24
11

q
0,83
0,16
0,80
0,37

5.
6.
7.
8.
9.
10.

Bentuk kening kepala
Ibu jari
Rambut
Rambut pada ruas jari
Bentuk dagu
Lidah melipat

jam
Widow peak
Dapat ditekuk
Keriting
Ada
Membelah
Tidak

2
8
2
28
1
4

0,07
0,27
0,07
0,93
0,03
0,13

Lurus
Tidak bisa
Lurus
Tidak ada
Lurus
Melipat

28
22
28
2
29
26

0,93
0,73
0,93
0,07
0,97
0,87

Hasil yang didapatkan pada praktikum genetika manusia yang diobservasi pada
mahasiswa baru jurusan Sistem Komunikasi tahun 2014 sangat beragam. Untuk
bentuk kepala widow peak hanya ditemukan pada dua orang mahasiswa. Untuk yang
memiliki belahan dagu hanya satu orang saja. Frekuensi karakter dominan tertinggi
adalah adanya rambut pada ruas jari dengan nilai 0,93 dan yang terendah adalah
bentuk dagu membelah dengan nilai 0,03. Sedangkan frekuensi karakter resesif yang
paling tinggi adalah bentuk dagu lurus dengan nilai 0,97 dan yang terendah adalah
tidak adanya rambut pada ruas jari dengan nilai 0,07.
Pada mahasiswa Sistem Komputer tahun 2014 sifat resesif yang paling banyak
ditemui adalah bentuk dagu dan bentuk kening. Sedangkan sifat dominan yang paling
banyak ditemui adalah rambut pada ruas jari begitupun dengan praktikan kelompok II

ganjil. Menurut Safro (1994), dalam setiap spesies terdapat anggota kelompok
populasi dengan ciri–ciri yang berbeda satu sama lain. Secara genetika tidak ada dua
individu dalam satu spesies memiliki karakter yang persis sama. Apalagi faktor–
faktor lingkungan juga ikut berpengaruh terhadap munculnya karakteristik sebagai
fenotip. Perbedaan ciri yang tampak pada spesies ini menyebabkan keanekaragaman
dalam spesies.
Dalam genetika dikenal istilah pewarisan dominan dan resesif. Pewarisan
dominan merupakan pewarisan sifat yang disebabkan oleh gen dominan dan
pewarisan resesif yaitu pewarisan sifat yang disebabkan oleh gen resesif. Namun
dalam kehidupan sehari-hari pewarisan secara dominan jarang ditemukan
dibandingkan pewarisan resesif. Beberapa contoh kelainan yang diwariskan secara
dominan adalah penyakit Anonikia, yaitu suatu kelainan dimana beberapa atau semua
kuku jari dan kuku kaki tidak terbentuk atau rudimenter (Roberts dan Marcus, 1995).
Tabel 2. Frekuensi Karakter Dominan Dan Resesif Pada Manusia pada Praktikan
Kelompok II Ganjil
No.
1.
2.
3.
4.

Karakter
Lidah menggulung
Pelekatan telinga
Lesung pipi
Pusar kepala

Dominan
Bisa
Lepas
Ada
Searah jarum


3
4
1
4

P
0,5
0,67
0,17
0,63

Resesif
Tidak
Lengket
Tidak ada
Berlawanan


3
2
5
2

q
0,5
0,33
0,83
0,33

5.
6.
7.
8.
9.
10.

Bentuk kening kepala
Ibu jari
Rambut
Rambut pada ruas jari
Bentuk dagu
Lidah melipat

jam
Widow peak
Dapat ditekuk
Keriting
Ada
Membelah
Tidak

2
3
2
6
0
5

0,33
0,5
0,33
1
0
0,83

Lurus
Tidak bisa
Lurus
Tidak ada
Lurus
Melipat

4
3
4
0
6
1

0,67
0,5
0,67
0
1
0,17

Hasil yang didapatkan pada praktikum genetika manusia yang diobservasi
pada praktikan kelompok II ganjil juga sangat beragam. Untuk bentuk kepala widow
peak hanya ditemukan pada dua orang mahasiswa. Frekuensi karakter dominan
tertinggi adalah adanya rambut pada ruas jari dengan nilai 1 dan yang terendah adalah
bentuk dagu membelah dengan nilai 0. Sedangkan frekuensi karakter resesif yang

paling tinggi adalah bentuk dagu lurus dengan nilai 1 dan yang terendah adalah tidak
adanya rambut pada ruas jari dengan nilai 0.
Karakter dominan yang diobservasi berupa lidah bisa menggulung, daun
telinga lepas, adanya lesung pipi, pusar kepala searah jarum jam, bentuk kening
kepala widow peak, ibu jari dapat ditekuk, rambut keriting, rambut pada ruas jari ada,
dagu membelah dan lidah dapat melipat. Sedangkan sifat resesif yang diamati adalah
lidah tidak dapat menggulung, daun telinga lengket, tidak ada lesung pipi, pusar
kepala berlawanan jarum jam, bentuk kening kepala lurus, ibu jari tidak dapat
ditekuk, rambut lurus, rambut pada ruas jari tidak ada, dagu licin dan lidah tidak bisa
melipat. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Suryo (2001) bahwa lidah menggulung,
telinga bebas, lesung pipi, pusar kepala searah jarum jam, bentuk kening widow peak,
ibu jari bisa melekuk, rambut lurus, adanya rambut pada ruas jari dan bentuk dagu
membelah merupakan sifat yang ditentukan oleh gen dominan. Tidak semua sifat
ditentukan oleh gen dominan, bahkan ada sifat yang lebih banyak ditentukan oleh gen
resesif seperti tidak adanya lesung pipi, bentuk kening lurus, dan dagu lurus.
Crown hair whorl adalah arah tumbuhnya rambut pada kepala di bagian yang
berbentuk pusaran rambut. Crown hair whorl ditentukan oleh dua alel. Alel C untuk
mendeskripsikan genotip sifat pusaran tumbuh rambut di kepala searah jarum jam.
Alel c untuk mendeskripsikan genotip sifat pusaran tumbuh rambut di kepala
berlawanan arah jarum jam. Tongue rolling adalah kemampuan suatu individu untuk
secara sederhana membentuk huruf u atau membentuk tabung ke arah sumbu anterior
tubuh. Kemampuan tongue rolling dimiliki oleh individu dengan ciri genotip
homozigot dominan TT atau heterozigot dominan Tt. Attached ear lobe adalah sifat
suatu individu yang dicirikan dengan fenotip cuping telinga yang melekat. Attached
ear lobe merupakan sifat dominan yang dinotasikan dengan F. Attached ear lobe,
dengan sifat homozigot dominan dilambangkan dengan FF dan heterozigot dominan
dilambangkan dengan Ff. Widow’s peak adalah sifat suatu individu yang dicirikan
dengan garis rambut bagian meruncing ke depan. Widow’s peak dipengaruhi oleh alel
dominan W. Individu dengan sifat widow’s peak memiliki kemungkinan memiliki
alel homozigot dominan WW atau alel heterozigot dominan Ww (McDonald 2011).

Salah satu faktor yang menyebabkan adanya variasi antara individu dalam
suatu spesies adalah jenis kelamin. Variasi jenis kelamin berhubungan dengan
kromosom X dan Y, betina diberi istilah kelamin homogenetik dan yang jantan
heterogenetik (Goodenough, 1988). Contoh faktor lingkungan yang menyebabkan
variasi adalah suku (tergantung pada daerah atau tempat asal keluarga). Berat tubuh
dan tinggi tubuh bisa berubah akibat variasi diet yang dilakukan. Hal ini tidak
menunjukkan tidak semua variasi yang ditemukan disebabkan oleh faktor keturunan
(Kimball,1993).
4.2 Dermatoglifi
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil, yaitu:
Tabel 2. Pola Dermatoglifi Pada Praktika Kelompok II Ganjil
No

Nama

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Fici Engliani
Zicka Mulyawati
Bayu Afnovandra
Yul Amaria
Rizki Sekar Arum
Nindy Ladyfandela

Pola Sidik Jari

Jumlah

Jumlah

Sudut ATD

A

LU

LR

W

Triradius

Sulur

LH

RH

2
1
-

7
6
7
10
7
8

1
-

1
4
3
2

10
14
9
10
13
12

112
102
105
137
122
149

50˚
40˚
45˚
50˚
45˚
43˚

48˚
40˚
43˚
39˚
38˚
42˚

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan beragam pola sidik jari. Pola sidik
jari yang umum didapatkan adalah pola loop urnal, sedangkan pola sidik jari yang
jarang didapatkan adalah loop radial dan arch. Setiap pola sidik jari yang diciptakan
tidak memiliki bentuk yang sama. Pola sidik jari arch biasanya mengindikasikan
down syndrome pada seseorang. Campbell (1998) mengatakan bahwa pola loop dan
whorl lebih sering dijumpai pada sidik jari seseorang. Untuk pola tipe tented sering
dijumpai pada telapak tangan. Bila ada kekurangan satu diantara tiga dari lima tipe
pola yang sering dijumpai, menyatakan suatu predisposisi terjadinya beberapa efek
kongential.
Tipe pola sidik jari pada masing-masing praktikan sangat berbeda. Pada
praktikan yang bernama Fici memiliki 2 arch, 7 loop ulnar dan 1 whorl. Pada Zicka
memiliki tipe pola 6 loop ulnar dan 4 whorl. Pada Bayu memiliki tipe pola 1 arch, 7

loop ulnar, I loop radial dan 1 whorl. Yul memiliki tipe pola semuanya (10) loop
ulnar. Rizki Sekar memiliki 7 loop ulnar dan 3 whorl dan Nindy memiliki 8 loop
ulnar dan 2 whorl. Sedangkan untuk jumlah sulur pada Fici totalnya 112, Zicka
totalnya 102, Bayu totalnya 105, Yul totalnya 137, Rizki Sekar totalnya 122 dan pada
Nindy totalnya 149 sulur.
Hasil dari praktikum menunjukkan jumlah sulur laki-laki lebih sedikit
dibandingkan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan Penrose (1971) yang
mengatakan bahwa jumlah sulur laki-laki sebenarnya lebih banyak dibandingkan
jumlah sulur pada perempuan. Jumlah sulur pada loop umumnya berkisar antara 8-10,
sedangkan pada whorl berkisar antara 13-15. Besar sudut ATD yang didapatkan >30˚.
Besar sudut yang paling tinggi adalah 50˚ dan yang paling rendah adalah 38˚.
Campbell (1998) menyatakan bahwa sudut ATD dibawah 30 ˚ mengindikasikan
penyakit trisomi. Sudut ATD umumnya berkisar 45˚.
Berdasarkan sistem Galton, dapat dibedakan tiga pola dasar dari bentuk jari
yaitu bentuk lengkung atau arch, bentuk loop dan bentuk lingkaran atau whorl.
Jumlah rigi dari sidik jari seseorang akan tetap pada waktu kira-kira minggu
keduabelas setelah konsepsi dan tidak akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Klasifikasi dari bentuk sidik jari tersebut didasarkan atas banyaknya tiradius, yaitu
titik-titik darimana rigi-rigi menuju ketiga arah dengan sudut kira-kira 120o.
Frekuensi dari berbagai pola sidik jari sangat bervariasi dari satu jari dengan jari
lainnya. Kira-kira 5% dari bentuk sidik jari pada ujung jari adalah tipe lengkung.
Bentuk loop kira-kira 65-70% dan kira-kira 25-30% adalah tipe whorl (Suryo, 2001).
Penderita kelainan keturunan, terutama karena aberasi kromosom, memiliki
dermatoglifi yang khas. Dengan pemeriksaan dermatoglifi ini, banyak dapat
didiagnosa berbagai penyakit atau cacat keturunan, seperti sindrom down, klinefelter,
edward, parau dan turner. Bahkan seorang ibu yang anaknya menderita down, sedang
ia sendiri normal akan ada memperlihatkan sidik dan gurat yang khas, sehingga dapat
dipakai sebagai bahan untuk genetic counseling (Yatim, 1980).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1. Tipe pola sidik jari yang banyak dimiliki oleh praktikan kelompok 2 A adalah pola
loop urnal dan whorl. Sedangkan yang paling sedikit adalah pola radial loop dan arch.
Rata-rata sulur yabg ditemukan adalah berjumlah 121.
2. a. Frekuensi alel dominan pada mahasiswa baru Sistem Komputer 2014 yang
tertinggi adalah rambut pada ruas jari (0,93) dan terendah adalah dagu membelah
(0,03). Sedangkan untuk frekuensi alel resesif yang tertinggi adalah dagu lurus
(0,97) dan terendah adalah tidak ada rambut pada ruas jari (0,07).
b. Frekuensi alel dominan pada praktikan kelompok II A yang tertinggi adalah
rambut pada ruas jari (1,00) dan terendah adalah dagu membelah (0,00).
Sedangkan untuk frekuensi alel resesif yang tertinggi adalah dagu lurus (1,00) dan
terendah adalah tidak ada rambut pada ruas jari (0,00).
3. Karakter yang diperhatikan dalam pendataan Genetika Manusia adalah lidah
(menggulung atau melipat), telinga (lepas atau menempel), pusar kepala, lesung pipi,
bentuk kening kepala, ibu jari, rambut pada ruas jari dan bentuk dagu.
5.2 Saran
Disaran pada setiap praktikan agar lebih teliti dalam melaksanakan praktikum dan
tidak main-main pada saat melaksanakan praktikum. Praktikan juga disarankan agar
lebih memahami materi yang akan di praktikumkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bridges, C.H. 1963. Practical Finger Prints. Illionis University: Illionis.

Campbell, Neil A., Jane B.Reece, Lawrene G. Mitchell. 2005. Biologi, Edisi Kelima,
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Campbell.

1998.
Fingerprints
and
Palmar
Dermatoglyphics.
http://www.dermatoglyphic.com. Diakses 10 September 2014.

Dwijosaputro, D. 1997. Pengantar Genetika. Bharatara: Jakarta
Elvita, A., Peldi, W., et al. 2008. Genetika Dasar. University of Riau: Pekanbaru.
Freeman. 1860. Principle of Human Genetics Wh.Freeman and Company: San
Fransisco
Fuller C. 1973. A Diagnostic Aid. Journal of Medical Genetic Dermatoglyphic.
Goodenough, V. 1988. Genetika. Soemartono Adisoemarto (penerjemah). Erlangga.
Jakarta.
Graham R dan Brown B.T. 2005. Lecture Notes Dermatology. Ed VIII. Jakarta :
Erlangga Medical Series, pp : 1-9.
Hidayati RS, Rafi’ah RtSt, Kamajaya, Satmoko, Suryadi R, dan Sidiarto Lily, 1980.
Dermatoglifi Penderita Sindrom Down : Penelitian Pola Triradius
Garis Simian pada Telapak Tangan Anak-anak Penderita Sindrom
Down di Sumber Asih Jakarta. Maj Kedokt Indon, 30 : 202-206.
Jones dan Christopher. 1993. Fingerprint Patterns Probably Inherited. Osney,
Oxford OX2 0BA : Cheirological Society.
Kimball, J.W. 1993. Biologi Jilid I. Erlangga: Jakarta.
Lewis,R. 2001. Human Genetic Concept and Application Second Edition. The
University et Ebony Careflet Medical Group. Secret Body: New York.
Naffah J. 1977. Dermatoglyphic analysis : anthropological and medical aspects.
Bulletin of The New York Academy of Medicine
Pai, A.C. 1987. Dasar-Dasar Genetika. Ilmu Untuk Masyarakat Edisi Ke-2. ITB:
Erlangga.
Penrose LS, 1971. Finger-Prints, Palm and Chromosome. In : Levine L (ed). Papers
On Genetics, A book of Reading. St. Louis : The CV Mosby comp, pp.
208-209.

Rafi’ah Rt. St, Satmoko, Suryadi R., Ramelan W., Yusuf, Yuniar, Lutfiah SN,
Tajuddin MK, dan Syahrum MH. 1980. Pola TRC dan TTC jari-jari
kelompok khusus sarjana dan kelompok umum. Majalah Kedokteran
Indonesia. 8 : 198-201.
Ramelan W, 1999. Perkembangan Genetika Manusia dalam Hubungan dengan
Reproduksi. Maj Kedokt Indon, 49(6) : 228-239.
Safro,A.S. 1994. Keanekaragaman Genetika. Andi Offset: Yogyakarta.
Suryadi R, 1999. Pola Sidik Jari dan Jumlah Jalur Total Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Maj Kedokt Indon, 43(12) : 751-754.
Suryo. 1998. Genetika. Gadjah Mada University press: Yogyakarta.
Suryo. 2001. Genetika Manusia. Gadjah Mada Univeristy Press. Yogyakarta.
Syahrum MH, Suhana, Warrouw ED, 1993. Dermatoglifi Telapak Tangan pada
penderita Diabetes Mellitus. Maj Kedokt Indon, 9 : 501-505.
University et Ebony Careflet Medical Group. Secret Body: New York.
Washington, A.J., 2003. Do Family Members Have a Similar Fingerprints?.
http://www.dermatogltphic.com. Diakses pada 10 September 2014.
Yatim, W. 1980. Genetika. Torsito: Bandung.