MAKALAH Kerangka Penyusunan dan Penyajia

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangn. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi, adalah suatu
sistem yang melekat dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang
konsisten dan terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi dan laporan keuangan.
Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang perkembangan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) dan
diikuti dengan tujuan KDPPLKS, pemakai laporan keuangan syariah, tujuan laporan
keuangn, asumsi dasar, unsur-unsur laporan keuangan, dan pengakuan serta pengukuran
unsur-unsur laporan keuangan terseut. Relevansi bab ini adalah sebagai dasar dalam
memahami landasan yang digunakan oleh penyusun standar dalam membuat standar
akuntansi standar.
Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun nonmuslim yang
menelaah teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas laporan
keuangan syariah. Misalnya, AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions), Dewan Standar Akintansi Indonesia (DSAK) menusun PSAK Syariah
tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Kenapa kita mempelajari tentang kerangka dasar laporan keuangan syariah, yaitu agar
kita mampu mengetahui seperti apa kerangka dasar laporan keuangan syariah setelah
mengetahui dasar kerangka laporan keuangan syariah kita akan lebih mudah untuk membuat
laporan keuangan syariah.
1.2 Rumusan Masalah :
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia?
b. Bagaimana tujuan kerangka dasr dari laporan keuangan syariah?
c. Apa saja Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan
Keuangan Syari’ah?
d. Apa Tujuan Laporan Keuangan?
Page
1

e. Apa saja asumsi-asumsi dasar dari laporan keuangan syariah?
f. Bagaimana Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah?
g. Bagaimana Kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan keuangan
syariah?
1.3 Tujuan:

Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia
b. Untuk mengetahui tujuan kerangka dasr dari laporan keuangan syariah
c. Untuk mengetahui Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai
Laporan Keuangan Syari’ah
d. Untuk mengetahui Tujuan Laporan Keuangan
e. Untuk Mengetahui asumsi-asumsi dasar dari laporan keuangan syariah
f. Untuk Mengetahui Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah
g. Untuk Mengetahui Kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan
keuangan syariah

Page
2

BAB II
PEMBAHASAN
KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARI’AH
2.1 Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Lporan Keuangan
Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia.

Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik
antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan
ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keungan bank syari’ah (KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya di
sempurnakan pada tahun 2007 menjadi kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syari’ah (KDPPLKS). Penyempurnaan KDPPLKS terhadap KDPPLKBS di
lakukan untuk memperluas cakupannya sehingga tidak hanya untuk transaksi syari’ah pada
bank syari’ah, melainkan juga pada jenis institusi bisnis lain, baik yang berupa institas
syari’ah maupun institas konvensional yang bertransaksi dengan skema syari’ah.
Berdasarkan pengantar yang disampaikan oleh Dewan standar Akuntansi Keuangan
dalam Exposure Draf KDPPLKS dengan KDPLKBS (2002). Sistematika KDPPLKBS
(2002) hanya menyajikan kerangka dasar yang berbeda dari KDPPLK (2004) dan jika diatur
secara khusus diasumsiokan kerangka dasar yang ada dalam KDPPLK (1994) doianggap juga
berlaku dalam bank syari’ah.
2.2 Tujuan Kerangka Dasar
Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi
syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor publik
maupun sektor swasta. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan

bagi:
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya membuat
standar.
Page
3

b.

Penyusun laporan keuangan, untuk menaggulangi masalah akuntansi syariah yang belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.

c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi syariah yanh berlaku umum
d.

Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah

2.3 Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan Keuangan
Syari’ah

a.

Paradigm transaksi syari’ah
Transaksi syari’ah berlandaskan pada paradigm bahwa alam semesta diciptakan oleh

Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat
manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (falah). Paradigma
dasar ini menekankan bahwa setiap aktifitas manusia memiliki akuntabilitas dan nillai ilahiah
yang menempatkan perangkat syari’ah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar
dan salahnya aktifitas usaha. Syari’ah merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur
aktifitas manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan
interaksi vertical dengan Tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip
syari’ah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah mengikat secara hukum bagi semua
pelaku dan pemangku kepentingn entitas yang melakukan transaksi syari’ah. Adapun akhlak
merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesame makhluk
agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan harmonis.
b. Asas transaksi syari’ah
 Persaudaraan (ukhuwah): berarti transaksi yang diadakan merupakan bentuk interaksi
social dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum
dengan semangat saling tolong-menolong. Ukhuwah dalam transaksi


syariah

melingkupi berbagai aspek, yaitu saling mengenal, saling memahami, saling
menolong, saling menjamin, saling bersinergi.
 Keadilan (‘adalah): menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan sesuatu
pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu dengan posisinya. Implementasi
keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah yang melarang unsure

Page
4

riba, dzulm, maysir, gharar, ihtikar, najasy, risywah, ta’alluq, dan penggunaan unsur
haram dalam barang, jasa, maupun dalam aktifitas operasi.
 Kemaslahatan (maslahah): transaksi syariah haruslah merupakan segala bentuk
kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual,
serta individual dan kolektif. Kemaslahatan harus mengandung dua unsure yaitu halal
dan thayyib.
 Keseimbangan (tawazum): transaksi harus memperhatikan keseimbangan aspek
material dan spiritual, aspek privat dan public, sektort keuangan dan riil, bisnis dan

social, serta keseimbangan aspek pengembangan dan pelestarian.
 Universalisme (syumuliyah): transaksi syariah dapat dilakukan oleh, dengan, dan
untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan
golongan sesuai dengan semangat rahmatan lil alamin.
c. Karakteristik transaksi syari’ah
Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun aktivitas
social yang bersifat non-komersial. Transaksi syariah komersial dapat berupa investasi
untuk mendapatkan bagi hasil, jual beli barang untuk mendapatkan laba, dan pemberian
layanan jasa untuk mendapat imbalan. Adapun transaksi non-komersial; dapat dilakukan
dengan berupa pemberian pinjaman atau talangan, penghimpunan dan penyaluran dana
social seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah. Kedua transaksi harus memenuhi
persyaratan syariah. Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas
transaksi syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain:
 Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha
 Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
 Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas
 Tidak mengandung unsur riba
 Tidak mengandung unsur kezaliman
 Tidak mengandung unsur masyir

 Tidak mengandung unsur gharar
 Tidak mengandung unsur haram
 Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)

Page
5

 Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain .
 Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan.
 Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap.
d. Pemakai laporan keuangan syari’ah
Pemakai laporan keuangan meliputi:
 Investor sekarang dan investor potensial; hal ini karena mereka harus memutuskan
apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau penerimaan deviden.
 Pemilik dana qardh; untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar pada saat
jatuh tempo.
 Pemilik dana syirkah temporer; untuk pengambilan keputusan pada investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang bersaing atau aman.
 Pemilik dana titipan; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap saat.

 Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf; untuk informasi tentang
sumber dan penyaluran dana tersebut.
 Pengawas syariah; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap
prinsip syariah.
 Karyawan; untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas entitas
syariah.
 Pemasok dan mitra usaha lainnya; untuk memperoleh informasi tentang kemampuan
entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.
 Pelanggan; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas syariah.
 Pemerintah serta lembaga-lembaganya; untuk memperoleh informasi tentang aktivitas
entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya.
 Masyarakat; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap
masyarakat dan negara
2.4 Tujuan Laporan Keuangan
Berdasarkan paragraf 30 KDPPLKS, dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan
menurut KDPPLKS adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah

Page
6


besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.Selain itu, tujuan lainnya sebagai
berikut:
a.

Pengambilan putusan investasi dan pembiayaan. Laporan keuangan bertujuan
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pengambilan keputusan yang rasional. Pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:
 Shahibul maal/ pemilik dana
 Kreditur
 Pembayar zakat, infaq dan shadaqah
 Pemegang saham
 Otoritas pengawasan
 Bank Indonesia
 Pemerintahan
 Lembaga penjamin simpanan
 Masyarakat

b. Menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi


yang dapat mendukung investor/ pemilik dana, kreditur, saat dan ketidakpastian dalam
penerimaan kas dimasa depan atas deviden, bagi hasil, dan hasil dari penjualan, pelunasan
(redemption), dan jatuh tempo dari surat berharga atau pinjaman. Prospek penerimaan kas
tersebut sangat tergantung dari kemampuan bank untuk menghasilkan kas guna
memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo, kebutuhan operasional, reinvestasi dalam
operasi, serta pembayaran deviden.
c.

Informasi atas sumber daya ekonomi. Pelaporan keuangan bertujuan memberikan
informasi tentang sumberdaya ekonomis bank (economic resources), kewajiban bank
untuk mengalihkan sumberdaya tersebut pada entitis lain atau pemilik sama, serta
kemungkinan terjadinya transaksi dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan
sumberdaya ekonomi tersebut.

d.

Kepatuhan bank terhadap prinsip syariah. Lapora keuangan ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi
pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana
pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya.

Page
7

e.

Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan
tanggung jawab bank terhadap amanah daam mengamalkan dana, menginvestasikannya
pada tingkat keuntungan yang layak, dan informasi mengenai tingkat keuntungan
investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik dana investasi yang terikat.

f.

Pemenuhan fungsi sosial. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai
pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat.

2.5 Asumsi dasar
a. Dasar akrual
Dengan dasar akrual pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian
serta diungkapakn dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada
periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepada pemakai, tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya
yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan.
Akan tetapi, perhitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha tidaklah
menggunakan dasar akrual, melainkan menggunakan dasar kas. Dalam pembagaian hasil
usaha.
b.

Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas

syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu, entitas syariah
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material
skala usahanya.

2.6 Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai.
a. Dapat dipahami

Page
8

Maksudnya adalah pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis dengan ketekunan yang wajar.
b.

Relevan
Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan ekonomi

pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini, atau masa depan
dengan mernegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c. Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithul
representation) dari yang seharusnya di sajikan atau yang sevara wajar diharapkan dapat
disajikan. Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut:
 Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk di sajikan.
 Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai
dengan prinsif syari’ah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli
bentuk).
 Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja
(netral).
 Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu.
 Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syari’ah antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Agar dapat
dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut juga harus
diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.

Page
9

2.7 Kendala informasi yang relevan dan andal
Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut :
a. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi
yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan
manfaat relativ antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal.
b. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang dapat
terjadi (pervasive) dari suatu karakteristik kualutatif. Manfaat yang dihasilkan informasi
seharisnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, secara substabsi, evaluasu biaya
dan manfaat merupakan suatu prpses pertimbangaan (judgement proces).
c. Penyajian yang wajar
Dalam ciri karakteristik kualitatif, tidak dijelaskan mengenai konsep khusus tentang
penyajin wajar. Namun, dalam penerapan, muara dari karakteristik kualittif pokok dan
standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya akan terlihat pada laporan keuangan yang
menggambarkan apa yang pda umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar dari
atau menyajikan dengan wajar.
2.8 Unsur-unsur laporan keuangan
Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syari’ah, antara lain meliputi:
a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas :
1. Posisi keuangan
Unsur yang terkait secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai
berikut:
 Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syari’ah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depn diharapkan akan
diperoleh entitas syari’ah. .

Page
10

 Kewajiban merupakan utang entitas syari’ah masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesayannya di harapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas syari’ah yang mengandung manfaat ekonomi.
 Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka
waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syari’ah mempunyai
hak untuk mengelola dan menginvesatasikan dana tersebut dengan pembagian hasil
investasi berdasarkan kesepakatan.
 Ekuitas adalah hak resijual atas aset entitas syari’ah setelah dikurangi semua
kewajiban dan dana syirkah temporer. Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi
setoran modal pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan
penyesuaian pemeliharaan modal.
Contoh penyususnan laporan posisi keuangan pada bank syariah:

PT Bank Syariah “X”
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 20X1
Aset
Kas
Penempatan pada Bank Indonesia
Giro pada bank lain
Penempatan pada bank lain
Investasi pada efek/surat berharga
Piutang:
Murabahah
Salam
Istishna
Ijarah
pembiayaa:
Mudharabah
Musyarakah
Persediaan
Tagihan dan kewajiban akseptasi
Aset ijarah
Aset istishna dalam penyelesaian
Penyertaan pada entitas lain
Aset tetap dan akumulasi penyusutan
Aset lainnya
Jumlah Aset

Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx

KEWAJIBAN
Kewajiban segera

xxx
xxx

Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
xxx
xxx
xxx

Page
11

Bagi hasil yang belum dibagikan
Simpanan
Simpanan dari bank lain
Utang:
Salam
Istishna
Kewajiban kepada bank lain
Pembiayaan yang diterima
Utang pajak
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
Pinjaman yang diterima
Kewajiban lainnya
Pinjaman subordinasi
Jumlah Kewajiban

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

DANA SYIRKAH TEMPORER
Dana syirkah temporer dari bukan bank:
Tabungan mudharabah
Deposito mudharabah
Dana syirkah temporer dari bank:
Tabungan mudharabah
Deposito mudharabah
Musyarakah
Jumlah Dana Syirkah temporer

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

EKUITAS
Modal disetor
Tambahan modal disetor
Saldo laba (rugi)
Jumlah Ekuitas
Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah tempporer dan ekuitas

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

2. Laporan laba-rugi
Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan mengacu pada
PSAK untuk pos-pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank
syariah menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos
berikut:
PT Bank Syariah “X”
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20X
Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank
sebagai mudharib
Pendapatan dari jual beli:

Page
12

Pendapatan marjin
murabahah
Pendapatan neto salam
paralel
Pendapatan neto istishna
paralel
Pendapatan dari
sewa:
Pendapatan neto
ijarah
Pendapatan dari bagi hasil:
Pendapatan bagi hasil
mudharabah
Pendapatan bagi hasil
musyarakah
Pendapatan usaha utama
lainnya
Jumlah Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank sebagai
mudharib
Hak pihak ketiga atas bagi
hasil
Pendapatan Usaha Lainnya
Pendapatan imbalan jasa
perbankan
Pendapatan imbalan investasi
terikat
Jumlah Pendapatan Usaha
Lainnya
Beban Usaha
Beban kepegawaian
Beban
administrasi
Beban penyusutan dan
amortisasi
Beban usaha
lain
Jumlah Beban Usaha

Xxx
Xxx
Xxx

Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
(xxx)

xxx
Xxx
(xxx)
(xxx)
(xxx)
(xxx)
(xxx)
(xxx)

Laba (Rugi) Usaha
Pendapatan dan Beban
Nonusaha
Pendapatan nonusaha
Beban
nonusaha
Jumlah Pendapatan (Beban)
Nonusaha

Xxx

Laba (Rugi) sebelum Pajak

Xxx

Xxx
(xxx)
Xxx

Page
13

Beban Pajak

(xxx)

Laba (Rugi) Neto Periode
Berjalan

Xxx

3. Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan berikut ini:
 Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam
modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan
(gain).
 Beban (ekspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal, termasuk di dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas
syari’ah maupun kerugian yang timbul.
4. Hak pihak ketiga atau bagi hasil
Hak pihak ketiga atau bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil
pemilik dana atau keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syari’ah dalam
suatu periode laporan keuangan.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika untung)
atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi
keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama
dengan entitas syari’ah.
b. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan
sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

Page
14

Page
15

c.

Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syari’ah tersebut.

2.9 Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Biaya historis (historical cost)
Aset di catat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang di bayar atau sebesar nilai
wajar dari imbalan (consideration) yang di berikan untuk memperoleh aset tersebut pada
saat perolehan.
b. Biaya kini (current cost)
Aset dinilai dalam jumlah kas (stara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama
atau stara aset diperoleh sekarang.
c.

Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable atau settement value)
Aset dinyatakan dalam jumlah pas (setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan
menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disporal).

2.10

Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang

tertera dalam laporan keuangan utama. Catatan atas laporan keuangan suatu entitas syariah
harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
 Informasi tentang dasar penyusunsn laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang
dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
 Informasi yang diwajiobkan dalam PSAK, tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas: perubahan ekuitas: laporan sumber dan penggunaan zakat :
dan laporan penggunaan dana kebajikan.
 Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar.

Page
16

Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas syariah lain , catatan atas laporan
keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
 Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan.
 Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos
tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan
keuangan.
 Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya
serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan.

Page
17

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik
antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan
ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keungan bank syari’ah (KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya di
sempurnakan pada tahun 2007 menjadi lkerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syari’ah (KDPPLKS). Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku
untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas
konvensional baik sektor publik maupun sektor swasta.
Tujuan laporan keuangan menurut KDPPLKS adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Page
18

DAFTAR PUSTAKA
Rizal yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 80
Rizal yahya,dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 80
Sri Nurhayati,dkk, Akuntansi syari’ah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2008) hal 90
Rizal Yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 81
http://lidonarta.blogspot.co.id/2012/07/kerangka-dasar-penyusunan-dan-penyajian.html
http://mepi-6.blogspot.co.id/2012/04/kelompok-11-m-k-l-h-kerangka-dasar.html

Page
19