MAKALAH REGULASI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK (1)
MAKALAH
REGULASI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Memenuhi Persyaratan Tugas Akuntansi Sektor Publik
Tahun Akademik 2016/2017
Disusun oleh :
Dewi Kartika Didik 10090116024
Liany Ivtiana Pramukti 10090116025
Nadhira Aryane 10090116026
Fadilla Emilia 10090116027
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Sektor Publik tentang
Regulasi Keuangan Sektor Publik.
Dalam Makalah ini mengulas tentang Regulasi Keuangan Sektor Publik Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada ibu Sri Fadillah, SE., M.si., AK, CA selaku dosen mata kuliah Akuntansi
Sektor Publik, yang memberikan bimbingan serta ilmu yang sangat bermanfaat untuk kami.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah akuntansi sektor publik ini tentang
regulasi keuangan sektor publik.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para
pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu mendatang.
Bandung, September 2017
ii
DAFTAR ISI
BAB I........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2
Rumusan masalah.............................................................................................. 2
1.3
Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
BAB II.......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
2.1.
Definisi Regulasi Publik........................................................................................ 3
2.2.
Teknik Penyusunan Regulasi Publik.........................................................................3
2.3.
Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik...........................................................5
2.5.
Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik...........................................................8
2.6.
Keuangan Publik Di Indonesia............................................................................... 8
2.6.1.
Dasar Hukum Keuangan Negara........................................................................8
2.6.2.
Dasar Hukum Keuangan Daerah......................................................................10
2.6.3.
Dasar Hukum Keuangan Organisasi Publik Lainnya..............................................14
2.7.
Permasalahan Regulasi Keuangan Publik Di Indonesia...............................................15
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 17
3.1
Kesimpulan..................................................................................................... 17
3.2
Saran............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalam kamus
bahasa indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang
dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan
ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang
harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada
organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah,partai politik, yayasan dan lain sebagainya.
Perancang publik wajib mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya disusun
regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun karena adanya permasalahan atau tujuan
yang dicapai. Sebuah regulasi disusun karena adanya berbagai isu terkait yang membutuhkan
tindakan khusus dari organisasi publik. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencar
jawaban atas pertanyaan mengapa isu tersebut harus diatur atau mengapa regulasi publik
perlu disusun.
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atas suatu
permasalahan telah dapat dirumuskan. Penyusunan dan penetapan regulasi publik juga
dilakukan dengan misi tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah organisasi publik
menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.
1
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas ini, maka dapat dirumuskan rumusan makalah
ini sebagai berikut :
1. Definisi Regulasi Publik
2. Teknik Penyusunan Regulasi Publik
3. Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik
4. Dasar Hukum Keuangan Publik Di Indonesia
5. Permasalahan Regulasi Keuangan Publik Di Indonesia
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penuisan makalah ini adalah membantu para pembaca untuk mengetahui lebih
dalam lagi tentang regulasi keuangan publik, sehingga para pembaca tidak hanya membaca saja
tetapi berharap untuk lebih mengetahui lagi apa itu yang dimaksud dengan regulasi keuangan
publik, dan apa saja aturan-aturan atau kewajiban-kewajiban yang ada di regulasi keuangan
publik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi Regulasi Publik
Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalam kamus
bahasa Indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat
untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang
harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan
dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, partai politik, yayasan dan lain sebagainya.
2.2.
Teknik Penyusunan Regulasi Publik
Peraturan publik disusun dan ditetapkan terkait beberapa hal. Yang pertama, regulasi
publik yang dimulai dengan adanya berbagai isu yang terkait dengan regulasi
tersebut. Kedua, tindakan yang diambil terkait dengan isu yang ada adalah berbentuk regulasi
atau aturan yang dapat diinterprestasikan sebagai wujud dukungan penuh organisasi
publik. Ketiga, peraturan adalah hasil dari berbagai aspek dan kejadian.
3
Gambar 1 menunjukkan teknik penyusunan regulasi publik yang berupa rangkaian alur tahapan,
sehingga regulasi publik tersebut siap disusun dan kemudian ditetapkan serta diterapkan.
Dengan demikian gambar tersebut dapat diperjelas dengan :
a. Pendahuluan
Perancang regulasi publik wajib mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya disusun
regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun karena adanya permasalahan atau tujuan
yang dicapai.
b. Mengapa Diatur?
Sebuah regulasi disusun karena adanya berbagai isu terkait yang membutuhkan tindakan
khusus dari organisasi publik. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari jawaban
atas pertanyaan mengapa isu tersebut harus diatur atau mengapa regulasi publik perlu
disusun.
c. Permasalahan dan Misi
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atas suatu permasalahan
telah dapat dirumuskan. Penyusunan dan penetapan regulasi publik juga dilakukan dengan
misi tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah organisasi publik menghadapi rumusan
solusi permasalahan yang ada.
d. Dengan Apa Diatur?
Setiap permasalahan harus dirumuskan dengan jenjang regulasi yang akan mengaturnya,
sehingga permasalahan tersebut segera dapat disikapi dan ditemukan solusi yang tepat
sasaran.
e. Bagaimana Mengaturnya?
Substansi regulasi publik yang disusun harus bisa menjawab pertanyaan bagaimana solusi
atas permsalahan yang ada akan dilaksanakan. Dengan demikian, regulasi publik yang
disusun benar-benar merupakan wujud kebijakan organisasi publik dalam menghadapi
berbagai permasalahan publik yang ada.
f. Diskusi/ Musyawarah
Diskusi merupakan salah satu tahapan dalam menyusun atau penetapan regulasi. Materi yang
dibahas akan benar-benar menggambarkan permasalahan yang ada dan aspirasi masyarakat.
Forum diskusi penyusunan regulasi biasanya telah ditetapkan sebagai bagian dari proses
penyusunan regulasi organisasi publik.
g. Catatan
Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang dilakukan sebelumnya. Hasil
catatan ini akan menjadi wujud tindak lanjut dari keputusan organisasi publik menyangkut
bagaimana regulasi publik akan dihasilkan dan dilaksanakan terkait isu atau permasalahan
yang dihadapi.
4
2.3.
Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik
Setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan, baik yang
berasal dari luar (lingkungan) maupun dari dalam organisasi. Oleh karena itu, setiap organisasi
publik pasti mempunyai regulasi publik sebagai wujud kebijakan organisasi dalam menghadapi
isu dan permasalahan yang ada.
Dalam organisasi akuntansi sektor publik, tahapan organisasi selalu terjadi di semua
organisasi publik. Semua proses tersebut terangkai mulai dari perencanaan, penganggaran,
realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, audit, serta
pertanggungjawaban publik. Dalam menghadapinya, organisasi publik pun menggunakan
regulasi publik sebagai alat untuk memperlancar jalannya siklus akuntansi sektor publik agar
tujuan organisasi dapat tercapai.
Berikut adalah siklus regulasi dari Akuntansi Sektor Publik
5
Tabel Hasil Regulasi dari Siklus Akuntansi Sektor Publik
Regulasi Tahapan dalam
Siklus Akuntansi Sektor Contoh Hasil Regulasi Publik
Publik
Regulasi Perencanaan Publik Peraturan Pemerintah No. 7/2005 mengenai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Regulasi Anggaran Publik
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2007
Regulasi tentang Pelaksaan- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 93
Realisasi Anggaran Publik
Tahun 2006 tentang Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2007
- Otorisasi Kepala Daerah Dokumen Pelaksaan
Anggaran (DPA)
Regulasi Pengadaan Barang SK Gubernur tentang Pemenang dalam Pengadaan
dan Jasa Publik
Barang dan Jasa
Regulasi
Laporan Peraturan Daerah tentang Penerimaan Laporan
Pertanggungjawaban Publik
Pertanggungjawaban Gubernur/Bupati/Walikota.
Sebagai contoh, berikut adalah siklus dan table regulasi publik pada masing-masing
proses akuntansi sektor publik di organisasi pemerintahan.
Berikut adalah siklus regulasi yang mengatur Akuntansi Sektor Publik
6
Tabel Contoh Regulasi Publik yang Mengatur Akuntansi Sektor Publik
Tahapan dalam Siklus
Contoh Regulasi Publik
Akuntansi Sektor Publik
Perencanaan publik
- Peraturan Presiden No.2 tahun 2015 tentanf rencana
pembangunan jangka menengah nasional tahun 20152019
Penganggaran publik
P Permendagri no 21 tahun 2011 tentang perubahan kedua
atas permendagri no.13 tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah
Realisasi anggaran publik UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Pengadaan barang dan jasa Peraturan Presiden No.4 tahun 2015 mengenai
publik
pengenaan barang dan jasa pemerintah
Pelaporan keuangan sektor Peraturan Presiden RI No 29 tahun 2014 tentang sistem
publik
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Audit sektor publik
PBPKP No.1 Tahun 2017 tentang standar pemeriksaan
keuangan negara
Pertanggungjawaban
Peraturan Presiden RI No.29 tahun 2014 tentang sistem
publik
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
2.5.
Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik
“Judicial Review” (hak uji materiil) merupakan kewenangan lembaga peradilan untuk
menguji kesahihan dan daya jual produk-produk hukum yang dihasilkan oleh eksekutif,
legislatif serta yudikatif dihadapan konstitusi yang berlaku. Dalam melakukan
7
proses judicial review, ada beberapa hal yang pelu diperhatikan. Pertama, setelah
mengidentifikasi permasalahan yang ada mengenai regulasi terkait, surat
permohonan judicial review dapat diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung/ Mahkamah
Konstitusi Reepublik Indonesia.
2.6.
Keuangan Publik Di Indonesia
a.
b.
c.
d.
e.
Regulasi fokus pada manajemen
Regulasi belum bersifat teknik
Perbedaan interpretasi antara undang-undang dan regulasi bawahnya
Pelaksanaan regulasi yang bersifat transisi berdampak pemborosan anggaran
Pelaksanaan regulasi tanpa sanksi
Dasar Hukum Keuangan Publik di Indonesia
Proses penyelenggaraan pemerintahan ditujukan untuk mengkoordinasi
pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan
negara. Pengelolaan keuangan negara maupun keuangan daerah, sebagai mana yang
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 perlu dilaksanakan secara profesional,
terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.6.1.
Dasar Hukum Keuangan Negara
Keuangan negara dapat diinterpretasikan sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban
warga yang dinilai dengan uang,
1. Hak monopoli mencetak dan mengedarkan uang
2. Hak untuk memungut sumber-sumber keuangan, seperti pajak, bea dan cukai
3. Hak untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat dinikmati oleh khalayak umum,
yang dalam hal ini pemerintah dapat memperoleh (kontra prestasi) sebagai sumber
penerima negaraKeuangan negara dapat diinterpretasikan sebagai pelaksanaan hak dan
kewajiban warga dalam kerangka tata penyelenggaraan pemerintah. Wujud pelaksanaan
tata negara tersebut dapat diidentifikasi sebagai segala bentuk kekayaan, hak dan
kewajiban yang tercantum dalam APBN dan laporan pelaksanaanya.
8
Dalam UUD 1945 Amandemen VI secara khusus diatur mengenai Keuangan Negara
yaitu pada bab VIII pasal 23 yang berbunyi sebagai berikut:
1. Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang –undang dan dilaksanakan secara
terbuka secara bertanggungjawab untuk sebesar –sebesarnya kemakmuran
masyarakat.
2. Rancangan Undang- Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan DPD.
3. Apabila
Dewan
Perwakilan
Rakyat
tidak
menyetujui
rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja yang diusulkan oleh presiden, pemerintah
menjalankan anggaran pendapatan dan belanja negara tahun lalu.
Dasar hukum keuangan Negara terdiri atas:
a. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
b. Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
c. Undang-Undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
d. Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2005 tentang Perubahan
Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
2.6.2.
Dasar Hukum Keuangan Daerah
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional didasari pada
prinsip otonomi daerah dalam pengelolaan sumberdaya. Prinsip otonomi daerah memberikan
kewenangan yang luas dan tanggung jawab nyata pada pemerintahan daerah secara proporsional.
Dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, baik yang berupa uang
maupun sumber daya alam, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengembangkan suatu
sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang adil. Sistem ini dilaksanakan untuk
mencerminkan pembagian tugas kewenangan dan tanggung jawab yang jelas antara Pemerintah
9
Pusat Dan Pemerintah Daerah secara transparan. Kriteria keberhasilan pelaksanaan sistem ini
adalah tertampungnya aspirasi semua warga, dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam
proses pertanggungjawaban eksplorasi sumber daya yang ada dan pengembangan sumbersumber pembiayaan.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UndangUndang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah dua
undang-undang yang berupaya mewujudkan etonomi daerah yang lebih luas. Sebagai penjabaran
otonomi daerah tersebut di bidang administrasi keuangan daerah,berbagai peraturan perundangan
yang lebih operasional dalam era reformasipun telah dikeluarkan.
Beberapa regulasi yang relevan antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bebas
Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851)
2. Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan
Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan
4. Peraturan
Pemerintah
Nomor
105
Tahun
2000
tentang
Pengelolaan
dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban
Kepala Daerah
Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
10
Paradigma baru dalam “Reformasi Manajemen Sektor Publik” adalah penerapan
akuntansi dalam praktik pemerintah guna mewujudkan good governance. Landasan
hukum pelaksanaan reformasi tersebut telah disiapkan oleh Pemerintah dalam suatu Paket
UU Bidang Keuangan Negara yang terdiri dari UU Keuangan Negara, UU
Perbendaharaan Negara, dan UU Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang
pada saat ini telah disahkan oleh DPR.
Paradigma baru regulasi Akuntansi Sektor Publik
1. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
2. UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
3. UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara
4. UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional
5. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
6. UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah
7. PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
8. PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah sebagai
pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti dengan aturanaturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat maupun
Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah. Ada yang berbeda antara PP 71 tahun
2010 ini dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010 terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I
merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang akan dilaksanakan selambatlambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah
berbasis Kas Menuju Akrual yang hanya berlaku hingga tahun 2014.
Perbedaan mendasar dari sisi jenis laporan keuangan antara Lampiran I dan Lampiran II
adalah sebagai berikut:
Lampiran I
Laporan Anggaran (Budgetary Reports): Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih
11
Laporan Keuangan (Financial Reports): Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan
Lampiran II
Laporan terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan
Dengan perbedaan jenis Laporan Keuangan yang akan dihasilkan, otomatis penjelasan
pada setiap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang terkait dengan masingmasing Laporan Keuangan akan mengalami perubahan.
Perbedaan daftar isi pada Lampiran I dan Lampiran II adalah sebagai berikut:
Lampiran I
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas;
PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan;
PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.
PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
Lampiran II
12
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa;
PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
Kedua daftar isi hampir serupa karena memang kebijakan yang diambil oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintah saat mengembangkan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis
akrual ini adalah dengan beranjak dari PP 24 tahun 2005 yang kemudian dilakukan penyesuaianpenyesuaian terhadap PP 24 tahun 2005 itu sendiri. Dengan strategi ini diharapkan pembaca PP
71 tahun 2010 nantinya tidak mengalami kebingungan atas perubahan-perubahan tersebut karena
lebih mudah memahami perubahannya dibandingkan jika langsung beranjak dari penyesuaian
atas International Public Sector of Accounting Standards (IPSAS) yang diacu oleh KSAP.
Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 Amandemen IV, tujuan pembentukan Daerah Otonom
adalah meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani masyarakat dan
melaksanakan program pembangunan. Selanjutnya, Daerah Otonom didefinisikan sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu dan berwenang mengatur
serta mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka penyelenggaraan Daerah Otonom, menurut penjelasan Pasal 64 Undangundang Nomor 5 Tahun 1974, fungsi penyusunan APBD adalah untuk :
1) Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang bersangkutan,
2) Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab,
13
3) Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab Pemerintah Daerah umumnya dan Kepala
Daerah khususnya, karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijaksanaan Pemerintah
Daerah,
4) Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintah daerah dengan cara yang lebih mudah
dan berhasil guna,
5) Merupakan suatu pemberian kuasa kepada Kepala Daerah untuk melakssanakan
penyelenggaraan Keuangan Daerah di dalam batas-batas tertentu.
Penyusunan APBD sudah seharusnya diletakkan dalam kerangka perencanaan
pembangunan jangka menengah yang mempertimbangakan skala prioritas pembangunan.
Pelaksanaan APBD juga haruslah dikendalikan menurut sasaran-sasaran yang jelas dan terukur.
Jadi, baik penyusunan maupun pelaksanaan APBD tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan
berjangka menengah dan berskala nasional.
2.6.3.
Dasar Hukum Keuangan Organisasi Publik Lainnya
Di Indonesia, beberapa upaya untuk membuat standar yang relevan dengan praktekpraktek akuntansi di organisasi sektor publik telah dilakukan dengan baik oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) maupun oleh pemerintah sendiri. Untuk organisasi nirlaba, IAI menerbitkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 (PSAK No. 45) tentang organisasi nirlaba.
PSAK ini berisi akidah-akidah atau prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh organisasi nirlaba
dalam membuat laporan keuangan. Selain itu juga lahir Undang-Undang No. 16 tahun 2001
tentang Yayasan yang mengatur msalah organisasi publik yang berbentuk yayasan. Juga, ada
regulasi publik terkait dengan partai politik seperti Undang-Undang No. 2 tahun 2008 tentang
Partai Politik, dan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan Kepada
Partai Politik.
2.7.
Permasalahan Regulasi Keuangan Publik Di Indonesia
Permasalahan regulasi keuangan publik di Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Regulasi yang Berfokus pada Manajemen
Organisassi publik didirikan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Perwujudan ini dicapai melalui pelayanan publik. Segala proses dilakukan oleh
organisasi publik, dalam hal ini salah satu permasalahan yang ada dalam regulasi
14
keuangan publik adalah regulasi yang berfokus pada manajemen organisasi publik.
Regulasi yang hanya berfokus pada pengaturan wilayah manajemen sering kali
mengaburkan proses pencapaian kesejahteraan masyarakat. Jadi, regulasi publik harus
fokus pada tujuan pencapaian organisasi publik yaitu kesejahteraan publik.
2. Regulasi Belum Bersifat Teknik
Banyak regulasi publik di indonesia yang tersusun dengan sangat baik untuk tujuan
kesejahteraan publik. Namun, banyak diantaranya tidak dapat diaplikasikan dalam
masyarakat. Hal ini terjadi karena regulasi tersebut tidak menjelaskan atau tidak
disertai dengan regulasi lain yang membahas secara lebih teknis bagaimana
megimplementasikan regulasi tersebut. Selain itu, di Indonesia juga ada beberapa
regulasi setingkat UU yang tidak di ikuti peraturan pelaksaan dibawahnya. Sehingga
pemerintah juga di tingkat daerah tidak dapat melaksanakan UU tersebut. Bahkan hal
ini dapat menimbukan pertentangan antara UU yang bersangkutan dan pereturan
pelaksanaan ditingkat daerah.
3. Perbedaan Interpretasi antara Undang-Undang dan Regulasi di Bawahnya
Regulasi ditetapkan untuk dilaksanakan dalam masyarakat. Regulasi yang baik harus
bersifat aplikatif, karena regulasi yang tidak jelas dan tidak aplikatif akan
menimbulkan multiinterpretasi dalam pelaksanaannya. Salah satu permasalahan
regulasi di Indonesia adalah perbedaan interpretasi antara undang-undang dan
regulasi dibawahnya. Dalam banyak kajian, beberapa ayat atau pasal dari undangundang atau regulasi terkait sering menimbulkan berbagai interpretasi yang berbeda
dalam melaksanakannya. Ditingkat daerah, substansi dari isi UU terkait tidak dapat
diturunkan dalam peraturan daerah. Kondisi ini membuat tujuan peraturan pemerintah
tidak dapat tercapai sesuai konsep awalnya
4. Pelaksanaan Regulasi yang Bersifat Transisi Berdampak Pemborosan Anggaran
Saat ini, banyak regulasi yang bersifat transisi telah dilaksanakan secara bertahap dan
membutuhkan kapasitas tertentu untuk melaksanakannya. Hal ini akan mempengaruhi
anggaran yang senantiasa meningkat dan cenderung boros. Pemborosan anggaran
akan menurunkan kapasitas organisasi dalam menjalankan roda organisasi sehingga
pencapaian tujuan organisasi semakin menurun
15
5. Pelaksanaan Regulasi tanpa Sanksi
Sanksi adalah hukuman jika organisasi publik tidak melaksanakan regulasi tersebut.
Dengan tidak adanya sanksi, organisasi akan seenaknya melaksanakan atau tidak
melaksanakan regulasi tersebut. Sanksi terhadap organisasi yang tidak melaksanakan
regulasi hendaknya dicantumkan dalam setiap regulasi publik.
16
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses
pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah,
partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan tempat peribadatan, maupun
organisasi sosial masyarakat lainnya.
Peraturan publik disusun dan ditetapkan terkait beberapa hal, yaitu yangpertama,
regulasi publik yang dimulai dengan adanya berbagai isu yang terkait.Kedua, tindakan
yang diambil terkait dengan isu yang ada adalah berbentuk regulasi atau aturan yang
dapat diinterprestasikan sebagai wujud dukungan penuh organisasi publik. Ketiga,
peraturan adalah hasil dari berbagai aspek dan kejadian
3.2
Saran
Sebaiknya permasalahan regulasi keuangan publik di Indonesia dapat diatasi
dengan memberikan sanksi yang sesuai dengan penyebabnya. Sehingga Regulasi publik
yang ada di Indonesia dapat dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik.
Penulis
berharap
agar
para
pembaca
bisa
menggali
ilmu
pengetahuan sedalam-dalamnya. Karena dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki akan
menjadikan kita sebagai orang yang mempunyai derajat tinggi di mata Allah SWT.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://naldojauhari.blogspot.co.id/2015/09/Regulasi-publik.html
Bastian indra. 1956. akuntani sektor publik. Edisi ketiga yogyakarta: UGM.
http://blogspot.co.id/2016/12/definisi-regulasi-publik-akuntansi.html
http://novemberfiles.blogspot.co.id/2014/11/regulasi-keuangan-publik.html
http://ar-alfajri.blogspot.co.id/2013/10/regulasi-dan-standar-akuntansi-sektor.html
18
19
REGULASI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Memenuhi Persyaratan Tugas Akuntansi Sektor Publik
Tahun Akademik 2016/2017
Disusun oleh :
Dewi Kartika Didik 10090116024
Liany Ivtiana Pramukti 10090116025
Nadhira Aryane 10090116026
Fadilla Emilia 10090116027
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Sektor Publik tentang
Regulasi Keuangan Sektor Publik.
Dalam Makalah ini mengulas tentang Regulasi Keuangan Sektor Publik Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada ibu Sri Fadillah, SE., M.si., AK, CA selaku dosen mata kuliah Akuntansi
Sektor Publik, yang memberikan bimbingan serta ilmu yang sangat bermanfaat untuk kami.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah akuntansi sektor publik ini tentang
regulasi keuangan sektor publik.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para
pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu mendatang.
Bandung, September 2017
ii
DAFTAR ISI
BAB I........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2
Rumusan masalah.............................................................................................. 2
1.3
Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
BAB II.......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
2.1.
Definisi Regulasi Publik........................................................................................ 3
2.2.
Teknik Penyusunan Regulasi Publik.........................................................................3
2.3.
Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik...........................................................5
2.5.
Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik...........................................................8
2.6.
Keuangan Publik Di Indonesia............................................................................... 8
2.6.1.
Dasar Hukum Keuangan Negara........................................................................8
2.6.2.
Dasar Hukum Keuangan Daerah......................................................................10
2.6.3.
Dasar Hukum Keuangan Organisasi Publik Lainnya..............................................14
2.7.
Permasalahan Regulasi Keuangan Publik Di Indonesia...............................................15
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 17
3.1
Kesimpulan..................................................................................................... 17
3.2
Saran............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalam kamus
bahasa indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang
dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan
ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang
harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada
organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah,partai politik, yayasan dan lain sebagainya.
Perancang publik wajib mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya disusun
regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun karena adanya permasalahan atau tujuan
yang dicapai. Sebuah regulasi disusun karena adanya berbagai isu terkait yang membutuhkan
tindakan khusus dari organisasi publik. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencar
jawaban atas pertanyaan mengapa isu tersebut harus diatur atau mengapa regulasi publik
perlu disusun.
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atas suatu
permasalahan telah dapat dirumuskan. Penyusunan dan penetapan regulasi publik juga
dilakukan dengan misi tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah organisasi publik
menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.
1
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas ini, maka dapat dirumuskan rumusan makalah
ini sebagai berikut :
1. Definisi Regulasi Publik
2. Teknik Penyusunan Regulasi Publik
3. Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik
4. Dasar Hukum Keuangan Publik Di Indonesia
5. Permasalahan Regulasi Keuangan Publik Di Indonesia
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penuisan makalah ini adalah membantu para pembaca untuk mengetahui lebih
dalam lagi tentang regulasi keuangan publik, sehingga para pembaca tidak hanya membaca saja
tetapi berharap untuk lebih mengetahui lagi apa itu yang dimaksud dengan regulasi keuangan
publik, dan apa saja aturan-aturan atau kewajiban-kewajiban yang ada di regulasi keuangan
publik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi Regulasi Publik
Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalam kamus
bahasa Indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat
untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang
harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan
dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, partai politik, yayasan dan lain sebagainya.
2.2.
Teknik Penyusunan Regulasi Publik
Peraturan publik disusun dan ditetapkan terkait beberapa hal. Yang pertama, regulasi
publik yang dimulai dengan adanya berbagai isu yang terkait dengan regulasi
tersebut. Kedua, tindakan yang diambil terkait dengan isu yang ada adalah berbentuk regulasi
atau aturan yang dapat diinterprestasikan sebagai wujud dukungan penuh organisasi
publik. Ketiga, peraturan adalah hasil dari berbagai aspek dan kejadian.
3
Gambar 1 menunjukkan teknik penyusunan regulasi publik yang berupa rangkaian alur tahapan,
sehingga regulasi publik tersebut siap disusun dan kemudian ditetapkan serta diterapkan.
Dengan demikian gambar tersebut dapat diperjelas dengan :
a. Pendahuluan
Perancang regulasi publik wajib mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya disusun
regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun karena adanya permasalahan atau tujuan
yang dicapai.
b. Mengapa Diatur?
Sebuah regulasi disusun karena adanya berbagai isu terkait yang membutuhkan tindakan
khusus dari organisasi publik. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari jawaban
atas pertanyaan mengapa isu tersebut harus diatur atau mengapa regulasi publik perlu
disusun.
c. Permasalahan dan Misi
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atas suatu permasalahan
telah dapat dirumuskan. Penyusunan dan penetapan regulasi publik juga dilakukan dengan
misi tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah organisasi publik menghadapi rumusan
solusi permasalahan yang ada.
d. Dengan Apa Diatur?
Setiap permasalahan harus dirumuskan dengan jenjang regulasi yang akan mengaturnya,
sehingga permasalahan tersebut segera dapat disikapi dan ditemukan solusi yang tepat
sasaran.
e. Bagaimana Mengaturnya?
Substansi regulasi publik yang disusun harus bisa menjawab pertanyaan bagaimana solusi
atas permsalahan yang ada akan dilaksanakan. Dengan demikian, regulasi publik yang
disusun benar-benar merupakan wujud kebijakan organisasi publik dalam menghadapi
berbagai permasalahan publik yang ada.
f. Diskusi/ Musyawarah
Diskusi merupakan salah satu tahapan dalam menyusun atau penetapan regulasi. Materi yang
dibahas akan benar-benar menggambarkan permasalahan yang ada dan aspirasi masyarakat.
Forum diskusi penyusunan regulasi biasanya telah ditetapkan sebagai bagian dari proses
penyusunan regulasi organisasi publik.
g. Catatan
Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang dilakukan sebelumnya. Hasil
catatan ini akan menjadi wujud tindak lanjut dari keputusan organisasi publik menyangkut
bagaimana regulasi publik akan dihasilkan dan dilaksanakan terkait isu atau permasalahan
yang dihadapi.
4
2.3.
Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik
Setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan, baik yang
berasal dari luar (lingkungan) maupun dari dalam organisasi. Oleh karena itu, setiap organisasi
publik pasti mempunyai regulasi publik sebagai wujud kebijakan organisasi dalam menghadapi
isu dan permasalahan yang ada.
Dalam organisasi akuntansi sektor publik, tahapan organisasi selalu terjadi di semua
organisasi publik. Semua proses tersebut terangkai mulai dari perencanaan, penganggaran,
realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, audit, serta
pertanggungjawaban publik. Dalam menghadapinya, organisasi publik pun menggunakan
regulasi publik sebagai alat untuk memperlancar jalannya siklus akuntansi sektor publik agar
tujuan organisasi dapat tercapai.
Berikut adalah siklus regulasi dari Akuntansi Sektor Publik
5
Tabel Hasil Regulasi dari Siklus Akuntansi Sektor Publik
Regulasi Tahapan dalam
Siklus Akuntansi Sektor Contoh Hasil Regulasi Publik
Publik
Regulasi Perencanaan Publik Peraturan Pemerintah No. 7/2005 mengenai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Regulasi Anggaran Publik
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2007
Regulasi tentang Pelaksaan- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 93
Realisasi Anggaran Publik
Tahun 2006 tentang Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2007
- Otorisasi Kepala Daerah Dokumen Pelaksaan
Anggaran (DPA)
Regulasi Pengadaan Barang SK Gubernur tentang Pemenang dalam Pengadaan
dan Jasa Publik
Barang dan Jasa
Regulasi
Laporan Peraturan Daerah tentang Penerimaan Laporan
Pertanggungjawaban Publik
Pertanggungjawaban Gubernur/Bupati/Walikota.
Sebagai contoh, berikut adalah siklus dan table regulasi publik pada masing-masing
proses akuntansi sektor publik di organisasi pemerintahan.
Berikut adalah siklus regulasi yang mengatur Akuntansi Sektor Publik
6
Tabel Contoh Regulasi Publik yang Mengatur Akuntansi Sektor Publik
Tahapan dalam Siklus
Contoh Regulasi Publik
Akuntansi Sektor Publik
Perencanaan publik
- Peraturan Presiden No.2 tahun 2015 tentanf rencana
pembangunan jangka menengah nasional tahun 20152019
Penganggaran publik
P Permendagri no 21 tahun 2011 tentang perubahan kedua
atas permendagri no.13 tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah
Realisasi anggaran publik UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Pengadaan barang dan jasa Peraturan Presiden No.4 tahun 2015 mengenai
publik
pengenaan barang dan jasa pemerintah
Pelaporan keuangan sektor Peraturan Presiden RI No 29 tahun 2014 tentang sistem
publik
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Audit sektor publik
PBPKP No.1 Tahun 2017 tentang standar pemeriksaan
keuangan negara
Pertanggungjawaban
Peraturan Presiden RI No.29 tahun 2014 tentang sistem
publik
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
2.5.
Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik
“Judicial Review” (hak uji materiil) merupakan kewenangan lembaga peradilan untuk
menguji kesahihan dan daya jual produk-produk hukum yang dihasilkan oleh eksekutif,
legislatif serta yudikatif dihadapan konstitusi yang berlaku. Dalam melakukan
7
proses judicial review, ada beberapa hal yang pelu diperhatikan. Pertama, setelah
mengidentifikasi permasalahan yang ada mengenai regulasi terkait, surat
permohonan judicial review dapat diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung/ Mahkamah
Konstitusi Reepublik Indonesia.
2.6.
Keuangan Publik Di Indonesia
a.
b.
c.
d.
e.
Regulasi fokus pada manajemen
Regulasi belum bersifat teknik
Perbedaan interpretasi antara undang-undang dan regulasi bawahnya
Pelaksanaan regulasi yang bersifat transisi berdampak pemborosan anggaran
Pelaksanaan regulasi tanpa sanksi
Dasar Hukum Keuangan Publik di Indonesia
Proses penyelenggaraan pemerintahan ditujukan untuk mengkoordinasi
pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan
negara. Pengelolaan keuangan negara maupun keuangan daerah, sebagai mana yang
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 perlu dilaksanakan secara profesional,
terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.6.1.
Dasar Hukum Keuangan Negara
Keuangan negara dapat diinterpretasikan sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban
warga yang dinilai dengan uang,
1. Hak monopoli mencetak dan mengedarkan uang
2. Hak untuk memungut sumber-sumber keuangan, seperti pajak, bea dan cukai
3. Hak untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat dinikmati oleh khalayak umum,
yang dalam hal ini pemerintah dapat memperoleh (kontra prestasi) sebagai sumber
penerima negaraKeuangan negara dapat diinterpretasikan sebagai pelaksanaan hak dan
kewajiban warga dalam kerangka tata penyelenggaraan pemerintah. Wujud pelaksanaan
tata negara tersebut dapat diidentifikasi sebagai segala bentuk kekayaan, hak dan
kewajiban yang tercantum dalam APBN dan laporan pelaksanaanya.
8
Dalam UUD 1945 Amandemen VI secara khusus diatur mengenai Keuangan Negara
yaitu pada bab VIII pasal 23 yang berbunyi sebagai berikut:
1. Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang –undang dan dilaksanakan secara
terbuka secara bertanggungjawab untuk sebesar –sebesarnya kemakmuran
masyarakat.
2. Rancangan Undang- Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan DPD.
3. Apabila
Dewan
Perwakilan
Rakyat
tidak
menyetujui
rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja yang diusulkan oleh presiden, pemerintah
menjalankan anggaran pendapatan dan belanja negara tahun lalu.
Dasar hukum keuangan Negara terdiri atas:
a. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
b. Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
c. Undang-Undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
d. Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2005 tentang Perubahan
Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
2.6.2.
Dasar Hukum Keuangan Daerah
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional didasari pada
prinsip otonomi daerah dalam pengelolaan sumberdaya. Prinsip otonomi daerah memberikan
kewenangan yang luas dan tanggung jawab nyata pada pemerintahan daerah secara proporsional.
Dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, baik yang berupa uang
maupun sumber daya alam, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengembangkan suatu
sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang adil. Sistem ini dilaksanakan untuk
mencerminkan pembagian tugas kewenangan dan tanggung jawab yang jelas antara Pemerintah
9
Pusat Dan Pemerintah Daerah secara transparan. Kriteria keberhasilan pelaksanaan sistem ini
adalah tertampungnya aspirasi semua warga, dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam
proses pertanggungjawaban eksplorasi sumber daya yang ada dan pengembangan sumbersumber pembiayaan.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UndangUndang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah dua
undang-undang yang berupaya mewujudkan etonomi daerah yang lebih luas. Sebagai penjabaran
otonomi daerah tersebut di bidang administrasi keuangan daerah,berbagai peraturan perundangan
yang lebih operasional dalam era reformasipun telah dikeluarkan.
Beberapa regulasi yang relevan antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bebas
Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851)
2. Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan
Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan
4. Peraturan
Pemerintah
Nomor
105
Tahun
2000
tentang
Pengelolaan
dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban
Kepala Daerah
Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
10
Paradigma baru dalam “Reformasi Manajemen Sektor Publik” adalah penerapan
akuntansi dalam praktik pemerintah guna mewujudkan good governance. Landasan
hukum pelaksanaan reformasi tersebut telah disiapkan oleh Pemerintah dalam suatu Paket
UU Bidang Keuangan Negara yang terdiri dari UU Keuangan Negara, UU
Perbendaharaan Negara, dan UU Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang
pada saat ini telah disahkan oleh DPR.
Paradigma baru regulasi Akuntansi Sektor Publik
1. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
2. UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
3. UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara
4. UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional
5. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
6. UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah
7. PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
8. PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah sebagai
pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti dengan aturanaturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat maupun
Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah. Ada yang berbeda antara PP 71 tahun
2010 ini dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010 terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I
merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang akan dilaksanakan selambatlambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah
berbasis Kas Menuju Akrual yang hanya berlaku hingga tahun 2014.
Perbedaan mendasar dari sisi jenis laporan keuangan antara Lampiran I dan Lampiran II
adalah sebagai berikut:
Lampiran I
Laporan Anggaran (Budgetary Reports): Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih
11
Laporan Keuangan (Financial Reports): Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan
Lampiran II
Laporan terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan
Dengan perbedaan jenis Laporan Keuangan yang akan dihasilkan, otomatis penjelasan
pada setiap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang terkait dengan masingmasing Laporan Keuangan akan mengalami perubahan.
Perbedaan daftar isi pada Lampiran I dan Lampiran II adalah sebagai berikut:
Lampiran I
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas;
PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan;
PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.
PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
Lampiran II
12
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa;
PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
Kedua daftar isi hampir serupa karena memang kebijakan yang diambil oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintah saat mengembangkan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis
akrual ini adalah dengan beranjak dari PP 24 tahun 2005 yang kemudian dilakukan penyesuaianpenyesuaian terhadap PP 24 tahun 2005 itu sendiri. Dengan strategi ini diharapkan pembaca PP
71 tahun 2010 nantinya tidak mengalami kebingungan atas perubahan-perubahan tersebut karena
lebih mudah memahami perubahannya dibandingkan jika langsung beranjak dari penyesuaian
atas International Public Sector of Accounting Standards (IPSAS) yang diacu oleh KSAP.
Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 Amandemen IV, tujuan pembentukan Daerah Otonom
adalah meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani masyarakat dan
melaksanakan program pembangunan. Selanjutnya, Daerah Otonom didefinisikan sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu dan berwenang mengatur
serta mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka penyelenggaraan Daerah Otonom, menurut penjelasan Pasal 64 Undangundang Nomor 5 Tahun 1974, fungsi penyusunan APBD adalah untuk :
1) Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang bersangkutan,
2) Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab,
13
3) Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab Pemerintah Daerah umumnya dan Kepala
Daerah khususnya, karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijaksanaan Pemerintah
Daerah,
4) Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintah daerah dengan cara yang lebih mudah
dan berhasil guna,
5) Merupakan suatu pemberian kuasa kepada Kepala Daerah untuk melakssanakan
penyelenggaraan Keuangan Daerah di dalam batas-batas tertentu.
Penyusunan APBD sudah seharusnya diletakkan dalam kerangka perencanaan
pembangunan jangka menengah yang mempertimbangakan skala prioritas pembangunan.
Pelaksanaan APBD juga haruslah dikendalikan menurut sasaran-sasaran yang jelas dan terukur.
Jadi, baik penyusunan maupun pelaksanaan APBD tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan
berjangka menengah dan berskala nasional.
2.6.3.
Dasar Hukum Keuangan Organisasi Publik Lainnya
Di Indonesia, beberapa upaya untuk membuat standar yang relevan dengan praktekpraktek akuntansi di organisasi sektor publik telah dilakukan dengan baik oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) maupun oleh pemerintah sendiri. Untuk organisasi nirlaba, IAI menerbitkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 (PSAK No. 45) tentang organisasi nirlaba.
PSAK ini berisi akidah-akidah atau prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh organisasi nirlaba
dalam membuat laporan keuangan. Selain itu juga lahir Undang-Undang No. 16 tahun 2001
tentang Yayasan yang mengatur msalah organisasi publik yang berbentuk yayasan. Juga, ada
regulasi publik terkait dengan partai politik seperti Undang-Undang No. 2 tahun 2008 tentang
Partai Politik, dan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan Kepada
Partai Politik.
2.7.
Permasalahan Regulasi Keuangan Publik Di Indonesia
Permasalahan regulasi keuangan publik di Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Regulasi yang Berfokus pada Manajemen
Organisassi publik didirikan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Perwujudan ini dicapai melalui pelayanan publik. Segala proses dilakukan oleh
organisasi publik, dalam hal ini salah satu permasalahan yang ada dalam regulasi
14
keuangan publik adalah regulasi yang berfokus pada manajemen organisasi publik.
Regulasi yang hanya berfokus pada pengaturan wilayah manajemen sering kali
mengaburkan proses pencapaian kesejahteraan masyarakat. Jadi, regulasi publik harus
fokus pada tujuan pencapaian organisasi publik yaitu kesejahteraan publik.
2. Regulasi Belum Bersifat Teknik
Banyak regulasi publik di indonesia yang tersusun dengan sangat baik untuk tujuan
kesejahteraan publik. Namun, banyak diantaranya tidak dapat diaplikasikan dalam
masyarakat. Hal ini terjadi karena regulasi tersebut tidak menjelaskan atau tidak
disertai dengan regulasi lain yang membahas secara lebih teknis bagaimana
megimplementasikan regulasi tersebut. Selain itu, di Indonesia juga ada beberapa
regulasi setingkat UU yang tidak di ikuti peraturan pelaksaan dibawahnya. Sehingga
pemerintah juga di tingkat daerah tidak dapat melaksanakan UU tersebut. Bahkan hal
ini dapat menimbukan pertentangan antara UU yang bersangkutan dan pereturan
pelaksanaan ditingkat daerah.
3. Perbedaan Interpretasi antara Undang-Undang dan Regulasi di Bawahnya
Regulasi ditetapkan untuk dilaksanakan dalam masyarakat. Regulasi yang baik harus
bersifat aplikatif, karena regulasi yang tidak jelas dan tidak aplikatif akan
menimbulkan multiinterpretasi dalam pelaksanaannya. Salah satu permasalahan
regulasi di Indonesia adalah perbedaan interpretasi antara undang-undang dan
regulasi dibawahnya. Dalam banyak kajian, beberapa ayat atau pasal dari undangundang atau regulasi terkait sering menimbulkan berbagai interpretasi yang berbeda
dalam melaksanakannya. Ditingkat daerah, substansi dari isi UU terkait tidak dapat
diturunkan dalam peraturan daerah. Kondisi ini membuat tujuan peraturan pemerintah
tidak dapat tercapai sesuai konsep awalnya
4. Pelaksanaan Regulasi yang Bersifat Transisi Berdampak Pemborosan Anggaran
Saat ini, banyak regulasi yang bersifat transisi telah dilaksanakan secara bertahap dan
membutuhkan kapasitas tertentu untuk melaksanakannya. Hal ini akan mempengaruhi
anggaran yang senantiasa meningkat dan cenderung boros. Pemborosan anggaran
akan menurunkan kapasitas organisasi dalam menjalankan roda organisasi sehingga
pencapaian tujuan organisasi semakin menurun
15
5. Pelaksanaan Regulasi tanpa Sanksi
Sanksi adalah hukuman jika organisasi publik tidak melaksanakan regulasi tersebut.
Dengan tidak adanya sanksi, organisasi akan seenaknya melaksanakan atau tidak
melaksanakan regulasi tersebut. Sanksi terhadap organisasi yang tidak melaksanakan
regulasi hendaknya dicantumkan dalam setiap regulasi publik.
16
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses
pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah,
partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan tempat peribadatan, maupun
organisasi sosial masyarakat lainnya.
Peraturan publik disusun dan ditetapkan terkait beberapa hal, yaitu yangpertama,
regulasi publik yang dimulai dengan adanya berbagai isu yang terkait.Kedua, tindakan
yang diambil terkait dengan isu yang ada adalah berbentuk regulasi atau aturan yang
dapat diinterprestasikan sebagai wujud dukungan penuh organisasi publik. Ketiga,
peraturan adalah hasil dari berbagai aspek dan kejadian
3.2
Saran
Sebaiknya permasalahan regulasi keuangan publik di Indonesia dapat diatasi
dengan memberikan sanksi yang sesuai dengan penyebabnya. Sehingga Regulasi publik
yang ada di Indonesia dapat dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik.
Penulis
berharap
agar
para
pembaca
bisa
menggali
ilmu
pengetahuan sedalam-dalamnya. Karena dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki akan
menjadikan kita sebagai orang yang mempunyai derajat tinggi di mata Allah SWT.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://naldojauhari.blogspot.co.id/2015/09/Regulasi-publik.html
Bastian indra. 1956. akuntani sektor publik. Edisi ketiga yogyakarta: UGM.
http://blogspot.co.id/2016/12/definisi-regulasi-publik-akuntansi.html
http://novemberfiles.blogspot.co.id/2014/11/regulasi-keuangan-publik.html
http://ar-alfajri.blogspot.co.id/2013/10/regulasi-dan-standar-akuntansi-sektor.html
18
19