MAKALAH BAHASA INDONESIA KUTIPAN. docx

MAKALAH BAHASA INDONESIA
“ KUTIPAN ”

Di Susun Oleh :

Kelompok VI
Alfian Labeda
Gifa Eriyanto
Andi Muh. Hasbi
Muh. Dzulfikar
Kahar Musakkar
Fachri Ramadhan
STMIK Handayani Makassar

BAB I
LATAR BELAKANG
Mengutip adalah suatu hal yang tidak bisa kita hindari dalam menulis sebuah karya ilmiah.
Karena, sangat membuang waktu bila sebuah kebenaran yang telah diselidiki dan dibuktikan
oleh seorang ahli dan sudah dimuat secara luas dalam sebuah buku atau majalah, harus diselidiki
kembali oleh seorang penulis untuk menemukan kesimpulan yang sama. Di samping itu dalam
keadaan tertentu seorang penulis karya ilmiah tidak punya waktu untuk menyelidiki suatu segi

kecil dari tulisannya secara mendalam. Maka, penulis cukup mengutip pendapat yang
dianggapnya benar itu dengan menyebutkan di mana pendapat itu dibaca, sehingga pembaca
dapat mencocokkan kutipan itu dengan sumber aslinya.
Meskipun kutipan atas pendapat seorang ahli diperkenankan, namun kutipan yang terlampau
banyak, dapat menyeret seorang penulis pada tuduhan kalau ia melakukan plagiat. Penulis harus
bisa menahan dirinya untuk tidak terlalu banyak mempergunakan kutipan supaya karangannya
tidak dianggap sebagai suatu himpunan dari berbagai macam pendapat.
Sebaliknya, jika penulis tidak mengutip sama sekali, akan dipertanyakan apakah seluruh
gagasan, informasi, fakta, serta temuan yang ditulisnya benar merupakan gagasan orisinalnya?
Sebuah karya ilmiah sebaiknya garis besar kerangka karangan, serta kesimpulan-kesimpulan
yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri, sedangkan kutipan-kutipan hanya berfungsi
sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapatnya itu.
Sebagai mahasiswa, menulis karya ilmiah seperti makalah adalah sebuah tuntutan untuk
memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen. Selain itu kita juga dilatih untuk membuat
makalah yang baik dan benar agar nantinya dalam memenuhi tugas akhir (skripsi) tidak banyak
terjadi kesalahan disana-sini terkait dengan metodologi penulisannya.
Untuk itu, demi menghindari pelanggaran hak cipta dan dengan mempertimbangkan etika dalam
penulisan karya ilmiah, penulis perlu mengetahui tentang kaidah-kaidah dalam mengutip. Dalam
makalah ini akan dipaparkan definisi, fungsi kutipan dan prinsip-prinsip mengutip.


BAB II
KUTIPAN

A. Definisi Kutipan
Dalam penulisan-penulisan ilmiah −baik penulisan artikel-artikel ilmiah, karya-karya tulis,
maupun penulisan skripsi dan disertasi− seringkali dipergunakan kutipan-kutipan untuk
menegaskan isi uraian, atau untuk membuktikan apa yang dikatakan.
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang
yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah. Selain itu kutipan juga
dapat diambil dalam bentuk lisan misal melalui media elektronika seperti TV, radio, internet, dan
lain sebagainya. Tujuannya sebagai pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mengutip adalah mengambil perkataan atau kalimat dari
buku atau yang lainnya. Mengutip itu berbeda dengan plagiat. Plagiat adalah mengambil
karangan-karangan atau pendapat orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan atau
pendapat tersebut dari diri sendiri.
Kutipan ditulis untuk menegaskan isi uraian, memperkuat pembuktian, dan kejujuran
menggunakan sumber penulisan. Kutipan merupakan salah satu hal yang sangat esensi dalam
penulisan karya ilmiah. Dalam penulisan kutipan ada aturan main yang harus diikuti oleh setiap
penulis karya ilmiah tanpa kecuali.
Dengan menggunakan kutipan, seorang penulis tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki

suatu hal yang sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya
orang lain tersebut.

B. Fungsi Kutipan
Fungsi kutipan diantaranya :
1. Sebagai landasan teori.

2. Penguat pendapat penulis.
3. Penjelasan suatu uraian.
4. Bahan bukti untuk menunjang pendapat itu.
Penulisan kutipan berfungsi:
1. Untuk menunjang fakta, konsep, gagasan atau untuk memberikan informasi tentang
sumber data, gagasan dan lain-lain yang relevan.
2. Untuk memberikan penjelasan tambahan tentang suatu masalah yang dikemukakan dalam
teks atau untuk menjelaskan definisi istilah secara cermat.
Selain fungsi di atas, kutipan juga memiliki fungsi tersendiri. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Menunjukkan kualitas ilmiah yang lebih tinggi.
2. Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat.
3. Memudahkan penilaian penggunaan sumber dana.

4. Memudahkan pembedaan data pustaka dan ketergantungan tambahan.
5. Mencegah pengulangan penulisan data pustaka.
6. Meningkatkan estetika penulisan.
7. Memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, dan memudahkan penyuntingan
naskah yang terkait dengan data pustaka.
Sedangkan fungsi utama kutipan dalam karya ilmiah adalah menegaskan isi uraian atau
membuktikan kebenaran yang diajukan oleh penulis berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari
literatur, pendapat seseorang atau pakar, bahkan pengalaman empiris. Peletakan kutipan
dilakukan dalam dua cara yakni, pada teks atau menjadi bagian catatan kaki. Peletakan pada
catatan akhir (endnote) umumnya dilakukan andaikata penulis tidak menginginkan adanya
penjelasan yang akan mengganggu keruntutan uraian pada teks.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mengutip, diantaranya :
1. Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu.

2. Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan.
3. Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori.
4. Jangan terlalu bnayak mempergunakan kutipan langsung.
5. Penulis mempertimbangkan jenis kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan.[1[8]]
C. Prinsip-prinsip Mengutip
Dalam mengutip kita harus menyebutkan sumbernya. Hal itu dimaksudkan sebagai pernyataan

penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip, dan sebagai pembuktian akan kebenaran
kutipan tersebut.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan pada waktu membuat kutipan adalah:
1. Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik
dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya,
maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan
tertentu. Misalnya dalam naskah asli tidak ada kalimat atau bagian kalimat yang diletakkan
dalam huruf miring (kursif) atau digaris-bawahi, tetapi oleh pertimbangan penulis kata-kata atau
bagian kalimat tertentu itu diberi huruf tebal, huruf miring, atau diregangkan. Pertimbangan
untuk merubah teknik itu bisa bermacam-macam untuk memberi aksentuasi, contoh,
pertentangan dan sebagainya.
Dalam hal yang demikian penulis harus memberi keterangan dalam tanda kurung segi empat
[. . .] bahwa perubahan teknik itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya.
Keterangan dalam kurung segi empat itu misalnya berbunyi sebagai berikut: [huruf miring dari
saya, Penulis].
2. Bila ada kesalahan
1

Bila dalam kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan, entah dalam persoalan ejaan maupun

dalam soal-soal ketatabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia
hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan
suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal ini kutipan tetap dilakukan, hanya penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau
catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan sebagai catatan
kaki, atau dapat pula ditempatkan dalam tanda kurung segi empat [. . .] seperti halnya dengan
perubahan teknik sebagai telah dikemukakan di atas. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu
langsung ditempatkan di belakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan, atau
yang tidak disetujui itu. Misalnya, kalau kita tidak setuju dengan bagian itu, maka biasanya
diberi catatan singkat: [sic!] –kata sic! yang ditempatkan dalam kurung segi empat menunjukkan
bahwa penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip sesuai dengan apa
yang terdapat dalam naskah aslinya.
Contoh
“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini kami selalu berusaha mencari
bentuk kata yang mengandung makan [sic! ] sentral/distribusi yang terbanyak sebagai bahan dari
daftar Swadesh.”
Kata makan dalam kutipan di atas sebenarnya salah cetak; seharusnya makna. Namun dalam
kutipan, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Ia harus memberi catatan
bahwa ada kesalahan, dan ia sekedar mengutip sesuai dengan teks aslinya. Untuk karya-karya
ilmiah penggunaan sic! Dalam tanda kurung segi empat yang ditempatkan langsung di belakang

kata atau bagian yang bersangkutan, dirasakan lebih mantap.
3. Menghilangkan bagian kutipan
Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan syarat
bahwa penghilangan bagian itu boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna
keseluruhannya. Penghilangan itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik
berspasi [. . .]. Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, maka ketiga

titik berspasi itu ditambahkan sesudah titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang
dihilangkan itu terdiri dari satu alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik-titik
berspasi sepanjang satu baris halaman. Dalam hal ini sama sekali tidak diperkenankan untuk
menggunakan garis penghubung [ - ] sebagai pengganti titik-titik. Bila ada tanda kutip, maka
titik-titik itu –baik pada awal kutipan maupun pada akhir kutipan- harus dimasukkan dalam tanda
kutip sebab unsur yang dihilangkan itu dianggap sebagai bagian dari kutipan.
Contoh
Hal ini cocok dengan kehidupan para kepala itu sebagai pemimpin masyarakat, tetapi juga
sebagai pemimpin upacara-upacara keagamaan. Kata Mallinckrodt: “… in primitieve streken is
werkzaamheid van het hoofd met betrekking tot de godsdienst een zijner voornaamste functies
en de rechspraak, op bovenbedoelde wijze opgevat, word teen ten deele religiuze verricthing, die
het magisch evenwicht der gemeenschap herstellen moet.”
D. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengutip

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengutip, diantaranya:
1. Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu
2. Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan
3. Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori
4. Jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung
5. Penulis mempertimbangkan jenis kutipan dan kaintannya dengan sumber rujukan.
E. Jenis Kutipan
1. Kutipan langsung
Kutipan langsung adalah salinan yang sama dengan bentuk aslinya yang dikutip dalam
hal susunan kata dan tanda bacanya. Kutipan langsung tidak boleh lebih dari satu
halaman.
2. Kutipan tidak langsung

Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang hanya mengambil isinya saja, seperti sauran,
ringkasan atau parafrase.
Kutipan isi atau parafrase yaitu kutipan yang hanya mengambil isi atau maksud dari
kalimat-kalimat dari kalimat-kalimat yang ditulis dalam buku sumber.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kutipan merupakan salah satu kelengkapan dalam penulisan makalah yang dapat memberikan
penegasan bahwa suatu karya baik makalah ataupun karya ilmiah yang ditulis atau disusun oleh
penulis tidak sepenuhnya dari pendapat, gagasan, dan materi dari pribadi penulis, melainkan
meminjam atau mengambil sumber lain baik dari buku atau media lain untuk mendukung materi
dan gagasan dari penulis. Dari kutipan tersebut maka suatu karya atau tulisan dapat diketahui dan
dicari kebenarannya. Itulah hakikat dari fungsi kutipan dan penulisan kutipan dalam suatu karya
ilmiah.
Adapun dalam penulisan kutipan mempunyai prinsip yang harus diperhatikan agar sesuai dengan
EYD dan tidak mengabaikan suatu sumber yang telah dikutip.

DAFTAR PUSTAKA

Andre Wicaksono, Bahasa Indonesia Kutipan (Online). Tersedia: http://satuhatisatukisah.blogspot.com/2013/05/makalah-bahasa-indonesia-kutipan.html [29 November 2014]
Banaina Sulfa, Bahasa Indonesia “Kutipan” (Online). Tersedia: http://banainazulfa.blogspot.com/2014/02/ma-k-l-h-k-u-t-i-p-n-definisi-fungsi.html [29 November 2014]
Dedi Irawan. “Kutipan dan Daftar Pustaka “. Makalah pada konvensi tujuh IPBI, Denpasar.