isu strategi dan pencapaian visi dan mis
ISU STRATEGIS DI JAWA TENGAH
DALAM RPJMD 2013 - 2018
Secara makro permasalahan yang dihadapi Provinsi Jawa Tengah bisa dilihat dari
berbagai sektor. Mulai dari kemiskinan, pengangguran, hingga masalah bencana alam, yang
kurang lebih ada 21 sektor pembangunan. Dari permasalahan-permasalahan ini dapat
dikerucutkan menjadi 6 (enam) isu strategis daerah, yaitu :
1. Kemiskinan ;
2. Pengangguran;
3. Pembangunan Infrastruktur;
4. Kedaulatan Pangan;
5. Kedaulatan Energi;
6. Tata Kelola Pemerintahan/Reformasi Birokrasi, Demokratisasi dan Kondusivitas
Daerah.
A. Capaian Kinerja Pembangunan Terhadap Penanganan Isu Strategis
1. Kemiskinan dilatarbelakangi oleh kesejahteraan, akses pendidikan, kesehatan.
Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah pada bulan September 2015 tercatat
13,32% atau sebesar 4,505 juta jiwa. Jumlah ini menurun dibanding keadaan
September 2014 yaitu 13,58% atau sebesar 4,561 juta jiwa. Penurunan ini setara
dengan 0,265%
tetapimasih belum sesuai harapan atau target Tahun 2015 di
RPJMD sebesar 9,05%-8,75%.
Langkah yang telah dilakukan dan berhasil, antara lain :
o perbaikan RTLH/ Rumah Tidak Layak Huni;
o Pendekatan pembangunan berdimensi kewilayahan, pengembangan pusat
kawasan perdesaan,Peningkatan infrastruktur dasar perdesaan melalui
bantuan desa; dan Penanganan lintas sektor terhadap
o Persentase Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa yang tertangani
o Perluasan cakupan pelayanan sosial dasar melalui kegiatan pemberian
bantuan pendidikan bagi siswa miskin,
o Peningkatan pelayanan kesehatan,
Langkah yang kurang berhasil atau tidak berhasil :
o Masih kurangnya Jumlah prasarana dan sarana dasar perumahan yang
tertangani;
o Persentase kawasan permukiman kumuh yang tertangani masih rendah,
karena kawasan kumuh mencapai 9.331 ha di 703 kawasan
o Penanganan RTLH sejumlah 1.723.500 unit yang tersebar di 35 kab/kota
perlu disinkronkan dengan program kab/kota;
o Tidak tercapainya target Jumlah KB Mandiri, Persentase usaha
peningkatan pendapatan keluarga sejahtera ber KB tidak mencapai target
maupun Jumlah Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga yang aktif
masih kurang;
Potensi program yang gagal :
o Pembangunan BUMDes, Pasar desa yang direvitalisasi dan Usaha
Ekonomi Desa-Simpan Pinjam yang aktif belum terrealisasi;
o Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang
belum tersentuh;
o Sinkronisasi BPJS dengan Jamkesda;
o Penanganan penyakit berbahaya, seperti kasus DBD yang tinggi;
o Angka Kematian Ibu masih tinggi;
Kendala ketidakberhasilan :
o ketentuan undang-undang 23 Tahun 2014 pasal 298ayat 5 yang mengatur
penerima
hibah
harus
berbadan
hukum
Indonesia,
mempersulit
pemberian bantuan kepada sasaran keluarga miskin, bantuan sarpras
perumahan dan pemukiman kumuh, pemberian bantuan kelompok
masyarakat perdesaan dalam memberdayakan BUMDes, KUD dsb;
o Persentase usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera ber KB
tidak mencapai target, karena Kesadaran anggota UPPKS keluarga pra
KS dan KS1 masih rendah.
2
o Tidak tercapainya target Jumlah KB Mandiri, karena adanya akseptor KB
yang beralih dari KB Mandiri ke KB Jalur Pemerintah sebagai peserta
BPJS;
o Penangangan DBD dalam hal antisipatif belum banyak dilakukan
masyarakat seperti Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk, belum
ditemukannya obat DBD, tingginya biaya fogging;
o Sistem rujukan dan jaminan kesehatan belum berjalan dengan optimal
untuk tindakan penanganan penyebab kematian ibu (AKI).
2. Pengangguran, dilatarbelakangi
kurangnya
pemberdayaan berbagai sektor
ekonomi, ketimpangan sosial. Kemiskinan dan pengangguran mempunyai relasi
sangat kuat, artinyadikala pengangguran bertambah maka kemiskinan pun akan
bertambah.Jumlah penganggur di Jawa Tengah pada Tahun 2015 tercatat
sebesar 863.783 orang atau 4,99%. Jumlah ini menurun dibandingkan kondisi
tahun sebelumnya yaitu sebanyak 996.334 orang atau 5,68%. IPM di Jawa Tengah
pada Tahun 2014 sebesar 68,78, lebih baik dibandingkan Tahun 2013 sebesar
68,02, namun masih di bawah IPM Nasional sebesar 68,90. Tingkatpengangguran
pada Tahun 2015 sebesar 4,99%, relatif masih lebih tinggidibandingkan target
RPJMD 4,93%-4,62%
Langkah yang berhasil dilakukan :
o Jumlah nilai investasi PMA/PMDN meningkat sehingga membuka
lapangan pekerjaan baru;
o Peningkatan jumlah Koperasi Aktif, pemberdayaan Produk OVOP,
fasilitasi kredit, pemberdayaan SDM pelaku UMKM dan pemasaran
produk KUMKM;
o Rasio Upah minimum dibanding Kebutuhan Hidup Layak tercapai;
o Jumlah kasus dan status penyelesaian Hubungan Industrialtercapai;
o Jumlah Kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara
meningkat, ;
3
o Nilai Ekspor non migas;Ketersediaan data harga jenis komoditas bahan
pokok; dan Persentase penyelesaian sengketa konsumen melalui Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen kabupaten/kota berjalan dengan baik;
Langkah yang kurang berhasil atau tidak berhasil :
o Rasio daya serap tenaga kerja tidak sesuai harapan, dan tingkat
pengangguran terbuka tinggi;
o Rata-rata
lama
mancanegara,
tinggal
serta
wisatawan
nusantara
Rata-ratapengeluaran
dan
belanja
wisatawan
wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantaramasih kurang;
o Pengendalian nilai Impor non migas kurang, sehingga masih adanya
impor barang modal dan bahan baku yang belum bisa dipenuhi dari dalam
negeri;
o Pertumbuhan IndustriBesar, Kecil dan Menengahmasih kurang optimal
seperti adanya Jumlah klaster logam, mesin, tekstil; Klaster agro kimia
dan hasil hutan; Klaster komponen otomotif, elektronika dan aneka;serta
Pengembangan kelembagaan usaha industri.
Potensi program yang gagal :
o -
Kendala ketidakberhasilan :
o Rasio daya serap tenaga kerja tidak sesuai harapan, karena investasi
yang masuk lebih banyak pada industri padat modal.
o Tingkat pengangguran terbuka, karena penambahan angkatan kerja tidak
sebanding
ketersediaan
peluang
kerja.Sedangkan
untuk
Rasio
kesempatan kerja terhadap penduduk usia kerja tidak mencapai target,
karena kesempatan kerja yang terdaftar tidak sesuai dengan kualifikasi
pencari kerja.
o Rata-rata lama tinggal wisatawan nusantara, karena Wisnus di Jawa
Tengah didominasi pergerakan wisatawan antar daerah.
o Nilai Impor non migas karena impor barang modal dan bahan baku belum
bisa dipenuhi dari dalam negeri; untuk Cakupan bina kelompak
pedagang/usaha informal karena Cakupan bina kelompok berupa bantuan
4
peralatan tidak dapat direalisasikan karena UU No 23/2014 yang
mensyaratkan penerima hibah harus berbadan hukum Indonesia;
o Untuk
meningkatkan
kesejahteraan
petani
diperlukan
revitalisasi
pertanian.
3. Pembangunan Infrastruktur, dilatarbelakangi oleh banyaknya aduan masyarakat
tentang infrastruktur yang rusak, perlunya peningkatan infrastruktur untuk
mendorong roda ekonomi daerah di berbagai sektor pembangunan. Alokasi
anggaran sebesar Rp.2,07 Triliun, realisasi fisik 99,84% dan keuangan 98,56%.
Langkah yang berhasil dilakukan :
o Banyaknya perbaikan jalan dan jembatan yang diukur dari panjang jalan
yang diperbaiki meningkat;
o Terpenuhinya kebutuhan air baku sesuai target;
o Banyaknya normalisasi sungai;
o Menurunnya luas daerah genangan banjir;
o Cakupan pelayanan air minum dan sanitasi meningkat sesuai target;
Yang belum dan tidak berhasil dilakukan :
o Masih kurang banyak penangangan jalan rusak dan irigasi yang rusak;
o Masih banyak kawasan kumuh yang belum tertangani;
o Pembangunan
kawasan
perbatasan
kabupaten/kota
dan
kawasan
strategis yang tertangani masih kurang;
Potensi program yang gagal :
o Tingginya pelanggaraan terhadap rencana tata ruang dan wilayah.
Kendala ketidakberhasilan :
o Alokasi anggaran tidak mencukupi untuk pembangunan infrastruktur yang
lebih banyak;
o Monitoring alih fungsi lahan kurang
o Dalam hal kawasan strategis yang tertangani, karena adanya ketentuan
sebagaimana tertuang dalam UU 23 Tahun 2014 pasal 298 ayat 5 yang
mengatur tentang penerima hibah harus berbadan hukum Indonesia,
sehingga 12 kawasan yang belum berbadan hukum tidak direalisasikan;
5
o Pelanggaran terhadap rencana tata ruang dan wilayah karena faktor
pengawasan dan penegakan hokum yang masih kurang;
4. Kedaulatan Pangan, dilatarbelakangi oleh Jateng sebagai lumbung beras
nasional, kebutuhan swasembada daging, swasembada gula, alih fungsi lahan dan
alih profesi petani yang banyak terjadi, distribusi pupuk yang perlu diawasi, serta
kebutuhan pangan yang meningkat.
Hal yang tercapai :
o Jumlah kelompok masyarakat swakarsa pengamanan sumberdaya
kelautan yang aktif bertambah;
o Produksi perikanan Budidaya meningkat dengan tingkat konsumsi ikan
dan luas penanaman Mangrove juga bertambah;
o Produksi Padi; Jagung;Bawang merah; Cabe besar; Kopi meningkat;
o Jumlah Balai Penyuluhan yang berkualitas dan penumbuhan Posluhdes
bertambah didukung jumlah penyuluh yang memiliki kompetensi sesuai
bidang keahliannya;
o Ketersediaan pangan utama Beras meningkat;
Hal yang belum tercapai :
o Produksi perikanan tangkap masih kurang optimal, karena terbitnya
Permen KP No PER.02/PERMEN-KP/2015 Tanggal
9 Januari 2015
Tentang Pelarangan Penggunaan Alat Penangkap Ikan Hela dan Pukat
Tarik diwilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia.
o Produksi kedele, tebu dan daging kurang.
o Fluktuatif harga bahan pangan;
o Tingkat kesejahteraan petani yang diukur melalui Nilai Tukar Petani
(NTP). NTP Tahun 2015 sebesar 100,24 lebih rendah dari tahun 2014
sebesar 100,65 dan jauh dari target 2015 dalam RPJMD sebesar102,36.
Potensi program gagal :
o Kartu Tani dan Kartu Nelayan belum optimal;
6
Kendala :
o Produksi perikanan tangkap masih kurang optimal, karena terbitnya
Permen KP No PER.02/PERMEN-KP/2015 Tanggal
9 Januari 2015
Tentang Pelarangan Penggunaan Alat Penangkap Ikan Hela dan Pukat
Tarik diwilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia.
o Tidak tercapainya target Produksi kedele, karena terjadi alih komoditas
dari
kedele
ke
kacang
hijau
yang
dari
sisi
harga
jual
lebih
menguntungkan; untuk Produksi tebu karena menurunnya harga gula
pada Tahun 2014 sehingga petani tebu beralih komoditas; sedangkan
produksi daging, karena adanya kebijakan pembatasan impor sapi oleh
pemerintah pusat serta penurunan struktur ternak sapi siap potong.
o Penerbitan Kartu Tani dan Kartu Nelayan perlu adanya dukungan dari
kabupaten/kota sehingga pendataan cepat selesai dan perlu didukung
sinkronisasi program antar instansi agar bermanfaat secara optimal.
5. Kedaulatan Energi, dilatarbelakangi oleh ancaman krisis listrik, geostrategic
Jateng yang berada di tengah sehingga cocok sebagai sumber listrik penyangga
jaringan Jawa Madura Bali.Alokasi anggaran sebesar Rp.41,23 Miliar, realisasi fisik
99,94% dan keuangan 94,74%.
Yang berhasil dilakukan :
o Luasan pertambangan tanpa ijin yang ditertibkan;
o Mitigasi bencana alam geologi;
o Pemanfaatan energi baru terbarukan terhadap total konsumsi energi;
serta Rasio elektrifikasi.
Yang belum berhasil :
o Rasio elektrifikasi dan tingkat pelanggan listrik di perdesaan masih belum
optimal, karena masih sekitar 2.000 dusun belum teraliri listrik;
o Potensi sumber daya alam sebagai bahan bakar terbaharukan perlu
ditingkatkan, seperti biogas, PLTMH, tenaga surya, panas bumi, dsb;
o Banyaknya pertambangan illegal.
7
Potensi program yang gagal :
o Investasi pembangkit listrik terbaharukan, seperti PLTS, PLT Panas Bumi
di beberapa lokasi
Kendala :
o Kebutuhan anggaran untuk energy terbaharukan masih tinggi seperti
pembangunan PLTMH, tenaga surya dan panas bumi, sementara
investasi di bidang energy masih kurang;
o Penolakan warga terkait pembangunan pembangkit listrik baru;
o Investasi pembangkit listrik terbaharukan, seperti PLTS, PLT Panas Bumi
di beberapa lokasi masih perlu banyak kajian teknis dan terkait dengan
prosedur perijinan dengan pusat;
o Pengawasan dan penegakan regulasi penertiban tambang kurang
optimal.
6. Tata
Kelola
Pemerintahan/Reformasi
Birokrasi,
Demokratisasi
dan
Kondusivitas Daerah.
-
Reformasi Birokrasi dilatarbelakangi oleh tekad untuk mewujudkan Good
Governance dan Clean Government, serta banyaknya Aduan Masyarakat Terkait
Pelayanan yang Kurang Prima serta masih adanya pungli dan penataan
birokrasi;
-
Demokratisasi,
dilatarbelakangi
oleh
adanya
pemilu
kada
di
beberapa
kabupaten/kota, meningkatkan kesadaran politik masyarakat, perlunya politik
legislasi dan politik anggaran yang sinergis antara legislatif dan eksekutif untuk
mendorong program pembangunan yang manfaat;
-
Kondusivitas daerah karena banyaknya keragamaan di Jawa Tengah dan terkait
dengan potensi – potensi konflik SARA
Yang sudah dilakukan :
o Persentase penindakan penyelenggaraan Perda;
o Pengendalian kinerja SKPD berjalan baik;
o Adanya Desk Pemilukada;
8
o MoU dan tindaklanjut kerjasama luar negeri tetap berlangsung ;
o Persentase aset yang dikelola dengan baik meningkat;
o Jumlah SKPD yang menerapkan SPIP semakin banyak;
o Penyelenggaraan Promosi Jabatan secara Terbuka;
o Persentase tenaga pemeriksa dan aparat pengawasan yang professional
meningkat;
o Jumlah PNS yang mengikuti Diklat dan Tugas Belajar meningkat.
o Kondusivitas daerah Provinsi Jawa Tengah di 35 kabupaten/kota;
o Meningkatnya
efektivitas
penyelenggaraan
pembangunan
bidang
ketahanan ideologi negara, wawasan kebangsaan, bela negara, nilai-nilai
sejarah kebangsaan dan penghargaan kebangsaan skala provinsi di 35
kabupaten/kota;
o Persentase
penanganan
konflik
sosial;
serta
Pengendalian
dan
penanganan ketentraman dan ketertiban umum di 35 kabupaten/kota.
Yang belum berhasil dilakukan :
o Opini WTP kabupaten/kota masih perlu ditingkatkan.
o Rasio jumlah Ratih/Linmas dengan jumlah penduduk masih kurang.
Potensi program yang gagal :
o Peningkatan PAD tidak mencapai target;
o Persentase penggunaan hak pilih dalam Pemilukada kabupaten/kota
masih perlu ditingkatkan;
Kendala :
o Opini WTP kabupaten/kota tidak mencapai target, karena pencapaian
opini WTP pada kabupaten/kota tergantung pada komitmen, kemampuan
dan kesiapan kabupaten/kota.
o untuk Rasio jumlah Ratih/Linmas dengan jumlah penduduk tidak
mencapai target, karena kurangnya minat masyarakat untuk menjadi
anggota Linmas.
o Tidak tercapainya target Peningkatan PAD, karena obyek pajak baru turun
sebanyak 113.203 unit kendaraan bermotor dibandingkan Tahun 2014,
adanya kebijakan mobil murah (LCGC) berdampak pada rendahnya nilai
9
BBNKB per unit kendaraan, adanya kebijakan Subsidi Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor bagi angkutan umum orang sebesar 70% dan
barang sebesar 50% dan adanya penurunan nilai jual Bahan Bakar
Kendaraan.
o Tidak tercapainya target Persentase penggunaan hak pilih dalam
Pemilukada kabupaten/kota, karena waktu sosialisasi yang terlalu pendek,
dukungan sosialisasi dari SKPD lain (Humas/Kominfo) dan pemerintah
kabupaten/kota kurang, kendala e-KTP.
B. Peran Pejabat Struktural di Bidang Reformasi Birokrasi
Terhadap ke- enam isu strategi yang ada di Jawa Tengah, peran utama yang dilakukan
untuk menangan isu strategi tersebut antara lain :
1) Dalam aspek keuangan :
a. Mengawal dan mendampingi penyusunan APBD Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah secara intens sehingga outputnya APBD dapat disahkan
tepat waktu dan mendorong program dan kegiatan pemerintah di semua
SKPD
sehingga
berjalan
lancar
setiap
tahunnya,
dalam
rangka
pencapaian visi misi pembangunan di daerah;
2) Dalam aspek organisasi dan kepegawaian :
a. koordinasi yang efektif dan terstruktur dalam meningkatkan pelayanan
publik, misalnya penerapan ISO dan Survey Kepuasan Masyarakat
(SKM), serta penerapan keterbukaan informasi terhadap kegiatan –
kegiatan pelayanan, dan aksi percepatan pelayanan publik dalam
melayani masyarakat;
b. Pengawasan melekat kepegawaian disertai sanksi yang tegas terhadap
aparatur yang melanggar sesuai aturan kepegawaian
c. Mendorong
peningkatan
pelayanan
publik
melalui
penerapan
e-
government, penyusunan SOP dan keterbukaan informasi pelayanan;
10
d. Mendorong
dan
meningkatkan
kualitas
pelayanan
publik
melalui
keterbukaan informasi agar SKPD memberdayakan website maupun
brosur.
e. Mendorong SKPD, khususnya lini yang berkaitan langsung dengan
pelayan masyarakat agar memberikan informasi pelayanan dalam bentuk
banner dan sejenisnya secara transparans mengenai prosedur pelayanan,
mulai dari proses lama layanan, harga/tariff, fasilitas layanan hingga
mekanisme aduan/komplain.
f. membentuk layanan pro aktif yang turun ke bawah atau jemput bola ke
masyarakat, seperti pada DPPAD membentuk Samsat Keliling atau
Samsat Mall;
g. Menyusun dan menyempurnakan Standar Operasional Prosedur (SOP)
agar dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal ;
h. Mendukung percepatan Reformasi birokrasi secara tepat dengan
penerapan e-government, kajian aturan kepegawaian seperti pembuatan
Analisis Beban Kerja, Pengawasan Pegawai, Kode Etik ASN, dan
sebagainya;
11
CAPAIAN VISI DAN MISI PEMPROV. JATENG
Visi Jawa Tengah yang Sejahtera dan Berdikari masih kurang tercapai secara optimal.
Kesejahteraan belum bisa diwujudkan dari beberapa indicator, antara lain capaian
kemiskinan dan pengangguran yang tidak sesuai target RPJMD 2013-2018. Capaian
visi tersebut didasarkan pada implementasi misi yang masih kurang optimal.
1) Misi Ke – 1 Membangun Jawa Tengah Berbasis Trisakti Bung Karno, Berdaulat di
Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang
Kebudayaan.
Di bidang politik upaya demokratisasi belum berjalan dengan baik, terbukti
dengan tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilu Kada masih berada di
bawah target KPUD;
Di bidang Ekonomi beberapa indicator masih kurang tercapai seperti
target penurunan kemiskinan, target penurunan pengangguran, NTP yang
menurun dan sebagainya;
Di bidang Kebudayaan, setidaknya budaya kerja aparatur semakin baik
dengan diberlakukannya beberapa aturan kepegawaian;
Terobosan yang bisa dilakukan :
Dalam bidang politik, memberikan pehamaman dan sosialisasi kepada
para aparatur untuk bersikap netral dalam setiap pelaksanaan pemilu
kada sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku, serta
membantu upaya sosialisasi kepada masyarakat;
Dalam bidang ekonomi dan kebudayaan, memberikan support yang
dituangkan dalam program – program peningkatan ekonomi dan program
kebudayaan melalui supply anggaran pada saat penyusunan APBD.
2) Misi Ke – 2 Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan,
Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran secara kontekstual sesuai bidang
saudara
12
Angka Penurunan Kemiskinan dan Pengangguran belum memenuhi target
RPJMD 2013-2018
Terobosan yang bisa dilakukan :
Dapat mendorong terbukanya lowongan pekerjaan dengan merekrut dari
tenaga outsourcing;
3) Misi Ke – 3 Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah
yang Bersih, Jujur dan Transparan, “ Mboten Korupsi Mboten Ngapusi ” sesuai
porsi SKPD saudara
Disiplin dan etos kerja meningkat
Pelayanan publik lebih baik didukung dengan penerapan budaya kerja dan
aplikasi e-government
Terobosan yang bisa dilakukan :
Mendorong peningkatan disiplin pegawai dengan menerapkan sanksi yang
tegas;
Mendorong kesadaran untuk melakukan pelaporan gratifikasi, LHKPN dan
LHKASN kepada semua aparatur sesuai ketentuan yang berlaku;
Meningkatkan transparansi dan kemudahan dalam rangka memfasilitasi
penyelesaian hak para PNS, seperti kenaikan pangkat, proses pensiun,
masa persiapan pensiun, penghargaan PNS, penyesuaian masa kerja, dsb;
Memfasilitasi proses penerimaan Calon Praja IPDN dengan menggunakan
mekanisme dan prosedur sesuai yang telah ditetapkan;
Mendorong untuk memupuk kepribadian setiap aparatur agar PNS
mempunyai integritas yang tinggi;
4) Misi Ke – 4 Memperkuat Kelembagaan Sosial Masyarakat untuk Meningkatkan
Persatuan dan Kesatuan
Peningkatan pendidikan wawasan kebangsaan kepada masyarakat;
Sosialiasi kesadaran berpolitik dalam memberikan suara pada Pemilu
Kada;
Terobosan yang bisa dilakukan :
13
Mengefektifkan sosialisasi dan pendidikan kebangsaan melalui berbagai
media dengan memberdayakan bidang kehumasan ;
5) Misi Ke – 5 Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan
dan Proses Pembangunan yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak;
Musrenbang sudah dilaksanakan, bahkan dilaksanakan di tingkat wilayah
(eks-Karesidenan) dan dilakukan secara terbuka
Terobosan yang bisa dilakukan :
memfasilitasi berbagai kalangan atau stakeholder terkait agar memberikan
masukan untuk kemudian masukan tersebut didata dan menjadi bahan
pertimbangan kebijakan dalam penentuan RAPBD;
6) Misi Ke – 6 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi Kebutuhan
Dasar Masyarakat
Pelayanan publik langsung masih banyak dikeluhkan karena prosedur yang
berbelit;
Tidak terbukanya informasi pelayanan kepada masyarakat;
Adanya pungli;
Terobosan yang bisa dilakukan :
Mendorong
dan
meningkatkan
kualitas
pelayanan
publik
melalui
keterbukaan informasi agar setiap SKPD memberdayakan website maupun
brosur.
Mendorong SKPD, khususnya institusi yang berkaitan langsung dengan
pelayan masyarakat agar memberikan informasi pelayanan dalam bentuk
banner dan sejenisnya secara transparans mengenai prosedur pelayanan,
mulai dari proses lama layanan, harga/tariff, fasilitas layanan hingga
mekanisme aduan/komplain.
Menyusun dan menyempurnakan Standar Operasional Prosedur (SOP)
agar dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal, mempersempit
ruang adanya pungli;
14
Merekomendasikan dibentuknya biro jasa – biro jasa untuk mewadahi para
calo agar tidak timbul ekonomi biaya tinggi;
7) Misi Ke – 7 Membangun Infrastruktur untuk Mempercepat Pembangunan Jawa
Tengah yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan
Masih banyak jalan, jembatan dan sanitasi yang belum tertangani
Belum banyak pelanggaran alih fungsi lahan dan penggunaan lahan yang
merusak lingkungan hidup belum tertangani;
Terobosan yang bisa dilakukan :
memfasilitasi dan memberikan support program – program pembangunan
infrastruktur melalui supply anggaran pada saat penyusunan APBD
Merekomendasikan pembentukan satgas pengawasan lingkungan
15
TEROBOSAN MENCAPAI VISI MISI JATENG 2018
Dalam ARAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
KEPELOPORAN KEPEMIMPINAN
Berdasarkan pengamatan secara sederhana terhadap apa yang menjadi perhatian di
lingkungan aparatur dan masyarakat, pemimpin yang direspon baik adalah yang sederhana,
dekat, tegas dan nguwong-ake, sebagaimana sikap Bapak Gubernur yang sederhana,
membuka kran lebar terhadap aduan masyarakat, tegas menindak pungli di jembatan timbang,
serta memperjuangkan kebutuhan masyarakat dan aparatur.
Kepeloporan tersebut terus saya upayakan secara nyatadi lingkungan kerja dan
masyarakat. Sederhana dalam arti tidak bermewah – mewahan sehingga lebih tampil apa
adanya, dan tidak mengada – ada. Dan kepeloporan tersebut saya awali dengan selalu tampil
apa adanya baik secara fisik seperti cara berpakaian hingga dalam bekerja. Sederhana juga
tidak mengharapkan berbagai imbalan, maka saya tekankan kepada jajaran, bahwa Humas
harus No Pungli. Dalam bekerja juga harus apa adanya, termasuk penyusunan SPJ dan
pembelannjaan harus apa adanya, tidak perlu ada potongan dan sebagainya. Ini yang saya
tekankan dan Alhamdulillah sampai dengan saat ini hal ini tetap berjalan sebagimana mestinya.
Sedangkan untuk dekat terhadap orang yang dilayani maka saya mengimbau semua jajaran
untuk ramah dan komunikatif kepada siapa saja. Saya pun akan selalu terbuka kepada siapa
pun, termasuk kepada rekan pers.
Tegas artinya berani menindak hal yang menyimpang seperti memberikan rekomendasi sanksi
terhadap setiap pelanggaran pegawai berdasarkan aturan yang ada. Dan nguwong-ke artinya
memperhatikan perasaan dan kebutuhan masyarakat dan bawahan, seperti dengan membawa
aspirasi bawahan dan masyarakat sebagai bahan kajian kebijakan, misalnya tentang reward
pegawai, tentang sikap pelayanan birokrasi yang dibutuhkan masyarakat. Sikap seperti itulah
yang diapresiasi bawahan dan masyarakat.
Dampak dari penerapan sikap tersebut adalah dengan adanya rutinitas dan secara
kontinyu tindakan – tindakan pimpinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan menjadikan
para ASN akan lebih tertib, jujur, mempunyai kesadaran tinggi untuk mengemban tugas dan
melayani masyarakat.
16
BUDAYA KERJA
Dengan hal seperti ini maka para personel, bahkan tamu juga akan selalu teringat tentang
budaya kerja, dan outcome yang didapatkan hingga saat ini absensi dan pelayanan di Biro
Humas berjalan semakin baik, terbukti dengan tingkat absensi yang baik dan tidak adanya
permasalahan tentang pelayanan kehumasan. Dampak yang timbul dari budaya kerja ini
adalah etos kerja personel meningkat dalam memberikan pelayanan informasi dan
kehumasan.
Budaya kerja adalah nilai yang disepakati dalam bekerja, termasuk di dalamnya adalah 10
budaya malu yang sebagaimana diinstruksikan oleh Asisten Administrasi dan Biro Orpeg.
Contoh kreatif dalam membangun budaya kerja di Biro Humas adalah selalu mengingatkan
setiap personel Humas agar memperhatikan nilai budaya kerja yang sudah ada, termasuk
disiplin pegawai dan aturan – aturan kepegawaian sebagai budaya kerja. Output nyata dalam
membentuk budaya kerja ini adalah menempatkan banner 10 budaya malu di lingkungan
kerja_
INOVASI PEMECAHAN MASALAH
Terhadap setiap permasalahan yang muncul ketika melaksanakan tugas, upaya yang
dilakukan di luar kebiasaan normative yaitu saya melakukan komunikasi interpersonal dengan
berbagai pihak. Komunikasi tersebut dilakukan dengan para pihak terkait maupun pihak lain
untuk mendapatkan masukan dan mencari jalan keluar terbaik bagi setiap masalah.
INTEGRITAS DIRI DAN LEMBAGA
mengedepankan kejujuran dalam bekerja, yang saya lakukan yaitu :
1) Menjaga integritas diri dan lembaga sangat penting, yang diutamakan dengan
menanamkan nilai jujur dalam bekerja. Contoh nyatanya adalah penggunaan
alokasi dana APBD harus secara riil sesuai apa yang dibelanjakan dan tepat
17
administrasi, sehingga bukan hanya tepat guna dan sasaran tetapi juga tidak
menjadi temuan. Menggunakan alokasi dana anggaran dengan efektif dan
efisien dan bermanfaat tinggi, contoh penggunaan dana perjalanaan dinas
secara riil sesuai dengan peruntukan dan kepentingantugas pokok dan fungsi.
2) Menolak pemberian, baik berupa barang maupun uang, yang berhubungan
dengan jabatan saya. Setiap pemberian hadiah atau gratifikasi yang diserahkan
di kantor dilaporkan kepada Inspektorat;
3) Melakukan kegiatan – kegiatan secara transparan dengan tujuan mendapatkan
control social dari masyarakat.
4) Melakukan pengawasan secara berjenjang kepada jajaran eselon dan staf;
5) Mengevaluasi laporan tentang kedisiplinan pegawai;
6) Melakukan konsolidasi internal tentang penggunaan alokasi anggaran agar
sesuai dengan ketentuan dan secara riil;
7) Melaporkan LHKPN dan mendorong staf mengisi LHKPN;
8) Melakukan pembinaan kepada setiap pegawai dengan pendekatan komunikasi
informal ataupun pada saat rapat agar tetap menjaga integritas,
MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK
Salah satu upaya meningkatkan pelayanan publik adalah dengan pemberdayaan
aparatur atau pegawai yang disiplin. Disiplin pegawai yang tinggi merupakan salah satu indikasi
reformasi birokrasi sehingga harus dipupuk dan dipertahankan agar kualitas dan kompetensi
ASN terjaga. Dengan kedisiplinan maka pegawai sebagai motor pemerintah daerah akan
optimal dalam menjalankan program dan kegiatan sesuai dengan tujuan RPJMD Pemprov
Jateng. Selain itu meningkatkan kedisiplinan dalam kerangka reformasi birokrasi merupakan
salah satu target RPJMD Jawa tengah dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik.
Adanya penerapan sanksi sesuai ketentuan, perhatian kepada ASN melalui penerapan
reward dan punishment sesuai ketentuan, maka ASN semakin disiplin dan etos kerjanya
meningkat. Disamping itu, model e-government di berbagai sektor perlu untuk dikembangkan
lebih sempurna, mengarah ke tingkat kesesuaiannya terhadap kemudahan akses masyarakat.
18
UPAYA MENDORONG PENCAPAIAN VISI
Usaha kreatif untuk mendorong pencapaian visi Jateng Sejahtera dan Berdikari, meliputi :
-
Mengawal dan mendampingi penyusunan APBD Pemerintah Provinsi Jawa Tengah secara
intens sehingga outputnya APBD dapat disahkan tepat waktu dan mendorong program dan
kegiatan pemerintah di semua SKPD sehingga berjalan lancar setiap tahunnya, dalam
rangka pencapaian visi misi pembangunan di daerah;
-
Mempercepat reformasi birokrasi untuk membentuk etos kerja aparatur yang lebih baik
dengan meningkatkan pelayanan publik melalui keterbukaan informasi layanan sepeti
pemasangan banner sebagai informasi. Selain itu etos kerja juga ditingkatkan dengan
penerapan disiplin pegawai melalui adanya berbagai aturan, termasuk terujun langsung
mensosialisasikan budaya kerja aparatur;
-
Meningkatkan kesadaran untuk mempunyai integritas tinggi sehingga mendorong setiap
aparatur menyampaikan LHKPN dan LHKASN;
IMPLEMENTASI MISI KE-1
Membangun Jawa Tengah Berbasis Trisakti Bung Karno, Berdaulat di Bidang Politik,
Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan.
Dalam bidang politik, memberikan pehamaman dan sosialisasi kepada para
aparatur untuk bersikap netral dalam setiap pelaksanaan pemilu kada sesuai dengan
aturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam bidang ekonomi dan kebudayaan, memberikan support yang dituangkan
dalam program – program peningkatan ekonomi dan program kebudayaan melalui
supply anggaran pada saat penyusunan APBD.
19
IMPLEMENTASI MISI KE-2
Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan
Aturan terhadap Pegawai Pemerintah dengan Pernjanjian Kerja (PPPK) selama ini
memang belum turun, sedangkan untuk penambahan tenaga honorer maupun CPNS tidak
dimungkinkan, khususnya untuk kebutuhan – kebutuhan teknis.
Oleh sebab itu, ketika SKPD/Biro membutuhkan tenaga kerja tambahan, maka saran
yang diberikan adalah penggunaan tenaga kerja outsourcing melalui system dan ketentuan
yang berlaku. Penggunaan tenaga kontrak non PNS ini tentunya dilakukan dengan adanya
lowongan pekerjaan, sehingga walaupun kecil akan mengurangi jumlah pengangguran di Jawa
Tengah.
IMPLEMENTASI MIS KE-3
Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah yang Bersih, Jujur
dan Transparan, “ Mboten Korupsi Mboten Ngapusi ”
Mendorong peningkatan disiplin pegawai dengan menerapkan sanksi yang tegas;
Mendorong kesadaran untuk melakukan pelaporan gratifikasi, LHKPN dan LHKASN
kepada semua aparatur sesuai ketentuan yang berlaku;
Meningkatkan
transparansi
dan
kemudahan
dalam
rangka
memfasilitasi
penyelesaian hak para PNS, seperti kenaikan pangkat, proses pensiun, masa
persiapan pensiun, penghargaan PNS, penyesuaian masa kerja, dsb
Mendorong untuk memupuk kepribadian setiap aparatur agar PNS mempunyai
integritas yang tinggi;
20
IMPLEMENTASI MISI KE-4
Memperkuat Kelembagaan Sosial Masyarakat untuk Meningkatkan Persatuan dan
Kesatuan
Membina dan bermitra dengan Lembaga Masyarakat yang bermakna positif
IMPLEMENTASI MISI KE-5
Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan dan Proses
Pembangunan yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak
Dalam penyusunan program kerja pembangunan, pada saat pelaksanaan musrenbang
memfasilitasi berbagai kalangan atau stakeholder terkait agar memberikan masukan untuk
kemudian masukan tersebut didata dan menjadi bahan pertimbangan kebijakan dalam
penentuan RAPBD.
IMPLEMENTASI MISI KE-6
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar Masyarakat
Mendorong dan meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui keterbukaan
informasi agar setiap SKPD memberdayakan website maupun brosur.
Menyusun dan menyempurnakan Standar Operasional Prosedur (SOP) agar
dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal.
IMPLEMENTASI MISI KE-7
Membangun Infrastruktur untuk Mempercepat Pembangunan Jawa Tengah yang
Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan
memfasilitasi dan memberikan support program – program pembangunan infrastruktur
melalui supply anggaran pada saat penyusunan APBD.
21
STRATEGI KEBIJAKAN TERKAIT KRISIS ANGGARAN
1) Penghematan anggaran, langkahnya adalah pembelian barang yang tidak
urgent dibutuhkan untuk ditunda;
2) Rasionalisasi anggaran, langkah yang dilakukan yaitu kegiatan yang
dilakukan berulang, untuk dilakukan pemangkasan. Contoh kegiatan rapat
dan sosialisasi.
3) Penundaan kegiatan, langkah yang dilakukan menunda kegiatan yang
sifatnya tidak urgent atau membahayakan. Contoh pengecatan gedung.
4) Upaya meningkatkan pendapatan. Salah satu upaya untuk meningkatkan
pendapatan secara instan adalah dengan mengoptimalkan pendapatan dari
sektor asset daerah, seperti tanah dan bangunan. Pendapatan dari asset
daerah ini bisa didapatkan dengan mengagunkan sertifikat tanah dan
bangunan milik Pemprov kepada Bank Indonesia. Namun, konsekuensi yang
harus disiapkan ke depan adalah perlu meningkatkan target pendapatan dan
mengalokasikan anggaran untuk pembayaran angsuran atau menebus
agunan tersebut.
5) Untuk mendukung efektivitas pembahasan RAPBD, menyampaikan KUAPPAS / KUPA-PPAS tepat pada jadwalnya,
6) Mengusulkan upaya optimalisasi asset – asset (Barang Milik Daerah) agar
mendukung peningkatan pendapatan daerah melalui promosi secara kontinyu
di berbagai media secara terbuka, termasuk transparansi harga dan prosedur
serta penerapan IT;
7) Penerbitan obligasi daerah, surat utang dan surat saham Perusda yang go
publik;
NB : iki contoh soal problem solving Promosi Terbuka Jabatan Pimpinan
22
DALAM RPJMD 2013 - 2018
Secara makro permasalahan yang dihadapi Provinsi Jawa Tengah bisa dilihat dari
berbagai sektor. Mulai dari kemiskinan, pengangguran, hingga masalah bencana alam, yang
kurang lebih ada 21 sektor pembangunan. Dari permasalahan-permasalahan ini dapat
dikerucutkan menjadi 6 (enam) isu strategis daerah, yaitu :
1. Kemiskinan ;
2. Pengangguran;
3. Pembangunan Infrastruktur;
4. Kedaulatan Pangan;
5. Kedaulatan Energi;
6. Tata Kelola Pemerintahan/Reformasi Birokrasi, Demokratisasi dan Kondusivitas
Daerah.
A. Capaian Kinerja Pembangunan Terhadap Penanganan Isu Strategis
1. Kemiskinan dilatarbelakangi oleh kesejahteraan, akses pendidikan, kesehatan.
Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah pada bulan September 2015 tercatat
13,32% atau sebesar 4,505 juta jiwa. Jumlah ini menurun dibanding keadaan
September 2014 yaitu 13,58% atau sebesar 4,561 juta jiwa. Penurunan ini setara
dengan 0,265%
tetapimasih belum sesuai harapan atau target Tahun 2015 di
RPJMD sebesar 9,05%-8,75%.
Langkah yang telah dilakukan dan berhasil, antara lain :
o perbaikan RTLH/ Rumah Tidak Layak Huni;
o Pendekatan pembangunan berdimensi kewilayahan, pengembangan pusat
kawasan perdesaan,Peningkatan infrastruktur dasar perdesaan melalui
bantuan desa; dan Penanganan lintas sektor terhadap
o Persentase Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa yang tertangani
o Perluasan cakupan pelayanan sosial dasar melalui kegiatan pemberian
bantuan pendidikan bagi siswa miskin,
o Peningkatan pelayanan kesehatan,
Langkah yang kurang berhasil atau tidak berhasil :
o Masih kurangnya Jumlah prasarana dan sarana dasar perumahan yang
tertangani;
o Persentase kawasan permukiman kumuh yang tertangani masih rendah,
karena kawasan kumuh mencapai 9.331 ha di 703 kawasan
o Penanganan RTLH sejumlah 1.723.500 unit yang tersebar di 35 kab/kota
perlu disinkronkan dengan program kab/kota;
o Tidak tercapainya target Jumlah KB Mandiri, Persentase usaha
peningkatan pendapatan keluarga sejahtera ber KB tidak mencapai target
maupun Jumlah Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga yang aktif
masih kurang;
Potensi program yang gagal :
o Pembangunan BUMDes, Pasar desa yang direvitalisasi dan Usaha
Ekonomi Desa-Simpan Pinjam yang aktif belum terrealisasi;
o Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang
belum tersentuh;
o Sinkronisasi BPJS dengan Jamkesda;
o Penanganan penyakit berbahaya, seperti kasus DBD yang tinggi;
o Angka Kematian Ibu masih tinggi;
Kendala ketidakberhasilan :
o ketentuan undang-undang 23 Tahun 2014 pasal 298ayat 5 yang mengatur
penerima
hibah
harus
berbadan
hukum
Indonesia,
mempersulit
pemberian bantuan kepada sasaran keluarga miskin, bantuan sarpras
perumahan dan pemukiman kumuh, pemberian bantuan kelompok
masyarakat perdesaan dalam memberdayakan BUMDes, KUD dsb;
o Persentase usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera ber KB
tidak mencapai target, karena Kesadaran anggota UPPKS keluarga pra
KS dan KS1 masih rendah.
2
o Tidak tercapainya target Jumlah KB Mandiri, karena adanya akseptor KB
yang beralih dari KB Mandiri ke KB Jalur Pemerintah sebagai peserta
BPJS;
o Penangangan DBD dalam hal antisipatif belum banyak dilakukan
masyarakat seperti Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk, belum
ditemukannya obat DBD, tingginya biaya fogging;
o Sistem rujukan dan jaminan kesehatan belum berjalan dengan optimal
untuk tindakan penanganan penyebab kematian ibu (AKI).
2. Pengangguran, dilatarbelakangi
kurangnya
pemberdayaan berbagai sektor
ekonomi, ketimpangan sosial. Kemiskinan dan pengangguran mempunyai relasi
sangat kuat, artinyadikala pengangguran bertambah maka kemiskinan pun akan
bertambah.Jumlah penganggur di Jawa Tengah pada Tahun 2015 tercatat
sebesar 863.783 orang atau 4,99%. Jumlah ini menurun dibandingkan kondisi
tahun sebelumnya yaitu sebanyak 996.334 orang atau 5,68%. IPM di Jawa Tengah
pada Tahun 2014 sebesar 68,78, lebih baik dibandingkan Tahun 2013 sebesar
68,02, namun masih di bawah IPM Nasional sebesar 68,90. Tingkatpengangguran
pada Tahun 2015 sebesar 4,99%, relatif masih lebih tinggidibandingkan target
RPJMD 4,93%-4,62%
Langkah yang berhasil dilakukan :
o Jumlah nilai investasi PMA/PMDN meningkat sehingga membuka
lapangan pekerjaan baru;
o Peningkatan jumlah Koperasi Aktif, pemberdayaan Produk OVOP,
fasilitasi kredit, pemberdayaan SDM pelaku UMKM dan pemasaran
produk KUMKM;
o Rasio Upah minimum dibanding Kebutuhan Hidup Layak tercapai;
o Jumlah kasus dan status penyelesaian Hubungan Industrialtercapai;
o Jumlah Kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara
meningkat, ;
3
o Nilai Ekspor non migas;Ketersediaan data harga jenis komoditas bahan
pokok; dan Persentase penyelesaian sengketa konsumen melalui Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen kabupaten/kota berjalan dengan baik;
Langkah yang kurang berhasil atau tidak berhasil :
o Rasio daya serap tenaga kerja tidak sesuai harapan, dan tingkat
pengangguran terbuka tinggi;
o Rata-rata
lama
mancanegara,
tinggal
serta
wisatawan
nusantara
Rata-ratapengeluaran
dan
belanja
wisatawan
wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantaramasih kurang;
o Pengendalian nilai Impor non migas kurang, sehingga masih adanya
impor barang modal dan bahan baku yang belum bisa dipenuhi dari dalam
negeri;
o Pertumbuhan IndustriBesar, Kecil dan Menengahmasih kurang optimal
seperti adanya Jumlah klaster logam, mesin, tekstil; Klaster agro kimia
dan hasil hutan; Klaster komponen otomotif, elektronika dan aneka;serta
Pengembangan kelembagaan usaha industri.
Potensi program yang gagal :
o -
Kendala ketidakberhasilan :
o Rasio daya serap tenaga kerja tidak sesuai harapan, karena investasi
yang masuk lebih banyak pada industri padat modal.
o Tingkat pengangguran terbuka, karena penambahan angkatan kerja tidak
sebanding
ketersediaan
peluang
kerja.Sedangkan
untuk
Rasio
kesempatan kerja terhadap penduduk usia kerja tidak mencapai target,
karena kesempatan kerja yang terdaftar tidak sesuai dengan kualifikasi
pencari kerja.
o Rata-rata lama tinggal wisatawan nusantara, karena Wisnus di Jawa
Tengah didominasi pergerakan wisatawan antar daerah.
o Nilai Impor non migas karena impor barang modal dan bahan baku belum
bisa dipenuhi dari dalam negeri; untuk Cakupan bina kelompak
pedagang/usaha informal karena Cakupan bina kelompok berupa bantuan
4
peralatan tidak dapat direalisasikan karena UU No 23/2014 yang
mensyaratkan penerima hibah harus berbadan hukum Indonesia;
o Untuk
meningkatkan
kesejahteraan
petani
diperlukan
revitalisasi
pertanian.
3. Pembangunan Infrastruktur, dilatarbelakangi oleh banyaknya aduan masyarakat
tentang infrastruktur yang rusak, perlunya peningkatan infrastruktur untuk
mendorong roda ekonomi daerah di berbagai sektor pembangunan. Alokasi
anggaran sebesar Rp.2,07 Triliun, realisasi fisik 99,84% dan keuangan 98,56%.
Langkah yang berhasil dilakukan :
o Banyaknya perbaikan jalan dan jembatan yang diukur dari panjang jalan
yang diperbaiki meningkat;
o Terpenuhinya kebutuhan air baku sesuai target;
o Banyaknya normalisasi sungai;
o Menurunnya luas daerah genangan banjir;
o Cakupan pelayanan air minum dan sanitasi meningkat sesuai target;
Yang belum dan tidak berhasil dilakukan :
o Masih kurang banyak penangangan jalan rusak dan irigasi yang rusak;
o Masih banyak kawasan kumuh yang belum tertangani;
o Pembangunan
kawasan
perbatasan
kabupaten/kota
dan
kawasan
strategis yang tertangani masih kurang;
Potensi program yang gagal :
o Tingginya pelanggaraan terhadap rencana tata ruang dan wilayah.
Kendala ketidakberhasilan :
o Alokasi anggaran tidak mencukupi untuk pembangunan infrastruktur yang
lebih banyak;
o Monitoring alih fungsi lahan kurang
o Dalam hal kawasan strategis yang tertangani, karena adanya ketentuan
sebagaimana tertuang dalam UU 23 Tahun 2014 pasal 298 ayat 5 yang
mengatur tentang penerima hibah harus berbadan hukum Indonesia,
sehingga 12 kawasan yang belum berbadan hukum tidak direalisasikan;
5
o Pelanggaran terhadap rencana tata ruang dan wilayah karena faktor
pengawasan dan penegakan hokum yang masih kurang;
4. Kedaulatan Pangan, dilatarbelakangi oleh Jateng sebagai lumbung beras
nasional, kebutuhan swasembada daging, swasembada gula, alih fungsi lahan dan
alih profesi petani yang banyak terjadi, distribusi pupuk yang perlu diawasi, serta
kebutuhan pangan yang meningkat.
Hal yang tercapai :
o Jumlah kelompok masyarakat swakarsa pengamanan sumberdaya
kelautan yang aktif bertambah;
o Produksi perikanan Budidaya meningkat dengan tingkat konsumsi ikan
dan luas penanaman Mangrove juga bertambah;
o Produksi Padi; Jagung;Bawang merah; Cabe besar; Kopi meningkat;
o Jumlah Balai Penyuluhan yang berkualitas dan penumbuhan Posluhdes
bertambah didukung jumlah penyuluh yang memiliki kompetensi sesuai
bidang keahliannya;
o Ketersediaan pangan utama Beras meningkat;
Hal yang belum tercapai :
o Produksi perikanan tangkap masih kurang optimal, karena terbitnya
Permen KP No PER.02/PERMEN-KP/2015 Tanggal
9 Januari 2015
Tentang Pelarangan Penggunaan Alat Penangkap Ikan Hela dan Pukat
Tarik diwilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia.
o Produksi kedele, tebu dan daging kurang.
o Fluktuatif harga bahan pangan;
o Tingkat kesejahteraan petani yang diukur melalui Nilai Tukar Petani
(NTP). NTP Tahun 2015 sebesar 100,24 lebih rendah dari tahun 2014
sebesar 100,65 dan jauh dari target 2015 dalam RPJMD sebesar102,36.
Potensi program gagal :
o Kartu Tani dan Kartu Nelayan belum optimal;
6
Kendala :
o Produksi perikanan tangkap masih kurang optimal, karena terbitnya
Permen KP No PER.02/PERMEN-KP/2015 Tanggal
9 Januari 2015
Tentang Pelarangan Penggunaan Alat Penangkap Ikan Hela dan Pukat
Tarik diwilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia.
o Tidak tercapainya target Produksi kedele, karena terjadi alih komoditas
dari
kedele
ke
kacang
hijau
yang
dari
sisi
harga
jual
lebih
menguntungkan; untuk Produksi tebu karena menurunnya harga gula
pada Tahun 2014 sehingga petani tebu beralih komoditas; sedangkan
produksi daging, karena adanya kebijakan pembatasan impor sapi oleh
pemerintah pusat serta penurunan struktur ternak sapi siap potong.
o Penerbitan Kartu Tani dan Kartu Nelayan perlu adanya dukungan dari
kabupaten/kota sehingga pendataan cepat selesai dan perlu didukung
sinkronisasi program antar instansi agar bermanfaat secara optimal.
5. Kedaulatan Energi, dilatarbelakangi oleh ancaman krisis listrik, geostrategic
Jateng yang berada di tengah sehingga cocok sebagai sumber listrik penyangga
jaringan Jawa Madura Bali.Alokasi anggaran sebesar Rp.41,23 Miliar, realisasi fisik
99,94% dan keuangan 94,74%.
Yang berhasil dilakukan :
o Luasan pertambangan tanpa ijin yang ditertibkan;
o Mitigasi bencana alam geologi;
o Pemanfaatan energi baru terbarukan terhadap total konsumsi energi;
serta Rasio elektrifikasi.
Yang belum berhasil :
o Rasio elektrifikasi dan tingkat pelanggan listrik di perdesaan masih belum
optimal, karena masih sekitar 2.000 dusun belum teraliri listrik;
o Potensi sumber daya alam sebagai bahan bakar terbaharukan perlu
ditingkatkan, seperti biogas, PLTMH, tenaga surya, panas bumi, dsb;
o Banyaknya pertambangan illegal.
7
Potensi program yang gagal :
o Investasi pembangkit listrik terbaharukan, seperti PLTS, PLT Panas Bumi
di beberapa lokasi
Kendala :
o Kebutuhan anggaran untuk energy terbaharukan masih tinggi seperti
pembangunan PLTMH, tenaga surya dan panas bumi, sementara
investasi di bidang energy masih kurang;
o Penolakan warga terkait pembangunan pembangkit listrik baru;
o Investasi pembangkit listrik terbaharukan, seperti PLTS, PLT Panas Bumi
di beberapa lokasi masih perlu banyak kajian teknis dan terkait dengan
prosedur perijinan dengan pusat;
o Pengawasan dan penegakan regulasi penertiban tambang kurang
optimal.
6. Tata
Kelola
Pemerintahan/Reformasi
Birokrasi,
Demokratisasi
dan
Kondusivitas Daerah.
-
Reformasi Birokrasi dilatarbelakangi oleh tekad untuk mewujudkan Good
Governance dan Clean Government, serta banyaknya Aduan Masyarakat Terkait
Pelayanan yang Kurang Prima serta masih adanya pungli dan penataan
birokrasi;
-
Demokratisasi,
dilatarbelakangi
oleh
adanya
pemilu
kada
di
beberapa
kabupaten/kota, meningkatkan kesadaran politik masyarakat, perlunya politik
legislasi dan politik anggaran yang sinergis antara legislatif dan eksekutif untuk
mendorong program pembangunan yang manfaat;
-
Kondusivitas daerah karena banyaknya keragamaan di Jawa Tengah dan terkait
dengan potensi – potensi konflik SARA
Yang sudah dilakukan :
o Persentase penindakan penyelenggaraan Perda;
o Pengendalian kinerja SKPD berjalan baik;
o Adanya Desk Pemilukada;
8
o MoU dan tindaklanjut kerjasama luar negeri tetap berlangsung ;
o Persentase aset yang dikelola dengan baik meningkat;
o Jumlah SKPD yang menerapkan SPIP semakin banyak;
o Penyelenggaraan Promosi Jabatan secara Terbuka;
o Persentase tenaga pemeriksa dan aparat pengawasan yang professional
meningkat;
o Jumlah PNS yang mengikuti Diklat dan Tugas Belajar meningkat.
o Kondusivitas daerah Provinsi Jawa Tengah di 35 kabupaten/kota;
o Meningkatnya
efektivitas
penyelenggaraan
pembangunan
bidang
ketahanan ideologi negara, wawasan kebangsaan, bela negara, nilai-nilai
sejarah kebangsaan dan penghargaan kebangsaan skala provinsi di 35
kabupaten/kota;
o Persentase
penanganan
konflik
sosial;
serta
Pengendalian
dan
penanganan ketentraman dan ketertiban umum di 35 kabupaten/kota.
Yang belum berhasil dilakukan :
o Opini WTP kabupaten/kota masih perlu ditingkatkan.
o Rasio jumlah Ratih/Linmas dengan jumlah penduduk masih kurang.
Potensi program yang gagal :
o Peningkatan PAD tidak mencapai target;
o Persentase penggunaan hak pilih dalam Pemilukada kabupaten/kota
masih perlu ditingkatkan;
Kendala :
o Opini WTP kabupaten/kota tidak mencapai target, karena pencapaian
opini WTP pada kabupaten/kota tergantung pada komitmen, kemampuan
dan kesiapan kabupaten/kota.
o untuk Rasio jumlah Ratih/Linmas dengan jumlah penduduk tidak
mencapai target, karena kurangnya minat masyarakat untuk menjadi
anggota Linmas.
o Tidak tercapainya target Peningkatan PAD, karena obyek pajak baru turun
sebanyak 113.203 unit kendaraan bermotor dibandingkan Tahun 2014,
adanya kebijakan mobil murah (LCGC) berdampak pada rendahnya nilai
9
BBNKB per unit kendaraan, adanya kebijakan Subsidi Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor bagi angkutan umum orang sebesar 70% dan
barang sebesar 50% dan adanya penurunan nilai jual Bahan Bakar
Kendaraan.
o Tidak tercapainya target Persentase penggunaan hak pilih dalam
Pemilukada kabupaten/kota, karena waktu sosialisasi yang terlalu pendek,
dukungan sosialisasi dari SKPD lain (Humas/Kominfo) dan pemerintah
kabupaten/kota kurang, kendala e-KTP.
B. Peran Pejabat Struktural di Bidang Reformasi Birokrasi
Terhadap ke- enam isu strategi yang ada di Jawa Tengah, peran utama yang dilakukan
untuk menangan isu strategi tersebut antara lain :
1) Dalam aspek keuangan :
a. Mengawal dan mendampingi penyusunan APBD Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah secara intens sehingga outputnya APBD dapat disahkan
tepat waktu dan mendorong program dan kegiatan pemerintah di semua
SKPD
sehingga
berjalan
lancar
setiap
tahunnya,
dalam
rangka
pencapaian visi misi pembangunan di daerah;
2) Dalam aspek organisasi dan kepegawaian :
a. koordinasi yang efektif dan terstruktur dalam meningkatkan pelayanan
publik, misalnya penerapan ISO dan Survey Kepuasan Masyarakat
(SKM), serta penerapan keterbukaan informasi terhadap kegiatan –
kegiatan pelayanan, dan aksi percepatan pelayanan publik dalam
melayani masyarakat;
b. Pengawasan melekat kepegawaian disertai sanksi yang tegas terhadap
aparatur yang melanggar sesuai aturan kepegawaian
c. Mendorong
peningkatan
pelayanan
publik
melalui
penerapan
e-
government, penyusunan SOP dan keterbukaan informasi pelayanan;
10
d. Mendorong
dan
meningkatkan
kualitas
pelayanan
publik
melalui
keterbukaan informasi agar SKPD memberdayakan website maupun
brosur.
e. Mendorong SKPD, khususnya lini yang berkaitan langsung dengan
pelayan masyarakat agar memberikan informasi pelayanan dalam bentuk
banner dan sejenisnya secara transparans mengenai prosedur pelayanan,
mulai dari proses lama layanan, harga/tariff, fasilitas layanan hingga
mekanisme aduan/komplain.
f. membentuk layanan pro aktif yang turun ke bawah atau jemput bola ke
masyarakat, seperti pada DPPAD membentuk Samsat Keliling atau
Samsat Mall;
g. Menyusun dan menyempurnakan Standar Operasional Prosedur (SOP)
agar dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal ;
h. Mendukung percepatan Reformasi birokrasi secara tepat dengan
penerapan e-government, kajian aturan kepegawaian seperti pembuatan
Analisis Beban Kerja, Pengawasan Pegawai, Kode Etik ASN, dan
sebagainya;
11
CAPAIAN VISI DAN MISI PEMPROV. JATENG
Visi Jawa Tengah yang Sejahtera dan Berdikari masih kurang tercapai secara optimal.
Kesejahteraan belum bisa diwujudkan dari beberapa indicator, antara lain capaian
kemiskinan dan pengangguran yang tidak sesuai target RPJMD 2013-2018. Capaian
visi tersebut didasarkan pada implementasi misi yang masih kurang optimal.
1) Misi Ke – 1 Membangun Jawa Tengah Berbasis Trisakti Bung Karno, Berdaulat di
Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang
Kebudayaan.
Di bidang politik upaya demokratisasi belum berjalan dengan baik, terbukti
dengan tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilu Kada masih berada di
bawah target KPUD;
Di bidang Ekonomi beberapa indicator masih kurang tercapai seperti
target penurunan kemiskinan, target penurunan pengangguran, NTP yang
menurun dan sebagainya;
Di bidang Kebudayaan, setidaknya budaya kerja aparatur semakin baik
dengan diberlakukannya beberapa aturan kepegawaian;
Terobosan yang bisa dilakukan :
Dalam bidang politik, memberikan pehamaman dan sosialisasi kepada
para aparatur untuk bersikap netral dalam setiap pelaksanaan pemilu
kada sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku, serta
membantu upaya sosialisasi kepada masyarakat;
Dalam bidang ekonomi dan kebudayaan, memberikan support yang
dituangkan dalam program – program peningkatan ekonomi dan program
kebudayaan melalui supply anggaran pada saat penyusunan APBD.
2) Misi Ke – 2 Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan,
Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran secara kontekstual sesuai bidang
saudara
12
Angka Penurunan Kemiskinan dan Pengangguran belum memenuhi target
RPJMD 2013-2018
Terobosan yang bisa dilakukan :
Dapat mendorong terbukanya lowongan pekerjaan dengan merekrut dari
tenaga outsourcing;
3) Misi Ke – 3 Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah
yang Bersih, Jujur dan Transparan, “ Mboten Korupsi Mboten Ngapusi ” sesuai
porsi SKPD saudara
Disiplin dan etos kerja meningkat
Pelayanan publik lebih baik didukung dengan penerapan budaya kerja dan
aplikasi e-government
Terobosan yang bisa dilakukan :
Mendorong peningkatan disiplin pegawai dengan menerapkan sanksi yang
tegas;
Mendorong kesadaran untuk melakukan pelaporan gratifikasi, LHKPN dan
LHKASN kepada semua aparatur sesuai ketentuan yang berlaku;
Meningkatkan transparansi dan kemudahan dalam rangka memfasilitasi
penyelesaian hak para PNS, seperti kenaikan pangkat, proses pensiun,
masa persiapan pensiun, penghargaan PNS, penyesuaian masa kerja, dsb;
Memfasilitasi proses penerimaan Calon Praja IPDN dengan menggunakan
mekanisme dan prosedur sesuai yang telah ditetapkan;
Mendorong untuk memupuk kepribadian setiap aparatur agar PNS
mempunyai integritas yang tinggi;
4) Misi Ke – 4 Memperkuat Kelembagaan Sosial Masyarakat untuk Meningkatkan
Persatuan dan Kesatuan
Peningkatan pendidikan wawasan kebangsaan kepada masyarakat;
Sosialiasi kesadaran berpolitik dalam memberikan suara pada Pemilu
Kada;
Terobosan yang bisa dilakukan :
13
Mengefektifkan sosialisasi dan pendidikan kebangsaan melalui berbagai
media dengan memberdayakan bidang kehumasan ;
5) Misi Ke – 5 Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan
dan Proses Pembangunan yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak;
Musrenbang sudah dilaksanakan, bahkan dilaksanakan di tingkat wilayah
(eks-Karesidenan) dan dilakukan secara terbuka
Terobosan yang bisa dilakukan :
memfasilitasi berbagai kalangan atau stakeholder terkait agar memberikan
masukan untuk kemudian masukan tersebut didata dan menjadi bahan
pertimbangan kebijakan dalam penentuan RAPBD;
6) Misi Ke – 6 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi Kebutuhan
Dasar Masyarakat
Pelayanan publik langsung masih banyak dikeluhkan karena prosedur yang
berbelit;
Tidak terbukanya informasi pelayanan kepada masyarakat;
Adanya pungli;
Terobosan yang bisa dilakukan :
Mendorong
dan
meningkatkan
kualitas
pelayanan
publik
melalui
keterbukaan informasi agar setiap SKPD memberdayakan website maupun
brosur.
Mendorong SKPD, khususnya institusi yang berkaitan langsung dengan
pelayan masyarakat agar memberikan informasi pelayanan dalam bentuk
banner dan sejenisnya secara transparans mengenai prosedur pelayanan,
mulai dari proses lama layanan, harga/tariff, fasilitas layanan hingga
mekanisme aduan/komplain.
Menyusun dan menyempurnakan Standar Operasional Prosedur (SOP)
agar dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal, mempersempit
ruang adanya pungli;
14
Merekomendasikan dibentuknya biro jasa – biro jasa untuk mewadahi para
calo agar tidak timbul ekonomi biaya tinggi;
7) Misi Ke – 7 Membangun Infrastruktur untuk Mempercepat Pembangunan Jawa
Tengah yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan
Masih banyak jalan, jembatan dan sanitasi yang belum tertangani
Belum banyak pelanggaran alih fungsi lahan dan penggunaan lahan yang
merusak lingkungan hidup belum tertangani;
Terobosan yang bisa dilakukan :
memfasilitasi dan memberikan support program – program pembangunan
infrastruktur melalui supply anggaran pada saat penyusunan APBD
Merekomendasikan pembentukan satgas pengawasan lingkungan
15
TEROBOSAN MENCAPAI VISI MISI JATENG 2018
Dalam ARAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
KEPELOPORAN KEPEMIMPINAN
Berdasarkan pengamatan secara sederhana terhadap apa yang menjadi perhatian di
lingkungan aparatur dan masyarakat, pemimpin yang direspon baik adalah yang sederhana,
dekat, tegas dan nguwong-ake, sebagaimana sikap Bapak Gubernur yang sederhana,
membuka kran lebar terhadap aduan masyarakat, tegas menindak pungli di jembatan timbang,
serta memperjuangkan kebutuhan masyarakat dan aparatur.
Kepeloporan tersebut terus saya upayakan secara nyatadi lingkungan kerja dan
masyarakat. Sederhana dalam arti tidak bermewah – mewahan sehingga lebih tampil apa
adanya, dan tidak mengada – ada. Dan kepeloporan tersebut saya awali dengan selalu tampil
apa adanya baik secara fisik seperti cara berpakaian hingga dalam bekerja. Sederhana juga
tidak mengharapkan berbagai imbalan, maka saya tekankan kepada jajaran, bahwa Humas
harus No Pungli. Dalam bekerja juga harus apa adanya, termasuk penyusunan SPJ dan
pembelannjaan harus apa adanya, tidak perlu ada potongan dan sebagainya. Ini yang saya
tekankan dan Alhamdulillah sampai dengan saat ini hal ini tetap berjalan sebagimana mestinya.
Sedangkan untuk dekat terhadap orang yang dilayani maka saya mengimbau semua jajaran
untuk ramah dan komunikatif kepada siapa saja. Saya pun akan selalu terbuka kepada siapa
pun, termasuk kepada rekan pers.
Tegas artinya berani menindak hal yang menyimpang seperti memberikan rekomendasi sanksi
terhadap setiap pelanggaran pegawai berdasarkan aturan yang ada. Dan nguwong-ke artinya
memperhatikan perasaan dan kebutuhan masyarakat dan bawahan, seperti dengan membawa
aspirasi bawahan dan masyarakat sebagai bahan kajian kebijakan, misalnya tentang reward
pegawai, tentang sikap pelayanan birokrasi yang dibutuhkan masyarakat. Sikap seperti itulah
yang diapresiasi bawahan dan masyarakat.
Dampak dari penerapan sikap tersebut adalah dengan adanya rutinitas dan secara
kontinyu tindakan – tindakan pimpinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan menjadikan
para ASN akan lebih tertib, jujur, mempunyai kesadaran tinggi untuk mengemban tugas dan
melayani masyarakat.
16
BUDAYA KERJA
Dengan hal seperti ini maka para personel, bahkan tamu juga akan selalu teringat tentang
budaya kerja, dan outcome yang didapatkan hingga saat ini absensi dan pelayanan di Biro
Humas berjalan semakin baik, terbukti dengan tingkat absensi yang baik dan tidak adanya
permasalahan tentang pelayanan kehumasan. Dampak yang timbul dari budaya kerja ini
adalah etos kerja personel meningkat dalam memberikan pelayanan informasi dan
kehumasan.
Budaya kerja adalah nilai yang disepakati dalam bekerja, termasuk di dalamnya adalah 10
budaya malu yang sebagaimana diinstruksikan oleh Asisten Administrasi dan Biro Orpeg.
Contoh kreatif dalam membangun budaya kerja di Biro Humas adalah selalu mengingatkan
setiap personel Humas agar memperhatikan nilai budaya kerja yang sudah ada, termasuk
disiplin pegawai dan aturan – aturan kepegawaian sebagai budaya kerja. Output nyata dalam
membentuk budaya kerja ini adalah menempatkan banner 10 budaya malu di lingkungan
kerja_
INOVASI PEMECAHAN MASALAH
Terhadap setiap permasalahan yang muncul ketika melaksanakan tugas, upaya yang
dilakukan di luar kebiasaan normative yaitu saya melakukan komunikasi interpersonal dengan
berbagai pihak. Komunikasi tersebut dilakukan dengan para pihak terkait maupun pihak lain
untuk mendapatkan masukan dan mencari jalan keluar terbaik bagi setiap masalah.
INTEGRITAS DIRI DAN LEMBAGA
mengedepankan kejujuran dalam bekerja, yang saya lakukan yaitu :
1) Menjaga integritas diri dan lembaga sangat penting, yang diutamakan dengan
menanamkan nilai jujur dalam bekerja. Contoh nyatanya adalah penggunaan
alokasi dana APBD harus secara riil sesuai apa yang dibelanjakan dan tepat
17
administrasi, sehingga bukan hanya tepat guna dan sasaran tetapi juga tidak
menjadi temuan. Menggunakan alokasi dana anggaran dengan efektif dan
efisien dan bermanfaat tinggi, contoh penggunaan dana perjalanaan dinas
secara riil sesuai dengan peruntukan dan kepentingantugas pokok dan fungsi.
2) Menolak pemberian, baik berupa barang maupun uang, yang berhubungan
dengan jabatan saya. Setiap pemberian hadiah atau gratifikasi yang diserahkan
di kantor dilaporkan kepada Inspektorat;
3) Melakukan kegiatan – kegiatan secara transparan dengan tujuan mendapatkan
control social dari masyarakat.
4) Melakukan pengawasan secara berjenjang kepada jajaran eselon dan staf;
5) Mengevaluasi laporan tentang kedisiplinan pegawai;
6) Melakukan konsolidasi internal tentang penggunaan alokasi anggaran agar
sesuai dengan ketentuan dan secara riil;
7) Melaporkan LHKPN dan mendorong staf mengisi LHKPN;
8) Melakukan pembinaan kepada setiap pegawai dengan pendekatan komunikasi
informal ataupun pada saat rapat agar tetap menjaga integritas,
MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK
Salah satu upaya meningkatkan pelayanan publik adalah dengan pemberdayaan
aparatur atau pegawai yang disiplin. Disiplin pegawai yang tinggi merupakan salah satu indikasi
reformasi birokrasi sehingga harus dipupuk dan dipertahankan agar kualitas dan kompetensi
ASN terjaga. Dengan kedisiplinan maka pegawai sebagai motor pemerintah daerah akan
optimal dalam menjalankan program dan kegiatan sesuai dengan tujuan RPJMD Pemprov
Jateng. Selain itu meningkatkan kedisiplinan dalam kerangka reformasi birokrasi merupakan
salah satu target RPJMD Jawa tengah dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik.
Adanya penerapan sanksi sesuai ketentuan, perhatian kepada ASN melalui penerapan
reward dan punishment sesuai ketentuan, maka ASN semakin disiplin dan etos kerjanya
meningkat. Disamping itu, model e-government di berbagai sektor perlu untuk dikembangkan
lebih sempurna, mengarah ke tingkat kesesuaiannya terhadap kemudahan akses masyarakat.
18
UPAYA MENDORONG PENCAPAIAN VISI
Usaha kreatif untuk mendorong pencapaian visi Jateng Sejahtera dan Berdikari, meliputi :
-
Mengawal dan mendampingi penyusunan APBD Pemerintah Provinsi Jawa Tengah secara
intens sehingga outputnya APBD dapat disahkan tepat waktu dan mendorong program dan
kegiatan pemerintah di semua SKPD sehingga berjalan lancar setiap tahunnya, dalam
rangka pencapaian visi misi pembangunan di daerah;
-
Mempercepat reformasi birokrasi untuk membentuk etos kerja aparatur yang lebih baik
dengan meningkatkan pelayanan publik melalui keterbukaan informasi layanan sepeti
pemasangan banner sebagai informasi. Selain itu etos kerja juga ditingkatkan dengan
penerapan disiplin pegawai melalui adanya berbagai aturan, termasuk terujun langsung
mensosialisasikan budaya kerja aparatur;
-
Meningkatkan kesadaran untuk mempunyai integritas tinggi sehingga mendorong setiap
aparatur menyampaikan LHKPN dan LHKASN;
IMPLEMENTASI MISI KE-1
Membangun Jawa Tengah Berbasis Trisakti Bung Karno, Berdaulat di Bidang Politik,
Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan.
Dalam bidang politik, memberikan pehamaman dan sosialisasi kepada para
aparatur untuk bersikap netral dalam setiap pelaksanaan pemilu kada sesuai dengan
aturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam bidang ekonomi dan kebudayaan, memberikan support yang dituangkan
dalam program – program peningkatan ekonomi dan program kebudayaan melalui
supply anggaran pada saat penyusunan APBD.
19
IMPLEMENTASI MISI KE-2
Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan
Aturan terhadap Pegawai Pemerintah dengan Pernjanjian Kerja (PPPK) selama ini
memang belum turun, sedangkan untuk penambahan tenaga honorer maupun CPNS tidak
dimungkinkan, khususnya untuk kebutuhan – kebutuhan teknis.
Oleh sebab itu, ketika SKPD/Biro membutuhkan tenaga kerja tambahan, maka saran
yang diberikan adalah penggunaan tenaga kerja outsourcing melalui system dan ketentuan
yang berlaku. Penggunaan tenaga kontrak non PNS ini tentunya dilakukan dengan adanya
lowongan pekerjaan, sehingga walaupun kecil akan mengurangi jumlah pengangguran di Jawa
Tengah.
IMPLEMENTASI MIS KE-3
Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah yang Bersih, Jujur
dan Transparan, “ Mboten Korupsi Mboten Ngapusi ”
Mendorong peningkatan disiplin pegawai dengan menerapkan sanksi yang tegas;
Mendorong kesadaran untuk melakukan pelaporan gratifikasi, LHKPN dan LHKASN
kepada semua aparatur sesuai ketentuan yang berlaku;
Meningkatkan
transparansi
dan
kemudahan
dalam
rangka
memfasilitasi
penyelesaian hak para PNS, seperti kenaikan pangkat, proses pensiun, masa
persiapan pensiun, penghargaan PNS, penyesuaian masa kerja, dsb
Mendorong untuk memupuk kepribadian setiap aparatur agar PNS mempunyai
integritas yang tinggi;
20
IMPLEMENTASI MISI KE-4
Memperkuat Kelembagaan Sosial Masyarakat untuk Meningkatkan Persatuan dan
Kesatuan
Membina dan bermitra dengan Lembaga Masyarakat yang bermakna positif
IMPLEMENTASI MISI KE-5
Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan dan Proses
Pembangunan yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak
Dalam penyusunan program kerja pembangunan, pada saat pelaksanaan musrenbang
memfasilitasi berbagai kalangan atau stakeholder terkait agar memberikan masukan untuk
kemudian masukan tersebut didata dan menjadi bahan pertimbangan kebijakan dalam
penentuan RAPBD.
IMPLEMENTASI MISI KE-6
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar Masyarakat
Mendorong dan meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui keterbukaan
informasi agar setiap SKPD memberdayakan website maupun brosur.
Menyusun dan menyempurnakan Standar Operasional Prosedur (SOP) agar
dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal.
IMPLEMENTASI MISI KE-7
Membangun Infrastruktur untuk Mempercepat Pembangunan Jawa Tengah yang
Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan
memfasilitasi dan memberikan support program – program pembangunan infrastruktur
melalui supply anggaran pada saat penyusunan APBD.
21
STRATEGI KEBIJAKAN TERKAIT KRISIS ANGGARAN
1) Penghematan anggaran, langkahnya adalah pembelian barang yang tidak
urgent dibutuhkan untuk ditunda;
2) Rasionalisasi anggaran, langkah yang dilakukan yaitu kegiatan yang
dilakukan berulang, untuk dilakukan pemangkasan. Contoh kegiatan rapat
dan sosialisasi.
3) Penundaan kegiatan, langkah yang dilakukan menunda kegiatan yang
sifatnya tidak urgent atau membahayakan. Contoh pengecatan gedung.
4) Upaya meningkatkan pendapatan. Salah satu upaya untuk meningkatkan
pendapatan secara instan adalah dengan mengoptimalkan pendapatan dari
sektor asset daerah, seperti tanah dan bangunan. Pendapatan dari asset
daerah ini bisa didapatkan dengan mengagunkan sertifikat tanah dan
bangunan milik Pemprov kepada Bank Indonesia. Namun, konsekuensi yang
harus disiapkan ke depan adalah perlu meningkatkan target pendapatan dan
mengalokasikan anggaran untuk pembayaran angsuran atau menebus
agunan tersebut.
5) Untuk mendukung efektivitas pembahasan RAPBD, menyampaikan KUAPPAS / KUPA-PPAS tepat pada jadwalnya,
6) Mengusulkan upaya optimalisasi asset – asset (Barang Milik Daerah) agar
mendukung peningkatan pendapatan daerah melalui promosi secara kontinyu
di berbagai media secara terbuka, termasuk transparansi harga dan prosedur
serta penerapan IT;
7) Penerbitan obligasi daerah, surat utang dan surat saham Perusda yang go
publik;
NB : iki contoh soal problem solving Promosi Terbuka Jabatan Pimpinan
22