NKL PERTANAMAN TUMPANGSARI KACANG TANAH

1

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi tanaman dapat ditingkatkan secara optimal. Beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah melalui defoliasi,
introduksi tanaman pakan leguminosa, pemupukan, dan pengaturan populasi yang
tepat. Ketersediaan lahan merupakan faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor
pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain cara tersebut, untuk
meningkatkan produktivitas lahan, khususnya pada lahan kering dapat dilakukan
melalui pertanaman secara tumpangsari, karena pertanaman secara tumpangsari pada
lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air tanah serta mengurangi
erosi dan meningkatkan kesuburan tanah.
Pengelolaan lahan kering sesungguhnya tidaklah mudah, karena sangat
berkaitan dengan permasalahan lahan kering yang cukup kompleks baik dari sumber
daya lahannya dan atau sumber daya manusianya. Dari segi lahannya umumnya
sebagai lahan kritis, luas kepemilikan lahan yang sempit, ketersediaan air tahunan
masih menjadi kendala terhadap pola pertanaman, tingkat kesuburan yang rendah,
lapisan olah yang rendah dan relatif rentan terhadap erosi di waktu musim hujan dan
kesuburan lahan yang rendah.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar, baik kekayaan alam hayati
maupun non hayati. Sebagian sumber daya alam hayati seperti tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme yang sudah banyak tereksplorasi. Salah satu contoh tanaman lokal
yang memliki potensi tumbuh dan berkembang pada lahan kering adalah kacang
tanah (Arachis hypogeae) dan jagung (Zea mays). Panen jagung di Indonesia tahun
2008 mencapai 4 juta ha dengan rata-rata pro-duktivitas 4,08 t/ha (Syafruddin et al.,
2010). Aspek komponen produksi pada kacang tanah pada penanaman jagung
dipengaruhi oleh jarak tanam dan perompesan daun jagung (Zuchri, 2007).

2

Penanaman campuran merupakan sistem pertanaman dua atau lebih jenis
tanaman yang di tanam pada sebidang tanah dengan musim tanam yang sama.
Penanaman campuran memungkinkan terjadi persaingan selama periode pertumbuhan
maupun hasil produksi tanaman. Pertumbuhan penduduk yang padat dan lahan
pertanian yang subur semakin berkurang karena banyak dimanfaatkan sebagai
industri dan tempat pemukiman baru bagi penduduk, merupakan masalah dalam
memenuhi kebutuhan pangan. Menghadapi permasalahan tersebut maka sistem
pertanian untuk masa depan yang berwawasan lingkungan menuju perkembangan
berkelanjutan dengan pola tumpangsari perlu dikembangkan.

Sistem pertanaman tumpangsari bertujuan memperoleh kombinasi tanaman
yang sesuai, kepadatan populasi tanaman, dan mengetahui cara pemupukan yang
optimal. Pola tanam tumpangsari umumnya untuk mengetahui pemanfaatan cahaya,
air, dan hara. Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari dihitung berdasarkan
Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL). Keuntungan pola tanam tumpangsari diantaranya
populasi tanaman dapat diatur, efisiensi pemanfaatan lahan, dan dapat menekan
serangan hama serta penyakit.
Peluang pengembangan kacang tanah dan jagung masih terbuka luas
diantaranya masih tersedia lahan yang cukup luas, meningkatnya kebutuhan dan
industri olahan kacang tanah dan jagung, tersedianya pasar yang cukup besar, serta
tersedianya benih unggul dan penerapan teknologi terkait perkembangan agribisnis
aneka kacang. Budidaya tanaman koro pedang tergolong mudah karena dapat tumbuh
dilingkungan dengan kesuburan kurang dan lahan kering.
Tujuan
Mengkaji tentang pertumbuhan, produktifitas dan nisbah kesetaraan lahan pada
berbagai populasi pertanaman tumpangsari kacang tanah (Arachis hypogeae) dengan
jagung (Zea mays).

3


Manfaat
Manfaat dikaji melalui tiga aspek, yakni secara keilmuan, praktikal, dan
institusional. Secara keilmuan memperoleh informasi tentang pertumbuhan,
produktivitas dan nisbah kesetaraan lahan pola tumpangsari jagung dan kacang tanah.
Secara praktikal mendapatkan informasi tentang penggunaan pola tanam tumpangsari
yg sesuai pada pertanaman tumpangsari kacang tanah dan jagung terhadap
pertumbuhan, produktivitas, dan NKL. Secara institusional adalah memberikan
informasi kepada petani/peternak, peneliti bidang peternakan dan pertanian serta
pemerintah guna mengambil kebijakan dalam mengusahakan produktifitas lahan
dengan sistem pertanaman campuran pangan dan pakan pada lahan kering.

4

BAB II
TELAAH PUSTAKA
Kacang Tanah (Arachis hypogeae)
Peningkatan produktifitas kacang tanah (Arachis hypogeae) dapat dilakukan
dengan beberapa kebijakan, yakni: sarana yang memadai, kekompakkan petani,
penggunaan pupuk organik, dan penyuluhan kepada petani secara teratur (Zuraida,
2006) Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kacang-kacangan (kedelai,

kacang tanah, dankacang hijau) di Idonesia karena sebagian besar petani masih
menggunakan benih yang tidak terjamin kualitas dan kesehatannya (Saleh, 2007).
Klasifikasi kacang tanah sebagai berikut:
Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Species

: Plantae
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotyledonae
: Leguminoles
: Papilionaceae
: Arachis
: A. hypogeae L.


Jagung (Zea mays)
Jagung (Zea mays) merupakan tanaman yang sensitif terhadap bahan organik
tanah (Imaningsih et al., 2011). Hasil penelitian Dona dan Guntoro, (2008) tentang
pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan dan kualitas jagung menyebutkan pemupukan
berpengaruh terhadap tinggi tanaman, indeks luas daun dan bobot tongkol jagung
muda karena kadar hara tanah lebih rendah sehingga tanaman memberikan respon
terhadap pemberian pupuk, kadar hara tanah yang tinggi menyebabkan tanaman
kurang respon terhadap pemberian pupuk. Tanaman jagung untuk kemampuan
pertumbuhan dan produksi memerlukan unsur hara, antara lain nitrogen. Kebutuhan
nitrogen dalam batas tertentu dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan

5

produktifitas jagung, dapat memperbaiki komponen hasil jagung seperti akar, batang,
daun, bunga, dan biji. Tetapi jika kekurangan nitrogen pada tanaman terlihat
warnanya menguning, dan penurunan kualitas serta kuantitas (Sirajuddin dan Lasmin,
2010). Sistem tumpangsari jagung dengan leguminosa memberikan pengaruh positif
pada tanaman jagung karena memperoleh unsur hara N dari leguminosa (Catharina,
2009). Ketersediaan N dalam tanah mampu meningkatlan Indeks Luas Daun (ILD)

dan biomassa tanaman (Sitompul dan Purnomo, 2004). Potensi produktivitas jagung
yang optimal bisa mencapai 8-11 t/ha (Pertiwi et al., 2007). Klasifikasi tanaman
jagung menurut Muhadjir (1988), sebagai berikut:
Phylum

: Spermatophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Tripsaceae

Famili


: Poaceae

Sub Fanili

: Maydeae

Spesies

: Zea mays

Lahan Kering
Pemanfaatan dan pengembangan pertanian lahan kering dari tahun ke tahun
memberikan hasil yang belum memuaskan karena adanya berbagai permasalahan,
baik permasalahan biofisik lahan, ekonomi maupun sosial budaya dan kelembagaan.
Beberapa permasalahan tersebut diantaranya: ketersediaan sumber daya air yang
terbatas, topografi yang tidak datar, lapisan olah tanah yang dangkal dan kurang
subur, infra struktur ekonomi yang sangat terbatas, penerapan teknologi yang belum
memadai, kondisi kelembagaan pertanian yang masih lemah dan partisipasi
pengusaha swasta yang masih rendah (Suwardji, 2004). Tanaman yang dapat

diusahakan di lahan kering adalah tanaman palawija. Tanaman jagung sebagai salah
satu tanaman palawija di dalam permintaannya cenderung meningkat dari tahun ke

6

tahun. Produktivitas lahan kering dapat dilakukan melalui pertanaman secara
tumpangsari, karena pertanaman secara tumpangsari pada lahan kering dapat
memelihara kelembaban dan kadar air tanah serta mengurangi erosi dan
meningkatkan kesuburan tanah (Chatarina, 2009).
Pertanaman Tumpangsari
Pertanaman tumpangsari merupakan penanaman dua jenis tanaman rumput dan
legum atau lebih secara selektif, yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik
sehingga mampu meningkatkan kualitas hijauan (Bahar, 2009). Penanaman
tumpangsari perlu memperhatikan beberapa faktor, diantaranya ketersediaan

air,

kesuburan tanah, sinar matahari dan hama/penyakit (Catharina, 2009). Pola tanam
tumpangsari digunakan untuk meningkatkan produksi hijauan berkualitas dengan
memanfaatkan lahan secara efisien, penanaman tumpangsari antara leguminosa

dengan jagung mampu meningkatkan produksi hijauan pakan (Ella dan Nurhayu,
2010). Hasil penelitian Ibrahim (2010), pertanaman campuran rumput dan legum
menggunakan estimasi dua kali defoliasi memberikan peningkatan produksi hijauan.
Pengembangan sistem pertanaman campuran antara legum dengan tanaman pangan
dapat memperbaiki kondisi lingkungan dan ekosistem karena dapat meningkatkan
kesuburan tanah (Padmowidjoto, 2006).
Produktivitas lahan dapat meningkat melalui sistem tumpangsari karena
pertanaman tumpangsari mampu memanfaatkan faktor-faktor tumbuh secara
maksimal (Paulus, 2007). Pertanaman campuran antara jagung dan legum dapat
meningkatkan panjang tanaman, luas daun, jumlah daun, dan jumlah cabang tanaman
legum namun kepadatan tingkat populasi yang semakin tinggi pada sistem
pertanaman tumpangsari jagung dan legum mengakibatkan berat kering tanaman
semakin rendah (Maskyadji, 2007). Peralihan baris tunggal ke ganda dari hasil
penelitian Zuchri (2007) dengan menggunakan tumpangsari jagung dan legum dapat
menambah luas daun dan jumlah daun pada tanaman legum. Daun yang toleran

7

terhadap intensitas cahaya yang rendah umunya lebih luas dan lebih tipis (Kisman et
al., 2007). Pertanaman campuran jagung dengan koro pedang memungkinkan karena

kedua tanaman tersebut menimbulkan pengaruh saling menguntungkan. Koro pedang
dapat memfiksasi nitrogen dari udara dengan bantuan Rhizobium, sedangkan jagung
memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan. Selain itu umur panen jagung yang lebih
cepat akan memberikan kesempatan pada tanaman koro pedang untuk memperoleh
cahaya dalam pematangan biji (Ghulamahdi et al., 2007). Pertanaman campuran
antara leguminosa dengan tanaman pangan berpotensi menghasilkan bahan kering
yang lebih tinggi (Mansyur et al., 2005). Salah satu faktor yang mempengaruhi
produksi adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya memberikan pengaruh pada
jumlah polong dan bobot kering polong (Sundari et al., 2005). Efiesiensi metabolisme
BK dapat diukur menggunakan AGR (Average Growth Ratio) dan RGR (Relative
Growt Rate) pertumbuhan dan produksi tanaman dievaluasi berdasarkan biomassa
basah dan biomassa kering (Zubaidi et al., 2008).
Pertumbuhan
Pertumbuhan dipengaruhi oleh ketersediaan air di dalam tanah, cekaman
kekurangan air dapat menyebabkan menurunya bobot kering tajuk (Sinaga, 2008).
Salah satu komponen ekosistem tanah yang berperan dalam membantu pertumbuhan
tanaman adalah mikroba. Berbagai mikroba hidup bersimbiosis dengan tanaman
membentuk bintil akar (Rhizobium), mengkoloni akar (rhizobakteri), atau hidup di
dalam jaringan tanaman (diazotrof endofitik) dan di dalam tanah (Tim Sintesis
Kebijakan, 2008). Unsur N berperan dalam meningkatkan biomassa total (akar,

batang, dan daun), namun peningkatan biomassa tanaman terkait peningkatan umur
tanaman bertambah tua semakin rendah (Sitompul dan Purnomo, 2004).

8

Produktifitas
Salah satu unsur yang penting dalam produksi adalah N, sebagian besar nitrogen
ditransfer pada fase generatif yang mampu merangsang pembentukan tongkol pada
jagung (Zea mays). Translokasi unsur hara nitrogen yang berlangsung baik pada
tanaman mempengaruhi pembuahan, ukuran tongkol dan berat biji jagung (Sirajuddin
et al., 2010). Berat kering merupakan salah satu indikator penting dalam
pertumbuhan tanaman. Pemupukan memberikan pengaruh nyata pada berat kering
daun (Imaningsih et al., 2011).

Nisbah kesetaan Lahan (NKL)
Nisbah Kesetaraan Lahan (LER= Land Equivalent Ratio) merupakan metode
untuk mengetahui produksi hijauan yang ditanam secara tumpangsari. NKL
merupakan perbandingan jumlah nisbah tanaman yang ditanam secara tumpangsari
dengan tanaman secara tunggal pada pengelolaan yang sama (Paulus, 2005). NKL
merupakan salah satu cara menghitung produktivitas lahan yang ditanam dua atau
lebih jenis tanaman yang ditumpangsarikan. Sistem tumpangsari akan lebih
menguntungkan bila NKL lebih besar dari satu (Herlina, 2011). Penanaman
tumpangsari antara jagung dengan legum lebih menguntungkan dari pada penanaman
monokultur, hal tersebut ditunjukkan dengan NKL tumpangsari jagung dengan legum
lebih tinggi (Catharina, 2009). NKL dipengaruhi oleh naungan dan kompetisi antar
tanaman.
Hasil penelitian Ibrahim (2010), pertanaman campuran rumput dan legum
menggunakan estimasi dua kali defoliasi, menunjukkan pertanaman tumpang sari
antara legum dan rumput secara konsisten mampu memberikan peningkatan produksi
hijauan dan tidak terdapat pengaruh negatif/persaingan. (Ibrahim, 2010). Hasil
penelitian Maskyadji (2007) tentang pertanaman jagung dan legum dengan perlakuan

9

baris menunjukkan pertumbuhan tanaman jagung tumbuh normal dan laju
pertumbuhan lebih cepat dibanding legum, sehingga menjadi kompetitor yang lebih
kuat terutama dalam pemanfaatan cahaya matahari.
Sistem tumpangsari secara umum memberikan nilai NKL lebih dari satu
(Ghulamahdi et al., 2007). Nilai rata-rata NKL yang menunjukkan lebih dari satu
menggambarkan bahwa pertanaman campuran tanaman jagung dan leguminosa lebih
menguntungkan jika ditanam secara tumpangsari dibanding pertanaman secara
tunggal pada luas lahan yang sama.

10

BAB III
METODE PENULISAN
Penulisan merupakan karya ilmiah kepustakaan (library research), sehingga
data bersumber dari bukubuku, jurnal ilmiah, internet dan sumber lainnya yang terkait
dengan permasalahan data.

11

BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
Pada sistem pertanian monokultur, jarak tanam yang terlalu dekat akan
mengakibatkan kompetisi akan air dan hara. Bila jarak tanamnya diperlebar maka
tingkat kompetisi tersebut semakin berkurang. Pada sistem tumpangsari, kompetisi
antar tanaman yang ditanam berdampingan pada satu lahan yang sama sering terjadi,
bila ketersediaan sumber kehidupan tanaman berada dalam jumlah terbatas.
Kompetisi ini biasanya diwujudkan dalam bentuk hambatan pertumbuhan terhadap
tanaman lain. Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di antaranya
ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit . Hal ini sesuai
pendapat Chatarina (2009) yang menyatakan penanaman tumpangsari perlu memperhatikan
pola air, tanah, dan cahaya matahari. Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk
menghindari persaingan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar
matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsari. Tinggi
dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan
cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sentesa (glukosa) dan muara terakhir
akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan.
Nisbah kesetaraan lahan pada tanaman tumpangsari secara umum lebih tinggi dari
pada tanaman monokultur. Hal ini sesuai pendapat Herlina (2011) yang menyatakan

penanaman tumpangsari antara jagung dengan legum lebih menguntungkan dari pada
penanaman monokultur, hal tersebut ditunjukkan dengan NKL tumpangsari jagung
dengan legum lebih tinggi. Berikut tabel NKL pada bebrapa jenis leguminosa yang
ditanam dengan jagung:

12

Tabel 1. Rerata Nisbah Kesetaraan Lahan pada Sistem Pertanaman Tumpangsari
Jagung dengan Kacang-kacanangan.
Perlakuan
Jagung
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Kedelai
Jagung/ Kacang Tanah
Jagung/ Kacang Hijau
Jagung/ Kedelai

NKL
1
1
1
1
1,35
1,47
1,47

Sumber: Chatarina, 2009.
Tabel 1. menunjukkan bahwa Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) untuk semua jenis
tumpangsari lebih besar dari satu, yang berarti bahwa tumpangsari lebih
menguntungkan. Nilai Kesetaraan Lahan tertinggi diperoleh pada tumpangsari jagung
dengan kacang hijau sebesar 1,47. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat
keuntungan sebesar 47 % apabila dilakukan tumpangsari jagung dengan kacang hijau,
selanjutnya diikuti oleh NKL jagung dengan kacang tanah sebesar 1,35.
Produktivitas Kacang tanah tahun 2009-2011 di Indonesia, ditunjukkan pada
tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Tahun 2009-2011.
Tahun
Luas Panen (Ha)
Produktivitas (Ha)
2009
61.498
14,55
2010
67.901
14,59
2011
50.592
15,16
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2012

Produksi (Ha)
89,45
99,05
76,68

Upaya peningkatan produktivitas dilaksanakan melalui: perakitan, diseminasi,
dan penerapan paket teknologi tepat guna spesifik lokasi, penerapan dan
pengembangan teknologi, GP3K (Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis
Korporasi), perlindungan tanaman dari gangguan OPT dan DPI, dan penurunan
kehilangan hasil panen. Pertumbuhan tanaman tumpangsari lebih optimal dibanding
monokultur karena pada pertanaman tumpangsari terjadi simbiosis yang saling

13

menguntungkan. Legum menghasilkan N yang dapat dimanfaatkan rumput untuk
menghasilkan produksi. Hal ini sesuai pendapat Tim Sintesis Kebijakan 2008
mikroba hidup bersimbiosis dengan tanaman membentuk bintil akar (Rhizobium),
mengkoloni akar (rhizobakteri), atau hidup di dalam jaringan tanaman (diazotrof
endofitik) dan di dalam tanah. Pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh
ketersediaan air dan cahaya. Hal ini sesuai pendapat Sinaga (2008) yang menyatakan
pertumbuhan dipengaruhi oleh ketersediaan air di dalam tanah, cekaman kekurangan
air dapat menyebabkan menurunya bobot kering tajuk.

BAB V

14

SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Simpulan
Sistem tumpangsari antara jagung (Zea mays) dengan kacang tanah (Arachis
hypogeae) memberikan pengaruh positif terhadap produksi jagung, karena tanaman
jagung memperoleh manfaat dari ketersediaan hara terutama unsur N dari kacangkacangan. Sistem tumpangsari lebih menguntungkan daripada monokultur, hal ini
ditunjukkan dengan nilai NKL tumpangsari lebih dari 1.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil telaah pustaka, sistem pertanian tumpangsari secara umum
menguntungkan untuk pertanian lahan kering dan terbatas. Sistem tumpangsari layak
dikembangkan di Indonesia.

Daftar Pustaka

15

Bahar, S. 2009. Introdusksi rumput dan leguminosa untuk pakan ternak pada
berbagai tipe lahan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Makassar, Sulawesi
Selatan. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan 13 (1) : 54-61.
Catharina, T. S. 2009. Respon tanaman jagung pada sistem monokultur dengan
tumpangsari kacang-kacangan terhadap ketersediaan unsure hara N dan nilai
kesetaraan lahan di lahan kering. Fakultas Pertanian Universitas Maraswati,
Mataram. Ganec Swara Edisi Khusus 3 (3) : 17-21.
Dona, P. J., dan D. Guntoro. 2008. Pengaruh kalium terhadap pertumbuhan produksi
dan kualitas jagung muda (Zea mays L.). Makalah Seminar Departemen
Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ella, A., dan A. Nurhayu. 2010. Kemampuan daya dukung hijauan pakan ternak
(Flemengia congesta dan Desmodium rensonii) pada pola tanam tumpangsari
dengan tanaman jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Selatan, Makasar. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner: 422427.
Ghulamahdi, M., S. A. Aziz., M. Melati., N. Dewi., dan S. A. Rais. 2007.
Pengembangan budidaya jenuh air tanaman kedelai dengan sistem tumpangsari
padi kedelai lahan sawah. Dalam : Jajah Koswara (Ed) Prosiding Seminar
Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai Oleh Hibah Kompetitif, Peningkatan
Perolehan HKI dari Hasil Penelitian yang Dibiayai Oleh Hibah Kompetitif.
Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Hal : 331-336.
Herlina. 2011. Kajian Variasi Jarak dan Waktu Tanam Jagung Manis Dalam Sistem
Tumpangsari Jagung Manis (Zea mays saccarata Sturt ) dan Kacang Tanah
(Arachis hypogeal L.). Pogram Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.
Ibrahim, T. M. 2010. Seleksi tanaman pakan ternak unggul mendukung
pengembangan kambing boerka di ekosistem kebun jeruk. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara, Medan. Hal : 579-585.
Imaningsih, W., Hidayaturrahman., dan Gunawan. 2011. Pertumbuhan tanaman
jagung (Zea mays) yang diberi kompos tanah gambut dengan stimulator EM4
(Effective Microorganism 4). Program Studi Biologi FMIPA, Universitas

16

Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Bioscientiae 8 (2) : 615.
Kisman., N. Khumaida., Trikosoemaningtyas., Sobir., D. Sopandie. 2007. Karakter
morfo-fisiologi daun penciri adaptasi kedelai terhadap intensitas cahaya rendah.
Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Buletin Agronomi 35 (2) : 96-102.
Mansyur., N. P. Indrani., dan I. Susilawati. 2007. Peranan leguminosa tanaman
penutup pada sistem pertanaman jagung untuk penyediaan hijauan pakan.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Fakultas Peternakan,
Universitas Padjajaran. Hal : 879-885.
Maskyadji, A. S. Z. Z. 2007. Peningkatan produktivitas hijauan tanaman kacang
komak (Dolichos lablab L.) dalam berbagai pola tumpang sari berbasis tanaman
jagung (Zea mays) di lahan kering. Jurusan Budidaya Tanaman Fakultas
Pertanian Unijoyo. Embryo 4 (1) : 72-84.
Muhajir, A. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Balai Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Padmowidjoto, S. 2006. Integrasi Legum Dengan Tanaman Pangan dan Ternak
Kambing Dalam Mratani Sistem. Prospect 2 (2): 1-4.
Paulus, J. M. 2005. Produktifitas lahan, kompetensi, dan toleransi dari tiga klon ubi
jalar pada sistem tumpangsari dengan jagung. Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Manado. Eugenia 11 (1) :
1-7.
Pertiwi, M. D., Samijan dan T. R. Prastuti. 2007. Upaya peningkatan kesesuaian
lahan dan produktivitas jagung di kabupaten Purbalingga melalui identifikasi
faktor pembatas kualitas lahan berdasarkan AEZ skala 1 : 50.000. Prosiding
Seminar Nasional. BPTP Jawa Tengah.
Saleh, N. 2007. Sistem pertanian kacang-kacangan untuk menghasilkan benih bebas
virus. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. IPTEK
Tanaman Pangan 2 (1): 66-78.

17

Sinaga, R. 2008. Keterkaitan nisbah tajuk akar dan efisiensi penggunaan air pada
rumput gajah dan rumput raja akibat penurunan ketersediaan air tanah.
Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Biologi Sumatera 3 (1) : 29-35.
Sirajuddin, M., dan S. A. Lasmin,. 2010. Respon pertumbuhan dan hasil jagung
manis (Zea mays saccharata) pada berbagai waktu pemberian pupuk nitrogen
dan ketebalan mulsa jerami. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland, 17 (3) : 184191.
Sitompul, S. M., dan Purnomo, D. 2004. Peningkatan kinerja tanaman jagung dan
kedelai pada sistem agroforestri jati dengan pemupukan nitrogen. Agrosains 6
(2) : 79-83.
Sundari, T., Soemartono., Tohari., dan W. Mangoendidjojo. 2005. Tingkat kritis
intensitas cahaya relatif lima genotip kacang hijau (Vigna radiatus L.). Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. Buletin
Agronomi 33 (3) : 33-39.
Suwardji, 2004. Mencari Skenario Pengembangan Lahan Kering yang Berkelanjutan
di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram.
Syafruddin dan Zubachtirodin. 2010. Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10
Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Sulawesi
Selatan. Prosiding Pakan Serealia Nasional.
Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Pemanfaatan biota tanah untuk keberlanjutan
produktifitas pertanian lahan kering masam. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Pengembangan Inovasi
Pertanian 1 (2) : 157-163.
Zuchri, A. 2007. Optimalisasi hasil tanaman kacang tanah dan jagung dalam
tumpangsari melalui pengaturan baris tanam dan perompesan daun jagung.
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unijoyo. Embryo 4 (2) : 157163.
Zubaidi, A., dan N. Farida. 2008. Pertumbuhan bibit gaharu pada beberapa jenis
naungan. CropAgro 1 (2) : 92-97.

18

Zuraida, R. 2006. Peningkatan produktivitas lahan kering beriklim basah melalui
penerapan teknologi usaha tani kacang tanah. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian, Kalimantan Selatan : 375-380.

PRODUKTIVITAS DAN NISBAH KESETARAAN LAHAN (NKL) PADA
PERTANAMAN CAMPURAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae) DAN
JAGUNG (ZEA MAYS) PADA LAHAN KERING.

Tugas Mata Kuliah
Dosen Pengampu

: Lingkungan Tanaman Pakan
: Prof. Dr.Ir. Dwi Retno Lukiwati, MS.

19

Oleh:
SUSANTI
23010112410052

MAGISTER ILMU TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
Kata Pengantar
Kacang tanah dan jagung merupakan salah satu komoditi strategis bagi petani
dan peternak yang berperan dalam bahan baku olahan pangan dan pakan. Pentingnya
peran tersebut terlihat dengan semakin meningkatnya permintaan dari dalam negeri

20

dan beragamnya produk olahan bahan baku kacang tanah yang dihasilkan oleh
industri rumah tangga maupun industri besar.
Pencapaian peningkatan produktivitas aneka kacang dan jagung dapat dilakukan
dengan pembinaan dan optimalisasi pembinaan di daerah sentra produksi maupun
pengembangan. Permintaan bahan baku dan produk olahan kacang serta jagung untuk
pangan dan pakan yang semakin meningkat terus memicu optimalisasi peningkatan
produktifitas dan kualitas hijauan untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
Tugas karya ilmiah dengan tema: “Integrasi Tanaman Pakan Lokal Tahan
Kering” ini disususn sebagai tugas mata kuliah Lingkungan Tanaman Pakan (LTP).
Semoga penulisan karya ilmiah ini mampu memberikan manfaat dan inspirasi bagi
petani, peternak, peneliti bidang peternakan dan pertanian.
Semarang, 17 April 2013
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................

i

DAFTAR TABEL..........................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................

1

21

BAB II TELAAH PUSTAKA...................................................................

4

2.1 Kacang Tanah (Arachis hypogeae).............................................

4

2.2. Jagung (Zea mays)......................................................................

4

2.3. Pertanaman Tumpangsari............................................................

6

2.4. Pertumbuhan...............................................................................

7

2.5. Produksi......................................................................................

7

2.6. Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL)................................................

8

BAB III MATERI DAN METODE...........................................................

10

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS........................................................

11

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI..........................................

14

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Rerata Nisbah Kesetaraan Lahan pada Sistem Pertanaman Tumpangsari Jagung
dan Kacang-kacanangan…………………………………………………… 16

22

2. Perkembangan Produksi Kacang Tanah Tahun 2009 2011…………………………………………………………………… ……

20

ABSTRAK
Produksi tanaman dapat ditingkatkan secara optimal. Beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah melalui defoliasi,
introduksi tanaman pakan leguminosa, pemupukan, dan pengaturan populasi yang

23

tepat. Ketersediaan lahan merupakan faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor
pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain cara tersebut, untuk
meningkatkan produktivitas lahan, khususnya pada lahan kering dapat dilakukan
melalui pertanaman secara tumpangsari, karena pertanaman secara tumpangsari pada
lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air tanah serta mengurangi
erosi dan meningkatkan kesuburan tanah.
Tujuan penulisan karya ilmiah adalah Mengkaji tentang pertumbuhan,
produktifitas dan nisbah kesetaraan lahan pada berbagai populasi pertanaman
tumpangsari kacang tanah (Arachis hypogeae) dengan jagung (Zea mays). Manfaat
penulisan karya ilmiah adalah memperoleh informasi tentang pertumbuhan,
produktivitas dan nisbah kesetaraan lahan pola tumpangsari jagung dan kacang tanah
pada produktifitas lahan dengan sistem pertanaman campuran pangan dan pakan pada
lahan kering.
Metode yang digunakan karya ilmiah kepustakaan (library research), sehingga
data bersumber dari bukubuku, jurnal ilmiah, internet dan sumber lainnya yang terkait
dengan permasalahan data.
Penanaman tumpangsari pada kacang tanah dan jagung lebih menguntungkan
dari pada penanaman monokultur. Nisbah Kesetraan Lahan (NKL) pada pertanaman
tumpangsari secara umum lebih menguntungkan dan bernilai lebih dari 1.
Kata Kunci: kacang tanah, jagung, tumpangsari, lahan kering