Laporan Tekanan Osmosis dan Potensial ai

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN
“TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL DAN
POTENSIAL AIR”

Disusun Oleh:
Nama

: Mega Sintia

NIM

: F05112084

Kelompok

:6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

“TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL DAN
POTENSIAL AIR”
ABSTRAK
Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut,
dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang
konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel
atau semi permeabel. Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput
semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput
semipermiabel ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai
pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan
dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan yang
berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang
konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. jadi, pergerakan air berlangsung
dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang konsentrasi
airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang konsentrasi zat

terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan
.sebagai larutan hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan
larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel,
konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan sebagai
larutan hipotonis. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau
potensial air. Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan
penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan.
Untuk mengukur tekanan osmosis dan potensial air digunakanlah alat yaitu
mikroskop, pisau, silet, pinset tabung reaksi, gelas objektif, dan gelas penutup.
Bahan yang digunakan yaitu daun Rhoe discolor, larutan gula dengan konsentrasi
0,14M ; 0,20M ; 0,26M. Sedangkan pada percobaan penetapan potensial air
jaringan tumbuhan, bahan yang digunakan yaitu kentang, akuades, larutan gula
dengan konsentrasi 0,05M ; 0,15M ; 0,30M ; 0,45M ; 0,60M. Berdasarkan
praktikum Osmosis yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi nilai
molaritas larutan gula, maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Dan pada
praktikum potensial air mengatakan bahwa air bergerak dari potensial air tinggi
ke potensial air yang rendah. Perpindahan atau pergerakan molekul air dari
potensial air yang tinggi kepotensial air yang rendah disebut dengan osmosis.
Kunci: Difusi, Osmosis, Plasmolisis, Potensial air, Rhoe discolor, Solanum
tuberosum L.


PENDAHULUAN
Peristiwa osmosis dan difusi sering kita temukan dalam kehidupan seharihari tanpa kita sadari. Pada tumbuhan pun tak terlepas dari peristiwa difusi dan
osmosis. Hal tersebut terutama terjadi pada saat pengangkutan zat hara dan air
dari akar ke daun maupun pada saat pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh bagian tumbuhan yang memerlukan. Adapun peristiwa tersebut dapat
terjadi ditentukan oleh adanya perbedaan potensial air. Untuk itulah pada
praktikum kali ini akan dilakukan penghitungan tekanan osmosis cairan sel
tersebut serta mengkur nilai potensial jaringan umbi kentang.
Tujuan praktikum Tekanan Osmosis Cairan Sel dan Potensial Air kali ini
yaitu pada acara tekanan osmosis bertujuan untuk menghitung tekanan osmosis
cairan sel tumbuhan Rhoe discolor dan pada acara penetapan potensial air
jaringan tumbuhan bertujuan untuk mengukur nilai potensial jaringan umbi
kentang.
Adapun permasalahan yang diangkat penulis dalam laporan ini adalah
bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap tekanan osmosis,
bagaimana cara menghitung tekanan osmosis cairan sel tumbuhan Rhoe discolor
dan bagaimana konsentrasi larutan sukrosa terhadap potensial air pada umbi
kentang serta bagaimana cara mengukur nilai potensial jaringan umbi kentang.
Air menjadi kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan

penyusun utama dari protoplasma sel. Rhoeo discolor merupakan tumbuhan yang
banyak tumbuh didaerah tropis. Umumnya tanaman ni tumbuh didaerah dingin
dan cukup air. Tanaman ini tidak dapat tumbuh didaerah tanah yang jenuh atau
tergenang karena batang dan daunnya akan cepat membusuk, dan tanaman ini
juga tidak dapat tumbuh didaerah yang kurang air karena daun dan batangnya
akan mengerdil (Fahn, 1991). Tanaman ini juga merupakan tanaman yang
mempunyai ciri yaitu dengan bentuk daunya yang memanjang seperti daun
jagung, mempunyai warna ungu pada pada permukaan bawah dan warna hijau
dipermukaan atas. Pada permukaan atas licin karena terdapat lapisan lilin.
Tanaman ini mempunyai akar serabut sehingga termasuk tanaman
monocotyledoneae (Haryadi, 1996). Rhoeo mempunyai jaringan yang terdiri dari
sel-sel yang bentuknya sama dapat juga melakukan fungsi khusus yang dapat juga
bersama jaringan lain membentuk fungsi yang lebih kompleks. Pertumbuhan darai
tana,mn ini sangat penting pada aktivitas jaringan meristem. Dan jaringanya
terbagi dua yang berdasarkan kemampuan untuk tumbuh dan memperbanyak diri
yaitu jaringan meristem dan jaringan yang permanen (Sastrodinoto,1980).
Pada hakikatnya tekanan osmose merupakan suatu proses tekanan yang
menyebabkan difusi. Osmose juga merupakan difusi dari tiap pelarut melalui
suatu selaput yang permeabel secara difertensial. Membran sel yang meloloskan


molekul tertentu, tetapi menghalangi melekul lain dikatakan permeabel secara
diferensial. Seperti dikatakan diatas, pelarut universal adalah air. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel
secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ketempat
berkonsentrasi rendah. Pertukaran air antara sel dan lingkungan adalah suatu
faktor yang sangat penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu
osmosis (Salisbury,1995).
Suatu percobaan yang menunjukan proses osmosis adalah suatu percobaan
yang mengamati suatu lubang bawah dari tabung gelas ditutup dengan selaput.
Selaput itu berfungsi sebagai membran permeabel secara differensiasi, yang
meloloskan melekul-molekul air secara cepat, tetapi menghalangi molekul yang
lebih besar (Dwidjoseputro,1984).
Tekanan osmosis cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan
yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan cairan tersebut. Dalam cara ini
kita dapat mengambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel.dalam
keadan insipien plasmolisis tekanan osmosis cairan sel adalah sama dengan
tekanan osmosis larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisis
dapat dilihat dibawah mikroskop sebagai suatu percobaan (Lakitan, 2004).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang
menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah

besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang
sedikit, dibawah kondisi yang sama. Energi bebas suatu zat per unit jumlah,
terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial
kimia.potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat
terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang
berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang potensial kimianya lebih kecil
(Sasmitamihardja, 1996).
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan
secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semkain rendah
potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan
tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi
potensial air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada
sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah (Basahona, 2011).
Huruf yunani psi (Ψ), digunakan untuk menyatakan potensial air dari suatu
sistem, apakah system itu berupa sampel tanah tempat tumbuhan, atau berupa
suatu larutan. Potensial air dinyatakan dalam bar. Pada umumnya nilai potensial
air dalam tumbuhan mempunyai nilai yang lebih kecil dari 0 bar, sehingga
mempunyai nilai yang negative. Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di
sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam


sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks
sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini
menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen
yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Basahona,
2011). Potensial kimia air atau biasanya dinyatakan sebagai potensial air, PA (ψ,
psi) penting untuk diketahui agar dapat dimengerti pergerakan air di dalam sistem
tumbuhan, tanah dan udara. Potensial air biasanya dinyatakan dalam satuan bar,
atm, seperti satuan tekanan. Air akan bergerak dari PA tinggi ke PA yang lebih
rendah. Jadi difusi termasuk osmosis, terjadi sebagai akibat adanya gradient dalam
energi bebas dari partikel-partikel yang berdifusi (Ismail, 2011). Potensial air
adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air, suatu ukuran datat yang
menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan,
tanah atau atmosfir, atau dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu sistem.
Potensial air mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk diukur
dalam hubungannya dengan sistem tanah, tanaman dan atmosfir (Ismail, 2011).
Komponen-komponen potensial air atau jaringan adalah sebagai berikut :
Ψw = Ψs + Ψp + Ψm
(PA = PO + PT + PM)
Dimana


Ψw = potensial air suatu tumbuhan
Ψs = potensial osmotik
Ψp = potensial tekanan atau turgor

Ψm = potensial matriks (Ismail, 2011)
Menurut Ismail 2011, potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan
oleh zat-zat terlarut. Tandanya selalui negatif. Potensial tekanan adalah potensial
yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel. Nilainya
ditandai dengan bilangan positif, nol, atau dapat juga negatif. Penambahan
tekanan (terbentuknya tekanan turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih
positif. Potensial matriks disebabkan oleh ikatan air pada koloid protoplasma dan
permukaan (dinding sel). Potensial matriks bertanda negatif, tetapi pada umumnya
pada sel-sel bervakuola, nilainya dapat diabaikan. Oleh karena itu, persamaan
diatas dapat disederhanakan menjadi :
Ψw = Ψs + Ψp (PA = PO + PT)
Potensial air jaringan ditentukan dengan cara merendam potongan jaringan
dalam suatu seri larutan sukrosa atau manmitol (non-elektrolit) yang diketahui
konsentrasinya (Ismail, 2011).

Analisis kuantitatif potensial air. Pengaruh gabungan dari tekanan dan

konsentrasi zat terlarut ini terhadap potensial air ditulis dalam persamaan berikut
ini :
Ψ = Ψp + Ψs
dimana Ψp adalah potensial tekanan (tekanan fisik suatu larutan) dan Ψs
adalah potensial zat-zat terlarut, yang sebanding dengan konsentrasi zat-zat
terlarut dari suatu larutan. (Ψs juga disebut potensial osmotik.) Tekanan pada
suatu larutan (Ψp) bisa berupa suatu bilangan yang positif atau negatif (tegangan,
suatu tekanan negatif). Sebaliknya, potensial zat-terlarut dari suatu larutan (Ψs)
selalu negatif, dan semakin besar konsentrasi zat-zat terlarut, semakin tinggi nilai
Ψs (Campbell, 2004).
Dehidrasi osmosis dilakukan dengan merendam pangan di dalam larutan
dengan tekanan osmosis lebih tinggi daripada tekanan osmosis intraselular bahan
pangan tersebut. Akibatnya, air dalam bahan akan keluar melintas membran sel
menuju larutan perendam itu (Wirawan, 2006).

METODOLOGI
Praktikum mengenai tekanan osmosis cairan sel dan potensial air,
dilaksanakan pada tanggal 3 April 2014 di Laboratorium Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura Pontianak,
pukul 13.00 WIB – selesai. Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum

ini, yaitu Alat yang digunakan berupa mikroskop, pisau silet, pinset, kaca objek,
kaca penutup, cork borer dengan garis tengah 1cm untuk membuat potongan umbi
kentang, pisau silet, timbangan analitik, gelas piala, dan gelas aqua. Sedangkan
bahan yang digunakan berupa daun Rhoe discolor yang masih segar, larutan gula
dengan konsentrasi 0,14M ; 0,20M ; 0,26M. Solanum tuberosum L, akuades dan
larutan sukrosa 0,05M ; 0,15M ; 0,30M ; 0,45M ; 0,60M.
Langkah kerja pada praktikum ini sebagai berikut : Cara kerja tekanan
osmosis pada Rhoe discolor yaitu yang pertama dua gelas aqua disiapkan dan
kemudian diisi larutan sukrosa ke dalam gelas kira-kira 1/3 bagian, 1 gelas untuk
1 konsentrasi. Lapisan tipis epidermis berwarna ungu daun Rhoe discolor disayat
menggunakan pisau silet. Diusahakan menyayat hanya selapis saja. Sayatan
tersebut diperiksa dengan menggunakan mikroskop. Apabila sayatan cukup
representatif, sayatan tadi dimasukkan kedalam gelas aqua dan dicatat waktu
mulai perendaman. Sayatan dibiarkan dalam larutan selama 15 menit. Setelah 15
menit sayatan epidermis tadi diperiksa dari berbagai konsentrasi sukrosa dengan
mikroskop. Dicari larutan gula dimana 50% dari jumlah sel epidermis tadi telah
terplasmolisis yang keadaan ini disebut insipient plasmolisis. Sel pada keadaan

insipient plasmolisis memiliki potensial osmotic sama dengan potensial osmotik
larutan yang digunakan. Potensial osmotik sel pada insipient plasmolisis

ditentukan.
Cara kerja potensial air pada Solanum tuberosum L yaitu yang pertama dua
gelas piala atau gelas beaker disiapkan dengan masing-masing tabung diisi dengan
100 ml larutan berikut ini: akuades, sukrosa dengan konsentrasi 0,05 molar; 0,15
molar ; 0,30 molar; 0,45 molar dan 0,60 molar. Tahap-tahap berkut ini harus
dilakukan dengan cepat. Umbi kentang dibuat 12 silinder dengan bor yang
bergaris tengah 1 cm, dengan panjang 4 cm. Bagian luar kulitnya dihilangkan.
Sebaiknya semua silinder umbi kentang dibuat dari satu umbi saja dan diletakkan
di sebuah wadah tertutup. Silinder kentang dipotong dengan pisau silet menjadi
irisan-irisan tipis dengan tebal 1-2 mm. Irisan kentang dibilas dengan akuades
dengan cepat dikeringkan dengan kertas hisap dan ditimbang. Selanjutnya di
masukkan ke dalam salah satu larutan sukrosa yang telah disiapkan. Hal ini
dilakukan pada setiap silinder kentang untuk masing-masing larutan berikutnya.
Tepat 15 menit setelah direndam, irisan-irisan tersebut dikeluarkan dari masingmasing tabung. Lalu dikeringkan dengan kertas handuk atau hisap, semua hal ini
dilakukan untuk semua contoh percobaan. Untuk menghitung perubahan berat
digunakan rumus berikut:
peruba h an berat=

Berat akhir−Berat mula−mula
Berat mula−mula

x 100 %

Kemudian dibuat grafik dan diplotkan persen perubahan berat pada ordinat
( dalam molar ) pada absis. Potensial air jaringan
dan konsentrasi larutan sukrosa
dapat diperoleh setelah dihitung potensial osmotik ( ᴪs ) untuk masing-masing
konsentrasi larutan sukrosa dan digunakan rumus berikut:
-φs = C.i.R.T
Dimana : -φs = Potensial air
I = Konstanta ionisasi sukrosa = 1
R= Konstanta gram (0,0831 bar/derajat mol)
T= Suhu absolut (0C + 273)
Rumus diatas cukup digunakan untuk menghitung potensial osmotik suatu
larutan sukrosa ( -φs ), selanjutnya potensial dari larutan-larutan lainnya dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus berikut ini :
M1 M2
=
φs1 φs 2
Kemudian tentukan konsentrasi sukrosa yang tidak menghasilkan perubahan
berat dengan menginterpolasikandari grafik. Dan dihitung φs dari larutan ini. Nilai
φs tersebut sebanding dengan potensial air ( φw ) jaringan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Tekanan osmotik pada Rhoe discolor
Preparat

Konsentras
i gula

Jumlah sel sebelum
perendaman

Jumlah sel yang
terplasmolisis

Presentase
plasmolisis

Preparat 1

0,14

192

98

50 %

Preparat 2

0,20

185

185

100 %

Preparat 3

0,26

194

165

85 %

Tabel 2. Potensial air pada kentang (Solanum tuberosum L.)
% perubahan =
Jenis Larutan

Konsentrasi
(M)

Berat
Awal

Berat
Akhir

berat ak h ir−berat awal
berat awal
x 100 %

Aquades

0

1,89

2,21

16,9

Larutan Gula

0,05

1,99

2,29

15,1

Larutan Gula

0,15

1,73

1,91

10,4

Larutan Gula

0,30

1,90

2,03

6,8

Larutan Gula

0,45

1,88

1,93

3,7

Larutan Gula

0,60

1,71

1,67

-2,3

Grafik Persentase perubahan berat kentang (Solanum tuberosum)

Perubahan Persentase Berat

% Perubahan Berat
20
15
10
5
0
0M

0,05 M

0,15 M

0,30 M

0,45 M

0,60 M

-5
Konsentrasi

Pada praktikum pengukuran tekanan osmosis cairan sel, bahan yang
digunakan adalah sel epidermis daun Rhoe discolor yang dikupas bagian lapisan
epidermisnya dengan memakai larutan sukrosa pada konsentrasi yang berbeda.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,pada konsentrasi sukrosa 0,14M ; 0,20M
; 0,26M diperoleh bahwa perlakuan pada larutan sukrosa 0,14M yang memiliki ±
50% sel yang terplasmolisis yang disebut plasmolisis insipien.
Tekanan yang mendorong terjadinya difusi ini dinamakan tekanan osmosis
atau osmotic pressure. Tekanan yang menjadi penentuan dalam pencarian suatu
larutan dengan tekanan osmosis yang sama dengan cairannya disebut dengan
tekanan difusi. Karena konsentrasi larutan gula berperan dalam plasmolisis sel,
maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak sel yang terplasmolisis. Hal
tersebut dapat kita lihat dengan adanya suatu bintik atau titik yang berada di
tengah-tengah sel tanaman tersebut. Menurut Salisbury dan Ross (1992), larutan
yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50%
tidak berplasmolisis disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis ini terjadi apabila sel
berada dalam keadaan tanpa tekanan.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi
nilai molaritas larutan sukrosa, maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Hal
ini terbukti dengan keberadaan senyawa antosianin berwarna keunguan yang
terkandung dalam daun Rhoeo discolor semakin turun kadarnya jika dimasukkan
secara bertahap kedalam larutan sukrosa yang berbeda-beda tingkat atau nilai
molaritasnya. Akibatnya, akan semakin banyak sel yang keriput. Setiap kenaikan
0,02 M, maka persentase plasmolisis sel akan meningkat sebanyak 10 %.
Terjadinya kekeliruan beberapa hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan

literatur bisa saja disebabkan kurang telitinya praktikan dalam membuat larutan
konsentrasi sukrosa.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengukur nilai potensial air pada
jaringan umbi kentang (Solanum tuberosum). Dengan proses yaitu dengan
melakukan perendaman terhadap umbi kentang yang sudah terpotong-potong
sesuai prosedur kerja dan dimasukan kedalam larutan sukrosa dengan konsentrasi
serta dalam aquades sebagai variabel konntrol. Setelah itu merendam umbi
kentang kedalam larutan sukrosa selama masing-masing selama 2 jam.
Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan laporan sementara, aquades,
memiliki perubahan berat 16,9 %. Nilai positif ini diperoleh dari berat akhir
kentang yang lebih besar dari berat awal kentang, akibat terjadinya penambahan
berat jaringan oleh air dari larutan sukrosa. Pergerakan air dari larutan sukrosa
menuju sel kentang menunjukkan bahwa konsentrasi air dalam larutan sukrosa
lebih tinggi daripada dalam sel kentang. Dengan demikian larutan sukrosa 0,05 M,
0,15 M, 0,30 M, 0,45M disebut larutan hipotonis (larutan dengan kandungan
solute yang lebih rendah dari larutan lain). Sedangkan pada konsentrasi 0,60M
perubahan berat kentang bernilai negatif. Nilai ini diperoleh dari berat akhir
kentang yang lebih kecil dari berat awal kentang, akibat terjadi penyusutan berat
jaringan karena air keluar dari sel menuju larutan sukrosa sehingga dapat
disimpulkan merupakan larutan hipertonis (kandungan solutenya lebih tinggi
daripada sekelilingnya)(Listiana,2010). Hal ini berarti telah sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air tinggi ke potensial air
yang rendah. Perpindahan atau pergerakan molekul air dari potensial air yang
tinggi kepotensial air yang rendah disebut dengan osmosis.

KESIMPULAN DAN SARAN
Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya protoplasma dari dinding sel karena
keluarnya sebagian air dari vakuola. Larutan yang di dalamnya terdapat
sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis disebut
plasmolisis insipien. Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan
tanpa tekanan. Semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka semakin cepat
sel terplasmolis. Senyawa yang terkandung dalam daun Rhoeo discolor adalah
senyawa antosianin yang berwarna keunguan. Sel epidermis daun Rhoeo discolor
pada praktikum yang mengalami plasmolisis insipien adalah pada perlakuan 0,22
M.
Osmosis merupakan difusi air, hal ini karena terdapat ruang terpisah satu
sama lain oleh membran selektif permeabel. Apabila konsentrasi larutan tinggi
dari jaringan, maka air keluar jaringan sehingga berat jaringan berkurang, disebut
jaringan dalam kondisi hipertonis. begitu pula sebaliknya (kondisi hipotonik).

Sedangkan larutan isotonis tidak terjadi perpindahan molekul air sehingga berat
jaringan tetap.
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan praktikum agar hasil yang
di peroleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan meningkatkan kerjasama
antara sesama anggota kelompok. Sebaiknya laboran memperbarui alat-alat
praktikum, misalnya mikroskop atau alat bedah, karena sudah banyak yang rusak
(tak layak pakai) serta menambah alat-alat praktikum lainnya, guna kelancaran
kegiatan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Basahona, Sumanto. 2011. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Pengukuran
Potensial Air Jaringan Tumbuhan.(Online) (http://basahona.blogspot.com/2010 /
12 /laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan. html) diakses tanggal 9 April 2014.
Campbell, Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G Mitchel. 2004. Biologi Edisi ke 5
jilid II. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia: Jakarta.
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Gajah Mada Universitas Press:
Yogyakarta.
Haryadi, Sri Setyadi. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Ismail dan Abd Muis. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi
Universitas Negeri Makassar, Makassar.
Lakitan, Benjamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Listiana, Desti. 2010. Struktur Anatomi Organ Tumbuhan. Jurnal Tugas Akhir
Universitas Muhammadiyah Metro. Vol.2 hal: 9-13.

Salisbury, B. Frank dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB:
Bandung.
Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan
Biologi .ITB : Bandung.
Sastrodinoto, Soenarjo. 1980. Biologi Umum II. PT. Gramedia: Jakarta
Wirawan. 2006. Studi Transfer Massa pada Proses Dehidrasi Osmosis Kentang
(Solanum tuberosum L ), jurnal biologi Vol.30 Hal.12. diakses tanggal 9 April
2014. www.chuibar.comnolaporan percobaan osmosis pada kentang.html.