STABILISASI SIFAT FISIK TANAH LEMPUNG EK

STABILISASI SIFAT FISIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF
DENGAN GARAM DAPUR (NaCl)
Alma Sulton Auliyak1, Ahmad Herison2
1

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung

ABSTRACT
The soil was the basis of a structure or construction, be it construction or road construction,
which often creates problems if they have bad traits. This study aims to overcome the existing
problems on expansive clay so then conducted research using the salt kitchen (NaCl) as a
stabilization material. Physically the size of the clay was to pass the filter no. 200, to
determine the type of clay was not enough just seen from the size of the granules but need to
know the mineral forming. Things to note during the experiment were: type and amount of
minerals, type of cations in soil, surface area, particle size distribution, and pore water. The
expansive clay soil sample was taken from Citra Land Surabaya housing, while the salt
samples of the kitchen are used stamp salt. Methods were done by mixing the salt of the
kitchen (NaCl) by 10%, 20%, 30%, 40% and 50% with 7 days maintenance period. The
results showed that the salt stabilization (NaCl) stabilize the physical properties of expansive

clay soil. Based on the test results obtained, on physical properties: volume weight, moisture
content, density, and Atterberg boundaries decreased after stabilization. From the above study
it was concluded that the salt content of 10%, 20%, 30%, 40% is still not good. And the best
mixture is 50% addition of salt (NaCl).
Keywords : expansive clay soils, NaCl, stabilization, fisic behaviour,mechanic behaviour
ABSTRAK
Tanah merupakan dasar dari suatu struktur atau konstruksi, baik itu konstruksi bangunan
maupun konstruksi jalan, yang sering menimbulkan masalah bila memiliki sifat-sifat yang
buruk. Kajian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada tanah lempung
ekspansif maka diadakan penelitian dengan menggunakan garam dapur (NaCl) sebagai
bahan stabilisasinya. Secara fisik ukuran lempung adalah lolos saringan no. 200, untuk
menentukan jenis lempung tidak cukup hanya dilihat dari ukuran butirannya saja tetapi perlu
diketahui mineral pembentuknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat percobaan antara
lain: tipe dan jumlah mineral, tipe kation didalam tanah, luas permukaan, distribusi ukuran
partikel, dan air pori. Sampel tanah lempung ekspansif diambil dari perumahan Citra
Land Surabaya, sedangkan sampel garam dapur digunakan garam dapur cap kapal api.
Metode dilakukan dengan mencampurkan garam dapur (NaCl) sebesar 10%, 20%, 30%,
40% dan 50% dengan masa perawatan 7 hari. Hasil kajian menunjukkan bahan stabilisasi
garam dapur (NaCl) dapat memperbaiki sifat fisik tanah lempung ekspansif. Berdasarkan
hasil pengujian didapat, pada sifat fisik : berat volume, kadar air, berat jenis, dan batasbatas Atterberg mengalami penurunan setelah distabilisasi. Dari kajian diatas disimpulkan,


bahwa kadar campuran garam 10%, 20%, 30%, 40% masih kurang baik. Dan kadar
campuran yang paling baik adalah 50% penambahan garam dapur (NaCl).
Kata kunci : tanah lempung ekspansif, garam dapur (NaCl), stabilisasi, sifat-sifat fisik, sifatsifat mekanik
PENDAHULUAN
Stabilitas tanah adalah upaya yang dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat asal tanah pada
dasarnya stabilisasi yang menggunakan garam mempunyai prinsip yang sama dengan
stabilisasi yang menggunakan zat kimia lainnya. Keuntungan yang dihasilkan adalah
menaikkan kepadatan dan menambah kekuatan tanah. Tanah dengan LL (liquit limits) yang
tinggi biasanya memberikan reaksi yang bagus dengan penambahan garam ini (Ingles dan
Metcalf et al., 1992).
Lempung ekspansif memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap perubahan kadar air
(Supriyono et al.,1995). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah
lempung ekspansif secara umum dibedakan menjadi dua yaitu: faktor komposisi tanah dan
faktor pengaruh lingkungan (Schaefer et al., 1997). Faktor yang pertama dapat diketahui
dengan mengadakan percobaan di laboratorium pada contoh tanah terusik. Faktor
pengaruh lingkungan dapat diketahui melalui pengujian laboratorium pada contoh tanah
asli (Suhardjito et al.,1989).
Upaya stabilisasi tanah lempung sudah banyak dilakukan dengan stabilisator yang
beraneka ragam seperti : kapur, semen, kombinasi semen dan abu terbang, GEOSTA, aspal

dan lain-lain. Alasan penggunaan bahan-bahan tersebut adalah kesesuaiannya dengan
jenis tanah, mudah didapat, murah harganya, dan tidak mencemari lingkungan.
Kezdi melaporkan bahwa dengan menambah semen baik kedalam tanah lempung
maupun kedalam tanah pasir akan meningkatkan kepadatan maksimum tanah tersebut
sebesar kurang lebih 10%. Namun demikian, jika diterapkan pada tanah lanau
kepadatannya justru menurun. Menurutnya, semen menurunkan indeks plastisitas tanah
kohesif yang disebabkan oleh peningkatan batas plastis serta penurunan batas cairnya (Kezdi
et al., 1979).
Hosiya dan Mandal melakukan stabilisasi tanah lempung dengan bubuk logam (aluminum +
besi tuang). Hasil kajian yang dilaporkan adalah bahwa dengan menambah 0,5% berat bubuk
logam kedalam tanah lempung akan menaikkan nilai kohesi tanah tersebut kurang lebih
sebesar 15%, sedangkan kuat tekan bebas tanah lemtersebut meningkat kurang lebih 17%
dibanding dengan kuat tekan bebas tanah asli (Hosiya and Mandal et al., 1984).
Idrus melakukan kajian mengenai stabilisasi tanah lempung dengan menggunakan kapur
sebagai bahan kimia. Hasil yang diperoleh dari kajian tersebut,kepadatan kering
maksimum (standar Proctor) meningkat sebesar 30% dari kepadatan semula (tanah asli),
dengan kadar kapur optimum pada 8,5%. Disamping itu, pada pengujian tekan bebas
menunjukkan bahwa kuat geser tak terdrainase (Su) dari tanah lempung meningkat

sebesar 25% dari kuat geser tanah asli. Nilai CBR tanah juga mengalami kenaikan sebesar

25% (Idrus et al., 1991).
Hapsoro melakukan kajian mengenai stabilisasi tanah lempung dengan menggunakan
campuran abu terbang dan GEOSTA. Kadar abu terbang dibuat tetap sebesar 13% dari
berat tanah, sedangkan kadar GEOSTA bervariasi sampai dengan 15% (0,1,5,8,10,15).
Hasil kajian menunjukkan bahwa kadar GEOSTA terbaik (optimum) berada pada 8%.
Pada kadar optimum tersebut, kuat geser tanah meningkat sebesar 25% dan kepadatan
kering maksimum meningkat 28%, yang diikuti oleh penurunan kadar air optimum
(Hapsoro et al., 1996).
Hatmoko dan Suhartono melakukan kajian stabilisasi tanah lempung ekspansif dengan
menggunakan stabilisator pasir dan semen. Penambahan pasir dimaksudkan untuk
menurunkan indeks plastisitas tanah lempung. Penambahan pasir 7,5% berat
menunjukkan penurunan indeks plastisitas yang cukup besar. Kemudian pada komposisi
campuran tersebut (kadar pasir 7,5%), dilakukan stabisasi dengan semen dengan prosentasi :
0, 2,5; 7,5; 10; 12,5; dan 15%. Pengujian sifat-sifat mekanik yang dilakukan adalah :
pengujian kepadatan, CBR, dan pengujian tekan bebas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa:
kepadatan maksimal dan kadar air optimum dicapai pada kadar semen 7,5%.
Peningkatan nilai CBR dan penurunan nilai pengembangan terlihat cukup besar pada masa
peredaman 14 hari. Kuat tekan bebas akan naik dengan naiknya kadar semen pada tanah
tersebut, semakin tinggi kadar semen akan menaikkan kuat geser sesaat (kuat geser tak
terdrainase) yang disebabkan oleh terjadinya sementasi pada tanah lempung (Hatmoko dan

Suhartono et al., 2000).
Hatmoko melaporkan bahwa abu ampas tebu : menurunkan indeks plastisitas, meningkatkan
kepadatan, dan meningkatkan nilai CBR tanah lempung. Kadar optimum abu ampas tebu
terhadap tanah dalam keadaan kering sebesar 12,5%. Pada kadar abu ampas tebu tersebut,
kenaikan nilai CBR cukup signifikan, namun demikian kenaikan kuat tekan bebasnya
tidak cukup berarti (Hatmoko et al., 2003).
Hatmoko J & Suhartono, melakukan kajiian tentang stabilisasi tanah lempung ekspansif
dengan menggunakan pasir dan semen. Hasil kajian menunjukkan bahwa nilai CBR, dan
kepadatan standar naik dengan naiknya presentase semen didalam tanah. Kadar optimum
tercapai pada kadar semen 7,5%. Pada kadar semen tersebut terlihat adanya penurunan
potensi pengembangan dan peningkatan nilai CBR yang cukup signifikan. Pada pengujian
tekan bebas terlihat bahwa semakin tinggi kadar semen, nilai parameter kuat geser tanah
semakin naik. Dalam hal ini tidak terlihat adanya kadar semen optimum (Hatmoko dan
Suhartono et al., 2000).
Kajian tentang tanah sangat dibutuhkan untuk menjamin stabilitas bangunan karena kekuatan
struktur secara langsung akan dipengaruhi oleh kemampuan tanah dasar atau pondasi
setempat dalam menerima dan meneruskan beban yang bekerja (Sosrodarsono et al.,
1990). Lempung merupakan salah satu jenis tanah yang sangat dipengaruhi oleh kadar
air dan mempunyai sifat cukup kompleks (Das et al., 1993). Kadar air mempengaruhi
sifat kembang susut dan kohesinya. Lempung yang memiliki fluktusi kembang susut tinggi


disebut lempung ekspansif (Sudjianto et al., 2006). Stabilisasi tanah diperlukan apabila
tanah yang terdapat dilapangan bersifat sangat lepasatau sangat mudah tertekan,
mempunyai indekskonsistensi yang tidak sesuai, permeabilitas yang terlalu tinggi, atau
sifat lain yang tidak sesuai untuk proyek pembangunan (Bowles et al., 1991). Tanah
ekspansif ini sering menimbulkan kerusakan pada bangunan seperti retaknya dinding,
terangkatnya pondasi, jalan bergelombang dan sebagainya (Das et al., 1988)..
Kajian tentang tanah lempung ekspansif sudah banyak dilakukan, akan tetapi kajian
terbuka luas terutama usaha perbaikan sifat kembang susut dengan bahan tambah dikaitkan
dengan pengukuran tekanan pengembangan secara langsung. Dalam kajian ini usaha
stabilitasi kimiawi lempung dengan penambahan limbah garam dapur (NaCl) sebagai
stabilizing agent untuk mengurangi tekanan pengembangan lempung ekspansif.
ASTM memberi batasan bahwa secara fisik ukuran lempung adalah lolos saringan No. 200.
Untuk menentukan jenis lempung tidak cukup hanya dilihat dari ukuran butirannya saja tetapi
perlu diketahui mineral pembentuknya (Yayuk et al., 2013). Menurut Chen, mineral lempung
terdiri dari tiga komponen penting yaitu montmorillonite, illitedan kaolinite (Chen et al.,
1975). Kandungan mineral montmorillonite mempengaruhi nilai batas konsistensi. Semakin
besarkandungan mineral montmorillonite semakin besarbatas cair dan indeks plastisitas
serta semakin kecilnilai batas susut dan batas plastisnya (Supriyono Suriadi et al., 2000).
Karena sifat-sifat tersebut montmorilonite sangat sering menimbulkan masalah pada

bangunan (Hardiyatmo et al., 2002).
Metode stabilisasi tanah dapat dibagi menjadi 2 klasifikasi utama yaitu berdasarkan
sifatteknisnya dan berdasarkan pada tujuannya, dimana beberapa variasi dapat digunakan.
Dari sifat teknisnya, stabilisasi dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :stabilisasi mekanis,
stabilisasi fisik dan stabilisasi kimiawi (Ingles dan Metcalf et al., 1972). Stabilitas tanah
ekspansif yang murah dan efektif adalah dengan menambahkan bahan kimia tertentu, dengan
penambahan bahan kimia dapat mengikat mineral lempung menjadi padat, sehingga
mengurangi kembang susut tanah lempung ekspansif (Ingles dan Metcalf et al., 1972).
Struktur NaCl meliputi anion di tengah dan kation menempati pada rongga octahedral.
Larutan garam merupakan suatu elektrolit, yang mempunyai gerakan brown
dipermukaan yang lebih besar dari gerakan brown pada air murni sehingga bisa menurunkan
air dan larutan ini menembah gaya kohesi antar partikel sehingga ikatan partikel
menjadi lebih rapat (Bowles et al., 1984), selain itu larutan ini bisa memudahkan didalam
memadatkan tanah (Ingles dan Metcalf et al., 1992). Kajian ini bertujuan mengetahui
manfaat dari garam dapur NaCl cap kapal api terhadap stabilisasi tanah lempung ekspansif
yang meliputi perubahan fisik tanah tersebut seperti perubahan terhadap berat volume, kadar
air, berat jenis, pemeriksaan batas-batas atteberg, serta pemadatan standar.

BAHAN DAN METODE


Bahan kajian ini adalah tanah lempung ekspansif yang diambil dari perumahan Citra Land
Surabaya, sedangkan bahan penstabilisasi adalah garam dapur (NaCl) cap kapal api yang
banyak terdapat di toko-toko dan super market maupun minimarket di seluruh wilayah
Indonesia. Metode kajian ini dari awal hingga berakhirnya kajian ini secara rinci dengan
mengacu pada diagram alir yang terlihat pada gambar 1 (Mitchell et al., 1976) berikut ini :

START

Persiapan tanah dan peralatan

Pengujian Tanah Asli :
- Analisis Hidrometer
- Atteberg Test (Konsistensi Kekentalan)
- Standard Compaction Test (Pemadatan
Standar)
- Specific Grafity (Berat Jenis)
- Berat Volume (ᵞ)

\


- Permeabilitas (k)
- Kadar Air (w)

Pencampuran dan pembuatan benda uji
Tanah +
10%NaCl

Tanah + 20%
NaCl

Pengujian
benda uji
pemeraman
dan perawatan
7 hari

Hasil penelitian

Tanah + 30%
NaCl


Tanah + 40%
NaCl

kadarVolume
air (OMC)
- CompactionPenambahan
Test
- Berat
(ᵞ)
Atteberg Test
-Kadar Air (w)
Specific Grafity

Kesimpulan dan Saran
Gambar 1. Diagram Alir
Sumber : (Mitchell et al., 1976)

HASIL KAJIAN
Hasil Kajian Sifat - Sifat Fisik Tanah Lempung Ekspansif


Tanah + 50%
NaCl

-

a. Hasil Pemeriksaaan Berat Volume ( γ ) (Hatmoko et al., 2003)
Dari hasil pengamatan berat volume, diperoleh hasil pada tabel 1. Pada pengamatan
tersebut diperoleh penurunan nilai berat volume pada tanah campuran terhadap tanah asli.
Tabel 1. Hasil Kajian Berat Volume
Perlakuan
Tanah Asli
Tanah Asli + 10% NaCl
Tanah Asli + 20% NaCl
Tanah Asli + 30% NaCl
Tanah Asli + 40% NaCl
Tanah Asli + 50% NaCl

Berat Volume (γ)
1,855
1,741
1,706
1,665
1,612
1,545

Sumber : (Hardiyatmo et al., 2002)
b. Hasil Pemeriksaaan Kadar Air (w) (Kezdi et al., 2000)
Dari hasil pengamatan kadar air, diperoleh hasil pada tabel 2. Pada pengamatan
tersebut diperoleh penurunan nilai kadar air pada tanah campuran terhadap tanah asli.
Tabel 2. Hasil Kajian Kadar Air
Perlakuan
Tanah Asli
Tanah Asli + 10% NaCl
Tanah Asli + 20% NaCl
Tanah Asli + 30% NaCl
Tanah Asli + 40% NaCl
Tanah Asli + 50% NaCl

Kadar Air (w)%
15.73
8.99
8.09
5.87
5.60
4.69

Sumber : (Hatmoko Jhon et al., 2003)

c. Hasil Pemeriksaaan Berat Jenis (Gs) (Hatmoko dan Suhartono et al., 2000)
Dari hasil pengamatan berat jenis, diperoleh hasil pada tabel 3. Pada pengamatan
tersebut diperoleh penurunan nilai berat jenis pada tanah campuran terhadap tanah asli.

Tabel 3.Hasil Kajian berat jenis
Perlakuan
Berat Jenis (Gs)
Tanah Asli
2.352
Tanah Asli + 10% NaCl
2.43
Tanah Asli + 20% NaCl
2.666
Tanah Asli + 30% NaCl
2.28
Tanah Asli + 40% NaCl
2.692
Tanah Asli + 50% NaCl
2.0561
Sumber : (Irianto Wardani et al., 2004)
d. Hasil Pemeriksaaan Batas-Batas Atteberg (Hosiya and Mandal et al., 1984)
Hasil pemeriksaan batas-batas Atteberg seperti terlihat pada tabel 4, yang terdiri dari batas
cair (LL), batas plastis (PL), batas susut (SL) dan nilai plastisitas (PI).
Tabel 4. Hasil Kajian Atteberg Limit
Material
Tanah Asli
Tanah Asli + 10% NaCl
Tanah Asli + 20% NaCl
Tanah Asli + 30% NaCl
Tanah Asli + 40% NaCl
Tanah Asli + 50% NaCl

LL
(%)
104,56
92,56
89,86
85,57
84,67
82,45

PL
(%)
46,78
43,95
46,04
51,69
53,32
52,20

PI
(%)
57,78
48,61
43,87
33,87
31,35
30,25

SL
(%)
37,90
37,47
32,88
32,07
28,52
23,20

Sumber : (Sudjianto et al., 2002)
e. Hasil Pemeriksaaan Pemadatan Standar (Suriadi et al., 2000)
Dari hasil uji pemadatan tanah standar , diperoleh nilai kadar air optimum (OMC) dan berat
isi kering ( d γ ) maksimum seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Kajian Pemadatan
Material
Tanah Asli
Tanah Asli + 10% NaCl
Tanah Asli + 20% NaCl
Tanah Asli + 30% NaCl
Tanah Asli + 40% NaCl
Tanah Asli + 50% NaCl

OMC (%)
11.7
24.43
19.06
18.95
16.197
15.473

Sumber : (Sudjianto et al., 2006)

PEMBAHASAN
Sifat - Sifat Fisik Tanah Lempung Ekspansif

γd Maks. ( gr/cm3)
1.542
1.537
1.582
1.656
1.655
1.698

a. Berat Volume ( γ ) (Hatmoko et al., 2003)
Dari gambar 2 terlihat semakin besar penambahan NaCl maka semakin kecil berat
volume tanah lempung ekspansif, dengan nilai R = 0,97.

Gambar 2. Hubungan Persentase Campuran dengan Berat Volume
Sumber : (Hardiyatmo et al., 2002)
b. Kadar Air (w) (Kezdi et al., 1979)
Untuk kadar air menunjukkan semakin besar penambahan NaCl semakin kecil kadar air dari
lempung ekspansif, seperti terlihat pada gambar 3, dengan nilai R = 0,94.

Gambar 3. Hubungan Persentase Campuran dengan Kadar Air
Sumber : (Hatmoko Jhon et al., 2003)
c. Berat Jenis (Gs) (Hatmoko dan Suhartono et al., 2000)
Pada penambahan garam dapur (NaCl) menyebabkan berat jenis tanah lempung
ekspansif semakin kecil, seperti terlihat pada gambar 4, dengan nilai R = 0,3.

Gambar 4. Hubungan Persentase Campuran dengan Berat Jenis
Sumber : (Irianto Wardani et al., 2004)
d. Batas-Batas Atteberg (Hosiya and Mandal et al., 1984)
Batas-batas Aterberg merupakan sifat fisik yang penting pada tanah lempung ekspansif.
Dari hasil kajian menunjukkan semakin besar penambahan garam dapur (NaCl) maka
semakin kecil nilai batas cair (LL), Batas susut (SL) dan indeks plastisitas. Nilai
batas-batas Atterberg terjadi nilai optimum pada kadar penambahan garam dapur (NaCl)
sebesar 50 %, dengan nilai R = 0,85.

Gambar 5. Hubungan Persentase Campuran dengan Batas-batas Atterberg
Sumber : (Sudjianto et al., 2002)

e. Pemadatan (Suriadi et al., 2000)
Pada uji pemadatan menunjukan semakin besar penambahan garam dapur (NaCl) maka
semakin menurun kurva pemadatan.. Ini menunjukan tanah semakin baik, seperti
terlihat pada gambar 6.

Gambar 6. Hubungan Persentase Campuran dengan Pemadatan Standar
Sumber : (Sudjianto et al., 2006)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut,penggunaan bahan campuran
garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung ekspansif mampu
menurunkan kadar air dari tanah asli sebesar 15,73% menjadi 4,63% pada campuran
50%. Dan diikuti menurunnya berat isi kering dari 1.855 gram/cm3menjadi 1.545
gram/cm3. pada campuran NaCl 50%.
Pemakaian bahan campuran garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi terhadap
tanah lempung ekspansif mampu menurunkan besarnya nilai PI (Indeks Plastisitas) pada
tanah lempung ekspansif sebesar 55.780% pada campuran 50% sebesar 30.250%.
Pemakaian bahan campuran garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi terhadap
tanah lempung ekspansif mampu menurunkan nilai berat jenis tanah pada semua
perlakuan terhadap tanah lempung ekspansif sebesar 2.352 menjadi 2.150 pada
campuran NaCl 50%.
Penambahan garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi dapat meningkatkan
kepadatan tanah lempung ekspansif sebesar 1,542 gram/cm3menjadi 1,698 gram/cm3. Hal
ini disebabkan oleh adanya air yang semula mengisi pori-pori pada tanah digantikan
dengan bahan campuran garam dapur (NaCl), sehingga mengakibatkan terjadinya reaksi
penggantian kation dan pembentukan butiran tanah yang lebih besar. Sehingga secara
keseluruhan dapat disimpulkan kadar campuran yang paling baik untuk stabilisasi tanah
lempung ekspansif adalah pencampuran garam (NaCl) sebesar 50%.

DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J.E.,1984, Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Bowles, J.E., 1991, “Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah”, Edisi Kedua, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Chen, F.H., 1975, Foundation on Expansive Soils, Developments in Geotechnical
Engineering 12, Else-Vier Scientific Publishing Company, New York.
Chen, F.H., 1975, “ Foundations on Expansive Soil”, Elsevier Science Publishing
Company, New York.
Das,

Braja M, 1988, Mekanika
Erlangga, Jakarta.

Tanah (Prinsip-prinsip

Rekayasa Geoteknik),

Das, B.M.,1993, Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid Kedua,
Erlangga, Jakarta.
Hapsoro, STU, 1996, Stabilisasi Tanah Lempung denganAbu Terbang dan GEOSTA,
Media TeknikEdisi Desember, 1996.
Hardiyatmo, H.C., (2002), Mekanika Tanah I,
Mada, Yogyakarta.

Edisi Kedua. Universitas Gajah

Hatmoko, John T, 2003,:Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Untuk Stabilisasi Tanah
Lempung Ekspansif, Laporan Penelitian Dosen Muda DIR.JEN. DIKTI, 2003
Hatmoko, J.T, & Suhartono, F., 2000, Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif
dengan menggunakan Pasir dan Semen, Laporan Penelitian, LPU
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Hosiya, N., and Mandal,J.N., 1984, Metallic Powders in Reinforced Earth., Journal
of Geotechnical Engineering, Vol.110, No. 10, October 1984, ASCE, pp. 15071511.
Idrus, 1991, Stabilisasi Pada Lempung Losari Dengan Kapur dan Semen., Master
Tesis, Institut Teknologi Bandung.
Ingles, O.G., dan Metcalf, J.B., 1972, Soil Stabilization, Butterworths, Sydney.
Ingles, O.G. dan Metcalf, J.B., 1992, “Soil Stabilitzation Principles and Practice”,
Butterworths Pty. Limited, Melbourne.
Irianto, Wardani, R.T., dan Hariati, I., 2004, Pengaruh Persentase Penambahan Garam
dapur (NaCl) Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanik Tanah Lempung
Ekspansif, Laporan Penelitian Hibah Penelitian Majasiswa Skim PHK A1,
Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang (tidak dipublikasikan).

Kezdi, A.,1979, Stabilized Earth Roads, Elsevier Scientific Publishing Company, New
York.
Mitchell, J.K., 1976, The Proporties of Cement Stabilized Soils, Proceeding
Residental Workshops on Material and Methods for Low Cost Road, Rail
and reclamation Works, Leura, Australia, September 6-10, 1978, published
by Unsearch Ltd., University of New South Wales, 1976.
Schaefer, V.R., Abramson, L.W., 1997, Ground improvement, ground reinforcement
and ground treatment: Developments : 1987-1997. Geotech. Spec. Publ. No.
69, ASCE New York.
Sosrodarsono, 1994, Mekanika Tanah Dan Teknik Pondasi, Penerbit P.T. Pradinya
Pamamita, Jakarta.
Sudjianto, A.T., 2002, Cara menentukan Sifat-Sifat Fisik Dan Mekanik Tanah Di
Laboratorium, JTS Universitas Widyagama Malang.
Sudjianto, A.T., 2006, Studi Potensi dan tekanan Pengembangan Pada Tanah
lempung Ekspansif Pada variasi Kadar Air, Laporan Penelitian Hibah Dikti
Depdiknas Skim PDM, Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang (tidak
dipublikasikan).
Suhardjito, 1989, Teknik Pondasi, Laboratorium Geoteknik, Pusat Antar Universitas
(PAU)., Institut Teknologi Bandung
Supriyono, 1995, Tekanan Pengembangan Untuk tanah tak terusik khususnya pada
tanah Ekspansive, Majalah Media Teknik, Fakultas Teknik Universitas
Gadjahmada, No. 3, tahun XVII, edisi Desember, Yogyakarta 1995.
Suriadi, S., 2000, “ Stabilisasi Tanah Lempung dengan Kapur dan Garam,” Tesis
S-2, Program Studi Teknik Sipil, Jurusan Ilmu-ilmu
Teknik, Program
Pascasarjana, UGM Jogjakarta.
Yayuk, Apriyanti. 2013. Perbaikan Tanah secara Mekanis dan Teknik Perbaikan
Tanah. Modul Kuliah Metode Perbaikan Tanah. Bangka Belitung.