Pembibitan Tanaman Padi degan di. doc

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBIBITAN TANAMAN PADI

Oleh :
Golongan / Kelompok : A / 6
YOKO SIMBOLON

131510501090

FITRY LAULATUL Q

131510501088

HAMZAH ARIF

131510501093

EFIA ALFIONITA

131510501099


EVRIANA DWI CAHYANI

131510501103

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang
telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia,
padi merupakan komoditas utama yang dibudidayakan oleh petani dalam
menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah
penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan
penduduk. Oleh karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama
dalam pembangunan pertanian. Kebutuhan akan beras terus meningkat seiring
dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dari pertumbuhan produksi
pangan yang tersedia.
Negara Indonesia adalah negara agraris yang begitu melimpah akan

kekayaan alam dengan kondisi iklim yang sangat mendukung bagi pengembangan
budidaya tanaman. Namun demikian, petani juga menyadari bahwa kondisi iklim
dan cara bercocok tanam saja belum menjadi jaminan bahwa tanaman dapat
berproduksi secara optimal dan kegiatan usaha tani yang dilakukan akan berhasil.
Sehingga bagi petani, sebagai langkah awal di dalam usaha pembudidayaan
tanaman perlu adanya penyiapan benih dengan kualitas yang baik.
Benih sendiri mempunyai pengertian ialah merupakan biji tanaman yang
dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta memiliki
fungsi agronomis sedangkan dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk
bermutu tinggi atau benih unggul, sebab benih harus mampu menghasilkan
tanaman yang dapat berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang
semakin maju. Bibit merupakan benih yang sudah tumbuh dan siap untuk ditanam
dilahan, karena sudah siap secara fisiologis untuk hidup.
Kebiasaan yang dilakukan oleh petani dalam penyediaan benih dan biit
tanaman padi tidak memperhatikan mutu benih. Sehingga tidak diketahui tentang
kesehatan benih, yang dapat berakibat pada pertumbuhan tanaman. semakin baik
mutu benih maka akan semakin tinggi juga kesehatannya dan produktivitasnya.
Kebanyakan petani beranggapan bahwa benih tidak perlu yang bermutu yang
penting dalam jumlah banyak dan bisa ditanam. Hal itu tentu berakibat pada


banyaknya kerudakan benih yang berakibat pada tanaman, sehingga rentan
terhadap penyakit. Pelaksanaan pembibitan tanaman harus dilakukan dengan baik
dan benar agar kita menghemat biaya, tenaga, dan waktu. Benih tanaman
merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai peranan yang
sangat menentukan dalam upaya peningkatan produksi dan mutu budidaya hasil
tanaman yang pada akhirnya peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan
masyarakat, oleh karena itu perbaikan perbenihan tanaman harus mampu
menjamin tersedianya benih bermutu secara memadai dan berkesinambungan.
Termasuk didalamnya bahwa perbenihan tanaman adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan pengadaan, pengelolaan dan peredaran benih tanaman.
Benih yang akan dijadikan bibit harus bersih, bebas dari hama dan
penyakit, bakteri, patogen, hama dan lain sebagainya yang dapat merusak mutu
benih. Kenyataan yang ada di masyarakat petani aadalah kebiasaan buruk
menebar benih dengan mencampur varietas yang kurang bermutu, tapi pada era
sekarang sudah banya di toko pertanian benih padi unggul yang bersertifikat.
Sehingga memudahkan petani mendapatkan bibit yang unggul. Dengan adanya
penyediaan dan pengawasan benih kita berharap petani dapat memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil panen mereka dengan kualitas
yang bermutu.
Tujuan

1. Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasar konsentrasi larutan uji.
2.

Mengetahui cara pembibitan tanaman padi menggunakan metode pembibitan
basah.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus
untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan dalam proses
perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan,
pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan [1]. Pada proses
penyimpanannya tidak sedikit dari benih padi mengalami kerusakan baik dari segi
tekstur, aroma, bahkan kandungannya. Kerusakan-kerusakan ini biasanya terjadi
akibat adanya patogen berupa serangan serangga, tungau, burung, dan
mikroorganisme seperti cendawan dan bakteri (Masniawati dkk, 2013).
Pemilahan benih padi sebelum disemai/ditebar dapat dilakukan dengan
perendaman benih ke dalam larutan garam 3% atau direndam dalam larutan ZA
(225 g ZA/l air), benih yang tenggelam menunjukkan benih yang baik. Sebelum
disebar, benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam. Untuk

daerah endemik hama penggerek batang gunakan perlakuan benih (seed
treatment) dengan menggunakan insektisida Fipronil 50 ST. Perlakuan benih
bertujuan untuk mencegah hama pada stadia awal perkecambahan, merangsang
pertumbuhan akar, memperkecil resiko kehilangan hasil, memelihara dan
memperbaiki kualitas benih (Ishaq, 2009).
Produksi benih yang kurang optimal, teknik penanganan pascapanen dan
teknik penyimpanan yang kurang baik dapat menyebabkan kemunduran benih
yang berdampak terhadap penurunan daya berkecambah dan vigor benih. Oleh
karena itu, perlu upaya untuk meningkatkan mutu benih yang telah mengalami
kemunduran. Invigorasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan mutu
fisiologis benih, terutama vigor benih, melalui perlakuan fisik maupun kimiawi.
Benih yang bervigor tinggi mampu menunjukkan kinerja yang baik dalam proses
perkecambahan dalam kondisi lingkungan yang beragam (Wahyuni, 2011).
Penabur benih padi secara langsung merupakan salah satu alternatif yang
dapat digunakan. Alat Tanam benih padi secara langsung, dimana benih padi
langsung disebar di lahan budidaya tanpa melalui proses penyemaian terlebih
dahulu. Cara ini berbeda denga budidaya padi sistem pindah tanam atau
transplanting, dalam hal pembibitannya. Kegiatan lainnya relatif sama. Dalam
sistem pindah tanam, benih padi disemaikan terlebih dahulu di lahan yang terpisah


dengan lahan budidaya. Dengan demikian, dibutuhkan tenaga untuk persiapan
lahan semai, penyebaran benih, pencabutan bibit yang sudah siap tanam, dan
tenaga tanam. Ditambah lagi tenaga transportasi untuk memindah bibit dari lokasi
penyemaian menuju ke lokasi budidaya, karena seringkali lahannya berjauhan.
Dalam tabela tenaga untuk melakukan kegiatankegiatan tersebut tidak ada. Jadi
dengan tabela dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja yang tentunya dapat
mengurangi biaya produksi jika menggunakan tenaga kerja upahan atau buruh tani
(Salimin, 2012).
Umur pindah bibit tanaman padi harus tepat untuk mengantisipasi
perkembangan akar yang secara umum berhenti pada umur 42 hari sesudah semai,
sementara jumlah anakan produktif akan mencapai maksimal pada umur 49-50
hari sesudah semai. Penanaman bibit muda memiliki beberapa keunggulan, antara
lain tanaman dapat tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih
banyak dan perakaran bibit berumur kurang dari 15 hari lebih cepat beradaptasi
dan cepat pulih dari cekaman akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan
pertanaman. Secara umum, sistem tanam dan umur bibit pada tanaman padi sawah
diketahui berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun hasil padi sawah. Walaupun
demikian, umur bibit dan sistem tanam yang optimum masih belum diketahui
dengan tepat. Oleh karena itu, penelitian mengenai sistem tanam dan umur bibit
pada padi sawah masih sangat penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian adalah

untuk mempelajari pengaruh sistem tanam dan umur bibit yang tepat sehingga
dapat meningkatkan produksi padi sawah (Anggraini, 2013).
Sistem tanam padi sawah sampai saat ini umumnya dilakukan petani
menggunakan sistem tanam pindah (tapin). Sistem ini selain tidak banyak
membutuhkan persyaratan khusus juga tidak banyak resiko seperti sistem tanam
benih langsung (tabela). Namun, masih banyak petani yang menggunakan bibit
dengan jumlah bibit yang relatif banyak (7-10 batang per rumpun, bahkan lebih
dari 10 batang per rumpun). Padahal rekomendasi yang umum untuk penggunaan
jumlah bibit padi sawah adalah 3 batang per rumpun. Bahkan pada teknologi SRI
(The System of Rice Intensification), jumlah bibit yang diterapkan adalah 1
batang per rumpun. Penanaman bibit dengan jumlah yang relatif lebih banyak (5-

10 batang per rumpun, bahkan >10 batang per rumpun) menyebabkan terjadinya
persaingan sesama tanaman padi (kompetisi inter spesies) yang sangat keras untuk
mendapatkan air, unsur hara, CO2, O2, cahaya, dan ruang untuk tumbuh sehingga
pertumbuhan akan menjadi tidak normal. Akibatnya, tanaman padi menjadi
lemah, mudah rebah, mudah terserang hama dan penyakit, dan lebih lanjut
keadaan tersebut dapat mengurangi hasil gabah. Sedangkan penggunaan jumlah
bibit yang lebih sedikit (1-3 batang per rumpun) menyebabkan: (1) lebih
ringannya kompetisi inter spesies; dan (2) lebih sedikitnya jumlah benih yang

digunakan sehingga mengurangi biaya produksi (Kasim dalam Misran, 2014)
Kerja petani Sejak beberapa tahun terakhir ini telah diperkenalkan dan
dikembangkan mesin tanam pindah bibit padi (rice transplanter). Rice
transplanter adalah mesin penanam padi yang dipergunakan untuk menanam bibit
padi yang telah disemaikan pada areal khusus (menggunakan tray/dapog) dengan
umur atau ketinggian tertentu, pada areal tanah sawah kondisi siap tanam, dan
mesin dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur (puddle) dengan kedalaman
kurang dari 40 cm. Oleh karena itu mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi
dengan alat pengapung (Taufik, 2010). Inovasi teknologi rice transplanter
berpeluang dapat mempercepat waktu tanam bibit padi dan mengatasi kelangkaan
tenaga kerja tanam bibit padi pada daerah-daerah tertentu (Suhendrata, 2013).
Budaya tanam padi unggulan secara langsung adalah teknologi yang
menjanjikan yang efektif membutuhkan sedikit tenaga kerja dan air daripada
transplantasi secara konvensional. Satu biji prima konvensional, bila ditanam
biasanya muncul lebih cepat lebih baik dengan seragam dan tanaman kuat berdiri
terus-menerus di bawah kurang dari kondisi lapangan yang optimal. tanaman
berdiri dari biji prima menyebabkan berbunga sebelumnya dan hasil gabah lebih
tinggi daripada benih non prima. biji beras halus banyak ditanam (Rehman, 2011).

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum matakuliah Pengantar Tekhnologi Pertanian “ Pembibitan
Tanaman Padi” dilaksanakan pada hari jum,at tanggal 2 Mei 2014 mulai dari jam
07.00 WIB-9.30. WIB. Tempat pelaksaan di Agrotekhnopark Jubung.
3.2 Alat dan Bahan
1. Timba
2. Timbangan
3. Alat Tulis
4. Benih Padi
5. Pupuk Za
6. Air
7. Jerami
3.3 Cara Kerja
1. Menentukan mutu benih
2. Membuat larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap liter air
dalam timba, sampai mencapai volume larutan dua kali volume benih yang
akan diuji.
3. Memasukkan secara hati-hati benih padi yang akan diuji ke dalam larutan
sambil diaduk secara merata.

4. Mengambil benih padi yang mengapung kemudian menimbang dan mencatat
beratnya.
5. Mencuci benih padi yang telah lolos uji dengan aair bersih, kemudian
merendam benih padi yang telah dicuci dalam air bersih selama 24 jam.
6. Meniriskan benih padi yang sudah direndam dan benih padi siap untuk ditabur
ke persemaian.
7. Menyiapkan tempat pembibitan
8. Menaburkan benih yang telah lolos uji secara merata pada media semai.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Menentukan Mutu Benih

Uraian
Berat Benih Yang
Mengapung
Berat Benih Yang
Tenggelam
Persentase

Benih


Hasil pengamatan
15 ons

keterangan
Benih memiliki mutu

85 ons

jelek
Semua benih digunakan

85 %

karena mutunya baik
Benih dalam keadaan baik

Baik
Pembibitan Tanaman Padi

Uraian
Varietas

Hasil pengamatan
Keterangan
Menggunakan varietas benih Bibit yang digunakan

Tanggal Sebar
Tanggal Tanam

yang unggul berasal dari luar
merupakan bibit lokal
2 Mei 2014
Praktikum pembibitan
Penanaman dilakukan saat
Penanaman tergantung
bibit berumur sekitar 17-25
hari

setelah

sebar.

varietas padi

Padi

konvensional 21 hari setelah
sebar

1
1

PEKERJAAN PEMBIBITAN TANAMAN PADI
Penyiapan Benih
1
Tahap pekerjaan :

2

1. Menyiapkan benih padi (diadakan sendiri/ beli)
2. Pemilihan benih harus berdasarkan tujuan penanaman
3. Melakukan uji mutu benih (larutan gram, Urea, dll)
4. Melakukan perendaman benih dengan air bersih
Pengamatan hasil :

3

1. Menghasilkan mutu benih yang baik
2. Benih siap disebar
Keterangan :
Jika serangan hasil panen akan digunakan benih maka benih unggul
yang digunakan sebagai bahan tanam digunakan benih pokok sedang

2

apabila untuk konsumsi cukup digunakan benih sebar
Pembuatan Bedengan Pembibitan
1
Tahapan pekerjaan :
1. Membersihkan rumput- rumput dan jerami yang masih

2

tertinggal
2. Sawah digenangi air agar menjadi lunak
3. Dibajak dan digenangi 2x
4. Membuat bedengan (petakan dengan tinggi 15-20 cm)
5. Memperbaiki bedengan
Pengamatan hasil :

3

Dihasilkan bedenga/ petakan dengan tinggi antara 15- 20 cm
Keterangan :
Luas persemaian yang harus dibuat kurang lebih 1/20 dari areal yang

3

ditanami
Penyebaran Benih
1
Tahapan pekerjaan:
1. Menyiapkan benih yang disebar
2. Lahan bedengan sudah siap disebar benih
3. Penyebaran benih dilakukan dengan memenuhi permukaan
2

bedengan
Pengamatan hasil :
Lahan bedengan tertutupi dengan benih padi yang tidak terlalu rapat
dan renggang

3
4

Keterangan :

Sebaran penebaran benih, benih diuji dengan melihat mutu benih
Pemeliharaan Pembibitan
1
Tahap pekerjaan :
1. Menjaga kecukupan air
2. Mencegah terjadinya kerusakan bibit oleh gangguan hama dan
2

penyakit
Pengamatan hasil :

3

1. Bedengan tetap tercukupi kebutuhan airnya
2. Serangan hama dan penyakit dapat diminimalisir
Keterangan :
Organisme penggangu yang paling dominan menggangu pada

5

pembibitan padi adalah kelompok hama
Pencabutan Dan Pemindahan Bibit
1
Tahap pekerjaan :
1. Bibit berumur 11-12 hari system SRI dan 20 hari budidaya
secara konvensional

2. Mencabut bibit lalu dikumpulkan kemudian dilihat bagian
2

pangkal daunnya
Pengamatan hasil :

3

Bibit yang diikat siap dipindahkan ke lahan penanaman padi
Keterangan :
Jika ukuran terlalu panjang maka bagian yang ujung daun bibit perlu
dipotong supaya saat ditanam bibit tidak mudah roboh dan mengurangi
penguapan yang berlebihan.

4.2

Pembahasan

4.2.1

Pentingnya Pembibitan Untuk Tanaman Padi

Pembibitan merupakan salah satu syarat budidaya tanaman, dimana
pembibitan merupakan kegiatan yang harus dilakukan karena, penanaman suatu
tanaman harus menyiapkan benih kemudian bibit. Pembibitan merupakan proses
pembuatann bibit yang digunakan untuk menganalisis berapa jumlah tanaman
yang kita butuhkan. Selain itu juga memprediksi adanya sulaman untuk
menyulam tanaman yang gagal tumbuh atau mati. Tujuan pembibitan antara lain,
menyiapkan jumlah bibit dalam jumlah banyak dan teratur, menjaga bibit agar
dapat tumbuh dengan baik, mengetahui daya perkecambahan benih, dan
memproduksi tanaman dalam jumlah banyak. Agar tanaman padi yang kita tanam
itu akan berproduksi tinggi dengan mutu yang baik, tentunya bibit itu berasal dari
benih (butiran gabah) yang bermutu.Hal yang perlu diperhatikan adalah kapan, di
mana

dan

bagaimana

persemaian

akan

dibuat

yang

bertujuan

untuk

menghindarkan terjadinya pembentukan populasi awal suatu hama dan infeksi
suatu penyakit.
4.2.2

Perbedaan

Pembibitan

Kering

Kelemahan dan Kekurangan

dan

Perbedaan

Basah

Serta

Pembibitan basah yaitu menyemai bibit pada lahan sawah yang basah
dengan kondidsi tanah agak pekat/berlumpur. Sawah diolah Kemudian sawah
digenangi air, maksud digenagi air ini agar tanah menjadi lunak, rumput-rumputan
yang akan tumbuh menjadi mati, dan bermacam-macam serangga yang dapat
merusak bibit mati pula. Selanjutnya, apabila tanah sudah cukup lunak lalu
dibajak/digaru dua kali atau tanah menjadi halus. Pada saat itu juga sekaligus
dibuat petakan-petakan dan memperbaiki pematang. Kelebihan pembibitan basah
antara lain, 1) bibit mudah tumbuh karena tanah lebih subur dan lunak, 2)
penaburan benih lebih mudah, 3) tanah lebih subur, 4) perkecambahan benih lebih
cepat. Kekurangan antara lain, 1) penaburan benih agak sulit karena tanah lengket,
2) mudah rusak saat terinjak, 3) tanah yang sudah rata mudah gugur.
Pembibitan kering yaitu menyemai bibit pada lahan yang kering atau
ladang , dengan kondisi tanah agak liat dan minim air. Prinsip pembuatan
pesemaian kering sama dengan pesemaian basah. Tanah dibolak-balik dengan
bajak dan digaru, atau bisa dan halus. juga memakai cangkul yang terpenting
tanah menjadi gembur. Setelah tanaha menjadi halus, diratakan dan dibuat
bedengan bedengan. Kelebihan metode ini antara lain, 1) mudah saat menabur, 2)
tidak mudah rusak saat terinjak, 3) tanah tidak mudah gugur. Kekurangan 1)
pertumbuhan bibit lambat karena tanah kering, 2) resiko kerusakan benih lebih
tinggi, 3) bibit mudah hilang jika terkena angin.
4.2.3

Metode Pengujian Seleksi Benih Yang Baik Untuk Pembibitan Padi

Cara memilih/seleksi benih yang akan digunakan adalah memilih bibit itu yang
berasal dari benih (butiran gabah) yang bermutu. Benih bermutu adalah benih
dengan vigor tinggi dan bersertifikat. Benih bersertifikat dapat diperoleh pada
penyalur benih dan toko/kios sarana produksi pertanian (saprotan). Sebagai tanda
bahwa benih padi yang kita beli itu berserifikat adsalah : (1) Kemasan berlabel;
(2) Label berwarna biru; (3) Label bertuliskan benih bersertifikat; dan (4) Label
berisi : (a) Nomor seri label; (b) Nomor dan alamat produsen; (c) Keterangan
mutu benih; dan (d) tanggal akhir berlakunya label. Pengujian benih dapat juga
digunakan abu dengan menggunakan indikator telur, yang semula berada dalam
dasar air, setelah diberi abu, telur tersebut mulai terangkat ke permukaan.

Kemudian benih yang mengambang/mengapung dibuang. Benih yang tidak
mengapung/mengambang alias benih yang tenggelam itulah yang nantinya
disemaikan untuk memperoleh bibit padi karena benih seperti ini merupakan
benih yang baik (benih bernas). Cara lain untuk memilih benih yang baik, benih
direndxam dengan air bersih kemudian diaduk, lalu direndam selama 24 jam dan
gabah yang terapung dibuang. Setelah direndam, benih diinkubasikan selama 3648 jam untuk meamtahkan periode dormansi benih. Untuk daerah endemik hama
wereng coklat, benih bisa diberi perlakuan (seed treatment) dengan menggunakan
Regent 50EC. Regent 50EC ini berfungsi pula sebagai zat perangsang tumbuh
tanaman atau seleksi benih juga dilakukan melalui uji kesehatan benih di
laboratorium. Langkah yang seanjutnya bergantung pada model persemaian yang
digunakan, benih perlu dikecambahkan atau tidak. Pembibitan padi dengan cara
basah umumnya menggunakan benih yang tidak dikecambahkan sedangkan
pembibitan cara kering umumnya menggunakan benih yang telah berkecambah
dengan panjang calon kara sekitar 1 mm.
4.2.4

Tahapan dalam Pembibitan Tanaman Padi
Langkah pertama yang harus ditentukan dalam pembibitan adalah

menetapkan waktu pembibitan yaitu waktu mulai membuat pembibitan harus
mempertimbangkan kesiapan areal yang akan ditanami, dengan cara menghitung
mundur dari tanggal tanam dikurangi umur bibit siap dipindah tanam. Waktu
pembuatan bibit sangat penting diperhatikan karena untuk dapat tumbuh dengan
baik bibit padi harus dipindah pada uur tertentu agar tidak terlalu muda atau
terlalu tua. Bibit yang terlalu muda berisiko terhadap kematia setelah pindah
tanam, sedangkan bibit yang terlalu tua akn menghasilkan jumlah anakan yang
sedikit dan tanaman lebih cepat masuk pada fase generatif. Kemudian adalah
penentuan lokasi pembibitan. Tempat untuk membuat pesemaian merupakan
syarat yang harus diperhatikan agar diperoleh bibit yang baik adapun syaratnya
adalah sebagai berikut.
 Tananya harus yang subur, banyak mengandung humus, dan gembur.

 Tanah itu harus tanah yang terbuka, tidak terlindung oleh pepohonan, sehingga
sinar matahari dapat diterima dan dipergunakan sepenuhnya.
 Dekat dengan sumber air terutama untuk pesemaian basah, sebab pesemaian
banyak membutuhkan air. Sedanggkan pesemaian kering dimaksudkan mudah
mendapatkan air untuk menyirami apabila persemaian itu mengalami
kekeringan.
 Apabila areal yang akan ditanami cukup luas sebaiknya tempat pembuatan
pesemaian tidak berkumpul menjadi satu tempat tetapi dibuat memencar. Hal
itu untuk menghemat biaya atau tenaga pengangkutannya.
2. pengolahan tanah lokasi pembibitan
Tanah pesemaian harus mulai dikerjakan kurang lebih 50 hari sebelum
penanaman. Karena adanya dua jenis padi, yaitu padi basah dan ppadi kering,
maka tanah pesemaian juga dapat dibedakan atas pesemaian basah dan pesemaian
kering.
3. Persiapan benih
Untuk mendapatkan keseragaman pertumbuhan tanaman ataupun umlah
dan mutu hasil, perlu digunakan benih unggul.tingkatan benih unggul yang
digunakan tergantung pada sasaran hasil yang ingin dicapai, apakah hasil panen
akan digunakan benih atau untuk dikonsumsi. Jika sasaran hasil panen akan
digunakan unutuk benih, maka benih unggul yang digunakan sebagai bahan tanam
digunakan benih pokok sedangkan bila hanya untuk dikonsumsi cukup digunakan
benih sebar. Benih yang akan digunakan sebagai bahan tanam dapat diadakan
sendiri maupun membeli benih yang ada dipasaran. Banih yan gberasal dari
pengadaan sendiri maupun beli di pasaran sebaiknya sebelum benih disebar
dilkukan pengujian guna mencapai sasaran capaian mutu benih.salah satu metode
yang digunakan adalah metode pengujian menggunakan larutan garam dapur, ZA,
urea, abu dan lain sebagainya. Benih dikatakan memenuhi syarat apabila benih
tersebut tenggelam saat dimasukkan dalam larutan garam dapur. Benih yang lolos
uji mutu selanjutnya direndam dengan air bersih selama 24 jam guna
menghilangkan larutan garam. Maksud perendaman selain memilih biji yang
bernas, biji juga agar cepat berkecambah. Pemeraman dibiarkan selama 8 jam.

Apabila biji sudah berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji disebar
ditempat pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata, tidak terlalu rapat
dan tidak terlalu jarang. Apabila penyebarannya terlalu rapat akan mengakibatkan
benih yang tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi penyebaran yang terlalu jarang
biasanya menyebabkan tumbuh benih tidak merata.
4. Pembuatan media semai
Tanah persemaian harus mulai digarap sekitar 3-7 hari sebelum menyebat
benih. Mengingat ada dua jenis sistem pembibitan yaitu pembibitan basah dan
pembibitan kering, maka cara penyiapan nya juga berbeda. Dalam pembuatan
persmain basah harus dipilih tanah sawah yang betul-betul subur. Rerumputan dan
jerami yang masih tertinggal harus dibersihkan, kemudian sawah digenangi air
dengan maksud agar tanah menjadi lunak, rumput yang tumbuh menjadi mati dan
memusnahkan berbagai macam serangga yang ada di lahan. Apabila tanah sudah
cukup lunak maka selanjutnya tanah dibajak dan digar sekitar dua kali agar tanah
menjadi berlumpur. Pada saat itu juga sekaligus dibuat bedengan atau petakan
setinggi 15-20 cm dan memperbaiki pematang sawah . Prinsip pembuatan
persemaian kering sama dengan persemaian basah, tapi kondisi tanah dalam
keadaan kapasitas lapang. Tamah dibolak balik dengan cangkul atau dibajak dan
digaru agar tanah menjadi gembur.
5. Penaburan atau penyebaran benih
Untuk memperoleh bibit padi yang pertumbuhannya baik dan seragan
maka cara penaburan atau penyebaran benih pun harus diperhatikan. Kesalahan
dalam penaburan benih akan mengakibatkan tidak meratanya kerapatan bibit bibit
dibedengansehingga pertumbuhan bibit menjadi kurang seragam. Ketidak
seragaman bibit akan berpengaruh pada ketidak seragaman pertumbuhan tanaman
di lahan dan selanjutya akan menyebabkan menurunnya hasil dan mutu gabah
yang diperoleh.
6. Pemeliharaan
Hal yang paling utama dalam pemeliharaan bibit padi adalah menjaga
kecukupan air dan mencegah terjadinya kerusakan bibit terutama oleh gangguan
hama dan penyakit. Kecukupan air untuk pembibitan padi harus disesuaikan

dengan model pembibitan yang digunakan. Pada sistem pembibitan basah pada
umumnya dibiarkan menggenang pada saluran antar petakan. Pada sistem
pembibitan kering ketersediaan air padaumunya pada kondisi kapasitas lapang,
dan yang penting dijaga sedemikian rupa agar bibit tidak mengalami kekeringan.
Setelah itu adalah pencabutan bibit, standar utama kapan bibit padi dapat dicabut
umumnya pada umur bibit mencapai 11- 21 hari. bibit yang dicabut kenudian
dikumpulkan dan diikat/
Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi air selama 24
jam, baru dikeringkan. Genangan air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak
berkelompok-kelompok sehingga dapat merata. Adapun pengeringan setelah
penggenangan selama 24 jam itu dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan
mempercepat pertumbuhaan. Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan
air rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara bedengan-bedengan, sehingga
bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh tanpa
mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar, penggenangan
dilakukan dengan melihat keadaan. Pada bedengan pesemaian bila banyak
ditumbuhi rumput, perlu digenagi aiar. Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi
rumput, maka penggenangan air hanya kalau memerlukan saja. Selain itu untuk
menjaga kemungkinan adanya serangan hama maka pembibitan perlu disemprot.
4.2.5

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembibitan Padi
Keberhasilan pembibitan tanaman padi yang dilakukan sangat ditentukan

oleh faktor –faktor berupa varietas benih yang bermutu, mutu benih sangat
menetukan tingkat keberhasilan pertumbuhan bibit tanaman padi. Benih yang
bermutu akan tumbuh lebih cepat, seragam, tahan hama dan penyakit serta daya
kecambahnya tinggi. Lokasi persemaian, lokasi persemaian yang baik adalah
dekat dengan sumber air, bebas dari gangguan hama dan penyakit tanaman, dekat
dengan lokasi penanaman, dan dekat dengan tempat pengawasan. Cara dan
ketepatan pembibitan yang dilakukan, pelaksanaan pembibitan harus tepat waktu,
tempat, dan tepat cara. Kesuburan tanah, tanah untuk pembibitan harus dalam
kondisi yang subur kareana bibit merupakan calon individu baru yang masih

membutuhkan banyak nutrisi untuk proses perkembangannya. Apabila bibit
kekurangan unsur hara maka kemungkinan besar bibit akan mati.
4.2.6

Lahan/Bedengan yang Baik Untuk Pembibitan Padi
Bedengan adalah lahan yang digunakan sebagai tempat persemaian benih

padi. Kondisi lahan harus gembur, lunak dan belumpur. Sebelum membuat
bedengan, sebaiknya tanah atau lahan nya dibersihkan dari sisa-sisa rumput dan
sisa jerami. Panjang bedengan biasanya 10-15m, lebar bedengan ±1-1,5 m dan
tinggi bedengan sekitar 20-30 cm. Pembuatan bedengan tergantung luas lahan.
Lahan yang baik untuk pembbibitan memiliki ciri-ciri tanahnya subur, dapat
dilihat dari warna tanah, tekstur tanah dan Ph tanah. Lahan bersih, yaitu lahan
yang akan digunakan sebagai tempat pembibitan harus bersih terbebas sari sisasisa rumput dan kotoran lain yang bisa menyebabkan adanya hama dan penyakit.
Tanah rata, yaitu tanah yang akan digunakan sudah dibajak dan diairi guna
membentuk tekstur tanah berlumpur.
4.2.7 Jenis Hama dan Penyakit yang Menyerang Saat Pembibitan Padi
Hama dan penyakit yang sering menyerang bibit yaitu, penggerek biji
hama ini memakan biji yang bernas dengan cara menggigit kulit biji sehingga biji
kopong. Ulat grayak, hama ini memakan tunas atau daun yang masih muda
sehingga daun rusak dan mengurangi fotosintesis. Penyakit hawar daun yaitu
penyakit yang menyebabkan daun bercak-bercak dan akhirnya kering. Dumping
off atau mati rebah, penykit ini biasanya disebabkan oleh virus yang menyerang
biji pada saat fase perkecambahan, dengan memakan kecambah tersebut. Berikut
Jenis-jenis hama yang menyerang tanaman padi pada fase tertentu.
1. Wereng Coklat (Nilaparvata lugens). Hama ini dapat menyebabkan tanaman
padi mati kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat menularkan
beberapa jenis penyakit. Tanaman padi yang rentan terserang wereng coklat
adalah tanaman padi yang dipupuk dengan unsur N terlalu tinggi dan jarak
tanam yang rapat merupakan kondisi yang disenangi wereng coklat. Beberapa
varietas tertentu terutama ketan juga sangat rentan terhadap wereng.
Pengendalian bisa dilakukan dengan penggunaan varietas tahan, pengurangan

penggunaan pupuk N dan insektisida aplaud, mipcin, winder, konfidor, OBR,
plenum dll
2. Wereng Hijau (Nephotettix virescens). Hama wereng hijau merupakan hama
penyebar (vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro. Fase
pertumbuhan padi yang rentan serangan wereng hijau adalah saat fase
persemaian sampai pembentukan anakan maksimum, yaitu umur ± 30 hari
setelah tanam. Sama seperti wereng coklat pengendalian wereng hijau bisa
dilakukan dengan penggunaan varietas tahan, pengurangan penggunaan pupuk
N dan insektisida aplaud, mipcin, winder, konfidor, OBR, plenum dll
3. Hama Putih Palsu (Chanaphalocrosis medinalis). Hama putih palsu menyerang
bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam
lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih.
Tanda pertama adanya infestasi adalah kehadiran ngengat di sawah. Ngengat
berwarna kuning coklat, pada bagian sayap depan ada tanda pita hitam
sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Pada saat beristirahat,
ngengat berbentuk segitiga. Pengendalian yang bisa dilakukan dengan
pengeringan sawah selama 3 hari, atau penggunaan insektisida regent, buldok,
decis, virtako dll
4. Keong Mas (Pomacea canaliculata). Keong mas merusak tanaman dengan cara
memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang
hilang per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan keong mas
adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah).
Pengendalian dengan cara membuat parit disekeliling petak sawah lalu
diberikan umpan daun-daunan dan menggunakan molusida baylucide, fatal, dll
5. Ulat daun.
Ciri-cirinya daun berlubang karena dimakan ulat. Tanaman hanya tinggal
tulang-tulang daun. Pengendalian: cara mekanis dan insektisida Sevin,
Diazenon, Sumithion dan Agrocide.
6. Belalang
Akibat serangan hama ordo ini ialah bagian organ tanaman, terutama daun,
mengalami kerusakan, bolong-bolong sehingga kemampuan fotosintesis
berkurang. Tanaman merana, layu, dan mati karena diserang akarnya. Pada

serangan berat, tinggal tulang daun saja. Pengendaliannya yaitu dengan kultur
teknis,

gropyokan,

dilakukan

penyemproptan

pada

tanaman

untuk

meninggalkan “Efek Residu” pestisida pada Tanaman.
4.2.8

Ciri-ciri Bibit Padi yang Baik untuk di Tanam
Ciri-ciri benih yang baik untuk disemai yaitu biji bernas, biji berisi bulir

padi biji tidak kosong dan sudah tua. Benih sehat, yaitu benih terbebas dari
serangan hama dan penyakit dengan warna yang cerah, tidak keriput dan keras.
Daya kecambah benih tinggi, ditandai dengan keadaan benih yang segar dan
bernas. Benih memiliki pertumbuhan yang seragam artinya benih tumbuh
bersamaan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Pertumbuhan semua bibit
sama dan bagus. Perakaran bibit relatif kuat dan banya yaitu akar yang dihasilkan
banya yang berfungsi intuk menguatkan pertumbuhan tanaman padi selama masa
pertumbuhan. Bibit tidak mengalami stagnasi.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasrkan hasil dan pembahasan praktikum pengantar teknologi
pertanian dalam kegiatan pembibitan padi sawah, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pembibitan sangat penting dilakukan dalam proses budidaya tanaman .
2. Terdapat dua jenis persemaian dalam persemaian bibit padi yaitu persemaian
basah dan persemaian kering.
3. Hasil tanaman yang diperoleh bergantung pada varietas dan mutu benih yang
digunakan.
4. Tahapan pembibitan yang dilakukan adalah secara sistematis.
5. Penaburan benih dilakukan secara manual dengan kerapatan yang seragam.
5.2 Saran
Seharusnya mahasiswa tidak bergurau selama praktikum berlangsung, dan
masih ada mahasiswa yang tidak turun kelahan untuk melakukan pengamatan.

Seharusnya mas/mbak asdos lebih tegas lagi agar adik-adiknya bekerja semua dan
mendapat ilmu. Serta saran selanjutnya adalah tentang alokasi waktu yang
diberikan kurang, sehingga pelaksanaan kurang efektif dan efisien

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini. F. A. Suryanto. N. Aini. 2013. Sistem tanam dan umur bibit pada
tanaman padi sawah (Oryza sativa. L.) varietas inpari 13. Produksi
tanaman, 1 (2) : 53-60
Ishaq, I. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. Jawa Barat: Balai
Pengkajian Tekhnologi Pertanian.
Masniawati, A. T. Kuswinanti. R. B. Gobel. R. Riswanti. 2013. Identifikasi
Cendawan Terbawa pada Benih Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti, Pulu
Pinjan, dan Pare Lambau asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Manasir, 1 (1) : 51-59.
Misran. 2014. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Pada Sawah. Pertanian terapan, 14 (1) : 39-43
Rehman, H.U. S, M, A, Basra. M, Farooq. 2011. Field appraisal of seed priming to
improve the growth, yield, and quality of direct seeded rice. Turk
agriculture, 35 (11) : 357-365.
Salimin. 2012. Perencanaan alat tabur benih padi langsung. Dinamika teknis
mesin, 3 (2) : 245-250.

Suhendrata, T. 2013. Prospek Pengembangan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi
Dalam Rangka Mengatasi Kelangkaan Tenaga Kerja Tanam Bibit Padi.
Sepa, 10 (1) : 97-102.
Wahyuni, S. 2011. Peningkatan daya berkecambah dan vigor benih padi hibrida
melalui invigorasi. Penelitian pertanian tanaman pangan, 30 (2) : 83-87.