Tugas Akhir Resume Perkuliahan dan Conto (1)

Tugas Akhir
Resume Perkuliahan dan Contoh Kasus
Hukum dan Perundang-undangan KL

Oleh:

Inas Fadhilah

1406573721

PROGRAM SARJANA ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2016

Pengantar Ilmu Hukum

Masalah hukum

Bentuk hukum


Gejala, Sejarah, Perkembangan, Pengertian

Hukum tertulis dan tidak tertulis

Hakikat hukum

Teori hukum

Undang-undang, Etika, Norma, Keadilan

Hans kelsen, Austin, Vons Savigny

Azas-azas hukum

Penegakan hukum

Prinsip-prinsip, hak dan kewajiban

Hakim, polisi, jaksa


Praktek hukum

Sistem hukum

politik hukum, peradilan

Anglo saxon, Eropa kontinental, Agama

Disiplin hukum

Sifat hukum

ilmu-ilmu hukum, keahlian sarjana hukum

Memaksa, mengatur, menetapkan, grey area

Mazhab hukum

Sanksi hukum


hukum alam, mashab sejarah, positivism

Pidana, perdata, administrasi

Sumber hukum

Hukum dan disiplin lain

Undang-undang, kebiasaan, perjanjian

Hukum ekonomi, Hukum laut

Macam hukum
Hukum material  peraturan yang memberikan hak dan kewajiban
Hukum formil  peraturan yang melaksanakan dan menegakan hukum material
Ciri-ciri hukum
 Adanya perintah/larangan

 Perintah atau larangan tersebut harus dipatuhi setiap orang
Fungsi hukum



Fungsi kontrol sosial
-





Fungsi cara penyelesaian sengketa dan konflik
-

Sengketa (mikro)

-

Konflik (makro)

Fungsi rekayasa sosial
-




Hukum sebagai kontrol sosial

Hukum untuk perubahan sosial yang direncanakan

Fungsi pemeliharaan sosial
-

Menegakan struktur dan sesuai aturan main (rule of the game)

Pengertian Jenis Perundang-undangan
 Undang-Undang adalah Peraturan Perundang- undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.
 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.
 Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang- undangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
 Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang- undangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang- undangan yang lebih tinggi

atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.
 Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.
 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan
bersama Bupati/Walikota.
Hukum Kesehatan

Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan/pelayanan kesehatan. hal tersebut menyangkut hak dan kewajiban menerima
pelayanan kesehatan (baik perorangan dan lapisan masyarakat) maupun dari penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasinya, sarana, standar pelayanan medik dan
lain-lain.
Perbedaan Hukum Kesehatan dengan Hukum Kedokteran
Hukum Kesehatan
bagian dari ilmu hukum yang membahas atau mengatur mengenai pelayanan kesehatan
Hukum Kedokteran
bagian dari ilmu hukum kesehatan yang membahas atau mengatur mengenai pelayanan medis
Regulasi kesehatan internasional
International health regulations (IHR) adalah kesepakatan 196 negara, termasuk WHO dan

anggotanya untuk bekerja sama dalam global health security. Dalam IHR, setiap Negara harus
menyetujui:
1) Detect
Mendeteksi ancaman penyakit berbahaya dengan sistem surveilans dan laboratorium
2) Assess
Bekerja sama lintas sektor antar Negara dalam membuat keputusan public health
emergencies
3) Report
Melaporkan penyakit yang berpotensi menjadi public health emergencies
4) Respond
Menanggapi isu kesehatan masyarakat dan waspada akan ancaman penyakitnya
Dampak perubahan iklim
Rising temperature
Cuaca hebat  berpengaruh terhadap kesehatan mental, kecelakaan dan kematian
Suhu ekstrim  suhu berkaitan erat dengan penyakit dan kematian serta gangguan
kardiovaskuler

Increasing CO2 levels
Penurunan kualitas lingkungan  konflik sosial, penggusuran paksa dan pengaruhnya
pada kesehatan mental

Pengaruh terhadap supply makanan dan minuman  diare dan malnutrisi
Rising sea levels
Pengaruh terhadap kualitas air  kolera, leptospirosis, campylobacter, cryptosporidiosis,
dan pertumbuhan alga ganas
Meningkatnya allergens  alergi pada sistem pernafasan, asma
More extreme weather
Polusi udara  penyakit kardiovaskular, asma
Perubahan dalam ekologi vektor  malaria, DBD, encephalitis, hantavirus, rift valley
fever, lyme disease, chikungunya, west nile virus
SDGs (Sustainable Development Goals)
1. No poverty

10. Reduced inequalities

2. No hunger

11. Sustainable cities and communities

3. Good health


12. Responsible comsuption

4. Quality education

13. Protect the planet

5. Gender equality

14. Life below water

6. Clean water and sanitation

15. Life on land

7. Clean energy

16. Peace and justice

8. Good jobs and economic growth


17. Partherships for the goals

9. Innovation and infrastructure

Pembangunan sektor kesehatan untuk SDGs di Indonesia
1. Upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
2. Pengendalian HIV/AIDS, TB dan malaria serta KB
3. Kematian akibat PTM, jantung, stroke, diabetes, gagal ginjal
4. Kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas
5. Penyalahgunaan narkotika dan alkohol
6. Kontaminasi dan polusi air, udara, tanah
7. Universal health coverage
8. Penanganan krisis kegawatdaruratan
Definisi Lingkungan Hidup
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (pasal 1 undang-undang no.
32 tahun 2009)
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas (PMK no 13 tahun 2015)
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyakarat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan pasien
yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi
dan dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelayanan pengobatan dan/atau perawatan.
Konseling dapat menggunakan alat peraga, percontohan, dan media informasi cetak atau
elektronik dan dapat dilakukan terhadap keluarga atau pihak yang mendampingi.
Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara
langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar, norma, dan
baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat. Inspeksi Kesehatan
Lingkungan dilakukan dengan cara:
a. pengamatan fisik media lingkungan;
b. pengukuran media lingkungan di tempat;
c. uji laboratorium; dan/atau
d. analisis risiko kesehatan lingkungan.
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial. Intervensi Kesehatan Lingkungan dapat berupa:
a. komunikasi, informasi, dan edukasi, serta penggerakan/pemberdayaan masyarakat;
b. perbaikan dan pembangunan sarana;
c. pengembangan teknologi tepat guna; dan/atau
d. rekayasa lingkungan.
Higiene Sanitasi Depot Air Minum (PMK no 43 tahun 2014)
Depot Air Minum yang selanjutnya disingkat DAM adalah usaha yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual langsung kepada
konsumen.
Sertifikat Laik Higiene Sanitasi adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota atau Kantor Kesehatan Pelabuhan yang menerangkan bahwa DAM telah
memenuhi standar baku mutu atau persyaratan kualitas air minum dan persyaratan Higiene
Sanitasi.

Persyaratan Higiene Sanitasi dalam pengelolaan Air Minum paling sedikit meliputi aspek:
a. Tempat
b. Peralatan
c. Penjamah
Setiap DAM wajib menyediakan informasi mengenai:
a. Alur pengolahan Air Minum
b. Masa kadaluarsa alat desinfeksi
c. Waktu penggantian dan/atau pembersihan filter
d. Sumber dan kualitas air baku.
Pembinaan dan pengawasan harus mendayagunakan tenaga sanitarían yang telah memiliki
sertifikat sebagai tenaga pengawas Higiene Sanitasi pangan.
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran (KMK no 1098 tahun 2003)
Persyaratan hygiene sanitasi yang harus dipenuhi meliputi:
a) persyaratan lokasi dan bangunan
b) persyaratan fasilitas sanitasi
c) persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
d) persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
e) persyaratan pengolahan makanan
f) persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
g) persyaratan penyajian makanan jadi
h) persyaratan peralatan yang digunakan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengujian mutu makanan dan spesimen terhadap
rumah makan dan restoran. Setiap usaha rumah makan dan restoran harus mempekerjakan
seorang penanggung jawab yang mempunyai pengetahuan hygiene sanitasi makanan dan
memiliki sertifikat hygiene sanitasi makanan.
Air Minum (PMK no 492 dan 736 tahun 2010)
Pengawasan kualitas air minum dilakukan secara
-

eksternal  dinas kesehatan kabupaten/kota atau oleh KKP khusus untuk wilayah kerja
KKP

-

internal  penyelenggara air minum untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi
memenuhi syarat

Kegiatan pengawasan kualitas air minum meliputi:
a) Inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian kualitas fisik air
minum dan faktor risikonya
b) Pengambilan sampel air minum dilakukan berdasarkan hasil inspeksi sanitasi
c) Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium yang terakreditasi
d) Analisis hasil pengujian laboratorium
e) Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut
f) Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut
Persyaratan (parameter wajib)

Sampah

Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah
pengurangan sampah
 pembatasan timbulan sampah
 pendauran ulang sampah
 pemanfaatan kembali sampah
penanganan sampah
 pemilahan;
 pengumpulan;
 pengangkutan;
 pengolahan;
 pemrosesan akhir sampah.
Pemilahan Sampah
o sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan
beracun
o sampah yang mudah terurai
o sampah yang dapat digunakan kembali
o sampah yang dapat didaur ulang
o sampah lainnya.
Pengumpulan Sampah
TPS
TPS 3R; dan/atau
alat pengumpul untuk sampah terpilah
Pengangkutan Sampah
 menyediakan alat angkut sampah termasuk untuk sampah terpilah yang tidak mencemari
lingkungan
 melakukan pengangkutan sampah dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST.
Pengolahan Sampah
o pemadatan
o pengomposan
o daur ulang materi

o daur ulang energi.
Pemrosesan Akhir


metode lahan urug terkendali



metode lahan urug saniter



teknologi ramah lingkungan

Peran Masyarakat
1) Masyarakat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan
pengawasan
2) pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah atau pemerintah daerah dalam
kegiatan pengelolaan sampah
3) pemberian saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan strategi pengelolaan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
4) pelaksanaan kegiatan penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga yang dilakukan secara mandiri dan/atau bermitra dengan pemerintah kabupaten/kota
5) pemberian pendidikan dan pelatihan, kampanye, dan pendampingan oleh kelompok
masyarakat kepada anggota masyarakat dalam pengelolaan sampah untuk mengubah
perilaku anggota masyarakat.
Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3 (Permen LH no 18 th 2009)
izin pengelolaan limbah b3  persetujuan permohonan melakukan pengolahan limbah b3 
diterbitkan oleh menteri, gubernur, atau bupati/walikota.
kegiatan yang wajib dilengkapi izin:
 pengangkutan (izin dari menteri bidang perhubungan)
 penyimpanan sementara (izin dari bupati/walikota)
 pengumpulan (izin dari menteri untuk skala nasional, gubernur skala provinsi, dan
bupati/walikota untuk skala kabupaten/kota)
 pemanfaatan (izin dari instansi terkait setelah dapat rekomendasi dari menteri untuk kegiatan
utama dan izin menteri untuk bukan kegiatan utama)
 pengolahan (menteri)
 penimbunan (menteri)
proses keputusan izin dilakukan beberapa tahapan:

 penilaian administrasi
 verifikasi teknis
 penetapan persyaratan
 finalisasi keputusan izin oleh menteri
Izin tersebut berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang, dengan mengajukan permohonan
kepada menteri, gubernur, atau bupati/walikota 2 bulan sebelum masa berlaku izin berakhir. Jika
terjadi perubahan jenis karakteristik, jumlah, dan cara pengelolaan B3, maka harus bikin izin
baru. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) dan/atau Pejabat
Pengawa Lingkungan hidup Daerah (PPLHD)

Kasus
Perkebunan Sawit di Kalimantan Barat dan Dampaknya Bagi Lingkungan
Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dan
beribukotakan Pontianak serta terkenal dengan provinsi seribu sungai. Luas wilayah Provinsi
Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas
keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Sebagai provinsi yang
geografisnya terletak di garis khatulistiwa dan beriklim tropis serta topografi yang luas,
perkembangan sektor perkebunan di Kalimantan barat dari tahun ketahun memang mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, dalam skala perkebunan besar, produksi terbesar di Kalbar
adalah tanaman kelapa sawit, dan untuk perkebunan rakyat, karet adalah komoditas utama yang
menjadi primadona.
Secara teknis, kelapa sawit cocok untuk daerah Kalimantan Barat, karena tidak
mempersyaratkan kesuburan tanah, Hampir sepertiga luas wilayah Kal-bar sudah dikonversi
menjadi wilayah perkebunan sawit. Hasil-hasil dari perkebunan ini memberikan kontribusi
terhadap pembangunan di daerah Kalimantan Barat dan merupakan salah satu mata pencaharian
masyarakat di Kalbar. Selain bagi masyarakat, perusahaan pengelolanya juga dapat
menghasilkan keuntungan dengan menjual hasil perkebunan baik melalui pasar domestik
maupun pasar global.
Karet dan kelapa sawit merupakan bentuk usaha yang dipilih karena hasil yang sangat
menjanjikan. Sekitar 60% lahan yang ada di Kalimantan Barat kini telah beralihfungsi menjadi
perkebunan. Lahan terluas yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat

yaitu di kabupaten Sanggau dengan luas lahan 63.238 Ha, untuk peringkat kedua yaitu di
kabupaten Ketapang dengan luas lahan 49.936 Ha, dan untuk terluas ketiga yaitu kabupaten
Sekadau dengan luas lahan 24.634 Ha.
Dibalik dampak positif yang dihasilkan oleh perkebunan sawit ini, terdapat pula dampak
negatifnya. Keberadaan perkebunan kelapa sawit skala besar seperti sekarang ini, mengancam
Kalimantan Barat sebagai satu kesatuan ekologis. Juga merusak keseimbangan alam dan
lingkungan, seperti akar dari kelapa sawit sangat sulit untuk dibersihkan walaupun pohon sawit
tersebut telah mati, namun dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar akar dan tanah yang telah
ditanami kelapa sawit dapat digunakan lagi. Selain itu tanah bekas perkebunan kelapa sawit akan
menjadi gersang karena unsur-unsur hara yang ada di dalam tanah telah habis.
Dari Sambas menceritakan derita banyak orang karena pembukaan perkebunan sawit. Ada
perusahaan melakukan sosialisasi diam-diam. Bahkan ada sosialisasi, langsung kemudian
penggusuran lahan. Ada banyak lahan kebun dan perkuburan keramat (kuburan tua) yang
digusur untuk perkebunan sawit. Tidak hanya itu, pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit
kerap menimbulkan pencemaran diakibatkan asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara
pembakaran dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni makhluk
hidup dalam jangka waktu yang lama.
Berdasarkan data Kasdam XII Tanjungpura bahwa konflik lahan yang ada di Kalimantan
Barat cukup kencang saat ini sudah ada 84 kasus yang menyangkut lahan perkebunan.Dari 84
kasus tersebut, biasanya yang paling sering terjadi yaitu masyarakat adat dengan perkebunan,
pemilik lahan dengan pemerintah, perusahaan dengan pemerintah, masyarakat dengan
masyarakat dan karyawan dengan perusahaan. Salah satu contoh kasus yaitu persoalan di
Kawasan Hutan adat Seruat Dua Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat
mengenai konflik antara masyarakat dan perusahaan kelapa sawit. Karena masyarakat resah akan
lahan yang telah dirambah untuk perkebunan sawit, hal ini menjadikan mereka akan kesulitan
mendapatkan air tawar pada saat kemarau datang setelah hutan itu gundul dikarenakan hutan itu
adalah sumber air tawar bagi masyarakat.
Hal yang paling dikritisi adalah pembukaan lahan hutan menjadi perkebunan skala besar.
Misalnya saja, target untuk luasan pembukaan perkebunan kelapa sawit yaitu 1,5 juta Ha. Kebun
yang sudah ditanam dan telah dikelola mencapai 900 ribu hektar. Tetapi faktanya proses
perizinan kini sudah mencapai 4,8- 4,9 juta Ha. Luas perkebunan yang masih dalam proses

perizinan yang jauh lebih luas dari target itu akan kembali merusak hutan di Kalbar. Target yang
1,5 juta hektar itu sebenarnya prioritas untuk lahan kritis dan tidak produktif. Tetapi jika izin
nanti melebihi target, bisa dipastikan jika yang diambil itu bukan hanya lahan kritis. Pasti di
dalamnya ada tanah yang masih punya hutan, ada hutan produksi, dan lahan gambut. Wilayah
yang dikelola masyarakat menjadi semakin sempit.
Sebaiknya pemerintah melakukan pengecekan terhadap daerah-daerah yang telah melanggar
dan melegalkan proses perizinan yang semestinya lahan itu bukan untuk perkebunan. Jika
beberapa tahun kedepan pembukaan perkebunan masih terus diperluas, akibatnya akan terjadi
bencana alam yang mungkin berujung pada bencana kemanusiaan. Seharusnya bencana alam
dapat dicegah sejak dini, sebagai suatu harapan agar anak cucu nanti masih dapat melihat betapa
indahnya alam yang luas dan pohon-pohon lebat maka mulai dari sekarang upayakan dalam
menerima suatu perusahaan pertimbangkan matang-matang apa dampak yang ditimbulkan baik
dampak positif maupun negatif.
Analisis kasus
Pada kasus diatas perlu dilakukan tindak lanjut terhadap perusakan hutan, dampak lingkungan
dan ekosistem akibat kebakaran atau perusakan hutan sangat kompleks. Dalam hutan terdapat
berbagai macam mahluk hidup baik dari yang terkecil atau kasat mata sampai terbesar, baik dari
air/sungai, daratan atau yang terbang di udara. Hutan juga menyimpan obat-obatan, menjaga
ketersediaan air dan oksigen, serta mengurangi karbon yang menjadi sumber polusi dan gas
rumah kaca. Maka dari itulah diperlukan pendekatan yang tegas terhadap perusakan hutan, yang
salah satunya terdapat pada undang-undang nomer 18 tahun 2013 tentang pencegahan dan
pemberantasan perusakan hutan. Undang-undang yang khusus membahas tentang kebakaran
hutan dan sanksinya juga perlu dibuat, karena pada undang-undang nomer 18 tahun 2013 belum
ada secara detail tentang kebakaran hutan. Undang-undang nomer 18 tahun 2013 secara garis
besar membahas penebangan atau pembalakan liar. Dibawah ini beberapa poin yang terdapat
pada undang-undang nomer 18 tahun 2013:
Kebijakan pemerintah
-

Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pemberantasan perusakan
hutan.

-

Menindak secara hukum pelaku perusakan hutan, baik langsung, tidak langsung, maupun
yang terkait lainnya.

-

Tindakan secara hukum meliputi penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan.

-

Koordinasi lintas sektor dalam pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan.

-

Pemenuhan kebutuhan sumber daya aparatur pengamanan hutan

-

Insentif bagi para pihak yang berjasa dalam menjaga kelestarian hutan

-

Peta penunjukan kawasan hutan dan/atau koordinat geografis sebagai dasar yuridis batas
kawasan hutan

-

Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pencegahan dan pemberantasan perusakan
hutan.

Ketentuan pidana


Korporasi yang:


melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan hutan



melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang



melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
dan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).


Korporasi yang menggunakan dana yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar
dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah di pidana penjara paling singkat 10
(sepuluh) tahun dan paling lama seumur hidup serta pidana denda paling sedikit Rp.
20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah).

Berdasarkan beberapa poin undang-undang diatas, pemerintah harus menjalankan
undang-undang dengan benar, bukan sekadar peraturan yang disimpan dalam kertas.
Pelaku perusakan hutan harus ditindak tegas, kalau perlu hukuman penjara seumur
hidup atau hukuman mati karena merusak hutan entah dengan cara dibakar atau

penebangan liar sama dengan membunuh ekosistem hutan yang efeknya sangat merugikan
dan berdampak domino terhadap ekosistem lain disekitarnya
Sumber kasus
Safitri Akbari, Widiana, Anggun Arianto; 2013; Perkebunan Sawit di Kalimantan Barat dan
Dampaknya Bagi Lingkungan; EDC (Econimic Debat Competition) BEM Fakultas Ekonomi
UNTAN