Mulyati Mulok SKH-1.doc
MENYUSUN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh:
MULYATI, S.Pd, MM
Kepala SMP N. 11 Surakarta
Email: [email protected]
Facebook: www.facebook.com/mulyati.rahman
Weblog: mulyatisolo.blogspot.com
Site: http://sites.google.com/site/mulyatispdmm/home
Yahoo ID (YM): mulyatisolo
HP: 08156753699
Disajikan dalam Kegiatan Workshop Pengembangan Karir Guru Mulok
Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2012
Di SMP Negeri 3 Sukoharjo
Mulyati – SMP 11 Surakarta
URAIAN YANG HARUS DITUANGKAN
DALAM PENYUSUNAN PTK
(SESUAIKAN DENGAN MAPELNYA)
JUDUL
Menurut Suharsimi Arikunto (2008) judul mengacu pada tiga hal, yaitu:
WHAT: Apa yang akan ditingkatkan (minat, sikap, kreatifitas, prestasi belajar, dll).
WHO : Siapa (subyek tindakan) yang akan ditingkatkan. Misalnya: siswa kelas VIII A
HOW : Bagaimana metode – cara (tindakan) yang akan dilakukan oleh subyek
(pendekatan, model, metode pembelajaran, dll)
Sedang menurut Madyo Eko Susilo (2007), judul memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Menggambarkan secara spesifik dan masalah yang akan diteliti,
2. Menggambarkan tindakan untuk mengatasi masalah,
3. Memuat Mata Pelajaran:
4. Memuat bidang kajian, misalnya peningkatan hasil belajar, desain dan strategi
pembelajaran, penggunaan media, sumber belajar, evaluasi,
5. Setting Penelitian (tempat dan waktu penelitian)
Contoh:
PENERAPAN PENDEKATAN I-TESA (Integrating Technology, Environment and Social
Activity) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEOREMA PYTHAGORAS
PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 25 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI ........... MELALUI
PENDEKATAN KOOPERATIF TYPE .......... ..................... PADA SISWA KELAS .....
SMP ......... TAHUN PELAJARAN .......
UPAYA MENINGKATKAN ..................( MATERI) ............. PADA SISWA
KELAS ..........SMP ............. SEMESTER ....... TAHUN PELAJARAN .......
MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA ...........
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Paul Suparno (2008: 32 – 33), latar belakang masalah memuat hal-hal sebagai
berikut:
1. Ketidakpuasan masalah pembelajaran yang dipicu oleh berbagai sumber, misalnya
siswa, guru, kurikulum atau hasil belajar siswa.
2. Masalah dalam pembelajaran yang mengganggu jalannya proses pembelajaran dan
ingin dicari tahu berikut penyelesaiannya.
1
Mulyati – SMP 11 Surakarta
3. Masalah yang dominan dalam pembelajaran, yang bila persoalan itu dapat
diselesaikan akan mengurangi persoalan pendidikan lainnya.
Menurut
Mulyadi (2005) hal-hal yang perlu diuraikan dalam latar belakang masalah
adalah:.
1. Menulis fakta yang ada (kondisi awal)
2. Menulis harapan yang dituju (kondisi akhir)
3. Adanya masalah (kesenjangan antara harapan dan kenyataan)
4. Adanya solusi/ masalah
Contoh:
Matematika merupakan ilmu universal yang berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu
dan mengembangkan daya pikir manusia. Seiring perkembangannya pendidikan matematika di
Indonesia masih menghadapi tantangan berkaitan dengan rendahnya prestasi belajar matematika
siswa baik aspek pengetahuan (cognitive) maupun aspek rendahnya sikap (attitude) terhadap
matematika (Zulkardi, 2003).
Bekaitan dengan aspek kognitif, dari survei awal terhadap 40 siswa kelas VIII A SMP Negeri
25 Surakarta yang menjadi subyek penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata matematika pada
rapor kelas VII masih rendah (61,78) dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 60 dan 12
siswa memperoleh nilai kurang dari KKM (Lampiran 1).
Berdasarkan sikap siswa, sebanyak 29 siswa (76%) menganggap pelajaran matematika itu
sulit. Beberapa penyebab/alasan siswa yang menganggap pelajaran matematika sulit (Lampiran 3)
yaitu: pembelajaran kurang menarik (53 %), guru tidak jelas menerangkan (42 %), banyak rumus
(29 %), dan tidak belajar/kurang latihan (18 %).
Hasil tersebut menunjukkan guru merupakan faktor dominan penyebab kesulitan belajar
siswa. Selama ini guru mendominasi pembelajaran dengan ceramah dan tidak melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran. Guru jarang menggunakan media pembelajaran interaktif dan
menarik. Akibatnya siswa pasif karena tidak diberi kesempatan untuk berpikir dan menemukan
konsep sendiri. Pembelajaran sangat membosankan dan tidak efektif, dan berdampak pada
rendahnya hasil belajar matematika.
Sebagai ilustrasi adalah pembelajaran Teorema Pythagoras. Pembelajaran
yang sering
dilakukan guru adalah siswa diberikan rumus bahwa “jumlah luas persegi pada sisi siku-siku = luas
persegi pada sisi miring” atau “jumlah kuadrat sisi siku-siku = kuadrat sisi miring”, dengan sering
dituliskan dalam bentuk a2 + b2 = c2. Rumus ini seringkali membingungkan siswa karena ketika
simbol panjang sisi-sisinya diubah siswa mengalami kesulitan. Atau jika gambar segitiga siku-siku
posisinya diubah, siswa sering bingung menentukan mana sisi miring dan mana sisi siku-sikunya.
Hal tersebut sebagai akibat dari pembelajaran selama iniyang tidak bermakna. Siswa hanya
diberi rumus tanpa dijelaskan mengapa rumus itu digunakan (Yansen Marpaung (2002). Pola
pembelajaran semacam ini membuat siswa tidak memahami materi yang diajarkan yang berakibat
pada rendahnya hasil belajar. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang efektif dan menarik
sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman bukan sekedar hapalan rumus belaka.
2
Mulyati – SMP 11 Surakarta
Sebagai afternatif menjawab tantangan tersebut penulis telah berupaya menciptakan
pembelajaran yang konstruktivis dengan memanfaatkan media efektif dan
menarik yaitu
pendekatan I-TESA (Integrating Technology, Environment, and Social Activity) yang merupakan
pendekatan terpadu dengan memanfaatkan media berbasis teknologi berupa software GEOGEBRA
(tecnology) dan berbasis lingkungan (environment) berupa benda-benda/barang tidak terpakai di
sekitar siswa dan aktifitas sosial siswa (social activity). Pendekatan ini juga mengembangkan aspek
afektif siswa berupa prinsip kerjasama dan toleransi antar siswa, sehingga pemahaman materi
Teorema Pythagoras dapat ditingkatkan tidak sekedar hapalan rumus belaka dan berdampak
positif pada ketuntasan belajar siswa.
Untuk itu penulis berusaha mengkaji penelitian dengan judul:
PENERAPAN PENDEKATAN I-TESA (Integrating Technology, Environment and Social
Activity)
DALAM
PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
SEBAGAI
UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEOREMA PYTHAGORAS PADA SISWA KELAS
VIII A SMP NEGERI 25 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
B. Identifikasi Masalah (pada beberapa penelitian, boleh dilewatkan)
Menurut Gwynn Mettetal (2003) dan Susillo (2007: 20) identifikasi maslah memuat hal-hal
sebagai berikut:
1. Diagnosis dari keadaan dengan menanyakan tentang:
a. Masalah apa yang relevan dan terjadi sekarang
b. Masalah tersebut memungkinkan untuk dilakukan pemecahan masalah (tindakan)
2. Menganalisis masalah sampai menemukan permasalahan mendesak untuk diatasi.
Contoh:
Permasalahan-permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar Matematika
disebabkan beberapa hal berikut:
1. Lemahnya pemahaman konsep dasar matematika siswa dan siswa belum bisa memahami
formulasi, generalisasi, dan konteks kehidupan nyata dengan ilmu matematika karena
meatematika sering disajikan secara abstrak.
2. Ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran oleh guru di kelas. Selama ini guru banyak
mendominasi pembelajaran dan mengajar secara konvensional. Guru yang aktif mentransfer
pengetahuan ke pikiran siswa, dan siswa menerima secara pasif. Siswa menyelesaikan soal
dengan menggunakan rumus tertentu tanpa bisa menjelaskan mengapa dia menggunakan rumus
itu.
3. Siswa mengalami kesulitan karena operasi perhitungan
(menggunakan simbul) tanpa
pengertian fisik atau peragaan sehingga matematika bukan pelajaran bernalar tapi menghapal
Dst...
3
Mulyati – SMP 11 Surakarta
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah memuat hal-hal/masalah perlu dijelaskan secara operasional dan
dijelaskan lingkup permasalahannya. Perumusan masalah dikembangkan dari identifikasi
dan pembatasan masalah. Dalam perumusan masalah harus jelas, spesifik dan
operasional, menggunakan kalimat tanya, mengarah pada jenis data yang perlu
dikumpulkan.
Perumusan masalah digunakan sebagai: (1) dasar untuk penentuan teori yang akan
digunakan, (2) arah dalam penentuan judul, (3) arah menentukan metode penelitian, (4)
arah menentukan jenis penelitian.
Contoh:
Berdasarkan latar belakang masalah (dan identifikasi masalah) tersebut, permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Apakah penerapan pendekatan “I-TESA” (Integrating Technology, Environment, and Social
Activity) dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan hasil belajar matematika
materi Teorema Pythagoras pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 25 Surakarta Tahun
Pelajaran 2009/2010?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan memuat secara singkat dan jelas harapan untuk memecahkan masalah,
memperbaiki kondisi, serta mengembangkan dan meningkatkan mutu pembelajaran.
Contoh:
Tujuan Umum: (bisa langsung ke tujuan khusus)
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika
Tujuan khusus:
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi Teorema Pythagoras melalui penerapan
pendekatan I-TESA pada siswa kelas VII SMP N. 25 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat memuat hal-hal
kegunaan pemecahan masalah untuk perbaikan kualtas
pendidikan dan/atau kualitas pembelajaran. Manfaat perlu diuraikan secara praktis dan
teoritis.
1. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
b. Bagi guru
c. Bagi sekolah (komponen pendidikan terkait)
2. Manfaat teoritis, yaitu untuk mendapatkan teori baru untuk pengembangan kazanah
ilmu pengetahuan atau sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
4
Mulyati – SMP 11 Surakarta
Contoh:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, untuk meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajarnya meningkat.
b. Bagi guru, adalah sebagai alternatif pembelajaran inovatif dan memudahkan guru, karena
dapat dilakukan dengan alat/bahan dari lingkungan sekitar.
c. Bagi sekolah, adalah dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
di sekolah
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dihrapkan dapat menambah kazanah ilmu pengetahuan dan dijadikan dasar
untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran matematika.
BAB II
LANDASAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI (KERANGKA TEORITIS/KAJIAN TEORI/KAJIAN PUSTAKA, dll)
Kajian Teori/Pustaka menurut Paul Suparno (2008: 37) memuat kaitan topik
permasalahan yang diteliti dengan teori dalam dunia ilmiah yang ada atau yang telah
dibuat oleh orang lain.
1. Menurut Madyo Eko Susilo (2007) kajian teori/pustaka memuat kajian teoritis dan
empiris (hasil penelitian terdahulu yang relevan) sebagai landasan pemilihan tindakan
2. Menurut Gwynn Mettetal (2003) kajian teori memuat informasi-informasi yang terkait
antara masalah dan langkah pemecahan masalah (baik
teori, hasil penelitian
terdahulu yang relevan) dan pilihan tindakan.
Contoh:
1. Hasil Belajar Matematika
a. Matematika
Matematika secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu “mathema” yang berarti
hal-hal yang dipelajari (Abdusysyakir, 2007: 5). Menurut Mohammad Soleh (998: 6-7)
salah satu sifat matematika yang membedakannya dengan ilmu lain adalah: pembahasannya
menggunakan tata nalar, dan pengertian/konsep/pernyataan sifat konsisten.
Dan seterusnya......
b. Hasil Belajar
Belajar merupakan aktivitas dari kehidupan manusia. Ajaran agama sebagai pedoman
hidup juga menganjurkan manusia untuk selalu belajar. Secara etimologis belajar memiliki
5
Mulyati – SMP 11 Surakarta
arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” (Baharudin & Esa Nur Wahyuni, 2007:
34). Dan seterusnya .........................
c. Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan kajian di atas maka hasil belajar matematika adalah ...........................
Hasil belajar matematika dalam penelitian ini .........................
2. Pendekatan I-TESA
Prinsip belajar matematika mengharuskan siswa mempelajari matematika dengan
pemahaman. ......................................dan seterusnya...
Sebagai implementasi harapan tersebut guru seharusnya dapat mengembangkan berbagai
pendekatan pembelajaran dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada, dan tidak
hanya mengembangkan satu aspek saja tetapi juga perlu memadukan berbagai aspek, baik fisik,
mental, maupun sosial.
Oleh karena itu
dalam karya ilmiah ini penulis berusaha menuangkan ide tentang
integrasi berbagai sumber daya dalam dalam pembelajaran matematika yaitu pendekatan ITESA (Integrating Technology, Environment, and Social Activity)
dalam pembelajaran
matematika. Pendekatan I-TESA merupakan usaha memadukan berbagai sumber daya berupa
teknologi (Technology), lingkungan (Environment) dan aktifitas sosial (Social Activity) siswa
ke dalam pembelajaran matematika. Pendekatan diterapkan pada materi Teorema Pythagoras.
Tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran I-TESA adalah:
a. Pemanfaatan Teknologi (Technology)
Kemajuan dunia teknologi memungkinkan peran komputer dan internet dalam dunia
pendidikan semakin besar (Suntoro, et al., 2004). Sampai saat ini penggunaan teknologi
khususnya komputer dan internet semakin menggeser peran buku yang hanya terbatas
penggunaannya (Flores, 2002). Begitu besarnya peran komputer dalam kehidupan, bahkan
Beem (2004) menyatakan bahwa komputer sebagai mata masa depan (eye on the future).
...............................................
Sebagai langkah awal mengembangkan sumber belajar tersebut penulis coba
memanfaatkan beberapa sumber dari internet dan menginterasikannya dalam pembelajaran
matematika materi teorema Pythagoras. Salah satunya adalah memanfaatkan software
Geogebra yang bisa diakses secara gratis dari internet.
b. Pemanfaatan lingkungan (Environment))
..........................................
Di sinilah peran guru sebagai pendidik untuk dapat memanfaatkan berbagai sumber
belajar di sekitar siswa. Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (Association of
Education and Communication Technology/AECT) Amerika dalam Didik Hartoko (2004:
6
Mulyati – SMP 11 Surakarta
2), menyatakan bahwa sumber belajar adalah semua sumber (baik ada data, orang, atau
benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Salah
satu sumber belajar yang dimaksud di sini adalah lingkungan, yaitu situasi di sekitar
terjadinya proses belajar mengajar di mana pembelajar menerima pesan.
Media di lingkungan juga bisa berupa benda-benda sederhana yang dapat diperoleh
dari lingkungan sekitar atau menugaskan siswa untuk membuat/mengumpulkan bendabenda atau media tertentu yang dapat digunakan untuk belajar sewaktu-waktu. Seperti yang
telah penulis lakukan adalah mengintegrasikan lingkungan lingkungan dalam pembelajaran
matematika materi Teorema Pythagoras adalah:
1). Membimbing siswa memanfaatkan berbagai benda-benda/barang-barang bekas berupa
kardus bekas, kayu atau karton bungkus kemasan untuk membuat alat peraga
pembuktian teorema Pythagoras.
2). Pemanfaatan biji-bijian (palawija) atau manik-manik untuk membuktikan luas persegi
pada masing-masing sisi segitiga siku-siku
3). Pemanfaatan karton bekas bungkus kemasan sebagai model segitiga untuk mempelajari
materi kebalikan teorema Pythagoras dan tripel Pythagoras.
4). Pemanfaatan lingkungan fisik siswa berupa benda-benda di dalam kelas dan sekitarnya
untuk mempelajari materi penggunaan teorema Pythagoras dalam bangun datar.
c. Social Activity (aktifitas sosial)
................................
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah bertujuan mewujudkan masyarakat
belajar (learning society)
di mana setiap anggota masyarakat
berhak mendapatkan
pendididikan (education for all) dan menjadi pembelajar seumur hidup (longlife education).
Hal tersebut diharapkan dapat selaras dengan pilar pendidikan UNESCO yaitu (Depdiknas,
2007: 4): learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be.
Impelementasi dalam pembelajaran matematika terlihat dalam pembelajaran dan penilaian
yang sifatnya learning to know (fakta, skills, konsep, dan prinsip), learning to do (doing
mathematics), learning to be (enjoy mathematics), dan learning to live together
(cooperative learning in mathematics).
.........................................
Oleh sebab itu, sebagai langkah mewujudkan pilar tersebut penulis berusaha
memadukan pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan aktifitas sosial siswa di dalam
kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) (Slavin
2008: 250). Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang
sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi,
mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan
masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu
7
Mulyati – SMP 11 Surakarta
menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan
interpersonal.
..........................................dst
B. PENELITIAN YANG RELEVAN (Jika ada)
Penelitian yang relevan harus relevan dengan permasalahan yang diteliti, dan bertujuan
untuk menghindari duplikasi. Penelitian relevan bisa berupa penelitian yang telah
dilakukan peneliti maupun orang lain.
Contoh:
Penelitian lainnya oleh Agustina Dwi Saputri (2005) berjudul Penerapan Pembelajaran
Matematika Kontekstual pada Materi Teorema Phytagoras untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Aktivitas Siswa MTs Al Asror Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005”. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan pada bulan September 2004. Subyek penelitian
adalah siswa kelas 2 Mts Al Asror.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pada siklus 1 hasil belajar siswa rata-rata 7,02
dengan tingkat ketuntasan 61,90% dan tingkat aktivitas siswa adalah 77,50% siswa aktif. (2) pada
siklus 2 hasil belajar siswa mempunyai rata-rata 7,02 dengan tingkat ketuntasan 61,90% dan
tingkat aktivitas siswa adalah 82,50% siswa aktif. (3) pada siklus 3 hasil belajar siswa memiliki
rata-rata 7,48 dengan tingkat ketuntasan 83,33% dan tingkat aktivitas siswa adalah 77,50% siswa
aktif.
...................Dan lain-lainya
C. KERANGKA BERPIKIR (KERANGKA PEMIKIRAN)
Kerangka berpikir
didasarkan pada landasan teori dan disesuaikan dengan
permasalahan yang diambil. Kerangka berpikir merupakan dasar untuk pengajuan
hipotesis.
Contoh:
Berbagai studi literatur menyimpulkan bahwa penggunaan media dan sumber belajar yang
menarik dan kreatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan media yang
kreatif, murid juga akan termotivasi dan minatnya terbangun yang akhirnya akan menimbulkan
sikap positif pada mata pelajaran matematika. Salah satu upaya agar pembelajaran matematika
menarik adalah dengan pendekatan pembelajaran I-TESA (Integrating Technology, Environment,
Social Activity), yaitu pendekatan pembelajaran yang memadukan berbagai sumber dan strategi
pembelajaran yaitu teknologi, lingkungan dan aktifitas sosial siswa dalam pembelajaran
matematika.
Berdasarkan dasar pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini dapat dibuat kerangka
pemikiran sebagai berikut:
8
Mulyati – SMP 11 Surakarta
Hasil Belajar Matematika
Rendah
Pendekatan I-TESA dalam
Membuktikan Teorema
Pythagoras
Penerapan Pendekatan
I-TESA dalam
pembelajaran Matematika
Pendekatan I-TESA dalam
Kebalikan Pythagoras dan
Tripel Pythagoras
Hasil Belajar Matematika
Meningkat
Pendekatan I-TESA dalam
Penggunaan Teorema
Pythagoras
Gambar ... Kerangka Berpikir
D. HIPOTESIS (TINDAKAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara berdasarkan pada kajian teori dan kerangka
berpikir dan menjawab
perumusan masalah yang diajukan. Merupakan hipotesis
tindakan bukan hipotesis penelitian.
Contoh:
Melalui pendekatan I-TESA (Integrating Technology, Environment and Social Activity) dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi Teorema
Pythagoras pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 25 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Menurut (Gwynn Mettetal, 2003; Mulyadi, 2005; Rust & Clark, 2008) dalam metodologi
penelitian harus memuat hal-hal sebagai berikut:
A. Setting Penelitian,
Setting penelitian memuat:
a. Waktu penelitian yaitu kapan penelitian dilakukan dan alasan mengapa penelitian
dilakukan pada waktu itu.
b. Tempat penelitian, yaitu di mana penelitian dilakukan dan alasan mengapa penelitian
dilakukan pada tempat tersebut.
B. Subyek penlitian, yaitu siswa dan guru
C. Sumber Data
Sumber data dari siswa
sebagai subye penelitian dan dari sumber lain (guru/teman
sejawat)
9
Mulyati – SMP 11 Surakarta
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data bisa berupa tes, observasi atau wawancara
2. Alat pengumpulan data (butir soal tes, lembar observasi, dan pedoman wawancara)
E. Validasi data
1. Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrumen tes
2. Proses pembelajaran (observasi, wawancara)
yang divalidasi datanya melalui
trianggulasi
F. Teknik Analisis Data
Pada PTK tidak menggunakan uji statistik tetapi menggunakan analisis diskriptif:
1. Hasil belajar dianalisis dengan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai
tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja
2. Observasi maupun wawancara dengan analisis diskriptif berdasarkan hasil observasi
dan refleksi
G. Indikator Kinerja
Merupakan kondisi akhir yang diharapkan berdasarkan pengalaman yang lalu. Perlu
pertimbangan untuk menentukan indikator kinerja (jangan terlalu tinggi)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian memuat metode penelitian tindakan kelas dengan jumlah siklus yang
dilaksanakan yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
evaluasi-refleksi untuk setiap siklus.
1. Perenanaan tindakan yang mengambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan
sebelum pelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaan tindakan yang berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan
dilakukan oleh peneliti maupun siswa dalam pembelajaran.
3. Observasi menggambarkan obyek amatan dengan cara pengamatannya.
4. Tahap evaluasi menguraikan cara dan hasil asesmennya.
5. Tahap refleksi diuraikan prosedur, alat, pelaku, sumber informasi dan cara
analisisnya.
Contoh:
A. Setting Penelitian
1.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2009, dengan perincian berikut:
No.
1.
2.
3.
4.
Kegiatan
Persiapan
Perencanaan
Pra Tindakan
Pelaksanaan
a. Siklus I
b. Siklus II
c. Siklus III
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Waktu
8 – 12 Juli 2009
13 – 17 Juli 2009
18 Juli 2009
23, 25, 27, 29 Juli dan 2 Agustus 2009
3, 6, dan 8 Agustus 2009
10, 13, 15 Agustus 2009
10
Mulyati – SMP 11 Surakarta
5.
Penyusunan Laporan
2. Tempat Penelitian
17 – 29 Agustus 2009
Penelitian ini dilaksanakan di kelas yang penulis ampu yaitu kelas VIII A SMP
Negeri 25 Surakarta.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A tahun pelajaran 2008/2009 sebanyak 40
siswa, yang terdiri dari 19 laki-laki dan 21 perempuan. Dari survei awal, diketahui nilai
matematika siswa pada raport kelas VII masih rendah yaitu 61,78 dan 12 siswa memperoleh
nilai kurang dari KKM yaitu 60 (Lampiran 1).
C. Sumber Data
Sumber data penelitian diperoleh langsung dari siswa sebagai subyek penelitian. Data
penelitian terdiri data kualitatif berupa hasil pengamatan, dan dokumentasi berupa
foto/rekaman video dan data kuantitatif berupa hasil tes belajar teorema Pythagoras pada
masing-masing akhir siklus.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan: angket untuk mengetahui penyebab
kesulitan belajar matematika, observasi untuk mengetahui aktifitas siswa, dan tes untuk
mengetahui hasil belajar siswa tiap siklus.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan butir soal tes
E. Validasi Data
Validasi instrumen dilakukan dengan trianggulasi untuk meminimalkan subyektivitas
(Suwarsih Madya, 2007). Proses trianggulasi dilakukan peneliti dan rekan sejawat untuk
merevisi kelayakan dan tingkat kesukaran butir soal berbentuk soal essay (uraian) agar lebih
obyektif.
Reliabilitas data PTK tidak mungkin dilakukan seperti halnya penelitian kuantitatif.
Untuk meyakinkan atas reliabilitas PTK maka disajikan hasil observasi,
foto, rekaman
kegiatan. Selain itu juga dilampirkan beberapa kutipan kesan dan pesan siswa (Lampiran 16)
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik diskriptik analitik. Data kualitatif
dideskripsikan dan ditransformasi secara kuantitatif dengan menentukan persentase masingmasing amatan. Data kuantitatif hasil belajar ditabulasi, dihitung rata-rata dan persentase
ketuntasan belajarnya.
G. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini menggunakan acuan berikut:
11
Mulyati – SMP 11 Surakarta
1. Meningkatnya hasil belajar siswa baik aspek afektif (keaktifan siswa) sesuai masingmasing amatan pada tiap-tiap siklus,
2. Meningkatnya hasil belajar siswa (secara kognitif) tiap siklus dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) ≥ 60.
H. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan penemuan
terbimbing dan model pembelajaran kooperatif. Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif
antara peneliti dan kolaborator (Siti Nurjanah S.Pd) dan terdiri 3 siklus dengan prosedur
(Susilo, 2007: 19-23): perencanaan (planning), tindakan (acting), oservasi (observing), refleksi
(reflecting). Materi pembelajaran adalah Teorema Pythagoras sesuai standar kompetensi dan
kompetensi datar (Lampiran 4).
1. Refleksi Awal
Sebagai kegiatan pendahuluan peneliti dan kolaborator melakukan refleksi awal
beruapa pembelajaran klasikal untuk mengamati kondisi sebelum tindakan. Pembelajaran
pada refleksi awal adalah materi kuadrat dan akar kuadrat suatu bilangan dilanjutkan
dengan luas segitiga dan luas persegi dengan menghitung pesegi satuan. Pembelajaran
dilakukan denga cara metode ceramah dan tanyajawab dengan menggunakan media
komputer. Di akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal evaluasi.
2. Prosedur Penelitian Tiap Siklus
a. Prosedur Pembelajaran Siklus I
1). Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan meliputi: menyiapkan materi ajar dan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja, instrumen evaluasi, lembar
observasi, dan membentuk kelompok siswa secara heterogen.
2). Pelaksanaan Tindakan
a). Guru memotivasi siswa dengan
menayangkan
biografi Pythagoras dan
menjelaskan manfaat teorema Pythagoras
b). Siswa mempersiapkan peraga kemudian aktif berdiskusi
c). Kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dipandu oleh guru
d). Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi
e). Guru memvalidasi pembuktian Pythagoras dengan Geogebra
f). Pada akhir siklus I diadakan evaluasi secara mandiri.
3). Observasi
Observasi difokuskan pada aktifitas siswa saat pembelajaran sesuai lembar
observasi yaitu: perhatian, aktifitas diskusi, pertanyaan/pendapat, dan antusiasme.
4). Analisis dan Refleksi
Kegiatan ini difokuskan pada analisis aktifitas siswa sesuai lembar observasi,
menghitung ketuntasan belajar siswa dan merumuskan tindakan berikutnya.
12
Mulyati – SMP 11 Surakarta
b. Prosedur Pembelajaran Siklus II
1). Perencanaan Tindakan
Perencanaan meliputi menyiapkan: materi ajar, RPP dan lembar kerja, peraga
model segitga, instrumen evaluasi dan menyiapkan lembar kerja siklus II.
2). Pelaksanaan Tindakan
a). Guru membagikan model segitiga dan menjelaskan prosedur
b). Siswa aktif berdiskusi dibimbing oleh guru
c). Kelompok melakukan presentasi dan ditanggapi kelompok lain.
d). Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi
e). Siswa mengerjakan latihan di papan tulis,
f). Di akhir siklus diadakan evaluasi tertulis
3) Observasi
Pengamatan pada siklus II juga ditekankan pada aktifitas dan interaksi siswa
secara individu maupun kelompok seperti pada siklus I.
4). Analisis dan Refleksi
Analisis dan refleksi pada siklus II mirip dengan siklus I yaitu menghitung
persentase aktifitas siswa, kendala atau halyang perlu diperbaiki, ketuntasan belajar
siswa dan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
c. Prosedur Pembelajaran Siklus III
1). Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan pada siklus III adalah menyiapkan materi ajar (SK 3.2),
menyusun RPP dan lembar kerja, menyusun instrumen evaluasi dan menyiapkan
lembar observasi.
2). Pelaksanaan Tindakan
a). Guru mengingatkan kembali tentang manfaat teorema Pythagoras
b). Siswa menempatkan diri dalam kelompok dan menerima penjelasan tentang
prosedur kegiatan pembelajaran
c). Siswa aktif mengidentifikasi benda-benda di ruang/sekitar kelas
d). Siswa mencatat hasil pengukuran untuk disalin pada lembar kerja
e). Siswa melakukan presentasi, dan guru memvalidasi hasil diskusi.
f). Pada akhir siklus diberikan evaluasi
3). Observasi
Kegiatan
observasi
ditekankan
pada
kreativitas
kelompok
dalam
mengidentifikasi banyaknya benda-benda di dalam/sekitar ruang kelas. Selain itu
juga ditekankan pada aktifitas siswa sesuai lembar pengamatan.
4). Analisis dan Refleksi
Kegiatan analisis pada tahap ini dilakukan dengan menghitung persentase
aktifitas siswa masing-masing aspek pengamatan dan ketuntasan belajar siswa
siklus III.
13
Mulyati – SMP 11 Surakarta
SUMBER RUJUKAN TENTANG PTK
Gwynn Mettetal, 2003. Improving Teaching through Classroom Action Research: Essay
on Teaching Excellence. Toward the Best in the Academy. Vol 14, No. 7, 2002 – 2003.
http:/eula.html. Akses tanggal: 9 November 2008.
Madyo Ekosusilo, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disampaikan dalam Seminar
Pengembangan Profesionalisme Guru Matematika Melalui PTK diselnggarakan MGMP
Matematika SMP Kabupaten wonogiri 5 Desember 2007.
Mulyadi, 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
Jawa Tengah.
Rust, Frances & Clark, Christoper, 2008. How to Do Action Research your Classroom.
Lessson from the Teacher Network Leadership Institute. Metlife Foundation.
www.teachersnetwork.org. Akses tanggal 9 November 2008.
Paul Suparno, 2008. Riset Tindakan untuk Pendidik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Suharsimi Arikunto, 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kumpulan Bahan Presentasi.
Jakarta: Dirjen PMPTK
Susilo, 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Books Publisher.
Suwarsih Madya, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. www.ktiguru.org. Akses: 28 Agustus
2007
14
Mulyati – SMP 11 Surakarta
BIOGRAFI PENULIS
NAMA GURU
: MULYATI, S.Pd., M.M.
TEMPAT/TGL. LAHIR
: Wonogiri, 22 Pebruari 1971
ALAMAT
: Jetis RT 01/RW. 5, Tohudan, Colomadu, Karanganyar.
NIP
: 19710222 199702 2 004
INSTANSI
: SMP N. 25 Surakarta
Telp
: 08156753699, 0271-7500219
Email/Facebook
: [email protected]
WebBlog
: mulyatisolo.blogspot.com
Site
Yahoo ID (YM)
: http://sites.google.com/site/mulyatispdmm/home
: mulyatisolo
PENDIDIKAN:
:
1. SD N. Negeri Sukomangu I Kec. Purwantoro
Lulus Th 1983
2. SMP N. Purwantoro
Lulus Th 1986
3. SMA N. 1 Ponorogo
Lulus Th 1989
4. Diploma 3 Pendidikan Matematika FKIP UNS
Lulus Th 1992
5. S1 Pendidikan Matematika FKIP UNS
Lulus Th 1995
6. S2 Program Magister Manajemen UNISRI
Lulus Th 2007
6. Program Sertifikasi Jalur Pendidikan UNY
Lulus Th 2009
PRESTASI:
1. Juara 1 Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kota Surakarta Tahun 2005
2. Juara Harapan 1 Lomba Karya Tulis Integrasi Imtaq-Iptek Tingkat Nasional Tahun 2007.
3. Wisudawan Terbaik Program Magister Manajemen UNISRI 2007
4. Nominator Innovative Teachers Competition PT Microsoft Indonesia 2008
5. Juara 3 Lomba Karya Ilmiah Inovasi Pembelajaran Guru Tingkat Prov. Jawa Tengah Tahun 2008
6. Finalis Lomba Keberhasilan Guru Tingkat Nasional Tahun 2008
7. Peringkat II Peserta Sertifikasi Jalur Pendidikan (Wilayah DIY, Jawa Tengah dan Jawa Barat) Universitas
Negeri Yogyakarta 2009
8. Finalis Lomba Karya Ilmiah Inovasi Pembelajaran Guru Prov Jawa Tengah 2009
9. Juara Harapan I Lomba Inovasi dan Kreasi Media Pembelajaran Tingkat Nasional 2009
10. Juara II Lomba Keberhasilan Guru Tingkat Nasional 2009
15
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh:
MULYATI, S.Pd, MM
Kepala SMP N. 11 Surakarta
Email: [email protected]
Facebook: www.facebook.com/mulyati.rahman
Weblog: mulyatisolo.blogspot.com
Site: http://sites.google.com/site/mulyatispdmm/home
Yahoo ID (YM): mulyatisolo
HP: 08156753699
Disajikan dalam Kegiatan Workshop Pengembangan Karir Guru Mulok
Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2012
Di SMP Negeri 3 Sukoharjo
Mulyati – SMP 11 Surakarta
URAIAN YANG HARUS DITUANGKAN
DALAM PENYUSUNAN PTK
(SESUAIKAN DENGAN MAPELNYA)
JUDUL
Menurut Suharsimi Arikunto (2008) judul mengacu pada tiga hal, yaitu:
WHAT: Apa yang akan ditingkatkan (minat, sikap, kreatifitas, prestasi belajar, dll).
WHO : Siapa (subyek tindakan) yang akan ditingkatkan. Misalnya: siswa kelas VIII A
HOW : Bagaimana metode – cara (tindakan) yang akan dilakukan oleh subyek
(pendekatan, model, metode pembelajaran, dll)
Sedang menurut Madyo Eko Susilo (2007), judul memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Menggambarkan secara spesifik dan masalah yang akan diteliti,
2. Menggambarkan tindakan untuk mengatasi masalah,
3. Memuat Mata Pelajaran:
4. Memuat bidang kajian, misalnya peningkatan hasil belajar, desain dan strategi
pembelajaran, penggunaan media, sumber belajar, evaluasi,
5. Setting Penelitian (tempat dan waktu penelitian)
Contoh:
PENERAPAN PENDEKATAN I-TESA (Integrating Technology, Environment and Social
Activity) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEOREMA PYTHAGORAS
PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 25 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI ........... MELALUI
PENDEKATAN KOOPERATIF TYPE .......... ..................... PADA SISWA KELAS .....
SMP ......... TAHUN PELAJARAN .......
UPAYA MENINGKATKAN ..................( MATERI) ............. PADA SISWA
KELAS ..........SMP ............. SEMESTER ....... TAHUN PELAJARAN .......
MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA ...........
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Paul Suparno (2008: 32 – 33), latar belakang masalah memuat hal-hal sebagai
berikut:
1. Ketidakpuasan masalah pembelajaran yang dipicu oleh berbagai sumber, misalnya
siswa, guru, kurikulum atau hasil belajar siswa.
2. Masalah dalam pembelajaran yang mengganggu jalannya proses pembelajaran dan
ingin dicari tahu berikut penyelesaiannya.
1
Mulyati – SMP 11 Surakarta
3. Masalah yang dominan dalam pembelajaran, yang bila persoalan itu dapat
diselesaikan akan mengurangi persoalan pendidikan lainnya.
Menurut
Mulyadi (2005) hal-hal yang perlu diuraikan dalam latar belakang masalah
adalah:.
1. Menulis fakta yang ada (kondisi awal)
2. Menulis harapan yang dituju (kondisi akhir)
3. Adanya masalah (kesenjangan antara harapan dan kenyataan)
4. Adanya solusi/ masalah
Contoh:
Matematika merupakan ilmu universal yang berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu
dan mengembangkan daya pikir manusia. Seiring perkembangannya pendidikan matematika di
Indonesia masih menghadapi tantangan berkaitan dengan rendahnya prestasi belajar matematika
siswa baik aspek pengetahuan (cognitive) maupun aspek rendahnya sikap (attitude) terhadap
matematika (Zulkardi, 2003).
Bekaitan dengan aspek kognitif, dari survei awal terhadap 40 siswa kelas VIII A SMP Negeri
25 Surakarta yang menjadi subyek penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata matematika pada
rapor kelas VII masih rendah (61,78) dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 60 dan 12
siswa memperoleh nilai kurang dari KKM (Lampiran 1).
Berdasarkan sikap siswa, sebanyak 29 siswa (76%) menganggap pelajaran matematika itu
sulit. Beberapa penyebab/alasan siswa yang menganggap pelajaran matematika sulit (Lampiran 3)
yaitu: pembelajaran kurang menarik (53 %), guru tidak jelas menerangkan (42 %), banyak rumus
(29 %), dan tidak belajar/kurang latihan (18 %).
Hasil tersebut menunjukkan guru merupakan faktor dominan penyebab kesulitan belajar
siswa. Selama ini guru mendominasi pembelajaran dengan ceramah dan tidak melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran. Guru jarang menggunakan media pembelajaran interaktif dan
menarik. Akibatnya siswa pasif karena tidak diberi kesempatan untuk berpikir dan menemukan
konsep sendiri. Pembelajaran sangat membosankan dan tidak efektif, dan berdampak pada
rendahnya hasil belajar matematika.
Sebagai ilustrasi adalah pembelajaran Teorema Pythagoras. Pembelajaran
yang sering
dilakukan guru adalah siswa diberikan rumus bahwa “jumlah luas persegi pada sisi siku-siku = luas
persegi pada sisi miring” atau “jumlah kuadrat sisi siku-siku = kuadrat sisi miring”, dengan sering
dituliskan dalam bentuk a2 + b2 = c2. Rumus ini seringkali membingungkan siswa karena ketika
simbol panjang sisi-sisinya diubah siswa mengalami kesulitan. Atau jika gambar segitiga siku-siku
posisinya diubah, siswa sering bingung menentukan mana sisi miring dan mana sisi siku-sikunya.
Hal tersebut sebagai akibat dari pembelajaran selama iniyang tidak bermakna. Siswa hanya
diberi rumus tanpa dijelaskan mengapa rumus itu digunakan (Yansen Marpaung (2002). Pola
pembelajaran semacam ini membuat siswa tidak memahami materi yang diajarkan yang berakibat
pada rendahnya hasil belajar. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang efektif dan menarik
sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman bukan sekedar hapalan rumus belaka.
2
Mulyati – SMP 11 Surakarta
Sebagai afternatif menjawab tantangan tersebut penulis telah berupaya menciptakan
pembelajaran yang konstruktivis dengan memanfaatkan media efektif dan
menarik yaitu
pendekatan I-TESA (Integrating Technology, Environment, and Social Activity) yang merupakan
pendekatan terpadu dengan memanfaatkan media berbasis teknologi berupa software GEOGEBRA
(tecnology) dan berbasis lingkungan (environment) berupa benda-benda/barang tidak terpakai di
sekitar siswa dan aktifitas sosial siswa (social activity). Pendekatan ini juga mengembangkan aspek
afektif siswa berupa prinsip kerjasama dan toleransi antar siswa, sehingga pemahaman materi
Teorema Pythagoras dapat ditingkatkan tidak sekedar hapalan rumus belaka dan berdampak
positif pada ketuntasan belajar siswa.
Untuk itu penulis berusaha mengkaji penelitian dengan judul:
PENERAPAN PENDEKATAN I-TESA (Integrating Technology, Environment and Social
Activity)
DALAM
PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
SEBAGAI
UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEOREMA PYTHAGORAS PADA SISWA KELAS
VIII A SMP NEGERI 25 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
B. Identifikasi Masalah (pada beberapa penelitian, boleh dilewatkan)
Menurut Gwynn Mettetal (2003) dan Susillo (2007: 20) identifikasi maslah memuat hal-hal
sebagai berikut:
1. Diagnosis dari keadaan dengan menanyakan tentang:
a. Masalah apa yang relevan dan terjadi sekarang
b. Masalah tersebut memungkinkan untuk dilakukan pemecahan masalah (tindakan)
2. Menganalisis masalah sampai menemukan permasalahan mendesak untuk diatasi.
Contoh:
Permasalahan-permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar Matematika
disebabkan beberapa hal berikut:
1. Lemahnya pemahaman konsep dasar matematika siswa dan siswa belum bisa memahami
formulasi, generalisasi, dan konteks kehidupan nyata dengan ilmu matematika karena
meatematika sering disajikan secara abstrak.
2. Ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran oleh guru di kelas. Selama ini guru banyak
mendominasi pembelajaran dan mengajar secara konvensional. Guru yang aktif mentransfer
pengetahuan ke pikiran siswa, dan siswa menerima secara pasif. Siswa menyelesaikan soal
dengan menggunakan rumus tertentu tanpa bisa menjelaskan mengapa dia menggunakan rumus
itu.
3. Siswa mengalami kesulitan karena operasi perhitungan
(menggunakan simbul) tanpa
pengertian fisik atau peragaan sehingga matematika bukan pelajaran bernalar tapi menghapal
Dst...
3
Mulyati – SMP 11 Surakarta
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah memuat hal-hal/masalah perlu dijelaskan secara operasional dan
dijelaskan lingkup permasalahannya. Perumusan masalah dikembangkan dari identifikasi
dan pembatasan masalah. Dalam perumusan masalah harus jelas, spesifik dan
operasional, menggunakan kalimat tanya, mengarah pada jenis data yang perlu
dikumpulkan.
Perumusan masalah digunakan sebagai: (1) dasar untuk penentuan teori yang akan
digunakan, (2) arah dalam penentuan judul, (3) arah menentukan metode penelitian, (4)
arah menentukan jenis penelitian.
Contoh:
Berdasarkan latar belakang masalah (dan identifikasi masalah) tersebut, permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Apakah penerapan pendekatan “I-TESA” (Integrating Technology, Environment, and Social
Activity) dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan hasil belajar matematika
materi Teorema Pythagoras pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 25 Surakarta Tahun
Pelajaran 2009/2010?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan memuat secara singkat dan jelas harapan untuk memecahkan masalah,
memperbaiki kondisi, serta mengembangkan dan meningkatkan mutu pembelajaran.
Contoh:
Tujuan Umum: (bisa langsung ke tujuan khusus)
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika
Tujuan khusus:
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi Teorema Pythagoras melalui penerapan
pendekatan I-TESA pada siswa kelas VII SMP N. 25 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat memuat hal-hal
kegunaan pemecahan masalah untuk perbaikan kualtas
pendidikan dan/atau kualitas pembelajaran. Manfaat perlu diuraikan secara praktis dan
teoritis.
1. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
b. Bagi guru
c. Bagi sekolah (komponen pendidikan terkait)
2. Manfaat teoritis, yaitu untuk mendapatkan teori baru untuk pengembangan kazanah
ilmu pengetahuan atau sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
4
Mulyati – SMP 11 Surakarta
Contoh:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, untuk meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajarnya meningkat.
b. Bagi guru, adalah sebagai alternatif pembelajaran inovatif dan memudahkan guru, karena
dapat dilakukan dengan alat/bahan dari lingkungan sekitar.
c. Bagi sekolah, adalah dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
di sekolah
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dihrapkan dapat menambah kazanah ilmu pengetahuan dan dijadikan dasar
untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran matematika.
BAB II
LANDASAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI (KERANGKA TEORITIS/KAJIAN TEORI/KAJIAN PUSTAKA, dll)
Kajian Teori/Pustaka menurut Paul Suparno (2008: 37) memuat kaitan topik
permasalahan yang diteliti dengan teori dalam dunia ilmiah yang ada atau yang telah
dibuat oleh orang lain.
1. Menurut Madyo Eko Susilo (2007) kajian teori/pustaka memuat kajian teoritis dan
empiris (hasil penelitian terdahulu yang relevan) sebagai landasan pemilihan tindakan
2. Menurut Gwynn Mettetal (2003) kajian teori memuat informasi-informasi yang terkait
antara masalah dan langkah pemecahan masalah (baik
teori, hasil penelitian
terdahulu yang relevan) dan pilihan tindakan.
Contoh:
1. Hasil Belajar Matematika
a. Matematika
Matematika secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu “mathema” yang berarti
hal-hal yang dipelajari (Abdusysyakir, 2007: 5). Menurut Mohammad Soleh (998: 6-7)
salah satu sifat matematika yang membedakannya dengan ilmu lain adalah: pembahasannya
menggunakan tata nalar, dan pengertian/konsep/pernyataan sifat konsisten.
Dan seterusnya......
b. Hasil Belajar
Belajar merupakan aktivitas dari kehidupan manusia. Ajaran agama sebagai pedoman
hidup juga menganjurkan manusia untuk selalu belajar. Secara etimologis belajar memiliki
5
Mulyati – SMP 11 Surakarta
arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” (Baharudin & Esa Nur Wahyuni, 2007:
34). Dan seterusnya .........................
c. Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan kajian di atas maka hasil belajar matematika adalah ...........................
Hasil belajar matematika dalam penelitian ini .........................
2. Pendekatan I-TESA
Prinsip belajar matematika mengharuskan siswa mempelajari matematika dengan
pemahaman. ......................................dan seterusnya...
Sebagai implementasi harapan tersebut guru seharusnya dapat mengembangkan berbagai
pendekatan pembelajaran dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada, dan tidak
hanya mengembangkan satu aspek saja tetapi juga perlu memadukan berbagai aspek, baik fisik,
mental, maupun sosial.
Oleh karena itu
dalam karya ilmiah ini penulis berusaha menuangkan ide tentang
integrasi berbagai sumber daya dalam dalam pembelajaran matematika yaitu pendekatan ITESA (Integrating Technology, Environment, and Social Activity)
dalam pembelajaran
matematika. Pendekatan I-TESA merupakan usaha memadukan berbagai sumber daya berupa
teknologi (Technology), lingkungan (Environment) dan aktifitas sosial (Social Activity) siswa
ke dalam pembelajaran matematika. Pendekatan diterapkan pada materi Teorema Pythagoras.
Tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran I-TESA adalah:
a. Pemanfaatan Teknologi (Technology)
Kemajuan dunia teknologi memungkinkan peran komputer dan internet dalam dunia
pendidikan semakin besar (Suntoro, et al., 2004). Sampai saat ini penggunaan teknologi
khususnya komputer dan internet semakin menggeser peran buku yang hanya terbatas
penggunaannya (Flores, 2002). Begitu besarnya peran komputer dalam kehidupan, bahkan
Beem (2004) menyatakan bahwa komputer sebagai mata masa depan (eye on the future).
...............................................
Sebagai langkah awal mengembangkan sumber belajar tersebut penulis coba
memanfaatkan beberapa sumber dari internet dan menginterasikannya dalam pembelajaran
matematika materi teorema Pythagoras. Salah satunya adalah memanfaatkan software
Geogebra yang bisa diakses secara gratis dari internet.
b. Pemanfaatan lingkungan (Environment))
..........................................
Di sinilah peran guru sebagai pendidik untuk dapat memanfaatkan berbagai sumber
belajar di sekitar siswa. Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (Association of
Education and Communication Technology/AECT) Amerika dalam Didik Hartoko (2004:
6
Mulyati – SMP 11 Surakarta
2), menyatakan bahwa sumber belajar adalah semua sumber (baik ada data, orang, atau
benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Salah
satu sumber belajar yang dimaksud di sini adalah lingkungan, yaitu situasi di sekitar
terjadinya proses belajar mengajar di mana pembelajar menerima pesan.
Media di lingkungan juga bisa berupa benda-benda sederhana yang dapat diperoleh
dari lingkungan sekitar atau menugaskan siswa untuk membuat/mengumpulkan bendabenda atau media tertentu yang dapat digunakan untuk belajar sewaktu-waktu. Seperti yang
telah penulis lakukan adalah mengintegrasikan lingkungan lingkungan dalam pembelajaran
matematika materi Teorema Pythagoras adalah:
1). Membimbing siswa memanfaatkan berbagai benda-benda/barang-barang bekas berupa
kardus bekas, kayu atau karton bungkus kemasan untuk membuat alat peraga
pembuktian teorema Pythagoras.
2). Pemanfaatan biji-bijian (palawija) atau manik-manik untuk membuktikan luas persegi
pada masing-masing sisi segitiga siku-siku
3). Pemanfaatan karton bekas bungkus kemasan sebagai model segitiga untuk mempelajari
materi kebalikan teorema Pythagoras dan tripel Pythagoras.
4). Pemanfaatan lingkungan fisik siswa berupa benda-benda di dalam kelas dan sekitarnya
untuk mempelajari materi penggunaan teorema Pythagoras dalam bangun datar.
c. Social Activity (aktifitas sosial)
................................
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah bertujuan mewujudkan masyarakat
belajar (learning society)
di mana setiap anggota masyarakat
berhak mendapatkan
pendididikan (education for all) dan menjadi pembelajar seumur hidup (longlife education).
Hal tersebut diharapkan dapat selaras dengan pilar pendidikan UNESCO yaitu (Depdiknas,
2007: 4): learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be.
Impelementasi dalam pembelajaran matematika terlihat dalam pembelajaran dan penilaian
yang sifatnya learning to know (fakta, skills, konsep, dan prinsip), learning to do (doing
mathematics), learning to be (enjoy mathematics), dan learning to live together
(cooperative learning in mathematics).
.........................................
Oleh sebab itu, sebagai langkah mewujudkan pilar tersebut penulis berusaha
memadukan pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan aktifitas sosial siswa di dalam
kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) (Slavin
2008: 250). Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang
sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi,
mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan
masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu
7
Mulyati – SMP 11 Surakarta
menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan
interpersonal.
..........................................dst
B. PENELITIAN YANG RELEVAN (Jika ada)
Penelitian yang relevan harus relevan dengan permasalahan yang diteliti, dan bertujuan
untuk menghindari duplikasi. Penelitian relevan bisa berupa penelitian yang telah
dilakukan peneliti maupun orang lain.
Contoh:
Penelitian lainnya oleh Agustina Dwi Saputri (2005) berjudul Penerapan Pembelajaran
Matematika Kontekstual pada Materi Teorema Phytagoras untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Aktivitas Siswa MTs Al Asror Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005”. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan pada bulan September 2004. Subyek penelitian
adalah siswa kelas 2 Mts Al Asror.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pada siklus 1 hasil belajar siswa rata-rata 7,02
dengan tingkat ketuntasan 61,90% dan tingkat aktivitas siswa adalah 77,50% siswa aktif. (2) pada
siklus 2 hasil belajar siswa mempunyai rata-rata 7,02 dengan tingkat ketuntasan 61,90% dan
tingkat aktivitas siswa adalah 82,50% siswa aktif. (3) pada siklus 3 hasil belajar siswa memiliki
rata-rata 7,48 dengan tingkat ketuntasan 83,33% dan tingkat aktivitas siswa adalah 77,50% siswa
aktif.
...................Dan lain-lainya
C. KERANGKA BERPIKIR (KERANGKA PEMIKIRAN)
Kerangka berpikir
didasarkan pada landasan teori dan disesuaikan dengan
permasalahan yang diambil. Kerangka berpikir merupakan dasar untuk pengajuan
hipotesis.
Contoh:
Berbagai studi literatur menyimpulkan bahwa penggunaan media dan sumber belajar yang
menarik dan kreatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan media yang
kreatif, murid juga akan termotivasi dan minatnya terbangun yang akhirnya akan menimbulkan
sikap positif pada mata pelajaran matematika. Salah satu upaya agar pembelajaran matematika
menarik adalah dengan pendekatan pembelajaran I-TESA (Integrating Technology, Environment,
Social Activity), yaitu pendekatan pembelajaran yang memadukan berbagai sumber dan strategi
pembelajaran yaitu teknologi, lingkungan dan aktifitas sosial siswa dalam pembelajaran
matematika.
Berdasarkan dasar pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini dapat dibuat kerangka
pemikiran sebagai berikut:
8
Mulyati – SMP 11 Surakarta
Hasil Belajar Matematika
Rendah
Pendekatan I-TESA dalam
Membuktikan Teorema
Pythagoras
Penerapan Pendekatan
I-TESA dalam
pembelajaran Matematika
Pendekatan I-TESA dalam
Kebalikan Pythagoras dan
Tripel Pythagoras
Hasil Belajar Matematika
Meningkat
Pendekatan I-TESA dalam
Penggunaan Teorema
Pythagoras
Gambar ... Kerangka Berpikir
D. HIPOTESIS (TINDAKAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara berdasarkan pada kajian teori dan kerangka
berpikir dan menjawab
perumusan masalah yang diajukan. Merupakan hipotesis
tindakan bukan hipotesis penelitian.
Contoh:
Melalui pendekatan I-TESA (Integrating Technology, Environment and Social Activity) dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi Teorema
Pythagoras pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 25 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Menurut (Gwynn Mettetal, 2003; Mulyadi, 2005; Rust & Clark, 2008) dalam metodologi
penelitian harus memuat hal-hal sebagai berikut:
A. Setting Penelitian,
Setting penelitian memuat:
a. Waktu penelitian yaitu kapan penelitian dilakukan dan alasan mengapa penelitian
dilakukan pada waktu itu.
b. Tempat penelitian, yaitu di mana penelitian dilakukan dan alasan mengapa penelitian
dilakukan pada tempat tersebut.
B. Subyek penlitian, yaitu siswa dan guru
C. Sumber Data
Sumber data dari siswa
sebagai subye penelitian dan dari sumber lain (guru/teman
sejawat)
9
Mulyati – SMP 11 Surakarta
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data bisa berupa tes, observasi atau wawancara
2. Alat pengumpulan data (butir soal tes, lembar observasi, dan pedoman wawancara)
E. Validasi data
1. Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrumen tes
2. Proses pembelajaran (observasi, wawancara)
yang divalidasi datanya melalui
trianggulasi
F. Teknik Analisis Data
Pada PTK tidak menggunakan uji statistik tetapi menggunakan analisis diskriptif:
1. Hasil belajar dianalisis dengan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai
tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja
2. Observasi maupun wawancara dengan analisis diskriptif berdasarkan hasil observasi
dan refleksi
G. Indikator Kinerja
Merupakan kondisi akhir yang diharapkan berdasarkan pengalaman yang lalu. Perlu
pertimbangan untuk menentukan indikator kinerja (jangan terlalu tinggi)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian memuat metode penelitian tindakan kelas dengan jumlah siklus yang
dilaksanakan yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
evaluasi-refleksi untuk setiap siklus.
1. Perenanaan tindakan yang mengambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan
sebelum pelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaan tindakan yang berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan
dilakukan oleh peneliti maupun siswa dalam pembelajaran.
3. Observasi menggambarkan obyek amatan dengan cara pengamatannya.
4. Tahap evaluasi menguraikan cara dan hasil asesmennya.
5. Tahap refleksi diuraikan prosedur, alat, pelaku, sumber informasi dan cara
analisisnya.
Contoh:
A. Setting Penelitian
1.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2009, dengan perincian berikut:
No.
1.
2.
3.
4.
Kegiatan
Persiapan
Perencanaan
Pra Tindakan
Pelaksanaan
a. Siklus I
b. Siklus II
c. Siklus III
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Waktu
8 – 12 Juli 2009
13 – 17 Juli 2009
18 Juli 2009
23, 25, 27, 29 Juli dan 2 Agustus 2009
3, 6, dan 8 Agustus 2009
10, 13, 15 Agustus 2009
10
Mulyati – SMP 11 Surakarta
5.
Penyusunan Laporan
2. Tempat Penelitian
17 – 29 Agustus 2009
Penelitian ini dilaksanakan di kelas yang penulis ampu yaitu kelas VIII A SMP
Negeri 25 Surakarta.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A tahun pelajaran 2008/2009 sebanyak 40
siswa, yang terdiri dari 19 laki-laki dan 21 perempuan. Dari survei awal, diketahui nilai
matematika siswa pada raport kelas VII masih rendah yaitu 61,78 dan 12 siswa memperoleh
nilai kurang dari KKM yaitu 60 (Lampiran 1).
C. Sumber Data
Sumber data penelitian diperoleh langsung dari siswa sebagai subyek penelitian. Data
penelitian terdiri data kualitatif berupa hasil pengamatan, dan dokumentasi berupa
foto/rekaman video dan data kuantitatif berupa hasil tes belajar teorema Pythagoras pada
masing-masing akhir siklus.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan: angket untuk mengetahui penyebab
kesulitan belajar matematika, observasi untuk mengetahui aktifitas siswa, dan tes untuk
mengetahui hasil belajar siswa tiap siklus.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan butir soal tes
E. Validasi Data
Validasi instrumen dilakukan dengan trianggulasi untuk meminimalkan subyektivitas
(Suwarsih Madya, 2007). Proses trianggulasi dilakukan peneliti dan rekan sejawat untuk
merevisi kelayakan dan tingkat kesukaran butir soal berbentuk soal essay (uraian) agar lebih
obyektif.
Reliabilitas data PTK tidak mungkin dilakukan seperti halnya penelitian kuantitatif.
Untuk meyakinkan atas reliabilitas PTK maka disajikan hasil observasi,
foto, rekaman
kegiatan. Selain itu juga dilampirkan beberapa kutipan kesan dan pesan siswa (Lampiran 16)
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik diskriptik analitik. Data kualitatif
dideskripsikan dan ditransformasi secara kuantitatif dengan menentukan persentase masingmasing amatan. Data kuantitatif hasil belajar ditabulasi, dihitung rata-rata dan persentase
ketuntasan belajarnya.
G. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini menggunakan acuan berikut:
11
Mulyati – SMP 11 Surakarta
1. Meningkatnya hasil belajar siswa baik aspek afektif (keaktifan siswa) sesuai masingmasing amatan pada tiap-tiap siklus,
2. Meningkatnya hasil belajar siswa (secara kognitif) tiap siklus dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) ≥ 60.
H. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan penemuan
terbimbing dan model pembelajaran kooperatif. Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif
antara peneliti dan kolaborator (Siti Nurjanah S.Pd) dan terdiri 3 siklus dengan prosedur
(Susilo, 2007: 19-23): perencanaan (planning), tindakan (acting), oservasi (observing), refleksi
(reflecting). Materi pembelajaran adalah Teorema Pythagoras sesuai standar kompetensi dan
kompetensi datar (Lampiran 4).
1. Refleksi Awal
Sebagai kegiatan pendahuluan peneliti dan kolaborator melakukan refleksi awal
beruapa pembelajaran klasikal untuk mengamati kondisi sebelum tindakan. Pembelajaran
pada refleksi awal adalah materi kuadrat dan akar kuadrat suatu bilangan dilanjutkan
dengan luas segitiga dan luas persegi dengan menghitung pesegi satuan. Pembelajaran
dilakukan denga cara metode ceramah dan tanyajawab dengan menggunakan media
komputer. Di akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal evaluasi.
2. Prosedur Penelitian Tiap Siklus
a. Prosedur Pembelajaran Siklus I
1). Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan meliputi: menyiapkan materi ajar dan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja, instrumen evaluasi, lembar
observasi, dan membentuk kelompok siswa secara heterogen.
2). Pelaksanaan Tindakan
a). Guru memotivasi siswa dengan
menayangkan
biografi Pythagoras dan
menjelaskan manfaat teorema Pythagoras
b). Siswa mempersiapkan peraga kemudian aktif berdiskusi
c). Kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dipandu oleh guru
d). Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi
e). Guru memvalidasi pembuktian Pythagoras dengan Geogebra
f). Pada akhir siklus I diadakan evaluasi secara mandiri.
3). Observasi
Observasi difokuskan pada aktifitas siswa saat pembelajaran sesuai lembar
observasi yaitu: perhatian, aktifitas diskusi, pertanyaan/pendapat, dan antusiasme.
4). Analisis dan Refleksi
Kegiatan ini difokuskan pada analisis aktifitas siswa sesuai lembar observasi,
menghitung ketuntasan belajar siswa dan merumuskan tindakan berikutnya.
12
Mulyati – SMP 11 Surakarta
b. Prosedur Pembelajaran Siklus II
1). Perencanaan Tindakan
Perencanaan meliputi menyiapkan: materi ajar, RPP dan lembar kerja, peraga
model segitga, instrumen evaluasi dan menyiapkan lembar kerja siklus II.
2). Pelaksanaan Tindakan
a). Guru membagikan model segitiga dan menjelaskan prosedur
b). Siswa aktif berdiskusi dibimbing oleh guru
c). Kelompok melakukan presentasi dan ditanggapi kelompok lain.
d). Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi
e). Siswa mengerjakan latihan di papan tulis,
f). Di akhir siklus diadakan evaluasi tertulis
3) Observasi
Pengamatan pada siklus II juga ditekankan pada aktifitas dan interaksi siswa
secara individu maupun kelompok seperti pada siklus I.
4). Analisis dan Refleksi
Analisis dan refleksi pada siklus II mirip dengan siklus I yaitu menghitung
persentase aktifitas siswa, kendala atau halyang perlu diperbaiki, ketuntasan belajar
siswa dan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
c. Prosedur Pembelajaran Siklus III
1). Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan pada siklus III adalah menyiapkan materi ajar (SK 3.2),
menyusun RPP dan lembar kerja, menyusun instrumen evaluasi dan menyiapkan
lembar observasi.
2). Pelaksanaan Tindakan
a). Guru mengingatkan kembali tentang manfaat teorema Pythagoras
b). Siswa menempatkan diri dalam kelompok dan menerima penjelasan tentang
prosedur kegiatan pembelajaran
c). Siswa aktif mengidentifikasi benda-benda di ruang/sekitar kelas
d). Siswa mencatat hasil pengukuran untuk disalin pada lembar kerja
e). Siswa melakukan presentasi, dan guru memvalidasi hasil diskusi.
f). Pada akhir siklus diberikan evaluasi
3). Observasi
Kegiatan
observasi
ditekankan
pada
kreativitas
kelompok
dalam
mengidentifikasi banyaknya benda-benda di dalam/sekitar ruang kelas. Selain itu
juga ditekankan pada aktifitas siswa sesuai lembar pengamatan.
4). Analisis dan Refleksi
Kegiatan analisis pada tahap ini dilakukan dengan menghitung persentase
aktifitas siswa masing-masing aspek pengamatan dan ketuntasan belajar siswa
siklus III.
13
Mulyati – SMP 11 Surakarta
SUMBER RUJUKAN TENTANG PTK
Gwynn Mettetal, 2003. Improving Teaching through Classroom Action Research: Essay
on Teaching Excellence. Toward the Best in the Academy. Vol 14, No. 7, 2002 – 2003.
http:/eula.html. Akses tanggal: 9 November 2008.
Madyo Ekosusilo, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disampaikan dalam Seminar
Pengembangan Profesionalisme Guru Matematika Melalui PTK diselnggarakan MGMP
Matematika SMP Kabupaten wonogiri 5 Desember 2007.
Mulyadi, 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
Jawa Tengah.
Rust, Frances & Clark, Christoper, 2008. How to Do Action Research your Classroom.
Lessson from the Teacher Network Leadership Institute. Metlife Foundation.
www.teachersnetwork.org. Akses tanggal 9 November 2008.
Paul Suparno, 2008. Riset Tindakan untuk Pendidik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Suharsimi Arikunto, 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kumpulan Bahan Presentasi.
Jakarta: Dirjen PMPTK
Susilo, 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Books Publisher.
Suwarsih Madya, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. www.ktiguru.org. Akses: 28 Agustus
2007
14
Mulyati – SMP 11 Surakarta
BIOGRAFI PENULIS
NAMA GURU
: MULYATI, S.Pd., M.M.
TEMPAT/TGL. LAHIR
: Wonogiri, 22 Pebruari 1971
ALAMAT
: Jetis RT 01/RW. 5, Tohudan, Colomadu, Karanganyar.
NIP
: 19710222 199702 2 004
INSTANSI
: SMP N. 25 Surakarta
Telp
: 08156753699, 0271-7500219
Email/Facebook
: [email protected]
WebBlog
: mulyatisolo.blogspot.com
Site
Yahoo ID (YM)
: http://sites.google.com/site/mulyatispdmm/home
: mulyatisolo
PENDIDIKAN:
:
1. SD N. Negeri Sukomangu I Kec. Purwantoro
Lulus Th 1983
2. SMP N. Purwantoro
Lulus Th 1986
3. SMA N. 1 Ponorogo
Lulus Th 1989
4. Diploma 3 Pendidikan Matematika FKIP UNS
Lulus Th 1992
5. S1 Pendidikan Matematika FKIP UNS
Lulus Th 1995
6. S2 Program Magister Manajemen UNISRI
Lulus Th 2007
6. Program Sertifikasi Jalur Pendidikan UNY
Lulus Th 2009
PRESTASI:
1. Juara 1 Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kota Surakarta Tahun 2005
2. Juara Harapan 1 Lomba Karya Tulis Integrasi Imtaq-Iptek Tingkat Nasional Tahun 2007.
3. Wisudawan Terbaik Program Magister Manajemen UNISRI 2007
4. Nominator Innovative Teachers Competition PT Microsoft Indonesia 2008
5. Juara 3 Lomba Karya Ilmiah Inovasi Pembelajaran Guru Tingkat Prov. Jawa Tengah Tahun 2008
6. Finalis Lomba Keberhasilan Guru Tingkat Nasional Tahun 2008
7. Peringkat II Peserta Sertifikasi Jalur Pendidikan (Wilayah DIY, Jawa Tengah dan Jawa Barat) Universitas
Negeri Yogyakarta 2009
8. Finalis Lomba Karya Ilmiah Inovasi Pembelajaran Guru Prov Jawa Tengah 2009
9. Juara Harapan I Lomba Inovasi dan Kreasi Media Pembelajaran Tingkat Nasional 2009
10. Juara II Lomba Keberhasilan Guru Tingkat Nasional 2009
15