Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motif Khalayak Menonton Acara Rabu Ketawa T1 362009070 BAB IV
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab 4 ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan
pembahasannya setelah peneliti melakukan penelitian dilapangan, terhadap
penonton acara RAbu KETawa di Frame Coffeehouse. Dari hasil penelitian ini,
akan dijelaskan mengenai karakteristik responden, karakteristik variable dan
mengukur faktor determinan untuk menjawab rumusan masalah.
1.
Karakteristik Responden
Sebelum mengukur faktor determinan, terlebih dahulu akan
dijelaskan dan dipaparkan mengenai karakteristik responden untuk
mengetahui gambaran umum tentang responden yang dijadikan sampel
dalam penelitian. Karakteristik responden ini meliputi frekuensi menonton
acara oleh responden, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta status dan
pekerjaan responden.
1.1. Frekuensi Menonton Acara RAbu KETawa
Dari 108 orang penonton acara RAbu KETawa periode Januari
2012 – Juni 2013 yang dijadikan sampel penelitian, menurut tingkat
frekuensi dalam menonton acara RAbu KETawa pada periode tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Menonton
No.
Intensitas
Frekuensi
Persentase (%)
Menonton
1
Tinggi
86
79,06
2
Rendah
22
20,04
Jumlah
108
100,00
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
43
Dari 108 responden, sebanyak 86 orang (79,06%) memiliki intensitas
menonton acara RAbu KETawa yang tinggi yakni menonton acara ini lebih
dari 20 kali selama periode Januari 2012 – Juni 2013 dari total 42 kali acara
ini berlangsung, dan sisanya 22 orang (20,04%) memiliki intensitas menonton
acara RAbu KETawa yang rendah yakni menonton acara ini kurang dari 20
kali. Hal ini terjadi, karena acara Stand Up Comedy sedang menjadi tren.
Acara yang awalnya ditayangkan di beberapa stasiun televisi lokal dan
mendapat rating tinggi ini menjadi sebab munculnya komunitas Stand Up
Comedy di berbagai kota di Indonesia termasuk Salatiga. Di Salatiga sendiri
nampak antusias penonton yang cukup tinggi. Dibuktikan dengan tingginya
pula tingkat keseringan menonton masyarakat Salatiga yang mengunjungi
Frame Coffeehouse. Selain itu dapat disebabkan karena Stand Up Comedy
merupakan hiburan baru yang tidak hanya menghibur tapi juga mengajak
penontonnya untuk berpikir lebih kritis, didukung pula penonton tidak perlu
mengeluarkan biaya khusus sehingga tidak sedikit responden yang berasal
dari kalangan pelajar dan mahasiswa.
1.2. Usia Responden
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, diketahui bahwa usia
responden berkisar antara 15 tahun sampai 31 tahun dengan rata-rata 21,29
tahun. Proporsi responden berdasar usia dapat dilihat sebagai berikut :
44
Gambar 3
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Kategori usia dibedakan menjadi 3, hal ini nantinya dapat
digunakan untuk melihat perbandingan motif yang mendorong khalayak
menonton acara RAbu KETawa antar kategori usia:
a. Remaja, yaitu responden dengan kategori usia dibawah 15 – 18 tahun.
Dikategorikan remaja karena pada usia tersebut rata-rata penonton
masih berstatus sebagai pelajar.
b. Muda, yaitu responden dengan kategori usia 19 – 24 tahun. Di usia ini,
khalayak berada pada status mahasiswa dan bekerja.
c. Dewasa, yaitu responden dengan kategori usia lebih dari 25 tahun.
Dewasa karena khalayak pada usia ini berstatus sebagai pekerja.
Sehingga tentunya kebutuhannya dalam menyaksikan acara RAbu
KETawa akan berbeda dengan mereka yang masih berada pada kategori
remaja serta muda.
45
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai kaitan antara kategori usia dan tipe
penonton, yaitu :
Tabel 4.2
Usia dan Intensitas Menonton
Kategori
No.
1
Kategori Usia
Remaja
2
3
Muda
Dewasa
Total
Total
Tinggi
Rendah
29
4
33
87,90 %
12,10 %
100%
40
10
50
80,00 %
20,00 %
100 %
17
8
25
68,00 %
32,00 %
100%
86
22
108
79,60 %
20,40 %
100%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dari hasil penelitian, yang paling banyak menjadi responden adalah
khalayak usia muda dengan rentang usia 19 – 24 tahun , yakni 50 orang
(46,30%). Berdasarkan tabel silang, nampak khalayak yang menonton
lebih dari 20 kali juga merupakan khalayak pada usia muda, yaitu 40 orang
(80 %). Ini menunjukan bahwa khalayak kategori muda lebih banyak
menonton acara RAbu KETawa, karena memang pada awalnya acara
Stand Up Comedy digunakan oleh para anak muda untuk menyuarakan
aspirasi maupun kritik terhadap berbagai isu-isu sosial, politik, SARA, dan
masih banyak lainnya. Materi yang disampaikan oleh para comic pun tak
jauh dari fenomena kehidupan percintaan serta pergaulan anak muda.
Sehingga mereka yang berada di kategori muda jauh lebih tertarik untuk
menyaksikan acara RAbu KETawa.
46
1.3. Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Jenis Kelamin
Responden
Frekuensi
Persentase (%)
1
Laki-laki
66
61
2
Perempuan
42
39
108
100,00
Total
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Tabel 4.4
Jenis Kelamin dan Intensitas Menonton
No.
1
2
Kategori
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Total
Tinggi
Rendah
53
13
66
80,30 %
19,70%
100%
33
9
42
78,6%
21,4%
100%
86
22
108
79,60 %
20,40 %
100%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Berdasarkan dari hasil tabel distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin serta tabel silang antara jenis kelamin dengan tingkat keseringan
menonton menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu jauh dan signifikan
antara jumlah penonton laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing
sebesar 66 (61%) dan 42 (39%). Hal ini dapat saja dipengaruhi oleh
banyak faktor. Antara lain segmentasi acara yang memang tidak
dikhususkan untuk laki-laki atau perempuan saja, namun dapat juga kita
sadari seiring dengan perkembangan jaman bahwa saat ini kebutuhan akan
47
informasi, identitas personal, integrasi dan interaksi sosial serta kebutuhan
hiburan antara laki-laki dan perempuan memiliki porsi yang sama.
1.4. Pendidikan Terakhir Responden
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Akhir
No.
Pendidikan Responden
Frekuensi
Persentase (%)
1
SMP
29
26,90
2
SMA
48
44,40
3
D3
11
10,20
4
S1
20
18,50
108
100,00
Total
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dari tabel diatas, terlihat bahwa sebanyak 48 orang (44,40%)
responden berpendidikan terakhir berada di bangku SMA, kemudian
disusul SMP 29 orang (26,90%). Ini menunjukkan bahwa penonton acara
RAbu KETawa sudah memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik,
karena sudah banyak penonton yang berpendidikan sampai tingkat SMA.
Ini juga dipengaruhi dengan segmentasi acara tersebut yang memang
ditujukan untuk anak muda dengan pemikiran kritis sehingga dapat
memandang satu kejadian dari beberapa sudut pandang.
48
Tabel 4.6
Tingkat Pendidikan dan Intensitas Menonton
No.
Kategori
Kategori
Pendidikan
1
SMP
2
SMA
3
D3
4
S1
Total
Total
Tinggi
Rendah
25
4
29
86,20 %
13,80 %
100 %
38
10
48
79,20 %
20,80 %
100 %
7
4
11
63,60 %
36,40 %
100 %
16
4
20
80,00 %
20,00 %
100 %
86
22
108
79,60 %
20,40 %
100%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Berdasarkan tabel silang diatas, tampak jumlah tertinggi responden
yang menonton acara RAbu KETawa lebih dari 20 kali adalah responden
dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 38 orang (79,20%) dan
SMP sebanyak 25 orang (86,20%). Responden dengan tingkat pendidikan
terendah SMA menunjukkan bahwa statusnya saat ini sudah pada posisi
mahasiswa atau bekerja. Ini memperlihatkan bahwa acara RAbu KETawa
memiliki segmentasi penonton anak muda. Sehingga khalayak yang
menonton acara ini berada pada kisaran pelajar dan mahasiswa. Mereka
yang sedang berada pada status pelajar atau mahasiswa memiliki rasa
keingintahuan yang cukup tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil jawaban
terhadap kuesioner yang penulis berikan kepada responden yang masih
berstatus pelajar dan mahasiswa bahwa rata-rata mereka setuju jika rasa
ingin tahu yang tinggi menjadi salah satu faktor mereka menyaksikan
acara ini.
49
1.5. Status dan Pekerjaan Responden
Berdasarkan status dan pekerjaan responden, maka diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Status dan Pekerjaan
No.
Pekerjaan Responden
Frekuensi
Persentase (%)
1
Pelajar
29
26,90
2
Mahasiswa
45
41,70
3
Karyawan Swasta
20
18,50
4
Guru
5
4,60
5
Wiraswasta
9
8,30
108
100,00
Total
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Berdasarkan status dan pekerjaan responden, terlihat sebanyak 74
orang (68,60%) berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa sedang 39 orang
(31,40%) statusnya sudah bekerja. Hal ini sesuai dengan segmentasi acara
Stand Up Comedy yang menyasar anak muda. Acara yang memiliki tujuan
untuk menghibur sekaligus mengajak audiensnya berpikir lebih kritis ini
kian disenangi oleh anak muda karena sifatnya yang dinamis dan cerdas
sehingga mampu menambah pengetahuan dan wawasan bagi penontonnya.
Sedangkan hampir sepertiga jumlah responden berstatus sudah bekerja.
“kalo tujuanku dateng kesini sih biar bisa kumpul sama
temen-temen aja, kan seharian udah capek kerja. Nah,
malemnya paling enak nongkrong sama teman-teman.
Kebetulan juga tiap rabu ada acara open mic, jadi saya
dan teman-teman meluangkan waktu untuk dateng ke
Frame Coffehouse” (Andi, 27).
Kutipan diatas merupakan hasil wawancara penulis dengan salah
seorang responden yang sudah bekerja. Ini memungkinkan karena
50
beratnya tekanan kerja menyebabkan mereka yang berada pada status
sudah bekerja ingin sejenak mencari hiburan untuk sekedar melepas beban
aktifitas mereka sehari-hari. Seperti yang diungkapkan responden diatas,
bahwa setelah seharian bekerja, dia ingin melepas lelah dengan berkumpul
bersama teman-teman dan bersantai sejenak di Frame Coffeehouse.
Tabel 4.8
Status dan Intensitas Menonton
Kategori
No.
Kategori Umur
1
2
3
Pelajar
Mahasiswa
Karyawan Swasta
4
5
Guru
Wiraswasta
Total
Total
Tinggi
Rendah
25
4
29
86,20 %
13,80 %
100 %
34
11
45
75,60 %
24,40 %
100 %
14
6
20
70,00 %
30,00 %
100 %
4
1
5
80,00 %
20,00 %
100 %
9
0
9
100 %
0%
100 %
86
22
108
79,60 %
20,40 %
100%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dari tabel silang diatas, bisa dilihat bahwa jumlah penonton dengan
tingkat keseringan menonton tinggi dan rendah didominasi oleh responden
yang berstatus sebagai mahasiswa dengan jumlah masing-masing 34 orang
(75,60%) dan 11 orang (24,40%). Artinya intensitas mahasiswa dalam
menonton acara RAbu KETawa cukup tinggi. Ini menunjukkan bahwa
mahasiswa mewakili anak muda yang memiliki pemikiran kritis sehingga
keinginan untuk menonton acara ini akan semakin besar, apalagi sifat anak
51
muda yang selalu ingin tahu akan hal-hal baru terutama yang berkaitan
dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari, merupakan nilai tersendiri
dari acara RAbu KETawa ini.
2.
Karakteristik Variabel
Karakteristik variable akan diolah dengan menggunakan statistik
deskriptif. Analisa deskriptif untuk menggambarkan tentang statistik data
seperti mean, minimum, sum, variance, maximum, standar deviasi dan
lainnya.
Variabel motif menonton terdiri dari empat indikator, yaitu motif
informasi, identitas, integrasi dan interkasi sosial, hiburan. Untuk
menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran indikator motif menonton,
maka digunakan empat kategori yang menunjukan kesetujuan dan
ketidaksetujuan terhadap setiap item pernyataan yang digunakan yaitu
sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
2.1
Motif Informasi
Dalam indikator motif informasi terdiri dari 4 item pernyataan. Untuk
mengetahui tingkat skala perhitungan rata-rata, digunakan interval sebagai
berikut :
= nilai jawaban maximum – nilai jawaban minimum
Jumlah kategori
= 16 – 4
= 3
4
Tabel 4.9
Interval kategori jawaban motif informasi
Tingkat Skala
Interval
Interpretasi
1
4-6
Sangat tidak setuju
2
7-9
Tidak setuju
3
10 - 12
Setuju
4
13 - 16
Sangat setuju
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
52
Tabel 4.10
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Motif Informasi
No.
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
69
63,90
2
Setuju
26
24,1
3
Tidak Setuju
12
11,1
4
Sangat Tidak Setuju
1
0,90
5
Total
108
100.00
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Deskriptif Statistik
N
Motif Informasi
Minimum
108
Maximum
4.00
16.00
Rata-Rata
12.7500
Std. Deviation
2.14487
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dari tabel diatas, bisa dilihat bahwa indikator motif informasi
memiliki rata-rata 12,75 dan menurut tabel kriteria kategori interval, nilai
12,75 terletak pada kategori sangat setuju. Ini menunjukkan bahwa ratarata responden sangat setuju dengan pernyataan-pernyataan yang diajukan
untuk menjelaskan mengenai indikator motif informasi yang meliputi
pernyataan seputar penambahan pengetahuan, antara lain penambahan
wawasan mengenai Stand Up Comedy, tren tekhnologi dan penggunaan
media sosial, tren pergaulan di kalangan anak muda, serta pengetahuan
mengenai isu politik, ekonomi, sosial budaya dan SARA. Responden
sangat setuju dengan bertambahnya wawasan mereka mengenai Stand Up
Comedy setelah menyaksikan acara RAbu KETawa, ini dikarenakan ketika
acara tersebut berlangsung para comic tidak hanya menyampaikan materi
yang lucu melalui open mic tapi juga menyelipkan informasi mengenai apa
itu Stand Up Comedy serta teknik ber-open mic. Perlu dipahami
sebelumnya, ada tiga kosakata penting dalam teknik Stand Up Comedy,
yang pertama adalah Bit, yaitu lontaran materi yang disampaikan oleh
53
seorang comic. Bit sendiri terdiri dari dua bagian Set Up dan Punchline.
Set Up merupakan kalimat pembuka sedangkan punchline merupakan
kalimat puncak dan disitulah kelucuan berada. Ada beberapa teknik dalam
berStand Up Comedy,antara lain:
1. One Liner
Adalah bit singkat yang terdiri dari satu sampai tiga kalimat saja.
Contoh: “Katanya Aa Gatot Brajamusti pernah main film misteri. Ada
yang pernah nonton? Sama, saya juga tidak pernah. Di situlah letak
misterinya.”
2. Call back
Adalah teknik yang menggunakan punch line dari set up yang sudah
disampaikan terlebih dahulu, untuk set up lain beberapa bit
berikutnya.
Aturannya: joke 1 (set up1, punch1) – joke 2 (set up2, punch2) – joke
3 (set up 3, punch3) – joke 4 (set up, punch1)
3. Rule of three
Adalah teknik tiga angka. Set up yang digunakan adalah dua kalimat
awal, yang ketiga adalah punch line.
Contoh: “Ngajarin radityadika ngelawak itu kayak ngajarin melly
bikin lagu, dedy cara main sulap, atau ngajarin syahrini cara
bedakan.”
4. Act Out
Adalah menunjukkan dengan gerakan. Act out sering digunakan
dalam Stand Up Comedy karena mudah dan keberhasilan tinggi.
Biasanya Act out sebagai punchlinenya.
Contoh: “Kalau laper jangan ngetweet, apa berharap tiba-tiba keluar
makanan dari laptopnya (kemudian menunjukkan gerakan makanan
keluar dari laptop)”
5. Impersonation
Adalah menirukan sosok yang sudah terkenal. Tenik ini biasanya
mengambil gaya bicara, gerakan, atau kata-kata khas.
54
Contoh: “Hay guuuuyysss! – seorang comic sedang mem-impersonate
ikang fauzi
6. Comparisons
Adalah joke dengan membandingkan sesuatu dengan suatu yang
lainnya.
7. Riffing
Adalah mengajak penonton untuk berinteraksi. Biasanya menjadikan
penonton sebagai objek joke. Hati-hati menggunakan riffing karena
sering gagal atau mungkin menyinggung perasaan penonton.
Contoh: Seorang comic melihat penonton menggunakan kaos
bergambar club bola Manchester United dengan nama punggung
Rooney, kemudian comic tersebut mengatakan “Di belakangnya
namanya Rooney, tapi kok di depan mukanya Runyam?”
8. Gimmick
Adalah alat bantu atau hal lain di luar Stand Up Comedy yang
digunakan untuk joke, biasanya sebagai punch line.
Contoh: “Sekarang hiburan kurang berkualitas, akhirnya hiburan
sederhana jadi istimewa, seperti *kemudian gangnam style*”
9. Heckler
Adalah pengganggu dalam Stand Up Comedy. Heckler biasanya
berteriak saat set up sedang dibawakan,meneriakkan punch line
sebelum comic mengutarakannya, atau bahkan menyuruh comic untuk
turun dengan kalimat “Huu... atau Turunnnn”. Heckler harus diatasi
sehingga dia tidak mengganggu comic. Biasanya cara mengatasinya
adalah menjadikannya bahan joke dengan sedikit menghina agar dia
tidak mengganggu.
Materi yang disampaikan oleh para comic pun beraneka ragam,
mulai dari materi-materi cukup berat seperti politik pemerintahan, polemik
agama, ke-Bhinneka Tunggal Ika-an, sampai dengan materi ringan seputar
kegalauan anak muda jaman sekarang, percintaan, gadget, dan tren
tekhnologi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, karena sebesar 80%
55
responden termasuk dalam kategori remaja dan muda sehingga
acara
RAbu KETawa dapat menjadi salah satu alternatif cara untuk mengetahui
berita dan informasi secara nonformal.
2.2
Motif Identitas Personal
Tabel 4.11
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Motif Identitas Personal
No.
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
50
46,30
2
Setuju
42
38,90
3
Tidak Setuju
16
14,80
4
Total
108
100.00
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Deskriptif Statistik
N
Motif Identitas Personal
Minimum
108
Maximum
7.00
16.00
Rata-Rata
12.2315
Std. Deviation
2.44034
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dapat dilihat bahwa variabel motif menonton pada indikator motif
identitas personal memiliki rata-rata 12,23 dengan standar deviasi 2,44.
Menurut kriteria, rata-rata 12,23 terletak pada kategori setuju. Ini
menunjukkan bahwa rata-rata responden setuju dengan butir pernyataanpernyataan yang ditulis untuk menunjukkan motif identitas personal yang
antara lain meliputi pemahaman diri, identifikasi diri mengenai
pengalaman percintaan dan pergaulan,
serta kepercayaan diri. Pikiran
yang terlintas di benak responden setelah menyaksikan acara RAbu
KETawa adalah munculnya pemahaman terhadap diri sendiri, tentang
siapa saya dan seperti apa saya. Pemahaman terhadap diri sendiri ini tentu
tidak akan sama antara satu orang dengan yang lain. Seorang responden
(Priska Dea, 23) menyatakan ketika ada comic yang membawakan materi
56
mengenai kebanyakan wanita, dia merasa bahwa apa yang dikatakan comic
tersebut benar karena sesuai dengan apa yang dia alami dalam
kehidupannya. Sebesar 46,30% responden menyatakan sangat setuju
bahwa kercayaan diri mereka bertambah setelah menyaksikan acara ini.
Beberapa orang responden mengaku hal ini terbukti ketika setelah
menyaksikan acara open mic kemudian mereka berani untuk ber-free open
mic yaitu sesi dimana penonton ditantang untuk secara spontan ber-open
mic.
2.3
Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
Tabel 4.12
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
No.
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
63
58,30
2
Setuju
31
28,70
3
Tidak Setuju
14
13,00
4
Total
108
100.00
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Deskriptif Statistik
N
Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
Minimum
108
7.00
Maximum
16.00
Rata-Rata
12.8796
Std. Deviation
2.52360
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dapat dilihat bahwa variabel motif menonton pada indikator motif
integrasi dan interaksi sosial memiliki rata-rata 12,87 dengan standar
deviasi 2,52. Menurut kriteria, rata-rata 12,87 terletak pada kategori sangat
setuju. Ini menunjukkan bahwa rata-rata responden setuju dengan butir
pernyataan-pernyataan yang ditulis untuk menunjukkan motif integrasi dan
interaksi sosial mengenai kelangsungan hubungan individu dengan orang
lain yang meliputi kemampuan dan pengetahuan akan pemecahan suatu
masalah, mendapatkan bahan pembicaraan dengan orang lain, mengenal
57
orang baru, dan memperluas pergaulan. Dari segi motif integrasi dan
interaksi sosial, sebesar 58,30% responden menyatakan sangat setuju
setelah melihat acara RAbu KETawa responden mendapatkan bahan
pembicaraan baru dengan orang lain. Contohnya: ketika ada pemberitaan
hangat mengenai seorang bupati yang menikah dengan anak berumur 16
tahun dan hanya bertahan selama 3 hari diangkat sebagai materi oleh
comic maka penonton yang semula tidak tahu menjadi tahu akan berita ini,
sehingga dapat menjadi bahan pembicaraan baru dengan orang lain. Halhal lucu yang disampaikan acara ini juga dapat menjadi referensi bagi
penonton ketika berinteraksi dengan orang lain, karena pembicaraan yang
diselipi kelucuan dianggap mengasyikkan oleh beberapa orang. Selain itu
responden juga memiliki keinginan untuk memperuas pergaulan melalui
acara ini, hal ini dimungkinkan karena sebesar 68,60% responden berstatus
sebagai pelajar dan mahasiswa dimana hasrat untuk mencari teman
sebanyak-banyaknya sangat tinggi.
2.4
Motif Hiburan
Dalam indikator motif hiburan terdiri dari 5 item pernyataan. Untuk
mengetahui tingkat skala perhitungan rata-rata, digunakan interval sebagai
berikut :
= nilai jawaban maximum – nilai jawaban minimum
Jumlah kategori
= 20 – 5
= 3,7
4
Tabel 4.13
Interval kategori jawaban motif hiburan
Tingkat Skala
Interval
Interpretasi
1
5 – 8,7
Sangat tidak setuju
2
8,8 – 12,5
Tidak setuju
3
12,6 – 16,3
Setuju
4
16,4 – 20,1
Sangat setuju
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
58
Tabel 4.14
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Motif Hiburan
No.
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
48
44,40
2
Setuju
54
50,00
3
Tidak Setuju
6
5,60
4
Total
108
100.00
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Deskriptif Statistik
N
Motif Hiburan
Minimum
108
11.00
Maximum
19.00
Rata-Rata
15.9630
Std. Deviation
2.09104
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dapat dilihat bahwa variabel motif menonton pada indikator motif
hiburan memiliki rata-rata 15,96 dengan standar deviasi 2,09. Menurut
kriteria, rata-rata 15,96 terletak pada kategori sangat setuju. Ini
menunjukkan bahwa rata-rata responden setuju dengan butir pernyataanpernyataan yang ditulis untuk menunjukkan motif hiburan meliputi
keinginan untuk melupakan sejenak kepenatan atas aktifitas sehari-hari,
bersantai sendiri atau dengan orang lain, memperoleh kesenangan/ gelak
tawa, mencari suasana yang lebih santai, dan untuk mengisi waktu luang.
Pada tabel diatas nampak 54 (50%) responden setuju bahwa acara RAbu
KETawa dapat membantu mereka untuk melepaskan kepenatan atas
aktifitas seharian, ini dikarenakan acara RAbu KETawa diadakan setiap
hari rabu malam pukul 19.00 sehingga waktu ini digunakan untuk
beristirahat dan sekaligus menyaksikan acara ini karena sebesar 31,4%
responden sudah bekerja sehingga pada malam hari dapat meluangkan
waktunya untuk menyaksikan acara ini. Ini berarti acara RAbu KETawa
dapat diterima dengan baik oleh khalayak. Selanjutnya 44% responden
menyatakan sangat setuju bahwa acara RAbu KETawa dapat menjadi
salah satu alternatif hiburan yang tak kalah menghibur dari acara-acara
59
lawak di televisi yang banyak menggunakan sentuhan fisik (slapstick)
dalam guyonannya. Acara RAbu KETawa yang hampir 100% materinya
dibuat menjadi seringan mungkin dapat menghadirkan suasana yang lebih
santai bagi penikmatnya.
3.
Hasil Uji Pengukuran Motif Menonton
Setelah diketahui karakteristik variable mengenai motif menonton,
maka selanjutnya akan dilakukan pengukuran terhadap motif menonton.
Sehingga nantinya juga akan diketahui motif determinan yang mendorong
khalayak untuk menyaksikan acara RAbu KETawa. Pengukuran motif
menonton diolah dengan menggunakan statistik deskriptif. Analisa
deskriptif untuk menggambarkan tentang crosstabulasi data antara
karakteristik penonton dengan karakteristik variabel motif sehingga akan
ditemukan
motif-motif
determinan
yang
mendorong
khalayak
menyaksikan acara RAbu KETawa.
Karakteristik
penonton
terdiri
dari
empat
variabel
yaitu
berdasarkan jenis kelamin, penggolongan usia, tingkat pendidikan terakhir,
serta status dan pekerjaan yang didalamnya masih dibagi menjado
beberapa indikator. Sedangkan variabel motif menonton juga dibagi
menjadi empat indikator, yaitu motif informasi, identitas, integrasi dan
interkasi sosial, hiburan. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil
pengukuran motif menonton, maka digunakan dua penggolongan kategori
yaitu kategori tinggi dengan hasil pengukuran sangat setuju dan setuju
serta kategori rendah dengan hasil pengukuran tidak setuju dan sangat
tidak setuju terhadap hasil penghitungan.
60
3.1. Motif Menonton Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.15
Statistik Deskriptif
Hasil Pengukuran Motif Menonton Berdasarkan Jenis Kelamin
M. Informasi
M. Identitas
M. Integrasi &
Personal
Interaksi Sosial
M. Hiburan
Laki-laki
59
59
57
64
(66 responden)
22,34%
22,34%
21,59%
24,24%
Perempuan
36
33
37
38
(42 responden)
21,42%
19,64%
22,56%
23,17%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa motif responden lakilaki menonton acara RAbu KETawa adalah sebesar 22,34% untuk
mendapatkan informasi dan mengidentifikasi diri, serta 24,24% ingin
memperoleh hiburan. Sedangkan motif responden perempuan menonton
acara RAbu KETawa sebesar 22% untuk menemukan bahan percakapan
dan interaksi sosial serta 23% hiburan.
61
3.2.
Motif Menonton Berdasarkan Kategori Usia
Tabel 4.16
Statistik Deskriptif
Hasil Pengukuran Motif Menonton Berdasarkan Kategori Usia
M.
M. Identitas
M. Integrasi &
M.
Informasi
Personal
Interaksi Sosial
Hiburan
Remaja
32
32
31
32
(33 responden)
24,24%
24,24%
23,48%
24,24%
Muda
40
37
39
46
(50 responden)
26,66%
24,66%
26%
30,66%
Dewasa
23
23
24
24
(25 responden)
30,66%
30,66%
32%
32%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dapat dilihat bahwa motif responden berusia remaja menonton
acara RAbu KETawa masing-masing sebesar sebesar 24% untuk
mendapatkan informasi, identifikasi diri, serta memperoleh hiburan. Pada
responden berusia muda motif menonton acara RAbu KETawa sebesar
20% didorong oleh hasrat untuk mendapatkan informasi dan 23% hiburan.
Sedangkan pada responden berusia dewasa motif menonton acara RAbu
KETawa masing-masing sebesar 24% untuk pengawasan lingkungan dan
memperoleh hiburan.
62
3.3. Motif Menonton Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir
Tabel 4.17
Statistik Deskriptif
Hasil Pengukuran Motif Menonton Berdasarkan Tingkat Pendidikan
M. Informasi
M. Identitas
M. Integrasi &
M.
Personal
Interaksi Sosial
Hiburan
SMP
29
28
27
29
(29 responden)
25%
24,13%
23,27%
25%
SMA
39
41
42
43
(48 responden)
20,31%
21,35%
21,87%
22,39%
D3
11
10
11
11
(11 responden)
25%
22,72%
25%
25%
S1
16
13
14
19
(20 responden)
20%
16,25%
17,5%
23,75%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dari tabel diatas, berdasarkan tingkat pendidikan terakhir respoden
nampak bahwa khalayak dengan pendidikan terakhir SMP atau khalayak
yang saat ini berada pada bangku SMA motif menonton acara RAbu
KETawa didorong oleh hasrat untuk mendapatkan informasi dan
memperoleh hiburan dengan prosentase yang sama yaitu masing-masing
sebesar 25%. Sedangkan khalayak yang sudah mengenyam bangku
pendidikan terakhir SMA dan kemungkinan saat ini berstatus mahasiswa
atau sudah bekerja memiliki motif tertinggi dalam menonton acara RAbu
KETawa untuk hiburan yaitu sebesar 22%.
Pada responden dengan pendidikan terakhir D3 tidak muncul motif
menonton yang cukup menonjol karena terdapat tiga motif yang besaran
prosentasenya sama yaitu masing-masing sebesar 25% motif untuk
mendapatkan informasi, pengawasan lingkungan dan memperoleh hiburan.
Sedangkan pada responden dengan tingkat pendidikan tertinggi S1
63
kemungkinan saat ini berada pada status sudah bekerja menunjukkan
bahwa motif untuk memperoleh hiburan lah yang menjadi pendorong
utama mereka menonton acara RAbu KETawa.
3.4. Motif Menonton Berdasarkan Status dan Pekerjaan
Tabel 4.18
Statistik Deskriptif
Hasil Pengukuran Motif Menonton Berdasarkan Status dan Pekerjaan
M. Informasi
M. Identitas
M. Integrasi &
Personal
Interaksi Sosial
M. Hiburan
Pelajar
29
28
27
29
(29 responden)
25%
24,13%
23,27%
25%
Mahasiswa
38
37
40
40
(45 responden)
21,11%
20,55%
22,22%
22,22%
Kary. Swasta
17
14
15
20
(20 responden)
21,25%
17,50%
18,75%
25%
Guru
5
5
4
5
(5 responden)
25%
25%
20%
25%
Wiraswasta
6
8
8
8
(9 responden)
16,66%
22,22%
22,22%
22,22%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa motif menonton
acara RAbu KETawa responden yang masih berstatus sebagai pelajar yaitu
untuk memperoleh tambahan informasi, hal ini sama tingginya dengan
motif untuk memperoleh hiburan masing-masing sebesar 25%. Berbeda
dengan responden yang statusnya mahasiswa, motif tertingginya didorong
oleh hasrat untuk melakukan pengawasan lingkungan serta untuk
memperoleh hiburan dengan prosentase yang sama besarnya yaitu 22%.
Sedangkan motif menonton tertinggi pada responden yang sudah bekerja
64
didapati secara rata-rata adalah untuk memperoleh hiburan yaitu sebesar
30%.
Tabel 4.19
Rangkuman Uji Crosstab
Motif
menonton
M.
M.
M.
M.
Informasi
Identitas
Integrasi &
Hiburan
Personal
Interaksi
Karakteristik
responden
Jenis
Sosial
Laki-laki
59
59
57
64
(66 responden)
22,34%
22,34%
21,59%
24,24%
Perempuan
36
33
37
38
(42 responden)
21,42%
19,64%
22,56%
23,17%
Remaja
32
32
31
32
(33 responden)
24,24%
24,24%
23,48%
24,24%
Muda
40
37
39
46
(50 responden)
26,66%
24,66%
26%
30,66%
Dewasa
23
23
24
24
(25 responden)
30,66%
30,66%
32%
32%
SMP
29
28
27
29
(29 responden)
25%
24,13%
23,27%
25%
SMA
39
41
42
43
(48 responden)
20,31%
21,35%
21,87%
22,39%
D3
11
10
11
11
(11 responden)
25%
22,72%
25%
25%
S1
16
13
14
19
(20 responden)
20%
16,25%
17,5%
23,75%
Status dan
Pelajar
29
28
27
29
Pekerjaan
(29 responden)
25%
24,13%
23,27%
25%
Mahasiswa
38
37
40
40
(45 responden)
21,11%
20,55%
22,22%
22,22%
Kelamin
Usia
Tk.
Pendidikan
65
Kary. Swasta
17
14
15
20
(20 responden)
21,25%
17,50%
18,75%
25%
Guru
5
5
4
5
(5 responden)
25%
25%
20%
25%
Wiraswasta
6
8
8
8
(9 responden)
16,66%
22,22%
22,22%
22,22%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
66
4.
Pembahasan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa masing-masing kategori responden memiliki motif
yang berbeda-beda dalam menyaksikan acara RAbu KETawa. Menurut
Novarinda (2009:77) faktor yang berpengaruh terhadap motif menonton
yaitu usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan.
Motif menonton acara RAbu KETawa dalam penelitian ini, diukur
dengan menggunakan empat indikator yang meliputi motif mendapatkan
informasi, motif identitas personal, motif integrasi dan interaksi sosial,
serta motif hiburan. Sedangkan untuk mempermudah pengukuran untuk
melihat motif yang determinan maka khalayak yang menjadi responden
dikelompokkan dalam beberapa kategori yang diperoleh secara langsung
dari hasil pengukuran karakteristik responden. Kategori tersebut antara
lain didasarkan pada jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, serta status
dan pekerjaan.
Berdasarkan uji pengukuran motif menonton, peneliti menemukan
bahwa:
1. Motif khalayak laki-laki menonton acara RAbu KETawa terutama
untuk memperoleh informasi dan hiburan sedangkan motif perempuan
untuk memperoleh bahan percakapan dan hiburan.
2. Motif khalayak berusia lebih tua (dewasa) menonton acara RAbu
KETawa terutama untuk pengawasan lingkungan dan identitas pribadi
sedangkan khalayak yang berusia lebih muda (muda dan remaja) untuk
kengintahuan dan hiburan.
3. Motif khalayak berpendidikan akhir lebih tinggi (D3 & S1) menonton
acara
RAbu
KETawa
terutama
untuk
informasi,
pengawasan
lingkungan, dan hiburan sedangkan motif khalayak dengan tingkat
pendidikan terakhir lebih rendah (SMP & SMA) adalah untuk hiburan.
4. Motif khalayak dengan status pelajar dan mahasiswa acara RAbu
KETawa terutama untuk informasi dan memperoleh hiburan sedangkan
67
motif khalayak yang sudah bekerja terutama untuk pengawasan
lingkungan dan hiburan.
Besarnya
motif
keseluruhan
khalayak
untuk
mendapatkan
informasi dengan menonton acara RAbu KETawa adalah sebesar 24,88%,
motif identitas pribadi 24,02%, sedangkan motif integrasi dan interaksi
sosial sebesar 24,47% dan motif hiburan sebesar 26,63%. Hal ini
menunjukkan bahwa motif determinan khalayak dalam menyaksikan acara
RAbu KETawa adalah untuk memperoleh hiburan. Dengan menonton
acara ini khalayak ingin melupakan sejenak kepenatan dan rasa jenuh
setelah beraktifitas seharian, memperoleh kesenangan dan mencari suasana
yang lebih santai. Seorang responden (Catur,29) mengaku dia sangat
terhibur ketika menonton acara RAbu KETawa. Sebab lawakan yang
disampaikan oleh para comic menurutnya sangat lucu. Salah satu
contohnya ketika ada comic melemparkan bit/ lawakan seperti ini:
“Kenapa Indonesia saat ini teknologinya nggak maju-maju?
Karena teknologi yang ada di dalam negeri nggak pernah
dikembangkan. Pernah nonton film Star Trek? Kalau di film
futuristik tersebut, orang bisa memindahkan barang atau
bahkan dirinya sendiri dengan menggunakan Teleport. Di
Indonesia, sudah ada teknologi seperti itu dari dulu! Sudah ada
orang yang bisa mindahin silet ke perut orang, pecahan beling,
atau paku. Santet itu sebuah teknologi yang bila diteliti sama
para ilmuwan, bisa mengembangkan teknologi Indonesia. Coba
kalau yang dipindahin itu televisi, buku, atau barang lain? Itu
kan bisa menciptakan bisnis baru yang menguntungkan juga.”
Dengan hasil ini, berarti membuktikan bahwa motif individu
menonton sebuah acara berbeda-beda. Hasil ini sejalan dengan penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang motif menonton.
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Dennis Mc Quail dan Michael
Gurevits seperti yang dikutip oleh Blumler (dalam Damayanti, 2004:109),
menunjukkan bahwa:
68
1. Motif khalayak laki-laki menggunakan media massa terutama untuk
pengawasan lingkungan dan keingintahuan, sedangkan motif wanita
untuk hiburan.
2. Motif khalayak berusia lebih tua menggunakan media massa terutama
untuk pengawasan lingkungan dan identitas pribadi, sedangkan
khalayak yang berusia muda untuk hiburan
3. Motif khalayak berpendidikan tinggi menggunakan media massa
terutama untuk pengawasan lingkungan dan keingintahuan, sedangkan
motif khalayak berpendidikan rendah adalah untuk hiburan dan
identitas pribadi.
Begitu juga hasil penelitian yang berjudul Motif Pemirsa
Menonton Reality Show berjudul Be A Man di Global TV (Universitas
Pembangunan Veteran Nasional) yang diperoleh kesimpulan bahwa
Global TV khususnya dalam tayangan Be A Man dapat diterima pemirsa
dalam memberikan informasi serta wawasan tentang waria, menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitarnya dan dapat memberikan hiburan bagi
pemirsanya.
Tentunya ada banyak faktor lain yang mempengaruhi perubahan
perilaku ini terjadi, selain keempat motif diatas, berdasarkan wawancara
dengan 3 orang responden yang tergolong dalam penonton dengan tingkat
keseringan menonton rendah, peneliti menemukan bahwa alasan mereka
menonton acara Stand Up Comedy adalah karena diajak teman dan
kebetulan sedang ingin mengunjungi Frame Coffeehouse.
Analisis teori hierarchy of effect yang dikemukakan oleh George E.
Belch & Michael A. Belch menjelaskan bahwa respon adalah seperangkat
reaksi dari penerima pesan (khalayak) setelah melihat, mendengar,
membaca sebuah pesan komunikasi. Respon yang ditunjukkan oleh
khalayak setelah menyaksikan acara RAbu KETawa adalah munculnya
dorongan (motif) untuk terus menyaksikan acara tersebut. Dibuktikan
dengan tingginya tingkat keseringan menonton para responden. Dari 108
orang responden, sebanyak 86 orang responden memiliki tingkat
69
keseringan menonton yang tinggi. Teori ini juga menjelaskan bahwa ada
tiga aspek tahapan didalamnya. Antara lain aspek kognitif, afektif, dan
konatif. Melalui ketiga tahapan inilah muncul kesadaran, pemahaman, dan
tindakan yang secara nyata ditunjukkan oleh khalayak. Selain itu
munculnya motif-motif dalam diri khalayak juga didorong oleh keinginan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan, seperti yang diungkapkan oleh Katz,
Gurevitch, dan Haas. Hasil dari penelitian ini muncul motif untuk
memenuhi kebutuhan informasi sebesar 24,88%, identitas pribadi 24,02%,
sedangkan integrasi dan interaksi sosial sebesar 24,47% dan hiburan
sebesar 26,63%.
70
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab 4 ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan
pembahasannya setelah peneliti melakukan penelitian dilapangan, terhadap
penonton acara RAbu KETawa di Frame Coffeehouse. Dari hasil penelitian ini,
akan dijelaskan mengenai karakteristik responden, karakteristik variable dan
mengukur faktor determinan untuk menjawab rumusan masalah.
1.
Karakteristik Responden
Sebelum mengukur faktor determinan, terlebih dahulu akan
dijelaskan dan dipaparkan mengenai karakteristik responden untuk
mengetahui gambaran umum tentang responden yang dijadikan sampel
dalam penelitian. Karakteristik responden ini meliputi frekuensi menonton
acara oleh responden, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta status dan
pekerjaan responden.
1.1. Frekuensi Menonton Acara RAbu KETawa
Dari 108 orang penonton acara RAbu KETawa periode Januari
2012 – Juni 2013 yang dijadikan sampel penelitian, menurut tingkat
frekuensi dalam menonton acara RAbu KETawa pada periode tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Menonton
No.
Intensitas
Frekuensi
Persentase (%)
Menonton
1
Tinggi
86
79,06
2
Rendah
22
20,04
Jumlah
108
100,00
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
43
Dari 108 responden, sebanyak 86 orang (79,06%) memiliki intensitas
menonton acara RAbu KETawa yang tinggi yakni menonton acara ini lebih
dari 20 kali selama periode Januari 2012 – Juni 2013 dari total 42 kali acara
ini berlangsung, dan sisanya 22 orang (20,04%) memiliki intensitas menonton
acara RAbu KETawa yang rendah yakni menonton acara ini kurang dari 20
kali. Hal ini terjadi, karena acara Stand Up Comedy sedang menjadi tren.
Acara yang awalnya ditayangkan di beberapa stasiun televisi lokal dan
mendapat rating tinggi ini menjadi sebab munculnya komunitas Stand Up
Comedy di berbagai kota di Indonesia termasuk Salatiga. Di Salatiga sendiri
nampak antusias penonton yang cukup tinggi. Dibuktikan dengan tingginya
pula tingkat keseringan menonton masyarakat Salatiga yang mengunjungi
Frame Coffeehouse. Selain itu dapat disebabkan karena Stand Up Comedy
merupakan hiburan baru yang tidak hanya menghibur tapi juga mengajak
penontonnya untuk berpikir lebih kritis, didukung pula penonton tidak perlu
mengeluarkan biaya khusus sehingga tidak sedikit responden yang berasal
dari kalangan pelajar dan mahasiswa.
1.2. Usia Responden
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, diketahui bahwa usia
responden berkisar antara 15 tahun sampai 31 tahun dengan rata-rata 21,29
tahun. Proporsi responden berdasar usia dapat dilihat sebagai berikut :
44
Gambar 3
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Kategori usia dibedakan menjadi 3, hal ini nantinya dapat
digunakan untuk melihat perbandingan motif yang mendorong khalayak
menonton acara RAbu KETawa antar kategori usia:
a. Remaja, yaitu responden dengan kategori usia dibawah 15 – 18 tahun.
Dikategorikan remaja karena pada usia tersebut rata-rata penonton
masih berstatus sebagai pelajar.
b. Muda, yaitu responden dengan kategori usia 19 – 24 tahun. Di usia ini,
khalayak berada pada status mahasiswa dan bekerja.
c. Dewasa, yaitu responden dengan kategori usia lebih dari 25 tahun.
Dewasa karena khalayak pada usia ini berstatus sebagai pekerja.
Sehingga tentunya kebutuhannya dalam menyaksikan acara RAbu
KETawa akan berbeda dengan mereka yang masih berada pada kategori
remaja serta muda.
45
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai kaitan antara kategori usia dan tipe
penonton, yaitu :
Tabel 4.2
Usia dan Intensitas Menonton
Kategori
No.
1
Kategori Usia
Remaja
2
3
Muda
Dewasa
Total
Total
Tinggi
Rendah
29
4
33
87,90 %
12,10 %
100%
40
10
50
80,00 %
20,00 %
100 %
17
8
25
68,00 %
32,00 %
100%
86
22
108
79,60 %
20,40 %
100%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dari hasil penelitian, yang paling banyak menjadi responden adalah
khalayak usia muda dengan rentang usia 19 – 24 tahun , yakni 50 orang
(46,30%). Berdasarkan tabel silang, nampak khalayak yang menonton
lebih dari 20 kali juga merupakan khalayak pada usia muda, yaitu 40 orang
(80 %). Ini menunjukan bahwa khalayak kategori muda lebih banyak
menonton acara RAbu KETawa, karena memang pada awalnya acara
Stand Up Comedy digunakan oleh para anak muda untuk menyuarakan
aspirasi maupun kritik terhadap berbagai isu-isu sosial, politik, SARA, dan
masih banyak lainnya. Materi yang disampaikan oleh para comic pun tak
jauh dari fenomena kehidupan percintaan serta pergaulan anak muda.
Sehingga mereka yang berada di kategori muda jauh lebih tertarik untuk
menyaksikan acara RAbu KETawa.
46
1.3. Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Jenis Kelamin
Responden
Frekuensi
Persentase (%)
1
Laki-laki
66
61
2
Perempuan
42
39
108
100,00
Total
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Tabel 4.4
Jenis Kelamin dan Intensitas Menonton
No.
1
2
Kategori
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Total
Tinggi
Rendah
53
13
66
80,30 %
19,70%
100%
33
9
42
78,6%
21,4%
100%
86
22
108
79,60 %
20,40 %
100%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Berdasarkan dari hasil tabel distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin serta tabel silang antara jenis kelamin dengan tingkat keseringan
menonton menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu jauh dan signifikan
antara jumlah penonton laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing
sebesar 66 (61%) dan 42 (39%). Hal ini dapat saja dipengaruhi oleh
banyak faktor. Antara lain segmentasi acara yang memang tidak
dikhususkan untuk laki-laki atau perempuan saja, namun dapat juga kita
sadari seiring dengan perkembangan jaman bahwa saat ini kebutuhan akan
47
informasi, identitas personal, integrasi dan interaksi sosial serta kebutuhan
hiburan antara laki-laki dan perempuan memiliki porsi yang sama.
1.4. Pendidikan Terakhir Responden
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Akhir
No.
Pendidikan Responden
Frekuensi
Persentase (%)
1
SMP
29
26,90
2
SMA
48
44,40
3
D3
11
10,20
4
S1
20
18,50
108
100,00
Total
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dari tabel diatas, terlihat bahwa sebanyak 48 orang (44,40%)
responden berpendidikan terakhir berada di bangku SMA, kemudian
disusul SMP 29 orang (26,90%). Ini menunjukkan bahwa penonton acara
RAbu KETawa sudah memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik,
karena sudah banyak penonton yang berpendidikan sampai tingkat SMA.
Ini juga dipengaruhi dengan segmentasi acara tersebut yang memang
ditujukan untuk anak muda dengan pemikiran kritis sehingga dapat
memandang satu kejadian dari beberapa sudut pandang.
48
Tabel 4.6
Tingkat Pendidikan dan Intensitas Menonton
No.
Kategori
Kategori
Pendidikan
1
SMP
2
SMA
3
D3
4
S1
Total
Total
Tinggi
Rendah
25
4
29
86,20 %
13,80 %
100 %
38
10
48
79,20 %
20,80 %
100 %
7
4
11
63,60 %
36,40 %
100 %
16
4
20
80,00 %
20,00 %
100 %
86
22
108
79,60 %
20,40 %
100%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Berdasarkan tabel silang diatas, tampak jumlah tertinggi responden
yang menonton acara RAbu KETawa lebih dari 20 kali adalah responden
dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 38 orang (79,20%) dan
SMP sebanyak 25 orang (86,20%). Responden dengan tingkat pendidikan
terendah SMA menunjukkan bahwa statusnya saat ini sudah pada posisi
mahasiswa atau bekerja. Ini memperlihatkan bahwa acara RAbu KETawa
memiliki segmentasi penonton anak muda. Sehingga khalayak yang
menonton acara ini berada pada kisaran pelajar dan mahasiswa. Mereka
yang sedang berada pada status pelajar atau mahasiswa memiliki rasa
keingintahuan yang cukup tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil jawaban
terhadap kuesioner yang penulis berikan kepada responden yang masih
berstatus pelajar dan mahasiswa bahwa rata-rata mereka setuju jika rasa
ingin tahu yang tinggi menjadi salah satu faktor mereka menyaksikan
acara ini.
49
1.5. Status dan Pekerjaan Responden
Berdasarkan status dan pekerjaan responden, maka diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Status dan Pekerjaan
No.
Pekerjaan Responden
Frekuensi
Persentase (%)
1
Pelajar
29
26,90
2
Mahasiswa
45
41,70
3
Karyawan Swasta
20
18,50
4
Guru
5
4,60
5
Wiraswasta
9
8,30
108
100,00
Total
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Berdasarkan status dan pekerjaan responden, terlihat sebanyak 74
orang (68,60%) berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa sedang 39 orang
(31,40%) statusnya sudah bekerja. Hal ini sesuai dengan segmentasi acara
Stand Up Comedy yang menyasar anak muda. Acara yang memiliki tujuan
untuk menghibur sekaligus mengajak audiensnya berpikir lebih kritis ini
kian disenangi oleh anak muda karena sifatnya yang dinamis dan cerdas
sehingga mampu menambah pengetahuan dan wawasan bagi penontonnya.
Sedangkan hampir sepertiga jumlah responden berstatus sudah bekerja.
“kalo tujuanku dateng kesini sih biar bisa kumpul sama
temen-temen aja, kan seharian udah capek kerja. Nah,
malemnya paling enak nongkrong sama teman-teman.
Kebetulan juga tiap rabu ada acara open mic, jadi saya
dan teman-teman meluangkan waktu untuk dateng ke
Frame Coffehouse” (Andi, 27).
Kutipan diatas merupakan hasil wawancara penulis dengan salah
seorang responden yang sudah bekerja. Ini memungkinkan karena
50
beratnya tekanan kerja menyebabkan mereka yang berada pada status
sudah bekerja ingin sejenak mencari hiburan untuk sekedar melepas beban
aktifitas mereka sehari-hari. Seperti yang diungkapkan responden diatas,
bahwa setelah seharian bekerja, dia ingin melepas lelah dengan berkumpul
bersama teman-teman dan bersantai sejenak di Frame Coffeehouse.
Tabel 4.8
Status dan Intensitas Menonton
Kategori
No.
Kategori Umur
1
2
3
Pelajar
Mahasiswa
Karyawan Swasta
4
5
Guru
Wiraswasta
Total
Total
Tinggi
Rendah
25
4
29
86,20 %
13,80 %
100 %
34
11
45
75,60 %
24,40 %
100 %
14
6
20
70,00 %
30,00 %
100 %
4
1
5
80,00 %
20,00 %
100 %
9
0
9
100 %
0%
100 %
86
22
108
79,60 %
20,40 %
100%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dari tabel silang diatas, bisa dilihat bahwa jumlah penonton dengan
tingkat keseringan menonton tinggi dan rendah didominasi oleh responden
yang berstatus sebagai mahasiswa dengan jumlah masing-masing 34 orang
(75,60%) dan 11 orang (24,40%). Artinya intensitas mahasiswa dalam
menonton acara RAbu KETawa cukup tinggi. Ini menunjukkan bahwa
mahasiswa mewakili anak muda yang memiliki pemikiran kritis sehingga
keinginan untuk menonton acara ini akan semakin besar, apalagi sifat anak
51
muda yang selalu ingin tahu akan hal-hal baru terutama yang berkaitan
dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari, merupakan nilai tersendiri
dari acara RAbu KETawa ini.
2.
Karakteristik Variabel
Karakteristik variable akan diolah dengan menggunakan statistik
deskriptif. Analisa deskriptif untuk menggambarkan tentang statistik data
seperti mean, minimum, sum, variance, maximum, standar deviasi dan
lainnya.
Variabel motif menonton terdiri dari empat indikator, yaitu motif
informasi, identitas, integrasi dan interkasi sosial, hiburan. Untuk
menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran indikator motif menonton,
maka digunakan empat kategori yang menunjukan kesetujuan dan
ketidaksetujuan terhadap setiap item pernyataan yang digunakan yaitu
sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
2.1
Motif Informasi
Dalam indikator motif informasi terdiri dari 4 item pernyataan. Untuk
mengetahui tingkat skala perhitungan rata-rata, digunakan interval sebagai
berikut :
= nilai jawaban maximum – nilai jawaban minimum
Jumlah kategori
= 16 – 4
= 3
4
Tabel 4.9
Interval kategori jawaban motif informasi
Tingkat Skala
Interval
Interpretasi
1
4-6
Sangat tidak setuju
2
7-9
Tidak setuju
3
10 - 12
Setuju
4
13 - 16
Sangat setuju
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
52
Tabel 4.10
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Motif Informasi
No.
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
69
63,90
2
Setuju
26
24,1
3
Tidak Setuju
12
11,1
4
Sangat Tidak Setuju
1
0,90
5
Total
108
100.00
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Deskriptif Statistik
N
Motif Informasi
Minimum
108
Maximum
4.00
16.00
Rata-Rata
12.7500
Std. Deviation
2.14487
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dari tabel diatas, bisa dilihat bahwa indikator motif informasi
memiliki rata-rata 12,75 dan menurut tabel kriteria kategori interval, nilai
12,75 terletak pada kategori sangat setuju. Ini menunjukkan bahwa ratarata responden sangat setuju dengan pernyataan-pernyataan yang diajukan
untuk menjelaskan mengenai indikator motif informasi yang meliputi
pernyataan seputar penambahan pengetahuan, antara lain penambahan
wawasan mengenai Stand Up Comedy, tren tekhnologi dan penggunaan
media sosial, tren pergaulan di kalangan anak muda, serta pengetahuan
mengenai isu politik, ekonomi, sosial budaya dan SARA. Responden
sangat setuju dengan bertambahnya wawasan mereka mengenai Stand Up
Comedy setelah menyaksikan acara RAbu KETawa, ini dikarenakan ketika
acara tersebut berlangsung para comic tidak hanya menyampaikan materi
yang lucu melalui open mic tapi juga menyelipkan informasi mengenai apa
itu Stand Up Comedy serta teknik ber-open mic. Perlu dipahami
sebelumnya, ada tiga kosakata penting dalam teknik Stand Up Comedy,
yang pertama adalah Bit, yaitu lontaran materi yang disampaikan oleh
53
seorang comic. Bit sendiri terdiri dari dua bagian Set Up dan Punchline.
Set Up merupakan kalimat pembuka sedangkan punchline merupakan
kalimat puncak dan disitulah kelucuan berada. Ada beberapa teknik dalam
berStand Up Comedy,antara lain:
1. One Liner
Adalah bit singkat yang terdiri dari satu sampai tiga kalimat saja.
Contoh: “Katanya Aa Gatot Brajamusti pernah main film misteri. Ada
yang pernah nonton? Sama, saya juga tidak pernah. Di situlah letak
misterinya.”
2. Call back
Adalah teknik yang menggunakan punch line dari set up yang sudah
disampaikan terlebih dahulu, untuk set up lain beberapa bit
berikutnya.
Aturannya: joke 1 (set up1, punch1) – joke 2 (set up2, punch2) – joke
3 (set up 3, punch3) – joke 4 (set up, punch1)
3. Rule of three
Adalah teknik tiga angka. Set up yang digunakan adalah dua kalimat
awal, yang ketiga adalah punch line.
Contoh: “Ngajarin radityadika ngelawak itu kayak ngajarin melly
bikin lagu, dedy cara main sulap, atau ngajarin syahrini cara
bedakan.”
4. Act Out
Adalah menunjukkan dengan gerakan. Act out sering digunakan
dalam Stand Up Comedy karena mudah dan keberhasilan tinggi.
Biasanya Act out sebagai punchlinenya.
Contoh: “Kalau laper jangan ngetweet, apa berharap tiba-tiba keluar
makanan dari laptopnya (kemudian menunjukkan gerakan makanan
keluar dari laptop)”
5. Impersonation
Adalah menirukan sosok yang sudah terkenal. Tenik ini biasanya
mengambil gaya bicara, gerakan, atau kata-kata khas.
54
Contoh: “Hay guuuuyysss! – seorang comic sedang mem-impersonate
ikang fauzi
6. Comparisons
Adalah joke dengan membandingkan sesuatu dengan suatu yang
lainnya.
7. Riffing
Adalah mengajak penonton untuk berinteraksi. Biasanya menjadikan
penonton sebagai objek joke. Hati-hati menggunakan riffing karena
sering gagal atau mungkin menyinggung perasaan penonton.
Contoh: Seorang comic melihat penonton menggunakan kaos
bergambar club bola Manchester United dengan nama punggung
Rooney, kemudian comic tersebut mengatakan “Di belakangnya
namanya Rooney, tapi kok di depan mukanya Runyam?”
8. Gimmick
Adalah alat bantu atau hal lain di luar Stand Up Comedy yang
digunakan untuk joke, biasanya sebagai punch line.
Contoh: “Sekarang hiburan kurang berkualitas, akhirnya hiburan
sederhana jadi istimewa, seperti *kemudian gangnam style*”
9. Heckler
Adalah pengganggu dalam Stand Up Comedy. Heckler biasanya
berteriak saat set up sedang dibawakan,meneriakkan punch line
sebelum comic mengutarakannya, atau bahkan menyuruh comic untuk
turun dengan kalimat “Huu... atau Turunnnn”. Heckler harus diatasi
sehingga dia tidak mengganggu comic. Biasanya cara mengatasinya
adalah menjadikannya bahan joke dengan sedikit menghina agar dia
tidak mengganggu.
Materi yang disampaikan oleh para comic pun beraneka ragam,
mulai dari materi-materi cukup berat seperti politik pemerintahan, polemik
agama, ke-Bhinneka Tunggal Ika-an, sampai dengan materi ringan seputar
kegalauan anak muda jaman sekarang, percintaan, gadget, dan tren
tekhnologi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, karena sebesar 80%
55
responden termasuk dalam kategori remaja dan muda sehingga
acara
RAbu KETawa dapat menjadi salah satu alternatif cara untuk mengetahui
berita dan informasi secara nonformal.
2.2
Motif Identitas Personal
Tabel 4.11
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Motif Identitas Personal
No.
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
50
46,30
2
Setuju
42
38,90
3
Tidak Setuju
16
14,80
4
Total
108
100.00
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Deskriptif Statistik
N
Motif Identitas Personal
Minimum
108
Maximum
7.00
16.00
Rata-Rata
12.2315
Std. Deviation
2.44034
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dapat dilihat bahwa variabel motif menonton pada indikator motif
identitas personal memiliki rata-rata 12,23 dengan standar deviasi 2,44.
Menurut kriteria, rata-rata 12,23 terletak pada kategori setuju. Ini
menunjukkan bahwa rata-rata responden setuju dengan butir pernyataanpernyataan yang ditulis untuk menunjukkan motif identitas personal yang
antara lain meliputi pemahaman diri, identifikasi diri mengenai
pengalaman percintaan dan pergaulan,
serta kepercayaan diri. Pikiran
yang terlintas di benak responden setelah menyaksikan acara RAbu
KETawa adalah munculnya pemahaman terhadap diri sendiri, tentang
siapa saya dan seperti apa saya. Pemahaman terhadap diri sendiri ini tentu
tidak akan sama antara satu orang dengan yang lain. Seorang responden
(Priska Dea, 23) menyatakan ketika ada comic yang membawakan materi
56
mengenai kebanyakan wanita, dia merasa bahwa apa yang dikatakan comic
tersebut benar karena sesuai dengan apa yang dia alami dalam
kehidupannya. Sebesar 46,30% responden menyatakan sangat setuju
bahwa kercayaan diri mereka bertambah setelah menyaksikan acara ini.
Beberapa orang responden mengaku hal ini terbukti ketika setelah
menyaksikan acara open mic kemudian mereka berani untuk ber-free open
mic yaitu sesi dimana penonton ditantang untuk secara spontan ber-open
mic.
2.3
Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
Tabel 4.12
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
No.
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
63
58,30
2
Setuju
31
28,70
3
Tidak Setuju
14
13,00
4
Total
108
100.00
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Deskriptif Statistik
N
Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
Minimum
108
7.00
Maximum
16.00
Rata-Rata
12.8796
Std. Deviation
2.52360
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dapat dilihat bahwa variabel motif menonton pada indikator motif
integrasi dan interaksi sosial memiliki rata-rata 12,87 dengan standar
deviasi 2,52. Menurut kriteria, rata-rata 12,87 terletak pada kategori sangat
setuju. Ini menunjukkan bahwa rata-rata responden setuju dengan butir
pernyataan-pernyataan yang ditulis untuk menunjukkan motif integrasi dan
interaksi sosial mengenai kelangsungan hubungan individu dengan orang
lain yang meliputi kemampuan dan pengetahuan akan pemecahan suatu
masalah, mendapatkan bahan pembicaraan dengan orang lain, mengenal
57
orang baru, dan memperluas pergaulan. Dari segi motif integrasi dan
interaksi sosial, sebesar 58,30% responden menyatakan sangat setuju
setelah melihat acara RAbu KETawa responden mendapatkan bahan
pembicaraan baru dengan orang lain. Contohnya: ketika ada pemberitaan
hangat mengenai seorang bupati yang menikah dengan anak berumur 16
tahun dan hanya bertahan selama 3 hari diangkat sebagai materi oleh
comic maka penonton yang semula tidak tahu menjadi tahu akan berita ini,
sehingga dapat menjadi bahan pembicaraan baru dengan orang lain. Halhal lucu yang disampaikan acara ini juga dapat menjadi referensi bagi
penonton ketika berinteraksi dengan orang lain, karena pembicaraan yang
diselipi kelucuan dianggap mengasyikkan oleh beberapa orang. Selain itu
responden juga memiliki keinginan untuk memperuas pergaulan melalui
acara ini, hal ini dimungkinkan karena sebesar 68,60% responden berstatus
sebagai pelajar dan mahasiswa dimana hasrat untuk mencari teman
sebanyak-banyaknya sangat tinggi.
2.4
Motif Hiburan
Dalam indikator motif hiburan terdiri dari 5 item pernyataan. Untuk
mengetahui tingkat skala perhitungan rata-rata, digunakan interval sebagai
berikut :
= nilai jawaban maximum – nilai jawaban minimum
Jumlah kategori
= 20 – 5
= 3,7
4
Tabel 4.13
Interval kategori jawaban motif hiburan
Tingkat Skala
Interval
Interpretasi
1
5 – 8,7
Sangat tidak setuju
2
8,8 – 12,5
Tidak setuju
3
12,6 – 16,3
Setuju
4
16,4 – 20,1
Sangat setuju
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
58
Tabel 4.14
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Motif Hiburan
No.
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
48
44,40
2
Setuju
54
50,00
3
Tidak Setuju
6
5,60
4
Total
108
100.00
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Deskriptif Statistik
N
Motif Hiburan
Minimum
108
11.00
Maximum
19.00
Rata-Rata
15.9630
Std. Deviation
2.09104
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dapat dilihat bahwa variabel motif menonton pada indikator motif
hiburan memiliki rata-rata 15,96 dengan standar deviasi 2,09. Menurut
kriteria, rata-rata 15,96 terletak pada kategori sangat setuju. Ini
menunjukkan bahwa rata-rata responden setuju dengan butir pernyataanpernyataan yang ditulis untuk menunjukkan motif hiburan meliputi
keinginan untuk melupakan sejenak kepenatan atas aktifitas sehari-hari,
bersantai sendiri atau dengan orang lain, memperoleh kesenangan/ gelak
tawa, mencari suasana yang lebih santai, dan untuk mengisi waktu luang.
Pada tabel diatas nampak 54 (50%) responden setuju bahwa acara RAbu
KETawa dapat membantu mereka untuk melepaskan kepenatan atas
aktifitas seharian, ini dikarenakan acara RAbu KETawa diadakan setiap
hari rabu malam pukul 19.00 sehingga waktu ini digunakan untuk
beristirahat dan sekaligus menyaksikan acara ini karena sebesar 31,4%
responden sudah bekerja sehingga pada malam hari dapat meluangkan
waktunya untuk menyaksikan acara ini. Ini berarti acara RAbu KETawa
dapat diterima dengan baik oleh khalayak. Selanjutnya 44% responden
menyatakan sangat setuju bahwa acara RAbu KETawa dapat menjadi
salah satu alternatif hiburan yang tak kalah menghibur dari acara-acara
59
lawak di televisi yang banyak menggunakan sentuhan fisik (slapstick)
dalam guyonannya. Acara RAbu KETawa yang hampir 100% materinya
dibuat menjadi seringan mungkin dapat menghadirkan suasana yang lebih
santai bagi penikmatnya.
3.
Hasil Uji Pengukuran Motif Menonton
Setelah diketahui karakteristik variable mengenai motif menonton,
maka selanjutnya akan dilakukan pengukuran terhadap motif menonton.
Sehingga nantinya juga akan diketahui motif determinan yang mendorong
khalayak untuk menyaksikan acara RAbu KETawa. Pengukuran motif
menonton diolah dengan menggunakan statistik deskriptif. Analisa
deskriptif untuk menggambarkan tentang crosstabulasi data antara
karakteristik penonton dengan karakteristik variabel motif sehingga akan
ditemukan
motif-motif
determinan
yang
mendorong
khalayak
menyaksikan acara RAbu KETawa.
Karakteristik
penonton
terdiri
dari
empat
variabel
yaitu
berdasarkan jenis kelamin, penggolongan usia, tingkat pendidikan terakhir,
serta status dan pekerjaan yang didalamnya masih dibagi menjado
beberapa indikator. Sedangkan variabel motif menonton juga dibagi
menjadi empat indikator, yaitu motif informasi, identitas, integrasi dan
interkasi sosial, hiburan. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil
pengukuran motif menonton, maka digunakan dua penggolongan kategori
yaitu kategori tinggi dengan hasil pengukuran sangat setuju dan setuju
serta kategori rendah dengan hasil pengukuran tidak setuju dan sangat
tidak setuju terhadap hasil penghitungan.
60
3.1. Motif Menonton Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.15
Statistik Deskriptif
Hasil Pengukuran Motif Menonton Berdasarkan Jenis Kelamin
M. Informasi
M. Identitas
M. Integrasi &
Personal
Interaksi Sosial
M. Hiburan
Laki-laki
59
59
57
64
(66 responden)
22,34%
22,34%
21,59%
24,24%
Perempuan
36
33
37
38
(42 responden)
21,42%
19,64%
22,56%
23,17%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa motif responden lakilaki menonton acara RAbu KETawa adalah sebesar 22,34% untuk
mendapatkan informasi dan mengidentifikasi diri, serta 24,24% ingin
memperoleh hiburan. Sedangkan motif responden perempuan menonton
acara RAbu KETawa sebesar 22% untuk menemukan bahan percakapan
dan interaksi sosial serta 23% hiburan.
61
3.2.
Motif Menonton Berdasarkan Kategori Usia
Tabel 4.16
Statistik Deskriptif
Hasil Pengukuran Motif Menonton Berdasarkan Kategori Usia
M.
M. Identitas
M. Integrasi &
M.
Informasi
Personal
Interaksi Sosial
Hiburan
Remaja
32
32
31
32
(33 responden)
24,24%
24,24%
23,48%
24,24%
Muda
40
37
39
46
(50 responden)
26,66%
24,66%
26%
30,66%
Dewasa
23
23
24
24
(25 responden)
30,66%
30,66%
32%
32%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dapat dilihat bahwa motif responden berusia remaja menonton
acara RAbu KETawa masing-masing sebesar sebesar 24% untuk
mendapatkan informasi, identifikasi diri, serta memperoleh hiburan. Pada
responden berusia muda motif menonton acara RAbu KETawa sebesar
20% didorong oleh hasrat untuk mendapatkan informasi dan 23% hiburan.
Sedangkan pada responden berusia dewasa motif menonton acara RAbu
KETawa masing-masing sebesar 24% untuk pengawasan lingkungan dan
memperoleh hiburan.
62
3.3. Motif Menonton Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir
Tabel 4.17
Statistik Deskriptif
Hasil Pengukuran Motif Menonton Berdasarkan Tingkat Pendidikan
M. Informasi
M. Identitas
M. Integrasi &
M.
Personal
Interaksi Sosial
Hiburan
SMP
29
28
27
29
(29 responden)
25%
24,13%
23,27%
25%
SMA
39
41
42
43
(48 responden)
20,31%
21,35%
21,87%
22,39%
D3
11
10
11
11
(11 responden)
25%
22,72%
25%
25%
S1
16
13
14
19
(20 responden)
20%
16,25%
17,5%
23,75%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Dari tabel diatas, berdasarkan tingkat pendidikan terakhir respoden
nampak bahwa khalayak dengan pendidikan terakhir SMP atau khalayak
yang saat ini berada pada bangku SMA motif menonton acara RAbu
KETawa didorong oleh hasrat untuk mendapatkan informasi dan
memperoleh hiburan dengan prosentase yang sama yaitu masing-masing
sebesar 25%. Sedangkan khalayak yang sudah mengenyam bangku
pendidikan terakhir SMA dan kemungkinan saat ini berstatus mahasiswa
atau sudah bekerja memiliki motif tertinggi dalam menonton acara RAbu
KETawa untuk hiburan yaitu sebesar 22%.
Pada responden dengan pendidikan terakhir D3 tidak muncul motif
menonton yang cukup menonjol karena terdapat tiga motif yang besaran
prosentasenya sama yaitu masing-masing sebesar 25% motif untuk
mendapatkan informasi, pengawasan lingkungan dan memperoleh hiburan.
Sedangkan pada responden dengan tingkat pendidikan tertinggi S1
63
kemungkinan saat ini berada pada status sudah bekerja menunjukkan
bahwa motif untuk memperoleh hiburan lah yang menjadi pendorong
utama mereka menonton acara RAbu KETawa.
3.4. Motif Menonton Berdasarkan Status dan Pekerjaan
Tabel 4.18
Statistik Deskriptif
Hasil Pengukuran Motif Menonton Berdasarkan Status dan Pekerjaan
M. Informasi
M. Identitas
M. Integrasi &
Personal
Interaksi Sosial
M. Hiburan
Pelajar
29
28
27
29
(29 responden)
25%
24,13%
23,27%
25%
Mahasiswa
38
37
40
40
(45 responden)
21,11%
20,55%
22,22%
22,22%
Kary. Swasta
17
14
15
20
(20 responden)
21,25%
17,50%
18,75%
25%
Guru
5
5
4
5
(5 responden)
25%
25%
20%
25%
Wiraswasta
6
8
8
8
(9 responden)
16,66%
22,22%
22,22%
22,22%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa motif menonton
acara RAbu KETawa responden yang masih berstatus sebagai pelajar yaitu
untuk memperoleh tambahan informasi, hal ini sama tingginya dengan
motif untuk memperoleh hiburan masing-masing sebesar 25%. Berbeda
dengan responden yang statusnya mahasiswa, motif tertingginya didorong
oleh hasrat untuk melakukan pengawasan lingkungan serta untuk
memperoleh hiburan dengan prosentase yang sama besarnya yaitu 22%.
Sedangkan motif menonton tertinggi pada responden yang sudah bekerja
64
didapati secara rata-rata adalah untuk memperoleh hiburan yaitu sebesar
30%.
Tabel 4.19
Rangkuman Uji Crosstab
Motif
menonton
M.
M.
M.
M.
Informasi
Identitas
Integrasi &
Hiburan
Personal
Interaksi
Karakteristik
responden
Jenis
Sosial
Laki-laki
59
59
57
64
(66 responden)
22,34%
22,34%
21,59%
24,24%
Perempuan
36
33
37
38
(42 responden)
21,42%
19,64%
22,56%
23,17%
Remaja
32
32
31
32
(33 responden)
24,24%
24,24%
23,48%
24,24%
Muda
40
37
39
46
(50 responden)
26,66%
24,66%
26%
30,66%
Dewasa
23
23
24
24
(25 responden)
30,66%
30,66%
32%
32%
SMP
29
28
27
29
(29 responden)
25%
24,13%
23,27%
25%
SMA
39
41
42
43
(48 responden)
20,31%
21,35%
21,87%
22,39%
D3
11
10
11
11
(11 responden)
25%
22,72%
25%
25%
S1
16
13
14
19
(20 responden)
20%
16,25%
17,5%
23,75%
Status dan
Pelajar
29
28
27
29
Pekerjaan
(29 responden)
25%
24,13%
23,27%
25%
Mahasiswa
38
37
40
40
(45 responden)
21,11%
20,55%
22,22%
22,22%
Kelamin
Usia
Tk.
Pendidikan
65
Kary. Swasta
17
14
15
20
(20 responden)
21,25%
17,50%
18,75%
25%
Guru
5
5
4
5
(5 responden)
25%
25%
20%
25%
Wiraswasta
6
8
8
8
(9 responden)
16,66%
22,22%
22,22%
22,22%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2013
66
4.
Pembahasan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa masing-masing kategori responden memiliki motif
yang berbeda-beda dalam menyaksikan acara RAbu KETawa. Menurut
Novarinda (2009:77) faktor yang berpengaruh terhadap motif menonton
yaitu usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan.
Motif menonton acara RAbu KETawa dalam penelitian ini, diukur
dengan menggunakan empat indikator yang meliputi motif mendapatkan
informasi, motif identitas personal, motif integrasi dan interaksi sosial,
serta motif hiburan. Sedangkan untuk mempermudah pengukuran untuk
melihat motif yang determinan maka khalayak yang menjadi responden
dikelompokkan dalam beberapa kategori yang diperoleh secara langsung
dari hasil pengukuran karakteristik responden. Kategori tersebut antara
lain didasarkan pada jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, serta status
dan pekerjaan.
Berdasarkan uji pengukuran motif menonton, peneliti menemukan
bahwa:
1. Motif khalayak laki-laki menonton acara RAbu KETawa terutama
untuk memperoleh informasi dan hiburan sedangkan motif perempuan
untuk memperoleh bahan percakapan dan hiburan.
2. Motif khalayak berusia lebih tua (dewasa) menonton acara RAbu
KETawa terutama untuk pengawasan lingkungan dan identitas pribadi
sedangkan khalayak yang berusia lebih muda (muda dan remaja) untuk
kengintahuan dan hiburan.
3. Motif khalayak berpendidikan akhir lebih tinggi (D3 & S1) menonton
acara
RAbu
KETawa
terutama
untuk
informasi,
pengawasan
lingkungan, dan hiburan sedangkan motif khalayak dengan tingkat
pendidikan terakhir lebih rendah (SMP & SMA) adalah untuk hiburan.
4. Motif khalayak dengan status pelajar dan mahasiswa acara RAbu
KETawa terutama untuk informasi dan memperoleh hiburan sedangkan
67
motif khalayak yang sudah bekerja terutama untuk pengawasan
lingkungan dan hiburan.
Besarnya
motif
keseluruhan
khalayak
untuk
mendapatkan
informasi dengan menonton acara RAbu KETawa adalah sebesar 24,88%,
motif identitas pribadi 24,02%, sedangkan motif integrasi dan interaksi
sosial sebesar 24,47% dan motif hiburan sebesar 26,63%. Hal ini
menunjukkan bahwa motif determinan khalayak dalam menyaksikan acara
RAbu KETawa adalah untuk memperoleh hiburan. Dengan menonton
acara ini khalayak ingin melupakan sejenak kepenatan dan rasa jenuh
setelah beraktifitas seharian, memperoleh kesenangan dan mencari suasana
yang lebih santai. Seorang responden (Catur,29) mengaku dia sangat
terhibur ketika menonton acara RAbu KETawa. Sebab lawakan yang
disampaikan oleh para comic menurutnya sangat lucu. Salah satu
contohnya ketika ada comic melemparkan bit/ lawakan seperti ini:
“Kenapa Indonesia saat ini teknologinya nggak maju-maju?
Karena teknologi yang ada di dalam negeri nggak pernah
dikembangkan. Pernah nonton film Star Trek? Kalau di film
futuristik tersebut, orang bisa memindahkan barang atau
bahkan dirinya sendiri dengan menggunakan Teleport. Di
Indonesia, sudah ada teknologi seperti itu dari dulu! Sudah ada
orang yang bisa mindahin silet ke perut orang, pecahan beling,
atau paku. Santet itu sebuah teknologi yang bila diteliti sama
para ilmuwan, bisa mengembangkan teknologi Indonesia. Coba
kalau yang dipindahin itu televisi, buku, atau barang lain? Itu
kan bisa menciptakan bisnis baru yang menguntungkan juga.”
Dengan hasil ini, berarti membuktikan bahwa motif individu
menonton sebuah acara berbeda-beda. Hasil ini sejalan dengan penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang motif menonton.
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Dennis Mc Quail dan Michael
Gurevits seperti yang dikutip oleh Blumler (dalam Damayanti, 2004:109),
menunjukkan bahwa:
68
1. Motif khalayak laki-laki menggunakan media massa terutama untuk
pengawasan lingkungan dan keingintahuan, sedangkan motif wanita
untuk hiburan.
2. Motif khalayak berusia lebih tua menggunakan media massa terutama
untuk pengawasan lingkungan dan identitas pribadi, sedangkan
khalayak yang berusia muda untuk hiburan
3. Motif khalayak berpendidikan tinggi menggunakan media massa
terutama untuk pengawasan lingkungan dan keingintahuan, sedangkan
motif khalayak berpendidikan rendah adalah untuk hiburan dan
identitas pribadi.
Begitu juga hasil penelitian yang berjudul Motif Pemirsa
Menonton Reality Show berjudul Be A Man di Global TV (Universitas
Pembangunan Veteran Nasional) yang diperoleh kesimpulan bahwa
Global TV khususnya dalam tayangan Be A Man dapat diterima pemirsa
dalam memberikan informasi serta wawasan tentang waria, menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitarnya dan dapat memberikan hiburan bagi
pemirsanya.
Tentunya ada banyak faktor lain yang mempengaruhi perubahan
perilaku ini terjadi, selain keempat motif diatas, berdasarkan wawancara
dengan 3 orang responden yang tergolong dalam penonton dengan tingkat
keseringan menonton rendah, peneliti menemukan bahwa alasan mereka
menonton acara Stand Up Comedy adalah karena diajak teman dan
kebetulan sedang ingin mengunjungi Frame Coffeehouse.
Analisis teori hierarchy of effect yang dikemukakan oleh George E.
Belch & Michael A. Belch menjelaskan bahwa respon adalah seperangkat
reaksi dari penerima pesan (khalayak) setelah melihat, mendengar,
membaca sebuah pesan komunikasi. Respon yang ditunjukkan oleh
khalayak setelah menyaksikan acara RAbu KETawa adalah munculnya
dorongan (motif) untuk terus menyaksikan acara tersebut. Dibuktikan
dengan tingginya tingkat keseringan menonton para responden. Dari 108
orang responden, sebanyak 86 orang responden memiliki tingkat
69
keseringan menonton yang tinggi. Teori ini juga menjelaskan bahwa ada
tiga aspek tahapan didalamnya. Antara lain aspek kognitif, afektif, dan
konatif. Melalui ketiga tahapan inilah muncul kesadaran, pemahaman, dan
tindakan yang secara nyata ditunjukkan oleh khalayak. Selain itu
munculnya motif-motif dalam diri khalayak juga didorong oleh keinginan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan, seperti yang diungkapkan oleh Katz,
Gurevitch, dan Haas. Hasil dari penelitian ini muncul motif untuk
memenuhi kebutuhan informasi sebesar 24,88%, identitas pribadi 24,02%,
sedangkan integrasi dan interaksi sosial sebesar 24,47% dan hiburan
sebesar 26,63%.
70