Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

signifikasi pengaruh simultan (uji f), dan analisis regresi linear berganda
dan uji signifikasi b pengaruh parsial (uji f).
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir menjabarkan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan serta memberikan saran terhadap hasil penelitian yang
telah didapat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.LandasanTeori
2.1.1. KonsepAkuntansiKeuangan Daerah
A. PengertianSistemAkuntansiKeuangan Daerah
Keuangan Daerah dapatdiartikansebagai “semuahakdankewajiban yang
dapatdiniaidenganuang,demikianpula

segala

sesuatubakberupauangmaupunbarang

yang


dapatdijadikankekayaandaerahsepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara
atau daerah yang lebihtinggisertapihak – pihaklainsesuai ketentuan/ peraturan
perundangan yang berlaku” (Mamesah,1995:16).

Dari definisi di atas terdapatdua hal yang perlu dijelaskan, yaitu :
1. Yang dimaksuddengansemuahakadalah hak untuk memungut sumber sumberpenerimaandaerahsepertipajakdaerah,

retribusidaerah,

hasilperusahaan



milikdaerahdanlain

lain,

danatauhakuntukmenerimasumber – sumberpenerimaanlainseperti Dana

9

Universitas Sumatera Utara

AlokasiUmum

(DAU)

dan

sesuaiperaturan

Dana

AlokasiKhusus

yang

(DAK)

ditetapkan.


Haktersebutakanmenaikkankekayaandaerah;
2. Yang

dimaksuddengansemuakewajibanadalah

kewajibanuntukmengeluarkanuanguntukmembayartagihan



tagihankepadadaerahdalamrangkapenyelenggaraanfungsipemerintahan,
infrastruktur,

pelayanan umum dan pengembangan ekonomi. Kewajiban teersebut akan
menurunkan kekayaan daerah.

Yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola langsung adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang – barang
investasi milik daerah. Di lain pihak,keuangan daerah yang dipisahkan
meliputi Badan Usaha Milik Daeraah (BUMD). Di samping itu, pengurusan
akuntansi keuangan daerah di bagi menjadi dua, yakni pengurusan umum dan

pengurusan khusus.Pengurusan umum juga dibagi menjadi dua, yaitu
otorisator dan ordonator.Demikian pula pengurusan khusus juga berkaitan
dengan kewajiban perbendaharaan.

Menurut UU No.5/1974, wewenang otorisator, ordonator, dan
bendaharawan dipegang oleh Kepala Daerah (Geburnur,Walikota dan
Bupati).Akan tetapi, dalam pelaksanaannya wewenang tersebut dilimpahkan
kepada

Asekwilda,

Kepala

Biro

Keuangan

dan

Kepala


Bagian

10
Universitas Sumatera Utara

Perbendaharaan, serta Bank Pembangunan Daerah dan Pegawai Negeri Sipil
(PNS).

Sistem akuntansi keuangan daerah adalah sistem akuntansi yang
meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi
atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pelaksanaan
APBD (Erlina dan Rasdianto, 2013:6).

Akuntansi adalah suatu sistem yangmengelolah input(masukan)
danmenjadioutput (keluaran). Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti
transaksidalam bentuk dokumen atau formulir. Outputnya adalah laporan
keuangan.
BasisAkuntansi terdiri dari :
1. Akuntansi Berbasis Kas (Cash Based Accounting) akuntansi berbasis

kas adalah akuntansi yang mengakui dan mencatat transaksi keuangan
pada saat kas diterima atau dibayarkan. Fokus pengukurannya pada
saldo kas dan perubahan saldo kas, dengan cara membedakan anatara
kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan. Lingkup akuntansi
berbasis kas ini meliputi saldo kas,pemerimaan kasdan pengeluaran kas.
Keterbatasan ssstem akuntansi ini adalahketerbatasan informasi yang
dihasilkan karena terbatas pada pertanggungjawaban kas saja, tetapi
tidakmemperlihatkanpertanggungjawaban

manajemen

atas

aktiva

dankewajiban.
2. Akuntansi Berbasis Akrual (Accrual Based Accounting)

11
Universitas Sumatera Utara


Akuntansi berbasis akrual adalah akuntansi yang mengakui dan
mencatattransaksi atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada
saatperolehan.Fokus sistem akuntansi ini pada pengukuran sumber daya
ekonomis dan perubahan sumber daya pada suatu entitas.Sistem
akuntansi ini merupakan sistem yang paling modest.KeberhasilanNew
Zealand menerapkan akuntansi akrual telah menyebabkan berbagai
perubahan dalam manajemen sektor publik.Dalam akuntansi akrual,
informasi yang dihasilkan jauh lebih lengkap dan menyediakan
informasi rinci mengenai aktiva dan kewajiban. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, telah mewajibkan Laporan Keuangan Pemerintah
menggunakan basis akrual. Sedangkan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, masih
menggunakan basis akuntansi “cashtoward accrual”.
3. Akuntansi Berbasis Kas menuju Akrual (Cash TowardAccrual Based
Accounting)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.Basis
akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah, yaitu
basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer dan

pembiayaan, sedangkan basis akrual digunakan untuk pengakuan aset,
kewajiban dan ekuitas dana.

Dan Erlina dan Rasdianto (2013:20) menerangkan juga bahwa
pembuatan laporankeuangan dilakukan oleh masing-masing SKPD. Laporan

12
Universitas Sumatera Utara

keuangan tersebut akandikonsolidasikan oleh entitas pelaporan dalam hal ini
disebut sebagai SatuanKerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) menjadi
laporan keuangan pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten. Laporan Keuangan
PemerintahProvinsi/Kota/ Kabupaten terdiri dari :
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA), unsur – unsuryangmencakup
secara langsung dalam LRA terdiri dari Pendapatan LRA, belanja,
transfer, dan pembiayaan. Belanja yang merupakan wewenang SKPD
untuk mencatat dan melaporkannya dalam LRA, maka LRA
memerlukan konversi, yaitu belanja tidak langsung tidak dikenal dalam
struktur pada format SAP, sehingga perlu dikonversi ke Belanja
Operasi. Sedangkan untuk belanja langsung konversi sebagai berikut:

a. Dari komponen belanja langsung, yaitu belanja pegawai ke
komponenbelanja operasi pada akun belanja pegawai.
b. Dari komponen belanja langsung, yaitu akun belanja barang
dan jasa ke komponen belanja barang, dan
c. Dari komponen belanja langsung, yaitu akun belanja modal
kekomponen belanja modal.
.
B. Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah Di Dalam Akuntansi
Akuntansi yang berkaitan dengan organisasi perusahaan (bisnis)
biasanya dengan akuntansi sektor publik privat, dan yang berkaitan dengan
organisasi pemerintahan atau lembaga nonprofit dikenal dengan akuntansi
pemerintahan atau akuntansi sektor publik.Oleh karena Pemerintah Daerah

13
Universitas Sumatera Utara

merupakan satuan organisasi yang nonprofit, maka akuntansi yang berkaitan
dengan Pemerintah Daerah, yakni akuntansi keuangan daerah termasuk ke
dalam akuntansi sektor publik.


Akuntansi terdiri atas tiga bidang utama dikemukan oleh
Sugijanto,dkk.(1995:89) yang dikutip oleh Abdul Halim (2004:27), yakni
akuntansi

komersial/perusahaan

(commercial

accounting),

akuntansi

pemerintahan (governmental accounting),dan akuntansi sosial (social
accounting). Dalam akuntansi komersial, data akuntansi digunakan untuk
memberikan informasi keuangan kepada manajemen, pemilik modal,
penanam modal,kreditor dan pihak – pihak lain yang berkepentingan dengan
perusahaan

tersebut.Dalam


akuntansi

pemerintahan,

data

akuntansi

digunakan untuk memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan
keuangan pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif,yudikatif dan
masyarakat.Akuntansi sosial merupakan bidang akuntansi khusus untuk
diterapkan pada lembaga dalam artian makro, yang melayani perekonomian
nasional.
Lingkup akuntansi pemerintahan, adalah :
1. Akuntansi pemerintahan Pusat
2. Akuntansi pemerintahan Daerah, terdiri atas :
a. Akuntansi Pemerintahan Provinsi
b. Akuntansi Pemerintahan Kabupaten/Kota

Akuntansi pemerintahan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :

14
Universitas Sumatera Utara

1. Pertanggungjawaban (accountability and stewardship)
2. Manajerial
3. Pengawasan

Berdasarkan klasifikasi tersebut, kedudukan akuntansi keuangan
daerah (propinsi atau kabupaten/kota) dalam akuntansi dapat digambarkan
seperti :

Akuntansi

Akuntansi Komersial

Akuntansi
Pemerintahan

Akuntansi
Pemerintahan

Akuntansi Pemerintahan Pusat

Akuntansi
Sosial

Akuntansi NonPemerintahan

AkuntansiPemerintahan Daerah

Akuntansi Keuangan Daerah

Gambar 1.Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah
(Sumber : Sugijanto, dkk., 1995:78)

C. Sistem Pencatatan

15
Universitas Sumatera Utara

Pengertian pengakuan menurut PP No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar

Akuntansi

Pemerintahan

(SAP)

adalah

proses

penetapan

terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan
akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsuraset,
kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan, sebagaimana
termuat dalam laporan keuangan entitas pelaporanyang bersangkutan.

Menurut Elina Rasdianto (2013:4) Akuntansi keuangan daerah
merupakan salah satu bagian dari akuntansi, maka di dalam akuntansi
keuangan daerah juga terdapat proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan dan pelaporan keuangan ekonomi yang terjadi di pemerintah
daerah. Dalam proses pencatatan (merupakan salah satu dari proses
akuntansi), akuntansi menggunakan sistem pencatatan. Ada beberapa sistem
pencatatan yang dapat digunakan yaitu sistem pencatatan single entry, double
entry dan triple entry.Salah satu membedakan pembukuan dan akuntansi
adalah

dalam

menggunakan

sistem

pencatatan.Pembukuan

hanya

menggunakan sistem pencatatan single entry,sedangkan akauntansi dapat
menggunakan double entry dan triple entry.
1. Single Entry
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata
buku tunggal.Sebelumnya pemerintah daerah menggunakan sistem
pencatatan single entry.Dalam sistemsingle entry, pencatatan transaksi
ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali. Transaksi yang berakibat
bertambahnya kas akan dicatat disisi penerimaan di dalam buku kas

16
Universitas Sumatera Utara

Umum (BKU) sedangkan transaksi yang berakibat berkurangnya kas
akan dicatat disisi pengeluaran di dalam Buku Kas Umum (BKU).
2. Double Entry
Sistemdouble entry sering disebut juga sistem tata buku berpasangan.
Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dua kali, dalam arti
bahwa setiap transaksi minimalakan mempengaruhi dua perkiraan yaitu
satu sisi debit dan satu disisi kredit. Sisi debit ada disebelah kiri
sedangkan sisi kredit ada di sisi sebelah kanan. Setiap pencatatan harus
menjaga keseimbangan antara sisi debit dan sisi kredit dari persamaan
akuntansi. Pencatatan dengan sistemdouble entry sering disebut dengan
istilah menjurnal.Pada masa sebelum reformasi,sistem pencatatan yang
dilakukan oleh akutansi keungan daerah adalah sistem tata tunggal
(single entry).Tetapi setelah reformasi yaitu dengan dikeluarkannya PP
Nomor 105/2000, sistem pencatatan yang digunakan adalah system
double entry.
3. Triple Entry
Sistem pencatatan triple entry pada dasarnya adalah sistem pencatatan
yang menggunakan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku
anggaran.Pencatatan pada buku anggaran ini merupakan pencatatan
tentang anggaran yang telah digunakan sesuai dengan pencatatan pada
double entry.Dengan adanya pencatatan triple entry ini, maka dapat
dilihat sisa anggaran untuk masing – masing komponen yang ada di
Anggraan Pendapatan Belanja Daerah (APBD).Pencatatan dengan

17
Universitas Sumatera Utara

sistemtripleentry ini dilaksanakan saat
diaksanakan,

maka

sub

bagian

pencatatan double entry

Pembukuan

(bagian

keuangan)

Pemerintah Daerah juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran.

D. Siklus Akuntansi
Dalam sistem akuntansi keuangan daerah, inputnya adalah bukti atau
dokumen seperti Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D LS), Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) dan Buku Kas Umum (BKU).
Siklus akuntansi adalah tahapan – tahapan yang ada dalam sistem
akuntansi. Tahapan tersebut adalah :
1. Dokumentasi transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan analisis
transaksi keuangan tersebut;
2. Pencatatan transaksi ke dalam buku jurnal;
3. Meringkas (mem-posting) transaksi keuangan yang telah dijurnal
dalam buku besar;
4. Menentukan saldo– saldo buku besar di akhir periode dan
memindahkan saldo – saldo buku besar dalam neraca saldo;
5. Melakukan penyesuaian buku besar pada informasi yang paling up to
date;
6. Menentukan saldo buku besar setelah disesuaikan;
7. Menyusun laporan keuangan;
8. Menutup buku besar;
9. Menentukan saldo buku besar dan menuangkan dalam Neraca Saldo
setelah tutup buku.

18
Universitas Sumatera Utara

E. Lingkungan Akuntansi Keuangan Daerah
Desentralisasi pemerintah daerah memiliki kesempatan yang luas
untuk beradaptasi dalam perubahan lingkungan, adaptasi lingkungan
berperan dalam keputusanpembuatan dan pelaksanaan Sistem Informasi
Keuangan Daerah. Akuntansi Keuangan Daerah adalah menyediakan
informasi keuangan yang lengkap, cermat dan akurat sehingga dapat
menyajikan laporan keuangan yang andal, dapat dipertanggungjawabkan
dan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan
keuangan masa lalu dalam rangka pengambilan keputusan seta perencanaan
untuk masa yang akan dating. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh
akuntansi keuangan daeraaah akan digunakan oleh berbagai pihak. Pihak –
pihak yang terlibat dan berkepentingan terhadap Pemerintah Daerah baik
langsung maupun tidak langsung disebut sebagai pemakai laporan keuangan
Pemerintahan Daerah.

Pemakai laporan keuangan Pemerintah Daerah tersebut adalah :
1. DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)
Adalah badan yang memberikan otorisasi kepada Pemerintah Daerah
untuk mengelola keuangan daerah.
2. Badan Eksekutif
Merupakan badan penyelenggara pemerintahan yang menerima
otorisasi pengelolaan Keuangan Daerah dari DPRD, seperti Gubernur,
Bupati, Walikota serta pimpinan unit pemerintah daerah dan lainnya.

19
Universitas Sumatera Utara

3. Badan Pengawas Keuangan.
Badan Pengawas Keuangan adalah badan yang melakukan pengawasan
atas pengelolaan Keuangan Daerah yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah.Yang termasuk dalam badan ini adalah Inspektorat Jendral,
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
4. Investor, Kreditor dan Donatur
Badan atau organisasi baik pemerintahan, Lembaga Keuangan, maupun
lainnya baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang menyediakan
sumber keuangan bagi Pemerintah Daerah.
5. Analis Ekonomi dan Pemerhati Pemerintah Daerah
Yaitu pihak – pihak yang menaruh perhatian atas aktivitas yang
dilakukan Pemerintah Daerah, seperti lembaga pendidikan, ilmuan,
peneliti dan lain – lain.
6. Rakyat
Rakyat di sini adalah kelompok masyarakat yang menaruh perhatian
kepada aktivitas pemerintah khususnya yang menerima pelayanan
Pemerintah Daerah atau yang menerima produk dan jasa dari
Pemerintah Daerah.
7. Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat memerlukan laporan keuangan pemerintah daerah
untuk menilai pertanggungjawaban Gubernur sebagai wakil pemerintah
(Pasal 2 PP No.108/2000).

20
Universitas Sumatera Utara

F. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
Seperti halnya pada Pemerintah Pusat, pada Pemerintah Daerah,
pengurusan keuangan daerah juga diatur dengan membaginya menjadi
pengurusan umum dan pengurusan khusus. Dengan demikian pada
Pemerintah Daerah terdapat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dalam “pengurusan umum”-nya dan kekayaan milik daerah yang
dipisahkan pada “pengurusan khusus”-nya.

Berdasarkan pasal 64 ayat (2) Undang – undang Nomor 5 Tahun
1974 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan di Daerah, APBD dapat
didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan Pemerintahan Daerah,
dimana disatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi –
tingginya guna membiayai kegiatan – kegiatan dan proyek – proyek daerah
dalam 1 (satu) tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan
perkiraan penerimaan dan sumber – sumber penerimaan daerah guna
menutupi pengeluaran – pengeluaran (Mamesah,1995:20).

APBD adalah suatu Anggaran Belanja Daerah. Dari definisi ini
menunjukkan bahwa suatu Anggaran Daerah, termasuk APBD memiliki
unsur – unsur sebagai berikut:
1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci;
2. Adanya sumber penerimssn yang merupakan target minimal untuk
menutupi biaya – biaya sehubungan dengan aktivitas – aktivitas

21
Universitas Sumatera Utara

tersebut, dan adanya biaya – biaya yang merupakan batas maksimal
pengeluaran – pengeluaran yang akan dilaksanakan;
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.
4. Periode anggaran, yaitu biasanya 1 (satu) tahun.

Di era prareformasi, bentuk dan susunan APBD mengalami
perubahan dua kali.Susunan APBD mula – mula (berdasarkan UU No.6
Tahun

1975)

terdiri

atas

Anggaran

Rutin

dan

Anggaran

Pembangunan.Anggaran Rutin tersebut di bagi lebih lanjut menjadi
Pendapatan Rutin dan Belanja Rutin,demikian pula Anggaran Pembangunan
dibagi lebih lanjut menjadi Pendapatan dan Belanja Pembangunan.Susunan
demikian kemudian mengalami perubahan dengan dikeluarkannya beberapa
peraturan pada tahun 1984 -1988.Dengan peraturan tersebut susunan dan
bentuk APBD tidak lagi terbagi atas Anggaran Rutin dan Anggaran
Pembangunan, namun terbagi atas Pendapatan dan Belanja.Selanjutnya
Pendapatan terbagi lagi menjadi Pendapatan dari Daerah, Penerimaan
Pembangunan, dan Urusan Kas dan Perhitungan (UKP).Belanja Rutin
diklasifikasikan atas 10 bagian, dan Belanja Pembangunan diklasifiksikan
menjadi 21 sektor (termasuk Subsidi Kepada Daerah Bawahan, pembayaran
kembali pinjaman, dan UKP).

Perubahan kedua di era Prareformasi terjadi pada tahun 1998 yaitu
pada bagian Pendapatan dari Daerah.Perubahan yang terjadi adalah pada
klasifikasinya.Jika pada bentuk sebelumnya Pendapatan dari Daerah terbagi

22
Universitas Sumatera Utara

menjadi empat yaitu sisa lebih perhitungan tahun lalu, pendapatan asli
daerah, bagi hasil pajak/bukan pajak, dan sumbangan dan bantuan, maka
pada bentuk yang baru bagi hasil pajak/bukan pajak dan sumbangan dan
bantuan menjadi satu bagian. Bagian tersebut bernama pendapatan yang
berasal dari pemberian pemerintah dan atau instansi yang lebih tinggi.

Karakteristik APBD di era Prareformasi tersebut antara lain:
1. APBD disusun oleh DPRD bersama – sama Kepala Daerah (pasal 30
UU No.5/1975);
2. Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan anggaran adalah
pendekatan line-item atau pendekatan tradisional. Dalam pendekatan
ini anggaran disusun berdasarkan jenis penerimaan dan jenis
pengeluaran. Oleh karena itu, setiap baris dalam APBD menunjukkan
tiap jenis penerimaan dan pengeluaran. Penggunaan pendekatan ini
bertujuan

untuk

melakukan

pengendalian

atas

pengeluaran.

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling tradisional diantara
berbagai pendekatan penyusunan anggaran;
3. Siklus APBD terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pemeriksaan, dan penyusunan dan penetapan perhitungan APBD.
Penyusunan

dan

penetapan

perhitungan

APBD

merupakan

pertanggungjawaban APBD. Pertanggungjawaban itu dilakukan
dengan menyampaikan perhitungan APBD kepada Menteri Dalam
Negeri untuk Pemerintah Daerah tingkat I dan kepada Gubernur untuk

23
Universitas Sumatera Utara

Pemerintahan

Daerah

Tingkat

II.

Oleh

karena

itu,

pertanggungjawaban bersifat vertikal;
4. Dalam tahap pengawasan dan pemeriksaan dan tahap penyusunan dan
penetapan perhitungan APBD, pengendalian dan pemeriksaan/ audit
terhadap APBD bersifat keuangan;
5. Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan
ketaatan terhadap tiga unsurutama, yaitu unsur ketaatan pada
peraturan perundangan yang berlaku, unsur kehematan dan efisiensi,
dan hasil program (untuk proyek – proyek daerah);
6. Sistem akuntansi keuangan daerah menggunakan tata buku anggaran
(stelsel). Menurut stelsel ini, penyusunan anggaran dan pembukuan
saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Di era (pasca) reformasi, bentuk APBD mengalami perubahan cukup
mendasar. Bentuk APBD yang baru didasarkan pada peraturan – peraturaan
mengenai otonomi daerah terutama UU No.22/1999,UU No.25/1999,PP
No.105/2000dan PP No.108/2000. Akan tetapi, karena untuk menerapkan
peraturan yang baru diperlukan proses, maka untuk menjembatani
pelaksanaan keuangan daerah pada kedua era tersebut dikeluarkan peraturan
Surat Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No.903/2735/SJ tanggal
17 November 2000 tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan
APBD tahun anggaran 2001. Peraturan tersebut dikeluarkan untuk
mengakomodasi transisi dari UU No. 5/1974 ke UU No.22/1999.

24
Universitas Sumatera Utara

G. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)

SKPD atau Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah perangkat
Pemerintah Daerah (Provinsi maupun Kabupaten/Kota) di Indonesia.SKPD
adalah pelaksana fungsi eksekutif yang harus berkoordinasi agar
penyelenggaraan pemerintah berjalan dengan baik. Dasar hokum yang
berlaku sejak tahun 2004 untuk pembentukan SKPD adalah Pasal 120 UU
no.32 Tahun 2004 tentan Pemerintah Daerah.

Gubernur dan Wakilnya, Walikota dan Wakilnya, serta Bupati dan
Wakilnya tidak termasuk kedalam satuan ini, karena berstatus sebagai
kepala daerah.Yang termasuk kedalam SKPD adalah Sekretaris Daerah, Staf
– Staf Ahli, Sekretaris DPRD, Dinas – Dinas, Badan –Badan, Inspektorat
Daerah, lembaga – lembaga daerah lain yang bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Daerah, kecamatan – kecamatan (atau satuan lain yang
setingkatnya), dan Kelurahan/Desa.

2.1.2 Transparansi
Menurut Erlina, et.all (2012:66), transparansi adalah memberikan
informasikeuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbanganbahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka

danmenyeluruh

atas

pertanggungjawaban

pemerintah

dalam

pengelolaan sumber dayayang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang – undangan.

25
Universitas Sumatera Utara

Transparansi

adalah

keterbukaan

pemerintah

daerah

dalam

membuatkebijakan – kebijakankeuangan daerah sehingga dapat diketahui dan
diawasi olehDPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan
daerah pada akhirnyaakan menciptakan horizontal accountability antara
pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta pemerintahan
daerah yang bersih, efektif, efisien,akuntabel dan responsive terhadap aspirasi
dan kepentingan masyarakat. (Salehdan Rochmansjah,2010:87).

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi
yangdibutuhkan

oleh

masyarakat.Artinya,

informasi

yang

berkaitan

dengankepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka
yangmembutuhkan (Mardiasmo, 2004:45).Transparansi mengisyaratkan bahwa
laporantahunan tidak hanya dibuat tetapi juga terbuka dan dapat diakses oleh
masyarakat, karena aktivitas pemerintah adalah dalam rangka menjalankan
amanat rakyat.Sekarang ini, banyak negara mengklasifikasikan catatan atau
laporan sebagai TopSecret, Secret, Confidential dan Restricted, dan Official
SecretsActs membuatunauthorized disclosure terhadap suatu criminal offence.
Kultur secara umum dibanyak negara, baik negara maju maupun negara
berkembang, adalah kerahasiaan(Shende dan Bennet, 2004:64).

2.1.3. Aktivitas Pengendalian

Istilah pengendalian berasal dari bahasa inggris yaitu “control”adalah
merupakan salah satu fungsi terpenting dari manajemen. Pengendalian secara

26
Universitas Sumatera Utara

umum bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan dapat berjalan sesuai
denganapa yang seharusnya atau seperti apa yang telah direncanakan
(Mardiasmo,2009:76).

Permasalahan

lemahnya pengendalian akan

membawa dampak

kepadakerugian yang besar dan bahkan kemungkinan terjadinya kegagalan
organisasi.Mengingat arti pentingnya, pengendalian hampir selalu disebutkan
dalam setiap literature manajemen. Mardiasmo (2009:98) menjelaskan,
aktivitas pengendalian merupakankebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme
yang digunakan untuk menjamin arahan manajemen telah dilaksanakan.
Aktivitas pengendalian seharusnya efesien dan efektif, menyajikan kehandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset daerah, ketaatan/kepatuhan terhadap
undang-undang, kebijakan dan peraturan lain untuk mencapai tujuan
pengendalian itu sendiri. Aktivias pengendalian meliputi :
1. Pemisahan fungsi/tugas/ wewenang yang cukup
2. Otorisasi transaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai
3. Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan
4. Evaluasi secara independen atas kinerja
5. Pengendalian terhadap pemrosesan informasi, hal ini berkaitan
denganproses otorisasi, kelengkapan dan keakuratan data keuangan.
Pengendalianpemrosesan informasi digolongkan menjadi dua, yaitu :
a. Pengendalian umum
b. Pengendalian aplikasi
6. Pembatasan akses terhadap sumber daya dan catatan

27
Universitas Sumatera Utara

Di dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah dituntut untuk lebih
akuntabel. Untuk mewujudkan hal tersebut maka pelaksana roda
pemerintahan

diharapkan

lebih

terbuka

dan

berhati–hati

dalam

menggunakan anggaran atau kekayaan daerah untuk kepentingan
masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari aktivitas pengendalian yang
nantinya dibuat menjadi laporan hasil evaluasi dariaktivitas pengendalian
dan seterusnya mengkomunikasikan kejadian yang relevan, handal, dan
tepat waktu.

2.1.4. Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas

dapat

diartikan

sebagai

pertanggungjawaban

pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan
kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara priodik.

Secara umum Akuntabilitas dipahami sebagai :
1. Kewajiban seseorang/lembaga untuk memberikan laporan yang
memuaskan

atas

tindakan

sebagai

akibat

wewenang

yang

dimiliki/diterima (satisfactory report);
2. Pengukuran tanggungjawab yang diekspresikan dalam nilai uang,
unitkekayaan

atau

dasar

lain

yang

ditentukan

sebelumnya

(responsibility);
3. Kewajiban membuktikan kinerja yang baik, sesuai dengan ketentuan
(hukum, persetujuan atau kebiasaan).

28
Universitas Sumatera Utara

Mengacu pada pemahaman di atas, maka jelas bahwa akuntabilitas
memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari responsibilitas, karena dalam
akuntabilitas, terkandung dimensi kepuasan dari para pihak (stakeholders)
yang telah memberikan wewenang kepadanya, serta adanya kewajiban
membuktikan bahwa kinerja yang dicapai atas penggunaan wewenang
tersebut telah sesuai dengan standar yang telah disetujui sebelumnya.

Selanjutnya sebagaimana dikutip oleh Mardiasmo (2002:65) dari
Kohler bahwa ada 2 jenis akuntabilitas yaitu :
1. Dollar accountability, berkenaan dengan pendapatan dan pengeluaran,
sumber – sumber aktiva dan penggunaannya (akuntabilitas keuangan);
2. Operation

accountability,

berkenaan

dengan

tanggungjawab

(responsibility) seorang administrator untuk menggunakan semua harta
dan sumber - sumber secara efisien dan efektif (akuntabilitas
administrasi).

Gejala umum yang terjadi dalam perkembangan keuangan daerah
diIndonesia dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan akuntabilitas
pemerintah daerah. Pada dasarnya, akuntabilitas Pemerintah Daerah terhadap
masyarakat (publik) adalah pemberian informasi dan pengungkapan
(disclousure) atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah kepada
para pemangku kepentingan. Pemerintah daerah, harus bisa menjadi subyek
pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak–hak daerah, yaitu hak untuk

29
Universitas Sumatera Utara

tahu (right to know), hak untuk diberi informasi (right to be informed), dan
hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to).

Governmental Accounting Standars Board (GASB) sebagaimana
dikutip oleh Mardiasmo (2002:162) menyatakan bahwa akuntabilitas
merupakan dasar daripelaporan keuangan di lingkungan pemerintahan.
Akuntabilitas adalah tujuan tertinggi pelaporan keuangan pemerintah.

Pernyataan tersebut menunjukan bahwa akuntabilitas meliputi
pemberianinformasi keuangan kepada masyarakat dan pemakai lainnya,
sehinggamemungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban
pemerintah atassemua aktivitas yang dilakukan, bukan hanya aktivitas
finansialnya saja, tetapijuga kinerja yang telah disepakati bersama dalam hal
ini antara eksekutif daerah dan legislatif daerah selaku wakil rakyat di daerah.
Pernyataan tersebut juga menekankan bahwa laporan keuangan pemerintah
daerah harus dapat memberikan informasi untuk membantu pemakai dalam
pembuatan keputusan ekonomi, social dan politik.

2.2.

Review Peneliti Terdahulu
Haspiarti

(2012:86)

dengan

judul

Pengaruh

Penerapan

Anggaran

BerbasisKinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (Studi
Pada Pemerintahan Kota Parepare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perencanaan

anggaran,

implementasi/pelaksanaan

anggaran,

30
Universitas Sumatera Utara

pelaporan/pertanggungjawaban anggaran dan evaluasi kinerja berpengaruh secara
simultan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Kota Parepare.

Winda Puspita Sari (2011:70) dengan judul Analisa Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Padang.
Hasil penelitian menunjukkan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh
positif terhadap terhadap Badan Kepegawaian Daerah karena sudah sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam PERMENDAGRI Nomor 13 Tahun 2006.

Iskandar (2014:88) dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah, Transparansi Publik dan Aktivitas Pengendalian Terhadap
Akuntabilitas Keuangan pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Bintan.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Transparansi
Publik serta Aktivitas Pengendalian di Kabupaten Bintan berpengaruh secara
simultan terhadap akuntabilitas Keuangan pada SKPD Kabupaten Bintan.
Penelitian ini adalah replika dari penelitian sebelumnya yaitu Iskandar
(2014:55), Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
lokasi penelitian dan pada tahun penelitian.Penelitian sebelumnya yaitu
Iskandarmeneliti di Pemerintahan Kabupaten Bintan pada tahun 2014, sementara
penelitian ini di Pemerintahan Kota Medan.

2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar
(2008:54) menjelaskan secara teoritis model konseptual variable – variabel

31
Universitas Sumatera Utara

penelitian, tentang bagaimana pertautan teori–teoriyang berhubungan dengan
variable – variable penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan
variabel terikat.

Berdasarkan dari uraian latar belakang, tinjauan pustaka dengan teori yang
dijelaskan di bab terdahulu terhadap penelitian ini, maka sebagai kerangka pikir
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah
(X1)

Akuntabilitas Keuangan
SKPD

(Y)
Transparansi
Publik(X2)

Aktivitas
Pengendalian(X3)

Gambar 2. Kerangka Konseptual
(Sumber : Riska Anggraini, 2016)

2.4. Hipotesis dan Pengembangan Hipotesis
Menurut Kerlinger (2006:76), hipotesis (hypothesis) adalah prediksi
tentang fenomena atau pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel
atau lebih. Hipotesis adalah suatu pernyataan atau pernyataan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis adalah suatu jawaban yang

32
Universitas Sumatera Utara

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
yang terkumpul, F.M., Andrews, et al. L. (2001:45).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Akuntabilitas
Keuangan SKPD
H2 : Transparansi Publik berpengaruh terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD
H3 : Aktivitas Pengendalian berpengaruh terhadap Akuntabilitas Keuangan
SKPD
H4 :Sistem Akuntansi Keuangan, Transparansi Publik dan Aktivitas
Pengendalian berpengaruh terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD.

2.4.1 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas

merupakan

pertanggungjawaban

mengenai

integritaskeuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang
– undangan.Sasaran pertanggungjawaban ini adalah laporan keuangan yang
disajikan danperaturan perundang-undangan yang berlaku yang mencakup
penerimaan,penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah
(Tania, 2009:68).

Akuntabilitas terbentuk dalam sebuah laporan keuangan pemerintah
daerah yang terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas
laporankeuangan, dan laporan barang maka perlu untuk melakukan berbagai
kegiatanuntuk

mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut, menunjang

pemerintah daerahdalam menghasilkan laporan pertanggungjawaban keuangan

33
Universitas Sumatera Utara

daerah maka harusperlu dikembangkan dan disusun sistem akuntansi keuangan
daerah yang tepat(Keputusan Menteri Keuangan No 355/KMK07/2001).

Teori Hafiz (2011:46) menyebutkan bahwa laporan keuangan
pemerintahdaerah yang dihasilkan melalui proses akuntansi merupakan bentuk
transparansidan akuntabilitas pengelolaan keuangan publik. Guna dapat
menghasilkan laporankeuangan yang semakin baik (tantangan) dibutuhkan
tenaga – tenagaakuntansiterampil pada pemerintah daerah, hal ini dapat
dilakukan melaui kegiatanbimbingan teknis akuntansi bagi pegawai pemerintah
daerah yang ditugaskansebagai pengelola keuangan atau melalui rekrutmen
pegawai baru yang memilikikemampuan akuntansi keuangan daerah. Tidak
hanya tenaga – tenagaakuntansiterampil tersebut, juga dibutuhkan adanya
sistem dan prosedur pembukuan yangmemadai dan kebijakan akuntansi
sebagai pedoman pegawai dalam mengelolakeuangan daerah.

Hasil penelitian Widyaningsih., et al (2011:86) menyatakan bahwa bila
sistemakuntansi keuangan daerah yang berjalan dengan efektif secara statistik
dapatmeningkatkan kualitas akuntabilitas keuangan. Hasil penelitian Tania
(2009:68)menyebutkan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh
terhadapakuntabilitas laporan keuangan daerah. Hasil penelitian Firmansyah
(2008:65)dikatakan bahwa dengan adanya penerapan sistem akuntansi
keuangan daerah,maka tercipta akuntabilitas laporan keuangan Pemerintah
Daerah.Berdasarkan uraian tersebut di atas maka hipotesis selanjutnya
dapatdirumuskan sebagai berikut:

34
Universitas Sumatera Utara

H1 : Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh positif terhadapkualitas
Akuntabilitas Keuangan SKPD.

2.4.2. Transparansi Publik terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah
Dalam

mengelola

keuangan

negara,

dibutuhkan

pemerintahan

yangbersih, transparan dan akuntabel. Transparansi adalah memberikan
informasikeuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbanganbahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka

danmenyeluruh

atas

pertanggungjawaban

pemerintah

dalam

pengelolaan sumber dayayang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturanperundangundangan. Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan
pengelolaansumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan
kepada entitaspelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik (KK, SAP. 2005:54).

Dalam

rangka

meningkatkan

transparansi

dan

akuntabilitas

pengelolaankeuangan negara, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
adalah menyusunpaket undang – undangkeuangan negara yaitu: UndangUndang (UU) nomor 17tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU nomor 01
tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara, dan UU nomor 15 tahun 2004
tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Berdasarkan

uraian

diatas

maka

hipotesis

selanjutnya

dapat

dirumuskansebagai berikut :

35
Universitas Sumatera Utara

H2 : Transparansi Publik berpengaruh positif terhadap akuntabilitas
keuanganSKPD
2.4.3. Aktivitas

Pengendalian

Intern

terhadap

Akuntabilitas

KeuanganDaerah
PP Nomor 60 Tahun 2008 mendefinisikan sistem pengendalian
internsebagai proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secaraterus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinanmemadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif danefisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,
dan ketaatanterhadap peraturan perundang – undangan.

Teori Nuriyah (2012) disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah No
60Tahun 2008 merupakan standar atau acuan dalam melaksanakan tata –
keloladanpertanggungjawaban keuangan, atas pelaksanaan APBN/APBD.
Dalam pasal 56ayat (4) UU nomor 01 tahun 2004, menyatakan Laporan
Keuangan PemerintahDaerah (Pemda) harus disusun berdasarkan sistem
pengendalian intern (SPI).

Peran SPI adalah untuk meningkatkan kinerja, transparansi, dan
akuntabilitaspengelolaan keuangan Negara. Maksud dan tujuan pemerintah
menetapkan PPnomor 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern
pemerintah (SPIP)adalah untuk meningkatkan kualitas transparansi dan
akuntabilitas laporankeuangan pemerintah daerah sebagai bahan pendukung
laporan keuangan BadanPemeriksa Keuangan.

36
Universitas Sumatera Utara

Teori

Jones

(2008:56)

menyebutkan

dengan

adanya

sistem

pengendalianintern yang efektif maka akan meningkatkan akuntabilitas yang
baik.Pengendalian intern merupakan salah satu mekanisme paling penting
dalammenghasilkan akuntabilitas dan memungkinkan organisasi untuk
memantau danmengontrol operasi mereka. Hasil penelitian Rahma (2012:75)
internal

kontrol

telahterbukti

secara

signifikan

dapat

mempengaruhi

akuntabilitas. Sehubungan denganhal tersebut untuk membentuk sebuah tata
kelola baik yang ingin dicapai harusjuga disertai dengan pengendalian internal
yang baik.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka hipotesis selanjutnya
dapatdirumuskan sebagai berikut:
H3

:

Aktivitas

Pengendalian

berpengaruh

positif

terhadap

kualitasAkuntabilitas Keuangan Daerah.

37
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Transparansi Publik dan Aktivitas Pengendalian Terhadap Akuntabilitas Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintahan Kota Medan

7 24 105

PENGARUH AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAN PENERAPAN SISTEM Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Dan Penerapan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pem

3 11 17

PENGARUH AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAN PENERAPAN SISTEM Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Dan Penerapan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pem

0 5 17

PENDAHULUAN Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Dan Penerapan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada SKPD Kabupaten Sukoharjo).

0 2 8

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

0 0 11

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

0 0 2

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

0 0 8

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan Chapter III V

0 0 25

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

1 6 3

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Transparansi Publik,dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Medan

0 0 8