PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM POSING SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 | Ulandari | Jurnal Pendidik

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 2 Tahun 2015
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Sebelas Maret

Hal. 108-114
ISSN 2337-9995
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM POSING
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN
PRESTASI BELAJAR PADA MATERI KELARUTAN DAN
HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI IPA 3
SMA NEGERI GONDANGREJO
TAHUN AJARAN 2013/2014
1

Sri Dewi Ulandari1.*, Haryono2, dan Widiastuti Agustina E.S2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia


*Keperluan korespondensi, telp: 085642440955, email: sridewiulandari92@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan analisis dan prestasi
belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri Gondangrejo tahun pelajaran 2013/2014 melalui
penerapan model pembelajaran Problem Posing pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap
siklusnya terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri Gondangrejo yang berjumlah
26 siswa. Teknik pengumpulan data berupa metode tes, angket, observasi, kajian dokumen dan
wawancara. Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan kemampuan
analisis dan prestasi belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan. Capaian hasil tes kognitif, afektif, psikomotor dan kemampuan analisis siswa
pada siklus 1 berturut-turut 61,54%; 76,92%; 80,00%; 57,70%, sedangkan capaian hasil yang
diperoleh pada siklus 2 secara berturut-turut yaitu 80,77%; 84,62%; - ; dan 76,92%.
Kata Kunci: Problem Posing, Kemampuan Analisis, Prestasi Belajar

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian

integral dalam pembangunan. Proses
pendidikan tak dapat dipisahkan dari
proses
pembangunan
itu
sendiri.
Pembangunan
diarahkan
untuk
mengembangkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan membangun sektor
ekonomi, dimana satu dengan yang
lainnya saling berkaitan dan berlangsung
bersama-sama. Berbicara tentang proses
pendidikan sudah tentu tidak dapat
dipisahkan dengan semua upaya yang
harus dilakukan untuk mengembangkan
sumber daya manusia yang berkualitas,
sedangkan manusia yang berkualitas itu,
dilihat dari segi pendidikan. Di Indonesia

masih banyak permasalahan pendidikan
yang
dihadapi.
Oleh
sebab
itu,

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia

pemerintah mengupayakan peningkatan
mutu pendidikan Indonesia yakni salah
satunya dengan pembaharuan kurikulum
pendidikan di semua jenjang pendidikan.
KTSP
merupakan
kurikulum
operasional
yang
disusun
dan

dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan.
Pengembangan
KTSP
mengacu pada Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang
berpedoman pada panduan penyusunan
kurikulum yang disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP),
serta
memperhatikan
pertimbangan
komite sekolah/ madrasah [1]. Dengan
adanya KTSP ini, guru sebagai pendidik
harus menempatkan siswa sebagai
subyek didik sehingga dalam kurikulum ini
mentuntut untuk diterapkannya proses

108


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 108-114

pembelajaran yang lebih berpusat pada
siswa (student centered), dimana siswa
dituntut untuk lebih aktif selama proses
pembelajaran. Selain itu, guru juga harus
mampu
menggunakan
model
pembelajaran yang tepat agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Mata pelajaran kimia merupakan
salah satu mata pelajaran wajib yang
harus ditempuh oleh siswa SMA yang
mengambil jurusan IPA. Kimia juga
menjadi sangat penting kedudukannya
dalam masyarakat karena kimia selalu
berada di sekitar kita dalam kehidupan
sehari-hari. Namun selama ini masih
banyak siswa, khususnya siswa SMA

Negeri Gondangrejo yang mengalami
kesulitan dalam memahami dan mengikuti
pelajaran kimia.
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan salah satu guru kimia kelas XI
SMA Negeri Gondangrejo pada 13
Januari 2014, diketahui bahwa salah
satu materi yang dianggap sukar oleh
siswa adalah materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan. Hal ini dikuatkan dengan
data nilai ulangan harian siswa tahun
pelajaran 2012/2013, dimana persentase
ketuntasan prestasi belajar siswa pada
materi
tersebut
sekitar
44,78%.
Persentase yang rendah ini, dikarenakan

siswa sudah terlalu banyak mendapatkan
rumus-rumus pada materi sebelumnya,
seperti larutan asam basa, larutan
penyangga, dan hidrolisis, sehingga
siswa kebingungan dalam penggunaan
rumus. Ketuntasan siswa materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan tahun pelajaran
2012/2013 dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel

Tahun
Ajaran
2012/
2013

1.

Ketuntasan Siswa Materi
Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan Tahun Pelajaran

2012/2013
Kelas
KKM Ketuntasan
(%)
XI IPA-1
70
50
XI IPA-2
70
41,67
XI IPA-3
70
42,68

Berdasarkan hasil ulangan tengah
semester ganjil siswa kelas XI IPA SMA
Negeri Gondangrejo tahun pelajaran
2013/2014 dapat diketahui bahwa dari
ketiga kelas XI IPA, nilai rata-rata kelas
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia


yang paling rendah adalah kelas IPA 3
yaitu 47,11. Hal itu dikuatkan dengan
dilakukannya pengamatan langsung di
kelas tersebut. Berdasarkan pengamatan
langsung tersebut dapat diketahui bahwa
pembelajaran yang terjadi di dalam kelas
belum sepenuhnya berpusat pada siswa
(student centered), dimana peran guru
lebih dominan dalam proses belajar
mengajar. Metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru masih konvensional,
dimana guru menyampaikan materi, lalu
memberikan rumus-rumus dan contoh
penyelesaian
soal
kepada
siswa,
sedangkan siswa hanya diam dan
mendengarkan ceramah dari guru. Hal ini

mengakibatkan siswa cenderung pasif
dan jenuh dalam proses pembelajaran.
Sebenarnya, siswa di kelas XI IPA 3
tersebut tergolong siswa yang aktif, tetapi
bukan aktif dalam kegiatan pembelajaran,
melainkan siswa lebih aktif berdiskusi
dengan temannya sendiri saat pelajaran
sedang berlangsung. Hal tersebut terbukti
bahwa prestasi belajar kimia kelas XI IPA
3 tergolong rendah jika dibandingkan
dengan kelas XI IPA yang lainnya.
Berdasarkan hasil observasi dan
didukung dari hasil wawancara dengan
guru, diketahui bahwa kemampuan
analisis siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri
Gondangrejo
dalam
memecahkan
permasalahan cukup rendah. Hal itu
ditunjukkan pada banyaknya siswa yang

masih kesulitan dalam menghubungkan
antara unsur-unsur dari suatu operasi
hitungan, belum bisa menafsirkan data
dengan tepat dari hasil percobaan, dan
kurang berani dalam berargumentasi
serta membuat hipotesis maupun menarik
kesimpulan. Kemampuan analisis yang
masih rendah ini akan berdampak
terhadap penguasaan konsep materi
siswa
yang
kurang,
sehingga
menyebabkan proses pembelajaran yang
belum berhasil seutuhnya. Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa permasalahan pembelajaran yang
terjadi di kelas XI IPA 3 adalah rendahnya
kemampuan
analisis
dan
angka
ketuntasan belajar siswa.
Berbagai permasalahan tersebut
merupakan masalah di dalam suatu
proses
pembelajaran
yang
dapat
diselesaikan dengan Penelitian Tindakan
109

JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 108-114

Kelas (PTK) atau Classroom Action
Research
(CAR).
Penelitian
ini
mempunyai tujuan untuk memperbaiki
pembelajaran. Oleh karena itu, tindakan
yang
dapat
dilakukan
untuk
menyelesaikan permasalahan ini adalah
melalui penggunaan model pembelajaran
yang menyenangkan dan lebih efisien,
dimana dapat meningkatkan kemampuan
analisis maupun prestasi belajar siswa
kelas XI IPA 3 SMA Negeri Gondangrejo,
khususnya pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan.
Pada
umumnya
model
pembelajaran yang dikembangkan saat
ini yakni pembelajaran membangun
konsep menurut paham konstruktivisme.
Salah satu bentuk pembelajaran berbasis
konstruktivisme ini adalah pembelajaran
dengan model Problem Posing. Model
pembelajaran Problem Posing (pengajuan
soal) merupakan salah satu bentuk
kegiatan yang dapat mengaktifkan siswa
dengan memberikan suatu masalah yang
belum terpecahkan dan meminta siswa
untuk menyelesaikannya [2]. Melalui
model pembelajaran Problem Posing
akan
menyebabkan
terbentuknya
pemahaman konsep yang lebih mantap
pada diri siswa terhadap materi yang
telah diberikan, siswa juga terlibat aktif
dalam
pembuatan
soal
secara
berkelompok dan dan merangsang
munculnya ide-ide kreatif dari siswa,
sehingga akan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Dengan adanya
penerapan pembelajaran Problem Posing
juga dapat meningkatkan kemampuan
analisis siswa. Hal ini dikarenakan,
dengan adaya pengajuan soal dan
penyelesaian
soal
tersebut
akan
membuat siswa lebih aktif dan kreatif
dalam menganalisis soal yang telah
diajukan
sehingga
mendukung
tercapainya prestasi belajar yang tinggi.
Jika dilihat dari materi, untuk materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan yang
bersifat kompleks yaitu melibatkan
konsep, hukum dan operasi hitung, maka
dalam penyampaian materi tersebut
dapat
diterapan
melalui
model
pembelajaran Problem Posing.
Penelitian telah dilakukan terhadap
pembelajaran kimia dengan metode
Problem Posing dan pemberian tugas

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia

ditinjau dari kemampuan berfikir analisis
dan kreativitas. Berdasarkan penelitian
tersebut, diketahui bahwa siswa dengan
kemampuan berpikir analisis tinggi akan
mempunyai
prestasi
kognitif
yang
maksimal jika diberi pembelajaran dengan
metode Problem Posing [3]. Maka dari itu,
dengan
penerapan
pembelajaran
Problem Posing diharapkan dapat lebih
memaksimalkan
kemampuan
siswa
dalam memunculkan ide-ide untuk
membuat soal dari situasi yang ada dan
meningkatkan kemampuan analisis siswa
terhadap pemahaman konsep kimia.
Berdasarkan uraian latar belakang
yang telah dipaparkan di atas, maka
perlu dilakukan penelitian tindakan kelas
yang di terapkan pada kelas XI IPA 3
tahun pelajaran 2013/2014 sebagai
pembuktian
bahwa
penerapan
pembelajaran model Problem Posing
dapat meningkatkan kemampuan analisis
dan prestasi belajar siswa SMA Negeri
Gondangrejo pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan. Diharapkan dengan
penerapan pembelajaran ini dapat
menjadi
solusi
dalam
mengatasi
permasalahan
pembelajaran
yang
dihadapi guru dan siswa khususnya pada
mata pelajaran kimia, serta siswa dapat
menguasai konsep pembelajaran dengan
baik dan menerapkannya dalam materi
selanjutnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam dua siklus. PTK
merupakan
kegiatan
pemecahan
masalah. Apabila dalam satu siklus hasil
penelitian
belum
menunjukkan
peningkatan kualitas, maka penelitian
dilanjutkan pada siklus berikutnya hingga
peneliti merasa berhasil dalam penelitian
tersebut [4]. Menurut Kemmis dan
McTaggart, penelitian tindakan kelas ini,
dilaksanakan dalam proses berdaur yang
terdiri dari empat tahapan yaitu rencana
tindakan (planing), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting) [5]. Perencanaan yang
dimaksud adalah tindakan berupa
penerapan pembelajaran problem posing.
Subjek penelitian adalah siswa
kelas XI IPA 3 semester genap SMA
110

JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 108-114

Negeri Gondangrejo tahun ajaran 2013/
2014. Pemilihan siswa kelas XI IPA 3
dalam penelitian ini didasarkan pada
permasalahan-permasalahan yang telah
teridentifikasi pada saat observasi awal
dan wawancara terhadap guru dan siswa.
Diketahui bahwa prestasi belajar dan
kemampuan analisis siswa kelas tersebut
paling rendah, sehingga perlu diadakan
upaya untuk meningkatkannya. Objek
penelitian ini adalah kualitas proses
belajar siswa yang dibatasi pada
kemampuan analisis dan kualitas hasil
belajar siswa yaitu prestasi belajar siswa
meliputi aspek kognitif, psikomotor dan
afektif yang berupa ketuntasan ketiga
aspek tersebut terhadap penerapan
pembelajaran model Problem Posing.
Teknik pengumpulan data utama
yang digunakan dalam penelitian ini
dengan dua teknik yaitu tes dan non tes
(observasi, wawancara, kajian dokumen,
dan angket). Instrumen pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Instrumen penilaian
meliputi instrumen penilaian kognitif,
afektif, psikomotor dan kemampuan
analisis. Teknik analisis instrumen kognitif
menggunakan uji validitas, uji realibilitas,
uji tingkat kesukaran soal, dan uji daya
beda soal, sedangkan untuk instrumen
penilaian afektif dan kemampuan analisis
tidak jauh berbeda dengan teknik analisis
instrumen kognitif, hanya saja untuk uji
daya beda dan tingkat kesukaran soal
tidak digunakan dalam menganalisis
kedua instrumen ini. Sementara untuk
instrumen psikomotor dilakukan teknik
analisis hanya berupa uji validitas saja.
Data-data yang telah diperoleh
haruslah
diuji
kemantapan
dan
kebenarannya. Teknik yang diperlukan
untuk memeriksa kebenaran data dalam
penelitian tersebut adalah triangulasi yaitu
teknik
pemeriksaan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu
[6]. Teknik triangulasi yang digunakan
pada penelitian ini adalah triangulasi
metode. Triangulasi metode dalam
penelitian
ini
menggunakan
alat
pengumpulan data berupa observasi,
wawancara, dan angket atau tes.

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia

Selanjutnya data-data dari hasil
penelitian di lapangan diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Analisis ini memberikan gambaran
sejelas-jelasnya tentang proses dan
pelaksanaan
pembelajaran,
serta
berhubungan dengan prestasi belajar
siswa. Teknik analisis kualitatif mengacu
pada model analisis Miles dan Huberman
yang dilakukan dalam tiga komponen
yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan dan verifikasi [7].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan dari observasi awal
yang dilakukan peneliti di kelas XI IPA 3
SMA Negeri Gondangrejo terdapat
beberapa permasalahan dalam proses
pembelajaran. Permasalahan tersebut
yakni pembelajaran yang terjadi di dalam
kelas belum sepenuhnya berpusat pada
siswa (Student Centered). Guru masih
menggunakan
metode
konvensional
dalam menyampaikan materi, sedangkan
siswa hanya diam dan mendengarkan
penjelasan dari guru, dimana hal ini
mengakibatkan siswa cenderung pasif
dan jenuh dalam proses pembelajaran.
Maka dari itu, perlu dilakukan suatu
tindakan yang dapat memperbaiki situasi
tersebut, yakni dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Posing.
Data
yang
diperoleh
dalam
penelitian ini adalah kemampuan analisis
dan prestasi belajar siswa yang meliputi
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotor pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan. Dalam penelitian ini
soal tes kognitif, tes kemampuan analisis
dan angket afektif diberikan pada setiap
akhir siklus yaitu pada akhir siklus 1 dan
akhir siklus 2.
SIKLUS 1
Siklus 1 menerapkan pembelajaran
Problem Posing pada materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan. Sebelum
pembelajaran
dilaksanakan,
peneliti
membagi siswa secara heterogen dalam
5 kelompok. Pada awal pembelajaran
guru
memberikan
apersepsi
dan
memotivasi siswa untuk membangkitkan
rasa
ingin
tahu
siswa
terhadap
pembelajaran.
Selanjutnya
guru
menyajikan informasi tentang materi yang
111

JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 108-114

dipelajari.
Lalu
guru
memberikan
beberapa latihan soal dan dilanjutkan
dengan memberi contoh cara pembutan
soal dari informasi yang diberikan.
Selanjutnya guru mewajibkan setiap
kelompok mengajukan soal tentang
materi yang telah disampaikan sesuai
petunjuk (indikator) yang terdapat pada
kartu soal. Setelah selesai membuat soal,
guru meminta siswa untuk menukarkan
soal bentukannya dengan kelompok lain
dan kelompok yang bersangkutan harus
bisa menyelesaikan soal tersebut.
Selanjutnyat tiap kelompok berdiskusi
untuk
memecahkan
permasalahan
dibawah bimbingan guru. Di akhir
pembelajran,
guru
menyampaikan
kesimpulan atas pembelajaran yang
dilakukan.
Tahap akhir pembelajaran tiap
siklus, guru mengadakan tes, yaitu tes
kemapuan analisis dan tes prestasi
belajar yang meliputi tes kognitif, angket
afektif. Untuk penilaian psikomotor hanya
dilakukan di siklus 1 saja, hal itu
dikarenakan capaian hasil psikomotor
sudah melampaui target siklus 1 dan
siklus 2. Ketercapaian masing-masing
aspek pada siklus 1 disajikan dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Ketercapaian Siklus 1 Materi
Kelarutan
dan
Hasil
Kali
Kelarutan Kelas XI IPA 3 SMA
Negeri
Gondangrejo
Tahun
Ajaran 2013/2014
Siklus I
Aspek
Target Capaian Kriteria
(%)
(%)
Belum
Kognitif
65
61,54
Tercapai
Afektif
65
76,92 Tercapai
Psikomotor
65
80,00 Tercapai
Kemampuan
Belum
60
57,70
analisis
Berhasil
Berdasarkan hasil siklus 1 masih
terdapat aspek yang belum mencapai
target, yakni aspek kognitif dimana masih
terdapat tiga indikator pencapaian
kompetensi yang belum memenuhi target
dan aspek kemampuan analisis. Maka
dari itu, perlu dilaksanakan tindakan di
siklus 2 untuk memenuhi target yang
diharapkan. Untuk aspek afektif walaupun
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia

sudah mencapai target, penilaian aspek
afektif tetap dilaksanakan pada siklus 2
untuk melihat peningkatannya. Namun,
untuk aspek psikomotor tidak diberikan
lagi kepada siswa di siklus 2. Hal ini
karena keterbatasan waktu dan hasil
aspek psikomotor telah melampaui target
siklus 1 dan siklus 2.
SIKLUS 2
Siklus 2, peneliti bersama guru
melakukan perencanaan tindakan yang
didasarkan oleh refleksi dari siklus 1. Hal
itu dilakukan dengan merubah komposisi
anggota kelompok pada siklus 1, dimana
peneliti meratakan siswa yang mendapat
nilai yang tinggi dipadukan dengan siswa
yang masih mendapatkan nilai di bawah
KKM, hal ini bertujuan agar siswa yang
mendapat nilai yang tinggi dapat
memberikan bimbingan belajar kepada
siswa yang masih rendah nialinya. Proses
pembelajaran pada siklus ini difokuskan
pada
ketiga
indikator
pencapaian
kompetensi yang belum tuntas. Ketiga
indikator tersebut yaitu menjelaskan
pengertian larutan jenuh, tidak jenuh, dan
lewat jenuh; menjelaskan pengaruh
penambahan ion senama dalam larutan;
memperkirakan terbentuknya endapan
berdasarkan harga Ksp. Guru juga
mendorong siswa yang masih malu
bertanya untuk mengajukan pertanyaan
jika ada materi yang kurang paham.
Sama halnya pada siklus 1, di akhir
siklus 2 dilakukan tes untuk mengetahui
prestasi kognitif dan kemampuan analisis
siswa, serta dilakukan pengisian angket
afektif siswa. Ketercapaian masingmasing aspek di siklus 2 disajikan dalam
Tabel 3.
Tabel 3. Ketercapaian Siklus 2 Materi
Kelarutan
dan
Hasil
Kali
Kelarutan Kelas XI IPA 3 SMA
Negeri
Gondangrejo
Tahun
Ajaran 2013/2014
Siklus 2
Aspek
Target Ketercapai Kriteria
(%)
an (%)
Kognitif
75
76,92 Tercapai
Afektif
75
80,77 Tercapai
Kemampuan
70
84,62 Tercapai
analisis

112

JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 108-114

Perbandingan Antar Siklus
Secara umum pembelajaran yang
dilangsungkan di siklus 2 mempunyai
hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan siklus 1. Berdasarkan hasil tes
siklus 1 dan hasil tes siklus 2, diperoleh
perbandingan hasil tindakan antarsiklus
yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan
Tabel 4.

100.00%

Siklus 1

50.00%

Siklus 2
0.00%
KA Kog Af

Psi

Gambar 1. Histogram Perbandingan Hasil
Tindakan Antarsiklus
Tabel 4. Perbandingan Hasil Antarsiklus
Materi Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan Kelas XI IPA 3 SMA
Negeri
Gondangrejo
Tahun
Ajaran 2013/2014
Keter - Keter capaian capaian KeteraAspek
Siklus 1 Siklus 2
ngan
(%)
(%)
MeningKognitif
61,54
80,77
kat
MeningAfektif
76,92
84,62
kat
PsikoMening80,00
motor
kat
Kemam
Mening57,70
76,92
puan
kat
analisis
Penelitian tindakan kelas dapat
dikatakan berhasil jika aspek-aspek yang
diukur mencapai target yang diinginkan.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa penelitian berhasil, karena telah
mencapai target pembelajaran dalam
siklus 1 dan siklus 2, baik dari segi
kemampuan analisis dan prestasi belajar
siswa yang mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Artinya melalui
pembelajaran Problem Posing dapat
meningkatkan kemampuan analisis dan

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia

prestasi belajar siswa pada materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI
IPA 3 SMA Negeri Gondangrejo tahun
pelajaran 2013/2014.
Hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan ini, relevan dengan penelitian
mengenai pembelajaran kimia dengan
metode Problem Posing dan pemberian
tugas ditinjau dari kemampuan berfikir
analisis dan kretivitas. Hasilnya adalah
adanya interaksi pembelajaran kimia
dengan menggunakan metode Problem
Posing dan pemberian tugas dengan
kemampuan berpikir analisis terhadap
prestasi belajar pada materi stoikiometri
[3]. Hasil penelitian lain juga menyatakan
bahwa kemampuan analisis menjadi
salah satu faktor yang memiliki peran
penting pada pencapaian prestasi belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran
kimia [8].
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan yakni penerapan
pembelajaran Problem Posing dapat
meningkatkan kemampuan analisis dan
prestasi belajar siswa (kognitif, afektif,
dan psikomotor) pada materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan di kelas XI IPA 3
SMA Negeri Gondangrejo tahun pelajaran
2013/2014.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat dikemukakan
beberapa saran yaitu guru dapat
menerapkan
model
pembelajaran
Problem Posing untuk meningkatkan
kemampuan analisis dan prestasi belajar
siswa pada materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan. Hendaknya setiap siswa
memberikan umpan balik positif terhadap
guru dalam menyampaikan materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan
menggunkan
model
pembelajaran
Problem Posing.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dapat selesai dengan
baik karena bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada kepala sekolah SMA
Negeri
Gondangrejo
yang
telah
memberikan izin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian di SMA Negeri
Gondangrejo dan kepada guru kimia SMA
113

JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 108-114

Negeri
Gondangrejo
yang
telah
mengijinkan
peneliti
menggunakan
kelasnya untuk penelitian serta siswasiswi kelas XI IPA 3 SMA Negeri
Gondangrejo tahun ajaran 2013/2014.
DAFTAR RUJUKAN
[1] BSNP, 2006, Panduan Penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah, Jakarta.
[2] Hobri,
2009,
Model-Model
Pembelajaran Inovatif, Center of
Society Studies, Jember.
[3] Ruwaidah,
T,
dkk.,
2012,
Pembelajaran Kimia dengan Metode
Problem Posing dan Pemberian
Tugas ditinjau dari Kemampuan
Berfikir Analisis dan Kretivitas, Jurnal
Inkuiri, 1 (1), 78-85.
[4] Arikunto,
S.,
2006,
Penelitian
Tindakan Kelas, Bumi Aksara,
Jakarta.
[5] Kasboelah, K., 2001, Penelitian
Tindakan Kelas, Universitas Negeri
Malang, Malang.
[6] Moleong, L.J., 1995, Metodologi
penelitian Kualitatif, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung
[7] Miles, M.B., & Huberman, A.M.,
1992, Analisis Data Kualitatif,
Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi
Rohidi, UI-Press, Jakarta
[8] Chijioke, U.C., & Prof. (Mrs) Offiah
F.C., 2013, Determination of The
Analytical Skill Level of Secondary
School Chemistry Students in Imo
State of Nigeria, Universal Journal of
Education and General Studies, 2
(10), 336-353.

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia

114

Dokumen yang terkait

Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Berbantuan Handout dan Eksperimen pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA 3 SMA Negeri Gondangrejo Tahun Ajaran 2015

0 1 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DILENGKAPI MODUL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PELAJARAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA NEGERI 1 GONDANG TAHUN PELAJARAN 2014/

0 0 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI IPA 5 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/201

0 3 19

PENERAPAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DISERTAI DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI IPA 5 SMA NEGERI 3 BOYOLALI | Wahyuni | Jurnal Pendi

0 0 7

PENERAPAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DISERTAI DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2012 2013 | Anggara

0 0 6

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Kurniawan | Jurnal Pen

0 0 6

UPAYA PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DILENGKAPI MODUL PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA NEGERI 1 GONDANG | Oktaviana | Jurnal Pe

0 0 10

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) BERBANTUAN HANDOUT DAN EKSPERIMEN PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI GONDANGREJO | Ariyanti | Jurn

0 0 7