Beribadah kognitif Dengan Fungsi Sosial

Kita sering soleh secara personal, tetapi tidak soleh dalam urusan sosial. Akibatnya,
hidup kita seperti dua kutub yang berbeda. Satu saat kita tunduk dan khusyu
bertetesan air mata di sajadah kita, melantunkan zikir dan istighfar. Bahkan, untuk
mencapai kesholehan personal itu kita berulang kali mendatangi Batullah, apakah
untuk berhaji atau hanya umroh saja.
Tetapi ketika ditanya soal kemiskinan, kita enggan berkomentar. Ketika orang
menunjukkan anak-anak terlantar di pinggir jalan, kita menjadi ogah
mengomentarinya. Bahkan tidak jarang kita melintasi mereka tanpa menoleh
apalagi mengulurkan tangan untuk sekedar berbagi. Padahal kita baru saja pulang
berbuka puasa di sebuah restoran ternama di kota tempat kita tinggal bersama
keluarga. Bukankah puasa itu diwajibkan untuk membangun rasa empati pada diri
seorang Muslim? Bukankah empati itu adalah bagian dari indicator muttaqin yang
jadi target ibadah puasa itu? Kalau empati itu tidak terbangun dalam diri kita,
apakah predikat muttaqin itu bisa kita sandang?
Maka benarlah, apa yang diingatkan Rasulullah bahwa banyak orang yang berpuasa
cuma mendapatkan lapar dan haus.
Tidak sebatas puasa, pada dasarnya semua ibadah yang diwajibkan Allah untuk kita
kerjakan tujuannya untuk membangun kemampuan membina relationship yang
beradab sesama makhluk Allah. Ibadah itu diperintahkan Allh bukan Cuma sebatas
membangun hubungan manusia dengan Allah semata. Lebih dari itu, ibadah
bertujuan membentuk karakter manusia yang memiliki sifat-sifat manusiawi.

Contohnya, Sholat tujuannya mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Kalau
setelah sholat kelakuan kita masih suka semborono bahkan melalap harta rakyat,
artinya sholat kita tidak mencapai target/ tujuannya.
Yang perlu kita cankam dalam hati, bahwa Allah menciptakan akhirat itu untuk
manusia beriman yang mampu membangun hubungan beradab sesama makhluk
Allah. Dalam surah Al – Qashash ayat 83, Allah mengingatkan kita “Negeri akhirat
itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan
berbuat kerusakan di (muka) bumi” (QS. Al Qashasha: 83)
Allah menciptakan manusia dengan fungsi sosial berbeda-beda. Ada orang yang
ditaqdirkan jadi pemimpin, ada juga orang ditaqdirkan Cuma jadi rakyat biasa. Ada
orang yang diberi ilmu yang banyak, tetapi ada pula orang yang Cuma sedikit
ilmunya. Ada orang yang dilimpahi harta yang menggunung, ada pula orang yang
dibekali sedikit harta untuk hidupnya. Pada titik inilah, seorang Muslim harus
beribadah dengan fungsi sosial yang diberikan Allah kepada dirinya.
Seorang pemimpin dinilai ketaqwaannya dari kemampuannya mengelola potensi
negara untuk kemaslahatan orang-orang yang dipimpinnya. Bahkan tidak sebatas
itu, seorang pemimpin harus menjamin wilayah negara yang dikuasainya itu tidak
dirusak oleh siapa pun, apalagi oleh pemimpin itu sendiri.
Media massa
menceritakan, betapa banyak kebijakan yang dibuat pemimpin yang membuat


kerusakan di atas muka bumi ini. Ujung-ujungnya, rakyat biasa yang menjadi korban
dari kerusakan bumi itu.
Seorang pemimpin tidak boleh bangga karena ibadah personal yang dilakoninya.
Seorang pemimpin tidak bisa disebut soleh hanya karena menghabiskan akhir
Ramadhan dengan i’tikaf di masjid. Sebab, ibadah itu bisa dilakukan oleh siapa pun,
apakah pemimpin atau rakyat jelata. Apalagi korelasi I’tikaf dengan kesolehan
sosialnya tidak bernilai positif.
Orang pintar punya fungsi sosial yang berbeda pula. Seorang alim dituntut
memberikan pencerahan kepada orang-orang di sekitarnya, bagaimana cara hidup
yang diridhoi Allah. Seorang alim harus memberikan kritik kepada pemimpin yang
salah membuat regulasi atau bertindak lainnya. Seorang alim bukanlah menjadi
pembenar dari setiap tindakan yang dibuat oleh pemimpin itu. Sekarang ini, tidak
jarang pula kita mendengar ada istilah “ustaz plat merah”. Julukan ini diberikan
kepada ustadz yang sering berceramah pada event yang digelar oleh pemerintah.
Lazimnya, ustadz ini tidak mau menyinggung bagaimana seharusnya pemerintah
mengayomi warganya, apalagi mengkritisi kebijakan pemimpin.

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162

Strategi Public Relations Radio Cosmo 101.9 FM Bandung Joged Mania Dalam Mempertahankan Pendengar Melalui Pendekatan Sosial

1 78 1

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203

Penerapan Data Mining Untuk Memprediksi Fluktuasi Harga Saham Menggunakan Metode Classification Dengan Teknik Decision Tree

20 110 145

Pembangunan Sistem Informasi di PT Fijayatex Bersaudara Dengan Menggunakan Pendekatan Supply Chain Management

5 51 1

Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Pengahsilan (SPT PPn) Dengan Menggunakan Elektronik Surat Pemberitahuan (E-SPT PPn 1111) Pada PT. INTI (Persero) Bandung

7 57 61

Pembangunan Aplikasi Augmented reality Sistem Eksresi Pada Manusia Dengan Menggunakan Leap Motion

28 114 73

Oksidasi Baja Karbon Rendah AISI 1020 Pada Temperatur 700 °C Yang Dilapisi Aluminium Dengan Metode Celup Panas (Hot Dipping)

3 33 84