Dampak Modernisasi Kekuatan Militer Chin
Dampak Modernisasi Kekuatan Militer China Terhadap Stabilitas Keamanan di
Kawasan Asia Timur
( Studi Politik Pemerintahan China Jepang )
Nur Ardi Setiawan Nim 120910101074
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Negeri Jember
Email : [email protected]
Abstrac : The impact of China’s modernisation military power toward East Asia
security regional. Military development is one of the efforts that must be made of a
country to strengthen national security and also to show the world how big the
country's military strength. However, this will cause a lot of issues - new siu
especially in those areas of regional countries. an increase of military force by one
state will trigger other countries, especially in the region to also boost its military
strength.
Keyword :military power, national security.
Abstrak : Dampak modernisasi kekuatan militer China terhadap stabilitas
keamanan di kawasan Asia Timur. Pengembangan militer adalah salah bentuk
upaya yang harus dilakukan suatu negara untuk memperkuat keamanan nasional dan
juga untuk menunjukan kepada dunia akan seberapa besar kekuatan militer negara
tersebut. Akan tetapi hal ini akan menimbulkan banyak isu – siu baru terutama pada
kawsan regional negara – negara di dalamnya. adanya peningkatan kekuatan militer
oleh satu negara akan memicu negara lain terutama dalam satu regional untuk juga
meingkatkan kekuatan militernya.
Kata kunci : kekuatan militer, keamanan nasional.
Pendahuluan
Asia Timur merupkan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal
hubungan antar negara di wilayahnya. Di kawasn ini terdapat negara – negara seperti China
dengan jumlah penduduk terbesar dan perkembangan ekonomi yang pesat, lalu Jepang
dengan kemajuan teknologinya dan Korea Utara dengan kekuatan nuklirnya serta Taiwan
denga ketegasan untuk tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara yang mandiri.
Dibalik potensi ekonomi yang besar dan derasnya arus perdagangan di kawasan Asia
Timur, ternyata kawasan ini memiliki hubungan yang menghawatirkan dalam aspek
keamanan antar negara di dalamnya. Hal ini berupa masalah sengketa teritorial, ketegangan
akibat konflik warisan sejarah masa lalu seprti perrang dunia ke II dan perang korea.
Ancaman terhadap keamanan nasional masing – masing negara menimbulkan ketegangan dan
kecurigaan sehingga memicu peningkatan kapabilitas militer.
Keamanan nasional secara sederhana dapat dimengerti sebagai suasana bebas dari
segalabentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan sebagai kondisi tidak adanya
ancaman fisik ( militer ) yang berasal dari luar. Terdapat kecenderungan bahwa suatu bangsa
itu tida dapat dipaksa untuk mengorbankan nilai – nilai yang dianggapnya penting. Jika dapat
dihindari perang atau terpaksa melakukannya, negara tersebut akan berusah keluar sebagai
pemenang.
Suatu keadaan yang dapat membahayakan keamanan nasional merupakan perpaduan
dari ancaman dan kerawanan yang sangat erat kaitannya dengan keamanan nasional maupun
internasional. hal yang dapat dilakukan oleh suatu negara adalah membuat kebijakan nasional
yang berfokus pada negara itu sendiri, sekaligus dengan tidak melakukan kebijakan luar
negeri untuk mengurangi ancaman dari luar.
China merupakan negara terbesar di kawasan Asia Timur dengan jumlah penduduk
terbanyak di dunia. Baru – baru ini. Dnia dibuat kagum akan akselerasi luar biasa yang
ditunjukan negeri tirai bambu dalam berbagai aspek mulai dari aspek ekonomi dengan
menjadi terbesar kedua setelah AS samapi dengan modernisasi militer yang sangat
menakjubkan. Pembangunan kekuatan militer China sedikit demi sedikit menjadikan negara
tersebut sebagai salah satu kekuatan baru di Asia Timur dan dunia.
China saat ini sudah tidak lagi bergantung pada pembelian peralatan miiter dari luar.
Lewat kekuatan ekonomi dan sumber daya yang memadai, China sudah membangun swadaya
milier dengan memproduksi sendiri peralatan militer mereka. Akan tetapi kehadiran China
sebagai salah satu kekuatan baru yang agresif dalam mengembangkan kekuatan militer
secara signifikan akhir – akhir ini, telah menimbulkan efek kekhawatiran yang cukup besar
bagi negara – negara di dunia khususnya di kawasan Asia Timur seperti Korea Selatan, Korea
Utara dan Jepang sehingga negara – negara tersebut merespon peningkatan militer China
dengan memperkuat persenjataan dan anggaran militer.
Kawasan Asia Timur yang dihuni oleh negara-negara dengan kekuatan besar baik
secara ekonomi maupun militer menyimpan berbagai potensi konflik. Potensi konflik yang
muncul dilatar belakangi oleh masalah sengketa teritorial, ketegangan akibat konflik warisan
sejarah masa lalu seperti Perang Dunia ke-2 dan Perang Korea, serta ketegangan yang
diakibatkan oleh kecurigaan dalam peningkatan kapabilitas militer dari masing-masing
negara. Untuk China dan Jepang, Permusuhan dua negara terjadi sejak perang China-Jepang
pertama pada tahun 1890-an, Perang Dunia I dan II, sampai kepada tabrakan kapal patroli
Jepang dengan kapal nelayan China pada 7 September 2010 lalu yang memanaskan
hubungan kedua negara Sementara China dan Korea Selatan terlibat konflik perbatasan
seperti status kepemilikan Liancourt Rocks .
Kerentanan masalah keamanan di Asia Timur khususnya antara China dengan
Jepang, Korea Utara dan Korea Selatan menjadi poin yang menarik untuk penulis teliti lebih
jauh. Mengingat keempat negara tersebut memegang peranan kunci dalam stabilitas kawasan
dilihat dari kapabilitas militer yang mereka miliki dan daya tawar politiknya masing-masing.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya Security Dilemma1 yaitu kondisi dimana keinginan suatu
negara untuk memperkuat militer dianggap sebagai ancaman sehingga menimbulkan respon
negara lain juga dengan memperkuat militer yang dimiliki.
Akhirnya perlombaan senjata menimbulkan saling curiga antar negara dikawasan tersebut.
Ketertarikan utama yang mendorong penulis untuk meneliti masalah ini adalah menculnya
kesan bahwa perkembangan militer China yang kian pesat menjadi pendorong atau salah satu
faktor utama bagi negara besar di Asia Timur unutk meningkatkan bidang militer mereka.
Penulis melihat bahwa dengan meneliti topik perkembangan militer China dan dampaknya
terhadap Asia Timur maka kita bisa mengukur seberapa jauh perkembangan China dan
seberapa berpengaruh hal tersebut kepada negara tetangganya sehingga mampu menjadi
bahan informasi baru.
1 Kenneth N. Theory of International Politics, Reading Masschussset: Addison Wesley, 1979, hal 118
Kerangka Teori
Politik internasional pada dasarnya adalah a struggle of power dimana negara sebagai
entitas politik yang berdaulat dan independen yang menjadi center of gravity2. Sebagai aktor
utama, negara kemudian merumuskan kepentingan nasionalnya yang diperjuankan di dunia
internasional. akibatnya adalah pertemuan antara kepentingan nasional yang satu dengan
kepentingan nasional lainnya akan memunculkan sebuah persaingan baru.
Kondisi politik internasional bersifat dinamis atau berubah – ubah sehingga negara –
negara yang terlibat di dalamnya juga mengalami perubahan pola hubungan, seperti yang
diungkapkan oleh Dahlan Nasution :
”Karena sifat sistem politik internasional tidak memberikan kepastian akan
keberlangsungan hidup negara, maka setiap negara terpaksa harus mengatur
hubungannya dengan dunia sedemikian rupa, agar dapa menjamin kelangsungan
hidupnya”3.
Akibat dari kondisi yang serba tidak pasti, hal ini akan membuat negara akan
membuat berbagai kebijakan antisipasi demi menjamin keamanan dan kepentingan
nasionalnya. Salah satu contohnya adalah pengembangan militer China yang mana
diantisipasi oleh negara – negara lain di Asia Timur dengan cara mengembangkan kekuatan
militer mereka.
Berdasarkan pendekatan realis, keamanan negara merupakan faktor utama yang
penekanannya pada kekuatan (power) sebagai the driving force dari politik dunia khususnya
kekuatan militer4. Oleh karena itu, meskipun negara-negara mulai mengadakan atau
mengembangkan berbagai kerja sama dalam berbagai bidang, aspek militer tetap menjadi hal
signifikan dan diperhitungkan. Dengan power, sebuah negara akan memiliki posisi tawar
yang lebih kuat dan mampu mempengaruhi aktor negara lain untuk bertidak sesuai
keinginannya.
2 Aleksius Jemadu, Politik Global dalm Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008. hal 20
3 Dahlan Nasution, Politik International: Konsep dan Teori, Jakarta: Erlangga, 1991. hal 33
4 Paul R. Viotti dan Mark Kauppi, International Relation and Worl Politics: SecurityEconomy and Identity,
Upper Saddle River: Prentice Hall, 1997, hal. 18
Menurut Hans J. Morgenthau, elemen dari kekuatan nasional (national power) adalah
populasi, kondisi geografis, sumber daya alam, kapabilitas industri, karakter
nasional,kepemimpinan, moral nasional, kualitas diplomasi dan kekuatan militer5.
Kekuatan militer yang dibentuk dan dikembangkan oleh suatu negara bertujuan untuk
menjaga kedaulatan dan kemanan nasional serta kepentingan strategis yang lebih luas di
tingkat regional maupun tingkat global. Kualitas dan kuantitas militer suatu negara akan
menjadi faktor deterrence terhadap negara lain, reaksi dari ancaman negara lain, ataupun
sebagai upaya hegemoni seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Irak.
Jika sebuah negara memandang keamanan sebagai objek utama kebijakan luar
negerinya, berarti negara tersebut sangat memperhatikan keamanan nasionalnya dan
keamanan negara – nagara lain di dunia. Kebijakan keamanan nasional senat erat kaitannya
dengan politik luar negeri. Tujuan politik luar negeri adalah mepertahankan kelangsungan
hidup bangsanya dan mempertahankan kepentingan nsionalnya. Keamanan nasional sangat
erat kaitannya dengan keamanan regional. Apabila keamanan nasional terganggu maka secara
otomatis hal tersebut juga akan mengangagu keamanan regional dan itu berlaku sebaliknya.
Suatu pandangan mengenai konsep kepentingan nasional dikemukakan oleh
Morgenthau. Sebagai salah satu pakar Ilmu Hubungan Internasional yang beraliran realisme
yang mana mengakatakan bahwa :
“Kepentingan nasional setiap negara adalah mengekar kekuasaan, yaitu apasaja
yang bisa membentukdan mempertahankan pengadilan negara terhadapnegara lain.
Interaksi antar negara ini bisa diciptakan melalui teknik paksaan ataupun melalui
teknik kerjasama6”
Dari pandangan diatas terlihat bahwa mengartikan kepentingan nasional sama dengan
kekuasaan, dimana setiap negara akan selalu mempertahankan kekuasaan tersebut dengan
cara apapun dalam hubungannya dengan negara lain. Seperti halnya yang diungkapkan oleh
Kusumohamidjojo, bahwa :
“Dalam forum internasional, terbukti dalam usaha untuk memenhui kebutuhan
nasionalnya masing – masing, setiap negara tidak dapat menghindarkan diri
interdependensi yang tidal hanya memaksa negara untuk bekerjasama, namun juga
membuka kemungkinan berkompetisi7”
5 Hans J. Morgenthau. Politik Antar Bangsa, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1990, hal 14
6 Ibid, h. 244
7 Budiono Kusumohamidjojo, Hubungan Interasional: Kerngka Studi Analisis, Bandung: Bina Cipta., 1987, h
19
Meskipun, terdapat unsur-unsur kekuatan lain yang dapat digunakan untuk mencapai
dan mepertahankan kepentingan nasional dan lebih bersifat non militer, seperti kekuatan
diplomasi dan kekuatan ekonomi. Namun, tetap saja harus memperhatikan kemungkinan
apabila suatu saat negaranya dituntut untuk menggunakan kekuatan militer dalam melindungi
kepentingan nasionalnya.
Konsep mengenai militerisme juga diungkapan oleh Morgenthau, bahwa :
“Militerisme adalah konsepsi, bahwa kekuatan suatu negara terdiri dari kekuatan
militernya, yang khusunya dipahami dalam arti kuantitatif dengan angkatan darat
dan laut yang terbesar maupun angkatan udara yang tercepat di dunia, serta
keunggulan senjata nuklirnya akan mnejadi lambang yang sangat menonjol dan
eksklusif dari kekuatan nasionalnya8”
Konsep yang dikemukakan diatas cenderung menyamakan arti kekuatan nasional
dengan kekuatan militer suatu negara yang dipahami dari segi keuantitas dan kualitas personil
serta persenjataanya. Negara yang mendasarkan kekuatan nasionalnya secara maksimum di
bidang militer akan dihadapkan apda usah – usaha maksimum dari negara sekitarnya.
Perkembangan militer seperti ini berdampak terhadap stabilitas keamanan kawasan. Hal ini
terjadi karena di satu sisi suatu negara akan meningkatkan kekutan militernya seiring dengan
meningktanya kekuatan ekonomi negara tersebut. Di sisi lain peningkatan ini dapat dilihat
sebagai ancaman oleh negara lain yang dalam usahanya mengantisipasi hal tersebut akan
meningkatkan juga kapabilitas militer mereka.
Modernisasi Kekuatan Militer China
Modernisasi militer yang dilakukan oleh angkatan bersenjata militer China (PLA)
dipahami tidak hany sebatas memiliki kemampuan senjata dan teknologi militer yang modern
tetapi juga meliputi Institusi, hubungan sipil dan militer, dan permasalahan lain yang
mendukung keberadaan kekuatan pertahanan nasional China. Upaya dari angkatan bersenjata
China (PLA) untuk melakukan modernisasi militernya dapat dilihat dari 3 buah pilar
reformasi dan modernisasi angkatan bersenjata China.
Pilar pertama adalah pembangunan, pengadaan, akuisisi sistem persenjataan modern dan
peningkatan teknologi militer. Pada pilar pertama pembangunan dan peningkatan militer
China dipersiapkan untuk tantangan pertahanan China di dunia internasional dan kawasan
asia timur di masa depan. Peningkatan militer tersebut meliputi :
8 Hans J. Morgenthau, op. Cit,
1. Menyelesaikan Program pembelian peralatan miiter dari Russia seprtti pesawat
tempur jenis Sukhoi tipe SU-27 dan SU-30, kapal selam jenis Sovremenyy dengan
kelebihan memiliki peluru kendali anti kapal ( SS-N-22-Sunburn), sistem pertahanan
udara dan peluru kenadli lintas jangkauan.
2. Memproduksi persenjataan konvensional dalam negeri seperti kapal selam dan
pesawat tempur Tipe J-10
3. Memproduksi peluru kendali dan peningkatan kemampuan nuklir China dari sistem
peluncuran tetap menuju ke sistem peluncuran bergerak.
4. Melakukan upgrading kekuatan nuklir yang mempunyai kekuatan mencegah serangan
musuh “ nuclear counter attack and deterrent”
5. Melakukan penelitian dan informasi ( command , control, communications,
intelligence, reconnaissence. C4ISR) mengenai cyber force untuk memperkuat
kekuatan angakatan bersenjata China9.
Selanjutnya pilar kedua dari reformasi dan modernisasi angkatan bersenjata China
adalah Reformasi sistem dan Institusi. Tujuan dari pilar kedua adalah menciptakan
profesionalisme di dalam tubuh angkatan bersenjata China. Beberapa hal yang menjadi misi
dari pilar kedua adalah :
1. Meningkatkan kualitas para pejabat miluter PLA melaluisistem pendidikan yang
berkualitas.
2. Melakukan seleksi yang ketat terhadapa perekrutan personil militer dan menerapkan
standarisasi terhadap sistem promosi di dalam tubuh PLA.
3. Melakukan kerjasama dalam peningkatan kualitas pejabat militer dengan Universitas
Tsinghua dan Universitas Peking.
4. Melakukan konsolidasi di dalam angkatan bersenjata China dengan menekankan
penguatan di dalam angkatan laut, udara, dan strategic missile force.
Dalam waktu yang bersamaan pula yang masih menjadi bagian dai pilar kedua angkatan
bersenjata China adalah menyiapkan kekuatan milisi sipil yang berjumlah 800.000 personil
yang difungsikan ketika terjadi krisis. Selain itu para milisi sipil diberikan kesempatan untuk
menikmati pendidikan tinggi di beberapa Universitas di China yang dibiayai oleh angkatan
bersenjata China10.
Pilar ketiga adalah pemabangunan doktrin dan strategi perang yang baru. Dalam pilar
ketiga, China mempersipakan pertempuran dengan teknologi tinggi. Misi dalam pilar ke tiga
diantaranya adalah :
1. Melakukan operasi militer gabungan dalam penanganan krisis internasional
9 China’s Military Modernization, Peterson Institutefor International Economics, diakses melalui
www.petersoninstitute.org.
10 Ibid, hal 196
2. Mengedepankan peningkatan kemampuan angkatan bersenjata China
3. Meninggalkan konsep bertahan dan lebih mengutamakan konsep offensive.
4. Menguatkan pertahanan di maritim, udara dan serta pertaruangan di dunia maya
(cyber force)11
Selanjutanya di dalam program meodernisasi angkatan bersenjata China, mereka
berencana untuk membeli peralatan tempur khusunya untuk angkatan udara dan laut serta
penigkatan kemampuan intercontinentalbakistic missile (ICBM). Selain peningkatan ICBM
China juga sedang mengembangkan dan meningkatkan kemampuan peluru kendalinya dalam
kelas short range ballistic missile (SRBM), intermediate range ballistic missile (IRBM).
Kekuatan dari peluru kendali dari beberapa kelas tersebut mampu memberikan ancaman
kepada negara – negara di kawasan Asia Timur serta basis – basis Militer Anerika Serikat
yang berada di wilayah benua Asia. Dengan demikian peningkatan kekuata militer China
apabila dilihat dari faktor internal adalah sesuatu yang realistis dan sangat wajar. Karena
pemerintah China ingin menjaga kedaulatan wilayah mereka.
Dampak Modernisasi Kekuatan Militer China di Kawasan Asia Timur
Menurut Samuel Hutington dampak dari kebijakan China dalam meningkatkan
kekuatan militernya mampu menjadi epicu munculnya perlombaan senjata di kawasan Asia
Timur. berikut adalah analisa dari Samuel Hutington sebagai respon kebijakan China tersebut.
“Centraly important to the countering western military capabilities is the
suistained expansion of China military power and it means to create military power.
Buoyed by spectaculer economic development, China is rapidly incresing its military
spending and vigorously moving forward with the modernization of its armed forces.
It is purchasing weapons from the former Soviet states it is developing power
projection capabilities, acquiring aerial refueling technology, and trying to purchase
an aircraft carrier. Its military buuildup and assertion of sovreignity over the South
China Sea are provoking a multilareal arms race in East Asia12”
Dari hasil obserbasi penulis, dampak dari peningkatan kekuatan militer China di
kawasan Asia Timur, sesungguhnya tidak cukup signifikan dalam mempengaruhi konstelasi
keamanan di kawasan tersebut. Meskipun analisa dari Samuel Hutingtontersebut juga tidak
dapat sepenuhnya digugurkan. Karena perlombaan senjata tersebut muncuk karena adanya
reaksi negara – negara yang merasa terancam dari upaya modernisasi dan peningkatan militer
11 Ibid hal 196
12 Andrew K. Hamani, “ Jaapan Military Blance of Power in Northeast Asia” dalam Judith F. Korensberg and
John R. Faust, “China in World Politics,Policies,Prospects,Process, Lyne Riemer, 2005, hal. 160
China. Dampak yang sangat terasa dari kebijakan peningkatan kekuatan militer tersebut
adalah berkanjutanya rivalitas hubungan antara negara – negara di kawasan Asia timur.
contoh adalah antara Jepang dan China yang sampai diistilahkan not warm but not cold
either atau “perang dingin asia timur”. jeoang merasa khawatir atas peningkatan kekuatan
militer China yang tidak disertai transparansi tersebut. Kementrian pertahanan Jepang dalam
pernyataan resminya “menyerukan China memperhatikan kecemasan masyarakat
internasionalsetelah beijing mengumumkan kenaikann 17,6% anggaran militernya pada
tahun 2008. Kemetrian peertahanan akan terus berusaha agar China meningkatkan
Transparansi tentang kekuatan militernya dan memperhatikan kecemasan masyarakat
internasional13”
Selain pernyataan rsmi tersebut, dalam National Defense Program Outline yang
dikeluarkan oleh pemerintah Jepang yang mana isinya Jepang sangat khawatir akan katifitas
modernisasi dan peningkatan militer jepang diamana digambarkan bahwa terdapat 3
skenario kemungkinan China menyeranang Jepang. Pertama, konfrontasi yang terjadi antara
Jepang dan China akibat perebutan sumber daya alam di wilayah maritim, kedua, sengketa
wilayah di pulau senkaku dan ketiga adalah, meningkatnya konflik China dan Taiwan.14
Selai itu bukti nyata dari ketegangan diplomatik antara Jepang dan China sekaligus
reaksi dari pemerintah Jepang akibat kebijakan Vhina terkait peningkatan sistem militernya
adalah jepang telah mengamandemen panduan pertahananya pada tahun 2005 yang
memungkinkan Jepang perang sebagai bentuk mepertahankan kedaulatan wilayahnya seperti
yang tercantum dalam artikel National Defense Program Outline (NDPO) “Japannese
People forever renouncewar as sovereign right of the nation”15. Amandemen tersebut juga
mmberikan legitimasi kepada pertahanan Jepang untuk lebih aktf dalam menjalin aliansi
pertahanan dengan negara – negara luar khusunya Ameriak Serikat.
Negara selain Jpeang di kawasan Asia Timur lainnya adalah Korea Selatan.
Pemreintah Korea Selatan tidak terlalu merespon peningkatan militer China sebagai bentuk
ancaman yang mengancamn stabilitas kemanan kawasan Asia Timur. kore Selatan lebih
menganggap Korea Utara yang memiliki Nuklir merupakan ancaman yang serius bagi
stabilitas kemanan di kawasan Asia Timur. disamping itu China dan Korea Selatan sangat
aktif dalam hubungan bilateral yang menyangku masalah keamanan kawasan dan China
13 Jepang Cemas Akan Peningkatan Anggran Militer China, diakses melalui
http:/kapanlagi.com/h/000021635,html
14 K. Nanto , Dicks and Emma Chanlett-Avery, The Raise of China and It’s Effect on Taiwan, Jpan and South
Korea: U.S Poicy Choices, Congresional Research Service, The Library Congres, 2006.
15 Kent E. Calder, China and Japan’s Simmering Rivalry, Reischauer Center for East Asian Studies at SAIS, Johns Hopkins
University diakses melalui http://reischauer.jp/pdf/KEC%5B1%5D.Foreign Affairs.Final.pdf pada 28 juli 2009
mampu menyakinkan Korsel bahwa kebijakan peningkatan dan modernisasi militer China
merupakan sesuatu yang wajar dan dapat dilakukan oleh semua warga negara di belahan
dunia.
Penutup
Setiap negara yang ada di dunia ini mulai dari negara maju, negara berkembang sampai pada
negara yang miskin memiliki hak yang sama untuk meningkatkan kemampuan militernya
masing-masing dan hal tersebut merupakan sesuatu yang lazim. Negara - negara tersebut
memiliki kemampuan masing-masing untuk meningkatkan kemampuan militernya. Cina
sebagai negara besar di kawasan Asia Timur melakukan peningkatan kemampuan militernya
dengan meningkatkan anggaran militernya sebagai bagian dari kebijakan pemerintah untuk
mendukung pembangunan ekonomi dalam negeri Cina.
Peningakatan kekuatan militer China merupakan sesuatu yang wajar karena China dengan
wialayah yang luas harus mempertahankan keutuhan integrits wilayahnya. Selain itu
pemerintah China juga perlu melakukan modernisasi perlengkapan dan peralatan militer yang
secara teknologi sudah tertinggal dengan negara - negara negara besar.
Daftar Pustaka
Judith F.Korenberg and John R. Faust, “China in World Politics;Policies,
Processes,&Prospects” Lynne Rienner,2005.
Keith Crane, Modernizing China’s military : opportunities and constraints, RAND
Corporation United States Air Force,2005.
K.Nanto, Dick and Emma Chanlett-Avery, The Rise of China and It’s Effect on Taiwan,
Japan and South Korea : U.S. Policy Choices, Congressional Research Service, The Library
Congres, 2006.
R.P Smith, Models of Military Expenditure, Journal of Applied Econometrics, Vol. 4, No. 4,
John Wiley & Sons, 1989.
China’s Military Modernization, Peterson Institute for International Economics diakses
melalui www.petersoninstitute.org
Hans J. Morgenthau.1990. Politik Antar Bangsa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Kawasan Asia Timur
( Studi Politik Pemerintahan China Jepang )
Nur Ardi Setiawan Nim 120910101074
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Negeri Jember
Email : [email protected]
Abstrac : The impact of China’s modernisation military power toward East Asia
security regional. Military development is one of the efforts that must be made of a
country to strengthen national security and also to show the world how big the
country's military strength. However, this will cause a lot of issues - new siu
especially in those areas of regional countries. an increase of military force by one
state will trigger other countries, especially in the region to also boost its military
strength.
Keyword :military power, national security.
Abstrak : Dampak modernisasi kekuatan militer China terhadap stabilitas
keamanan di kawasan Asia Timur. Pengembangan militer adalah salah bentuk
upaya yang harus dilakukan suatu negara untuk memperkuat keamanan nasional dan
juga untuk menunjukan kepada dunia akan seberapa besar kekuatan militer negara
tersebut. Akan tetapi hal ini akan menimbulkan banyak isu – siu baru terutama pada
kawsan regional negara – negara di dalamnya. adanya peningkatan kekuatan militer
oleh satu negara akan memicu negara lain terutama dalam satu regional untuk juga
meingkatkan kekuatan militernya.
Kata kunci : kekuatan militer, keamanan nasional.
Pendahuluan
Asia Timur merupkan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal
hubungan antar negara di wilayahnya. Di kawasn ini terdapat negara – negara seperti China
dengan jumlah penduduk terbesar dan perkembangan ekonomi yang pesat, lalu Jepang
dengan kemajuan teknologinya dan Korea Utara dengan kekuatan nuklirnya serta Taiwan
denga ketegasan untuk tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara yang mandiri.
Dibalik potensi ekonomi yang besar dan derasnya arus perdagangan di kawasan Asia
Timur, ternyata kawasan ini memiliki hubungan yang menghawatirkan dalam aspek
keamanan antar negara di dalamnya. Hal ini berupa masalah sengketa teritorial, ketegangan
akibat konflik warisan sejarah masa lalu seprti perrang dunia ke II dan perang korea.
Ancaman terhadap keamanan nasional masing – masing negara menimbulkan ketegangan dan
kecurigaan sehingga memicu peningkatan kapabilitas militer.
Keamanan nasional secara sederhana dapat dimengerti sebagai suasana bebas dari
segalabentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan sebagai kondisi tidak adanya
ancaman fisik ( militer ) yang berasal dari luar. Terdapat kecenderungan bahwa suatu bangsa
itu tida dapat dipaksa untuk mengorbankan nilai – nilai yang dianggapnya penting. Jika dapat
dihindari perang atau terpaksa melakukannya, negara tersebut akan berusah keluar sebagai
pemenang.
Suatu keadaan yang dapat membahayakan keamanan nasional merupakan perpaduan
dari ancaman dan kerawanan yang sangat erat kaitannya dengan keamanan nasional maupun
internasional. hal yang dapat dilakukan oleh suatu negara adalah membuat kebijakan nasional
yang berfokus pada negara itu sendiri, sekaligus dengan tidak melakukan kebijakan luar
negeri untuk mengurangi ancaman dari luar.
China merupakan negara terbesar di kawasan Asia Timur dengan jumlah penduduk
terbanyak di dunia. Baru – baru ini. Dnia dibuat kagum akan akselerasi luar biasa yang
ditunjukan negeri tirai bambu dalam berbagai aspek mulai dari aspek ekonomi dengan
menjadi terbesar kedua setelah AS samapi dengan modernisasi militer yang sangat
menakjubkan. Pembangunan kekuatan militer China sedikit demi sedikit menjadikan negara
tersebut sebagai salah satu kekuatan baru di Asia Timur dan dunia.
China saat ini sudah tidak lagi bergantung pada pembelian peralatan miiter dari luar.
Lewat kekuatan ekonomi dan sumber daya yang memadai, China sudah membangun swadaya
milier dengan memproduksi sendiri peralatan militer mereka. Akan tetapi kehadiran China
sebagai salah satu kekuatan baru yang agresif dalam mengembangkan kekuatan militer
secara signifikan akhir – akhir ini, telah menimbulkan efek kekhawatiran yang cukup besar
bagi negara – negara di dunia khususnya di kawasan Asia Timur seperti Korea Selatan, Korea
Utara dan Jepang sehingga negara – negara tersebut merespon peningkatan militer China
dengan memperkuat persenjataan dan anggaran militer.
Kawasan Asia Timur yang dihuni oleh negara-negara dengan kekuatan besar baik
secara ekonomi maupun militer menyimpan berbagai potensi konflik. Potensi konflik yang
muncul dilatar belakangi oleh masalah sengketa teritorial, ketegangan akibat konflik warisan
sejarah masa lalu seperti Perang Dunia ke-2 dan Perang Korea, serta ketegangan yang
diakibatkan oleh kecurigaan dalam peningkatan kapabilitas militer dari masing-masing
negara. Untuk China dan Jepang, Permusuhan dua negara terjadi sejak perang China-Jepang
pertama pada tahun 1890-an, Perang Dunia I dan II, sampai kepada tabrakan kapal patroli
Jepang dengan kapal nelayan China pada 7 September 2010 lalu yang memanaskan
hubungan kedua negara Sementara China dan Korea Selatan terlibat konflik perbatasan
seperti status kepemilikan Liancourt Rocks .
Kerentanan masalah keamanan di Asia Timur khususnya antara China dengan
Jepang, Korea Utara dan Korea Selatan menjadi poin yang menarik untuk penulis teliti lebih
jauh. Mengingat keempat negara tersebut memegang peranan kunci dalam stabilitas kawasan
dilihat dari kapabilitas militer yang mereka miliki dan daya tawar politiknya masing-masing.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya Security Dilemma1 yaitu kondisi dimana keinginan suatu
negara untuk memperkuat militer dianggap sebagai ancaman sehingga menimbulkan respon
negara lain juga dengan memperkuat militer yang dimiliki.
Akhirnya perlombaan senjata menimbulkan saling curiga antar negara dikawasan tersebut.
Ketertarikan utama yang mendorong penulis untuk meneliti masalah ini adalah menculnya
kesan bahwa perkembangan militer China yang kian pesat menjadi pendorong atau salah satu
faktor utama bagi negara besar di Asia Timur unutk meningkatkan bidang militer mereka.
Penulis melihat bahwa dengan meneliti topik perkembangan militer China dan dampaknya
terhadap Asia Timur maka kita bisa mengukur seberapa jauh perkembangan China dan
seberapa berpengaruh hal tersebut kepada negara tetangganya sehingga mampu menjadi
bahan informasi baru.
1 Kenneth N. Theory of International Politics, Reading Masschussset: Addison Wesley, 1979, hal 118
Kerangka Teori
Politik internasional pada dasarnya adalah a struggle of power dimana negara sebagai
entitas politik yang berdaulat dan independen yang menjadi center of gravity2. Sebagai aktor
utama, negara kemudian merumuskan kepentingan nasionalnya yang diperjuankan di dunia
internasional. akibatnya adalah pertemuan antara kepentingan nasional yang satu dengan
kepentingan nasional lainnya akan memunculkan sebuah persaingan baru.
Kondisi politik internasional bersifat dinamis atau berubah – ubah sehingga negara –
negara yang terlibat di dalamnya juga mengalami perubahan pola hubungan, seperti yang
diungkapkan oleh Dahlan Nasution :
”Karena sifat sistem politik internasional tidak memberikan kepastian akan
keberlangsungan hidup negara, maka setiap negara terpaksa harus mengatur
hubungannya dengan dunia sedemikian rupa, agar dapa menjamin kelangsungan
hidupnya”3.
Akibat dari kondisi yang serba tidak pasti, hal ini akan membuat negara akan
membuat berbagai kebijakan antisipasi demi menjamin keamanan dan kepentingan
nasionalnya. Salah satu contohnya adalah pengembangan militer China yang mana
diantisipasi oleh negara – negara lain di Asia Timur dengan cara mengembangkan kekuatan
militer mereka.
Berdasarkan pendekatan realis, keamanan negara merupakan faktor utama yang
penekanannya pada kekuatan (power) sebagai the driving force dari politik dunia khususnya
kekuatan militer4. Oleh karena itu, meskipun negara-negara mulai mengadakan atau
mengembangkan berbagai kerja sama dalam berbagai bidang, aspek militer tetap menjadi hal
signifikan dan diperhitungkan. Dengan power, sebuah negara akan memiliki posisi tawar
yang lebih kuat dan mampu mempengaruhi aktor negara lain untuk bertidak sesuai
keinginannya.
2 Aleksius Jemadu, Politik Global dalm Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008. hal 20
3 Dahlan Nasution, Politik International: Konsep dan Teori, Jakarta: Erlangga, 1991. hal 33
4 Paul R. Viotti dan Mark Kauppi, International Relation and Worl Politics: SecurityEconomy and Identity,
Upper Saddle River: Prentice Hall, 1997, hal. 18
Menurut Hans J. Morgenthau, elemen dari kekuatan nasional (national power) adalah
populasi, kondisi geografis, sumber daya alam, kapabilitas industri, karakter
nasional,kepemimpinan, moral nasional, kualitas diplomasi dan kekuatan militer5.
Kekuatan militer yang dibentuk dan dikembangkan oleh suatu negara bertujuan untuk
menjaga kedaulatan dan kemanan nasional serta kepentingan strategis yang lebih luas di
tingkat regional maupun tingkat global. Kualitas dan kuantitas militer suatu negara akan
menjadi faktor deterrence terhadap negara lain, reaksi dari ancaman negara lain, ataupun
sebagai upaya hegemoni seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Irak.
Jika sebuah negara memandang keamanan sebagai objek utama kebijakan luar
negerinya, berarti negara tersebut sangat memperhatikan keamanan nasionalnya dan
keamanan negara – nagara lain di dunia. Kebijakan keamanan nasional senat erat kaitannya
dengan politik luar negeri. Tujuan politik luar negeri adalah mepertahankan kelangsungan
hidup bangsanya dan mempertahankan kepentingan nsionalnya. Keamanan nasional sangat
erat kaitannya dengan keamanan regional. Apabila keamanan nasional terganggu maka secara
otomatis hal tersebut juga akan mengangagu keamanan regional dan itu berlaku sebaliknya.
Suatu pandangan mengenai konsep kepentingan nasional dikemukakan oleh
Morgenthau. Sebagai salah satu pakar Ilmu Hubungan Internasional yang beraliran realisme
yang mana mengakatakan bahwa :
“Kepentingan nasional setiap negara adalah mengekar kekuasaan, yaitu apasaja
yang bisa membentukdan mempertahankan pengadilan negara terhadapnegara lain.
Interaksi antar negara ini bisa diciptakan melalui teknik paksaan ataupun melalui
teknik kerjasama6”
Dari pandangan diatas terlihat bahwa mengartikan kepentingan nasional sama dengan
kekuasaan, dimana setiap negara akan selalu mempertahankan kekuasaan tersebut dengan
cara apapun dalam hubungannya dengan negara lain. Seperti halnya yang diungkapkan oleh
Kusumohamidjojo, bahwa :
“Dalam forum internasional, terbukti dalam usaha untuk memenhui kebutuhan
nasionalnya masing – masing, setiap negara tidak dapat menghindarkan diri
interdependensi yang tidal hanya memaksa negara untuk bekerjasama, namun juga
membuka kemungkinan berkompetisi7”
5 Hans J. Morgenthau. Politik Antar Bangsa, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1990, hal 14
6 Ibid, h. 244
7 Budiono Kusumohamidjojo, Hubungan Interasional: Kerngka Studi Analisis, Bandung: Bina Cipta., 1987, h
19
Meskipun, terdapat unsur-unsur kekuatan lain yang dapat digunakan untuk mencapai
dan mepertahankan kepentingan nasional dan lebih bersifat non militer, seperti kekuatan
diplomasi dan kekuatan ekonomi. Namun, tetap saja harus memperhatikan kemungkinan
apabila suatu saat negaranya dituntut untuk menggunakan kekuatan militer dalam melindungi
kepentingan nasionalnya.
Konsep mengenai militerisme juga diungkapan oleh Morgenthau, bahwa :
“Militerisme adalah konsepsi, bahwa kekuatan suatu negara terdiri dari kekuatan
militernya, yang khusunya dipahami dalam arti kuantitatif dengan angkatan darat
dan laut yang terbesar maupun angkatan udara yang tercepat di dunia, serta
keunggulan senjata nuklirnya akan mnejadi lambang yang sangat menonjol dan
eksklusif dari kekuatan nasionalnya8”
Konsep yang dikemukakan diatas cenderung menyamakan arti kekuatan nasional
dengan kekuatan militer suatu negara yang dipahami dari segi keuantitas dan kualitas personil
serta persenjataanya. Negara yang mendasarkan kekuatan nasionalnya secara maksimum di
bidang militer akan dihadapkan apda usah – usaha maksimum dari negara sekitarnya.
Perkembangan militer seperti ini berdampak terhadap stabilitas keamanan kawasan. Hal ini
terjadi karena di satu sisi suatu negara akan meningkatkan kekutan militernya seiring dengan
meningktanya kekuatan ekonomi negara tersebut. Di sisi lain peningkatan ini dapat dilihat
sebagai ancaman oleh negara lain yang dalam usahanya mengantisipasi hal tersebut akan
meningkatkan juga kapabilitas militer mereka.
Modernisasi Kekuatan Militer China
Modernisasi militer yang dilakukan oleh angkatan bersenjata militer China (PLA)
dipahami tidak hany sebatas memiliki kemampuan senjata dan teknologi militer yang modern
tetapi juga meliputi Institusi, hubungan sipil dan militer, dan permasalahan lain yang
mendukung keberadaan kekuatan pertahanan nasional China. Upaya dari angkatan bersenjata
China (PLA) untuk melakukan modernisasi militernya dapat dilihat dari 3 buah pilar
reformasi dan modernisasi angkatan bersenjata China.
Pilar pertama adalah pembangunan, pengadaan, akuisisi sistem persenjataan modern dan
peningkatan teknologi militer. Pada pilar pertama pembangunan dan peningkatan militer
China dipersiapkan untuk tantangan pertahanan China di dunia internasional dan kawasan
asia timur di masa depan. Peningkatan militer tersebut meliputi :
8 Hans J. Morgenthau, op. Cit,
1. Menyelesaikan Program pembelian peralatan miiter dari Russia seprtti pesawat
tempur jenis Sukhoi tipe SU-27 dan SU-30, kapal selam jenis Sovremenyy dengan
kelebihan memiliki peluru kendali anti kapal ( SS-N-22-Sunburn), sistem pertahanan
udara dan peluru kenadli lintas jangkauan.
2. Memproduksi persenjataan konvensional dalam negeri seperti kapal selam dan
pesawat tempur Tipe J-10
3. Memproduksi peluru kendali dan peningkatan kemampuan nuklir China dari sistem
peluncuran tetap menuju ke sistem peluncuran bergerak.
4. Melakukan upgrading kekuatan nuklir yang mempunyai kekuatan mencegah serangan
musuh “ nuclear counter attack and deterrent”
5. Melakukan penelitian dan informasi ( command , control, communications,
intelligence, reconnaissence. C4ISR) mengenai cyber force untuk memperkuat
kekuatan angakatan bersenjata China9.
Selanjutnya pilar kedua dari reformasi dan modernisasi angkatan bersenjata China
adalah Reformasi sistem dan Institusi. Tujuan dari pilar kedua adalah menciptakan
profesionalisme di dalam tubuh angkatan bersenjata China. Beberapa hal yang menjadi misi
dari pilar kedua adalah :
1. Meningkatkan kualitas para pejabat miluter PLA melaluisistem pendidikan yang
berkualitas.
2. Melakukan seleksi yang ketat terhadapa perekrutan personil militer dan menerapkan
standarisasi terhadap sistem promosi di dalam tubuh PLA.
3. Melakukan kerjasama dalam peningkatan kualitas pejabat militer dengan Universitas
Tsinghua dan Universitas Peking.
4. Melakukan konsolidasi di dalam angkatan bersenjata China dengan menekankan
penguatan di dalam angkatan laut, udara, dan strategic missile force.
Dalam waktu yang bersamaan pula yang masih menjadi bagian dai pilar kedua angkatan
bersenjata China adalah menyiapkan kekuatan milisi sipil yang berjumlah 800.000 personil
yang difungsikan ketika terjadi krisis. Selain itu para milisi sipil diberikan kesempatan untuk
menikmati pendidikan tinggi di beberapa Universitas di China yang dibiayai oleh angkatan
bersenjata China10.
Pilar ketiga adalah pemabangunan doktrin dan strategi perang yang baru. Dalam pilar
ketiga, China mempersipakan pertempuran dengan teknologi tinggi. Misi dalam pilar ke tiga
diantaranya adalah :
1. Melakukan operasi militer gabungan dalam penanganan krisis internasional
9 China’s Military Modernization, Peterson Institutefor International Economics, diakses melalui
www.petersoninstitute.org.
10 Ibid, hal 196
2. Mengedepankan peningkatan kemampuan angkatan bersenjata China
3. Meninggalkan konsep bertahan dan lebih mengutamakan konsep offensive.
4. Menguatkan pertahanan di maritim, udara dan serta pertaruangan di dunia maya
(cyber force)11
Selanjutanya di dalam program meodernisasi angkatan bersenjata China, mereka
berencana untuk membeli peralatan tempur khusunya untuk angkatan udara dan laut serta
penigkatan kemampuan intercontinentalbakistic missile (ICBM). Selain peningkatan ICBM
China juga sedang mengembangkan dan meningkatkan kemampuan peluru kendalinya dalam
kelas short range ballistic missile (SRBM), intermediate range ballistic missile (IRBM).
Kekuatan dari peluru kendali dari beberapa kelas tersebut mampu memberikan ancaman
kepada negara – negara di kawasan Asia Timur serta basis – basis Militer Anerika Serikat
yang berada di wilayah benua Asia. Dengan demikian peningkatan kekuata militer China
apabila dilihat dari faktor internal adalah sesuatu yang realistis dan sangat wajar. Karena
pemerintah China ingin menjaga kedaulatan wilayah mereka.
Dampak Modernisasi Kekuatan Militer China di Kawasan Asia Timur
Menurut Samuel Hutington dampak dari kebijakan China dalam meningkatkan
kekuatan militernya mampu menjadi epicu munculnya perlombaan senjata di kawasan Asia
Timur. berikut adalah analisa dari Samuel Hutington sebagai respon kebijakan China tersebut.
“Centraly important to the countering western military capabilities is the
suistained expansion of China military power and it means to create military power.
Buoyed by spectaculer economic development, China is rapidly incresing its military
spending and vigorously moving forward with the modernization of its armed forces.
It is purchasing weapons from the former Soviet states it is developing power
projection capabilities, acquiring aerial refueling technology, and trying to purchase
an aircraft carrier. Its military buuildup and assertion of sovreignity over the South
China Sea are provoking a multilareal arms race in East Asia12”
Dari hasil obserbasi penulis, dampak dari peningkatan kekuatan militer China di
kawasan Asia Timur, sesungguhnya tidak cukup signifikan dalam mempengaruhi konstelasi
keamanan di kawasan tersebut. Meskipun analisa dari Samuel Hutingtontersebut juga tidak
dapat sepenuhnya digugurkan. Karena perlombaan senjata tersebut muncuk karena adanya
reaksi negara – negara yang merasa terancam dari upaya modernisasi dan peningkatan militer
11 Ibid hal 196
12 Andrew K. Hamani, “ Jaapan Military Blance of Power in Northeast Asia” dalam Judith F. Korensberg and
John R. Faust, “China in World Politics,Policies,Prospects,Process, Lyne Riemer, 2005, hal. 160
China. Dampak yang sangat terasa dari kebijakan peningkatan kekuatan militer tersebut
adalah berkanjutanya rivalitas hubungan antara negara – negara di kawasan Asia timur.
contoh adalah antara Jepang dan China yang sampai diistilahkan not warm but not cold
either atau “perang dingin asia timur”. jeoang merasa khawatir atas peningkatan kekuatan
militer China yang tidak disertai transparansi tersebut. Kementrian pertahanan Jepang dalam
pernyataan resminya “menyerukan China memperhatikan kecemasan masyarakat
internasionalsetelah beijing mengumumkan kenaikann 17,6% anggaran militernya pada
tahun 2008. Kemetrian peertahanan akan terus berusaha agar China meningkatkan
Transparansi tentang kekuatan militernya dan memperhatikan kecemasan masyarakat
internasional13”
Selain pernyataan rsmi tersebut, dalam National Defense Program Outline yang
dikeluarkan oleh pemerintah Jepang yang mana isinya Jepang sangat khawatir akan katifitas
modernisasi dan peningkatan militer jepang diamana digambarkan bahwa terdapat 3
skenario kemungkinan China menyeranang Jepang. Pertama, konfrontasi yang terjadi antara
Jepang dan China akibat perebutan sumber daya alam di wilayah maritim, kedua, sengketa
wilayah di pulau senkaku dan ketiga adalah, meningkatnya konflik China dan Taiwan.14
Selai itu bukti nyata dari ketegangan diplomatik antara Jepang dan China sekaligus
reaksi dari pemerintah Jepang akibat kebijakan Vhina terkait peningkatan sistem militernya
adalah jepang telah mengamandemen panduan pertahananya pada tahun 2005 yang
memungkinkan Jepang perang sebagai bentuk mepertahankan kedaulatan wilayahnya seperti
yang tercantum dalam artikel National Defense Program Outline (NDPO) “Japannese
People forever renouncewar as sovereign right of the nation”15. Amandemen tersebut juga
mmberikan legitimasi kepada pertahanan Jepang untuk lebih aktf dalam menjalin aliansi
pertahanan dengan negara – negara luar khusunya Ameriak Serikat.
Negara selain Jpeang di kawasan Asia Timur lainnya adalah Korea Selatan.
Pemreintah Korea Selatan tidak terlalu merespon peningkatan militer China sebagai bentuk
ancaman yang mengancamn stabilitas kemanan kawasan Asia Timur. kore Selatan lebih
menganggap Korea Utara yang memiliki Nuklir merupakan ancaman yang serius bagi
stabilitas kemanan di kawasan Asia Timur. disamping itu China dan Korea Selatan sangat
aktif dalam hubungan bilateral yang menyangku masalah keamanan kawasan dan China
13 Jepang Cemas Akan Peningkatan Anggran Militer China, diakses melalui
http:/kapanlagi.com/h/000021635,html
14 K. Nanto , Dicks and Emma Chanlett-Avery, The Raise of China and It’s Effect on Taiwan, Jpan and South
Korea: U.S Poicy Choices, Congresional Research Service, The Library Congres, 2006.
15 Kent E. Calder, China and Japan’s Simmering Rivalry, Reischauer Center for East Asian Studies at SAIS, Johns Hopkins
University diakses melalui http://reischauer.jp/pdf/KEC%5B1%5D.Foreign Affairs.Final.pdf pada 28 juli 2009
mampu menyakinkan Korsel bahwa kebijakan peningkatan dan modernisasi militer China
merupakan sesuatu yang wajar dan dapat dilakukan oleh semua warga negara di belahan
dunia.
Penutup
Setiap negara yang ada di dunia ini mulai dari negara maju, negara berkembang sampai pada
negara yang miskin memiliki hak yang sama untuk meningkatkan kemampuan militernya
masing-masing dan hal tersebut merupakan sesuatu yang lazim. Negara - negara tersebut
memiliki kemampuan masing-masing untuk meningkatkan kemampuan militernya. Cina
sebagai negara besar di kawasan Asia Timur melakukan peningkatan kemampuan militernya
dengan meningkatkan anggaran militernya sebagai bagian dari kebijakan pemerintah untuk
mendukung pembangunan ekonomi dalam negeri Cina.
Peningakatan kekuatan militer China merupakan sesuatu yang wajar karena China dengan
wialayah yang luas harus mempertahankan keutuhan integrits wilayahnya. Selain itu
pemerintah China juga perlu melakukan modernisasi perlengkapan dan peralatan militer yang
secara teknologi sudah tertinggal dengan negara - negara negara besar.
Daftar Pustaka
Judith F.Korenberg and John R. Faust, “China in World Politics;Policies,
Processes,&Prospects” Lynne Rienner,2005.
Keith Crane, Modernizing China’s military : opportunities and constraints, RAND
Corporation United States Air Force,2005.
K.Nanto, Dick and Emma Chanlett-Avery, The Rise of China and It’s Effect on Taiwan,
Japan and South Korea : U.S. Policy Choices, Congressional Research Service, The Library
Congres, 2006.
R.P Smith, Models of Military Expenditure, Journal of Applied Econometrics, Vol. 4, No. 4,
John Wiley & Sons, 1989.
China’s Military Modernization, Peterson Institute for International Economics diakses
melalui www.petersoninstitute.org
Hans J. Morgenthau.1990. Politik Antar Bangsa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia