Reaksi Uji Protein dan Reaksi Uji Spesif (1)

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA

PERCOBAAN I
REAKSI UJI PROTEIN DAN
REAKSI SPESIFIK ASAM AMINO DAN PROTEIN

NAMA

: MUHAMMAD ABDUL

NIM

: H411 14 510

HARI/TGL

: RABU/29 OKTOBER 2015

KELOMPOK


: I (SATU)

ASISTEN

: RISKA

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 3 November 2015
Asisten

Praktikan


(RISKA)

(MUHAMMAD ABDUL)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang
Protein tersusun dari berbagai asam amino yang masing-masing
dihubungkan

dengan

ikatan

peptida.

Meskipun

demikian,


pada

awal

pembentukannya protein hanya tersusun dari 20 asam amino yang dikenal sebagai
asam amino dasar atau asam amino baku atau asam amino penyusun protein
(proteinogenik). Asam-asam amino inilah yang disandi oleh DNA/RNA sebagai
kode genetik.
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan
senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya
reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan
adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian,
dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein yang
menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara
pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein
(albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu
sama dengan pereaksi uji lainnya.
Reaksi uji asam amino sendiri terdiri dari enam macam uji. Keenam uji
tersebut adalah uji millon, uji hopkins cole, uji belerang, uji xantroproteat, dan uji

biuret. Pada uji asam amino terdapat uji yang bersifat umum dan uji yang
berdasakan jenis asam aminonya. Serta uji xantroproteat bereaksi positif untuk
asam amino yang mengandung inti benzena.

Asam amino diperlukan oleh makhluk hidup sebagai penyusun protein
atau sebagai kerangka molekul-molekul penting. Asam amino disebut esensial
bagi suatu spesies organisme apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi tidak
mampu memproduksi sendiri atau bisa dikatakan spesies itu selalu kekurangan
asam amino yang bersangkutan.
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dilakukanlah percobaan
mengenai reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini yaitu untuk melakukan reaksi uji
terhadap asam amino dengan menggunakan tes millon, tes ninhydrin, cysteina,
dan cystyne. Serta untuk memahami dan mempelajari reaksi-reaksi uji terhadap
protein.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Mengamati


reaksi uji protein dengan menggunakan tes Biuret,

pengendapan dengan logam, pengendapan dengan garam-garam anorganik
(Salting Out), dan pengendapan dengan Alkohol.
2. Mengetahui hasil reaksi uji protein dengan menggunakan tes Biuret,
pengendapan dengan logam, pengendapan dengan garam-garam anorganik
(Salting Out), dan pengendapan dengan Alkohol.
3. Mengidentifikasi adanya gugus indols spesifik amino triptofan melalui
percobaan Adamkiewitz-Hopkins.

4. Mengetahui reaksi uji protein dengan terjadinya pengendapan, melalui
proses termokoagulasi dan pengendapan dengan asam kuat seperti asam
nitrat dan asam organik.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Mengidentifikasi protein dengan mengidentifikasi reaksi spesifik asam
amino dan protein dengan beberapa pereaksi tertentu yaitu melalui reaksi
Adamkiewitz-Hopkins dan pengendapan dengan asam kuat seperti asam
nitrat dan asam organik yang ditandai dengan adanya perubahan warna,
suhu dan endapan yang menunjukkan bahwa adanya reaksi uji positif

terhadap asam amino dan protein.
2. Mengidentifikasi protein dengan menggunakan beberapa pereaksi tertentu
yang digunakan melalui beberapa tes yaitu: biuret, pengendapan dengan
logam, salting out, dan pengendapan dengan alkohol yang ditandai dengan
adanya perubahan warna dan endapan yang menunjukkan bahwa adanya
reaksi uji positif terhadap protein.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Asam amino adalah molekul biologis yang penting yang berperan
sebagai blok pembangun untuk peptid dan protein. NH2 terkait oleh atom
karbon yang berbatasan dengan CO2H. untuk itu molekul ini disebut asam
amino alfa. Ada 20 jenis asam amino yang telah teridentifikasi sebagai unitunit dalam protein tumbuhan dan hewani yang paling penting. Karena asam
amino mengandung baik gugus asam maupun basa, asam ini bersifat amfoter
dan cenderung untuk melakukan pemindahan proton dari gugus CO2H ke
NH2, keseimbangan cenderung berupa ion dipolar yang disebut ion zwitter
(Day, 2002).
Keseimbangan asam amino alam pakan sejalan dengan hukum minimum
Liebig yang menyatakan bahwa kekurangan salah satu asam amino esensial

dalam diet akan mengakibatkan

terhambatnya

penggunaan asam asam

amino lain, walaupun asam amino tersebut tersedia cukup pada pakan. Dalam
penyusunan ransum ternak perlu juga diperhatikan berbagai faktor yang
mempengaruhi kebutuhan nutrisi

ternak seperti faktor jenis kelamin ternak,

genetik, tingkatan umur dan juga faktor lingkungan. Konsep ideal protein
dapat

dikembangkan dalam penyusunan ransum walaupun berbeda jenis

kelamin, berat maupun genetic. Konsep ideal

protein


pertama

sekali

diperkenalkan oleh Wang dan Fuller (1989) dan Chung and Baker (1992).
Konsep ideal protein didasarkan pada relative asam amino yang dibutuhkan

oleh

ternak

untuk

pertumbuhan

dan pemeliharaan, dimana kebutuhan

dari asam amino tersebut akan berbeda menurut jenis kelamain, umur, berat
dan juga genetik dari ternak, namun perbandingan antara asam amino

esensial selalu sama. Dalam menentukan konsep ideal protein, asam amino
lisindigunakan sebagai sebagai referansi dari asam amino (Samadi, 2012).
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan
senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya
reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan
adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian,
dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein yang
menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara
pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein
(albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu
sama dengan pereaksi uji lainnya (Suprayitno, 2014).
Asam amino karboksilat, untuk selanjutnya kita sebut asam amino saja
adalah asam alkanoat yang sebuah atom H atau lebih dari gugus alkilnya diganti
dengan gugus amino. Di alam terdapat sekitar 300 jenis asam amino. Namun,
ternyata hanya du puluh asam amino yang secara alami merupakan bahan
pembangun protein. Asam amino pembangun atau pembangun protein adalah alfa
asam amino, yaitu asam amino yang gugus aminonya terikat pada atom karbon
alfa (Damin, 2009).
Beberapa asam amino yang bukan merupakan satuan pembentuk protein,
baik yang terdapat dalam keadaan bebas atau yang terikat pada sel jaringan,

mempunyai peranan penting dalam metabolisme. Ada dua struktur asam amino,

yaitu struktur yang tidak bermuatan dan struktur ion pada pH fisiologis. Gugus
karboksilat bersifat sebagai donor protein; gugus amino bersifat sebagai akseptor
proton; dan gugus R yang dikenal sebagai rantai samping atau rantai samping
atau rantai cabang mempunyai sifat yang khas (Damin, 2009).
Asam amino yang disintesis dari zat antara pada glikolisis menghasilkan
piruvat apabila mengalami penguraian. Asam amino yang dibentuk dari zat antara
dalam siklus ATK dirubah kembali menjadi zat antara tersebut selama
degradasinya. Histidin suatu asam amino esensial, memiliki 5 karbon yang
diubah menjadi glutamat sehingga menjadi zat antara pada siklus ATK. Sebagian
asam amino esensial yang tidak dapat disintesis dari alanin yang diubah menjadi
piruvat, metionin, treonin, valin membentuk suksinil KoA dan fenifalanin
membentuk fumarat. Karena di hari piruvat dan zat antara pada siklus ATK
menghasilkkan glukosa, asam amino ini bersifat glukogenik. Sebagian asam
amino esensial dengan karbon yang menghasilkan glukosa juga memiliki karbon
lain yang menghasilkan badan keton. Triptofan, isoleusin dan treonin
menghasilkan asetil KoA dan fenifelanin menghasilkan asetoasetat. Asam-asam
amino ini bersifat glukogenik sekaligus ketogenik (Dawn dkk., 1996).
Protein merupakan polimer asam-asam amino yang mempunyai bermacammacam fungsi, antara lain (Triwibowo, 2010):

1. Sebagai katalisator reaksi-reaksi biokimia dalam sel. Peranan ini
dimainkan oleh molekul protein khusus yaitu enzim. Reaksi ini yang
dikatalisis oleh enzim berkizar dari reaksi reaksi sederhana, misalnya
replikasi kromosom. Reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan berjalan
jauh lebih cepat daripada reaksi tanpa enzim.

2. Sebagai pengangkut molekul-molekul kecil dari ion. Telah diketahui
bahwa molekul-molekul berukuran kecil, misalnya oksigen, diangkut di
dalam jaringan tubuh jazad multiseluler oleh protein hemoglobin atau
ole myoglobin.
3. Berperan di dalam sistem pergerakan yang terkordinasi, misalnya dalam
kontraksi otot, pergerakan kromosom menuju kutub-kutub sel selama
proses mitosis, maupun pergerakan flagela bakteri.
4. Sebagai komponen sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh
ditentukan oleh adanya antibodi yang merupakan prikotein dengan
fungsi sangat spesifik. Antibodi akan disintesis jika ada senyawa atau
benda-benda asing masuk ke dalam tubuh.
5. Sebagai feromon. Jazad eukariotik tingkat rendah, misalnya khamir
Saccharomyces cerevisia, menghasilkan molekul berukuran kecil yang
disekresikan ke luar sel.
6. Sebagai pengatur ekspresi genetik. Proses replikasi DNA, transkripsi,
dan translasi yang berlangsung di dalam sel merupakan proses selular
yang sangat kompleks dan diatur oleh bermacam-macam protein, baik
yang berupa protein sebagai katalisator reaksi maupun protein regulator.
7. Sebagai penerus impuls saraf. Protein reseptor, misalnya rhodopsin,
merupakan contoh protein yang berperan meneruskan stimulus tertentu
ke sel saraf.
8. Sebagai komponen pendukung kekuatan-regang pada kulitdan tulang
misalnya kolagen.
BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan reaksi spesifik asam amino dan
protein adalah larutan protein (albumin dan asparagin), larutan glioksilik (Reagen
Hopkins), larutan H2SO4 (asam sulfat) pekat, larutan NaOH 0,1 M, larutan asam
asetat (CH3COOH) 0,1 M, larutan asam nitrat (HNO3) pekat, larutan asam
Trikloroasetat 10%, aquades, kertas label dan tisssue roll.
Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan reaksi uji protein: larutan
protein (albumin dan alanin), NaOH 2,5 M, CuSO4 001M, HgCl2 0,2 M,
(CH3COO)2Pb 0,2 M, Kristal (NH4)2SO4, reagen Millon, HCl 0,1 M, NaOH 0,1
M, Etanol 95% dan buffer pH 4,7, aquades.
III.2 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan reaksi spesifik asam amino dan
protein adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, gegep, sikat tabung, batang
pengaduk dan penangas air. Alat-alat yang digunakan pada percobaan reaksi uji
protein yaitu: tabung reaksi, seperangkat centrifuges, batang pengaduk, sendok
tanduk, rak tabung, pipet tetes berskala, water bath, gegep.
III.3 Prosedur kerja
Prosedur kerja pada percobaan reaksi uji protein reaksi spesifik
asam amino dan protein adalah :
III.3.1 Reaksi uji

III.3.1.1 Pengendapan dengan logam
Ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M ke dalam 3 ml larutan albumin. Diamati
perubahan yang terjadi lakukan juga dengan asam amino yang lain, kemudian
diulangi langkah yang sama tapi dengan mengganti HgCl 2

0,2 M dengan

(CH3COO)2 Pb 0,2 M dan lakukan juga dengan asam amino yang lain.
III.3.1.2 Pengendapan dengan alkohol
Tiga buah tabung disiapkan. Tabung pertama diisi dengan 5 ml larutan
albumin kemudian ditambahkan dengan 1 ml HCl 0,1 M, ditambahkan dengan 6
ml Etanol 95% . Tabung kedua, diisi dengan 5 ml larutan albumin kemudian
ditambahkan dengan 1 ml NaOH 0,1 M, ditambahkan lagi dengan 6 ml Etanol
95% . Tabung ketiga, diisi dengan 5 ml larutan albumin kemudian ditambahkan
dengan

1 ml larutan buffer asetat pH 4,7 kemudian ditambahkan dengan 6 ml

Etanol 95% . Diamati dan dibandingkan pada larutan pada ketiga tabung reaksi.
III.3.2 Reaksi spesifik
III.3.2.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
Kedalam sebuah tabung reaksi, ditambahkan 2 ml larutan protein pada 2
ml larutan glioksilik (Reagen Hopkins), Aduk, kemudian melalui dinding tabung
tanpa dicampurkan, masukkan 4 ml asam sulfat pekat, kemuadian amati. Diulangi
prosedur di atas dengan menggunakan larutan protein yang lain.
III.3.2.2 Reaksi pengendapan
a. Termokoagulasi

Basakan 5 ml larutan albumin dengan 2–3 tetes NaOH 0,1 N, kemudian
panaskan selama 5 menit hingga mendidih. Kemudian larutan ditambahkan asama
setat 0,1 M selagi panas, kemuadian amati perubahan yang terjadi. Diulangi
prosedur di atas dengan menggunakan larutan protein yang lain.
b. Asam kuat
1. Pengendapan dengan asam nitrat
Dalam tabung reaksi yang mengandung 2 ml larutan albumin,
ditambahkan dengan menggunakan pipet, tanpa mencampur, 1 ml
asam nitrat pekat pada dasar tabung, amati cincin flukolasinya.
Diulangi prosedur di atas dengan menggunakan larutan protein yang
lain.
2.

Pengendapan dengan asam organik
Dalam tabung reaksi yang mengandung 2 ml larutana lbumin,

ditambahkan dengan menggunakan pipet, tanpa mencampur, 1 ml
larutan asam trikloroasetat 10% pada dasa rtabung, kemudian amati
cincin flukolasinya. Diulangi prosedur di atas dengan menggunakan
larutan protein yang lain.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Reaksi uji
IV.1.1.1 Pengendapan dengan logam
No
.

Contoh larutan

HgCl2 0,2 M

(Ch3COO)2Pb 0,2 M

1.

Albumin

Terjadi perubahan
warna, ada
pengendapan

Warna keruh, tidak
ada pengendapan

2.

Asparagin

Warna keruh, tidak
ada pengendapan

Warna keruh, tidak
ada pengendapan

IV.1.1.2 Pengendapan dengan alcohol
Tabung
III

I

II

HCl 0,1 M + 6 ml
etanol 95%

1 ml NaOH + 6
ml etanol 95%

Buffer asetat pH
4,7 + 6 ml etanol
95%

Albumin

Berwarna keruh,
terdapat endapan

Berwarna bening,
tidak ada endapan

Berwarna keruh,
terdapat endapan

Asparagin

Berwarna bening,
tidak ada endapan

Berwarna bening,
tidak ada endapan

Berwarna bening,
tidak ada endapan

Larutan contoh

IV.1.2 Reaksi spesifik
IV.1.2.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins

No

Larutan contoh

1

Albumin

2

Asparagin

Perubahan saat penambahan/pencampuran
Reagen Hopkins
H2SO4 pekat
Berwarna bening, Berwarna merah kecoklatan,
tidak ada endapan
Berwarna bening,
tidak ada endapan

tidak ada endapan
Berwarna bening
kecoklatan, tidak ada
endapan

IV.1.2.2 Reaksi pengendapan
a. Termokoagulasi
No Larutan contoh
1
Albumin

NaOH 0,1 M
Berwarna bening, tidak

CH3COOH 0,1M
Berwarna bening, tidak

2

ada endapan
Berwarna bening, tidak

ada endapan
Berwarna bening, tidak

ada endapan

ada endapan

Asparagin

b. Asam kuat
1. Pengendapan dengan asam nitrat

N
Larutan
o
1

Pencampuran/Penambahan HNO3
Berubah warna dari bening menjadi

Albumin
2

Asparagin

kekuningan
Tidak mengalami perubahan warna

2. Pengendapan dengan asam organik

N
Larutan
o

Penambahan/Pencampuran Trikoloasetat

1
2

Albumin
Asparagin

Berubah warna menjadi putih keruh
Tidak mengalami perubahan warna

IV.2 Reaksi
IV.2.1 Reaksi uji
IV.2.1.1 Pengendapan dengan logam
1. HgCl2 0.2 M

O

O

2H2N-CH- C - NH-CH-C
R

O
- NH-CH- C -OH + HgCl2

R

O

n

O

2H2N-CH-C- NH-CH-C
R

R

R

O
- NH-CH- C- O
n

R
Hg2+ + 2 HCl

O

O

2H2N-CH-C- NH-CH-C
R

2.

R

(CH3COO)2 Pb 0,2 M
O

O
- NH- CH- C - O
n

R

O

2 H2N - CH-C - NH-CH - C - OH + (CH3COO)2 Pb

R

R

O

n

O

H2N - CH-C – NH–CH - C - O
R

n
Pb6+ + H+ + CH3COO -

O

O

H2N - CH- C – N – CH - C - O
R

R

n

IV.2.1.2 Pengendapan dengan alkohol
1.

Reaksi NaOH
O

O

H2N-CH-C - NH-CH-C
R

R
O

O
- NH- CH- C –OH + OHn

R

O

O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –O- + C2H5OH
R

R
O

n

R

O

O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + OH- + H2O
R

R

n

R

2. Reaksi HCl
O

O

O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + H+

R

R
O

n

R

O

O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –+OH2 + C2H5OH
R

R

n

O

R

O

O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H+ + H2O
R

R

3. Buffer pH 4,7
O

n

R

O

O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + C2H5 OH
R

R
O

n

R

O

O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H2O
R

R

n

R

IV.2.2 Reaksi spesifik
IV.2.2.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
O O
-CH2-CH-COOH + C-C
NH2
N

H

H H

H2SO4 pekat

-CH2-CH-COOH
N

-H2O

NH-CHOH-COOH

H

-CH2-CH-COOH
N

N

H

CH-COOH

IV.2.2.2 Reaksi pengendapan
a. Termokoagulasi
+

O
O
H3N-CH-C – NH-CH C- NH-CH—COOH+NaOH
R1

R2

n

-H2O

R3

O
O
H2N-CH-C – NH-CH C- NH-CH—COONa+CH3COOH
R1

R2

n

R3

O
O
H2N-CH-C – NH-CH C- NH-CH—COOH+CH3COONa
R1

R2

n

R3

b. Asam kuat
1. Pengendapan dengan asam nitrat
O

O

O

H3N - CH - C - -NH - CH - C - - NH -CH- C - OH + HNO3

R1
O

R2

R3

O

O

O

O2N - C -NH-CH -C - -NH - CH - C - - NH -CH - C - OH + H2O
R1 n

R2

R3

2. Pengendapan dengan asam organik

O
O
O
O
H2N-CH-C-NH-CH-C-NH-CH-C-OH+CCl3-C-OH
l
l
l
R1
R2
n R3
O
O
O
O
Cl3C -C-NH-CH-C-NH-CH-C-NH-CH-C-OH+H2O
l
l
l
R1
n R2
R3

IV.3 Pembahasan
IV.3.1 Reaksi uji
Setelah larutan albumin ditambahkan dengan larutan Reagen Hopkins,
larutan menjadi keruh. Lalu ditambahkan dengan larutan H 2SO4 pekat, larutan
berubah menjdi berwarna keunguan dan terbentuk 3 fase yaitu putih pekat, putih,
dan ungu. Hal ini menunjukkan bahwa protein mengandung asam amino triptofan
yang memiliki gugus indole. Tidak terbentuknya warna violet disebabkan karena
kerusakan pada reagen Hopkins yang digunakan.
Pada reaksi ini, albumin yang ditambahkan dengan larutan NaOH dan
dipanaskan sampai mendidih membentuk larutan bening, sebab yang terbentuk
yaitu garam-garam protein. Namun, setelah ditambahkan asam asetat selagi panas,
terjadi koagulasi yaitu terjadinya gumpalan putih pada larutan. Hal ini disebabkan

karena penambahan asam asetat menyebabkan albumin dalam keadaan netral yang
sebelumnya dalam keadaan basa, sehingga pada suhu yang tinggi, albumin dalam
keadaan netral akan terjadi penggumpalan (koagulasi).
Pada reaksi ini, setelah larutan albumin ditambahkan dengan larutan asam
nitrat tanpa di kocok. Larutan tersebut akan membentuk endapan putih di dasar
tabung. Hal ini menunjukkan bahwa larutan protein mengalami denaturasi.
Perubahan ini terjadi karena larutan protein (albumin) dapat bereaksi dengan asam
asetat. Adanya perubahan warna disebabkan adanya senyawa yang mengandung
kromatoform. Berbeda dengan asam amino yang lainnya yang tidak mengalami
perubahan warna karena ada asam amino spesifik yang terdapat pada larutan
albumin yaitu triptofan.
IV.3.2 Reaksi spesifik
Pada reaksi ini, albumin ditambhkan dengan HgCl2 . Pada penambahan ini
larutan berubah dari bening menjadi keruh. Hal ini disebabkan karena adanya
kemampuan protein atau asam amino untuk berikatan dengan ion logam di atas
titik isoelektriknya. Kemampuan ini disebabkan karena pada saat pH berada di
atas titik isoelektrik protein atau asam amino, maka ia akan bermuatan negatif
sehingga mampu mengikat ion logam yang bermuatan positif. Berdasarkan teori,
titik isoelktrik albumin adalah : 4,55-4,90, alanin 6,00 , glisin 5,97 dan serin 5,68
Adanya pertambahan ion logam menyebabkan putusnya jembatan disulfida dan
ikatan kovalen S-S pada protein yang mengandung gugus sulfuhidril.
Dengan adanya endapan menunjukkan bahwa protein dapat bertindak
sebagai antidotum/penawar racun pada keracunan logam berat seperti Hg, begitu

pula jika albumin ditambahkan dengan (CH3COO)2 Pb. Sedangkan untuk asam
amino seperti glisin dan alanin tidak membentuk endapan karena suasana larutan
masih berada di bawah titik isoelektrik kedua asam amino tersebut, sehingga asam
amino yang bermuatan positif tidak mampu berikatan dengan ion logam yang
bermuatan positif pula. Selain itu, keempat jenis asam amino tersebut tidak
mengandung gugus sulfuhidril.
Menurut teori, albumin + HCl dan albumin + NaOH membentuk larutan
bening sedangkan albumin + buffer asetat pH 4,7 agak keruh. Hal ini disebabkan
karena pada pH 4,7 merupakan titik isoelektrik albumin. Titik isoelektrik
merupakan pH dimana kelarutn protein minimum karena jumlah ion positif dan
ion negatife sama sehingga penambahan senyawa organik seperti aseton dan
alkohol yang bersifat nonpolar (muatan = 0) cenderung menurunkan kelarutan
protein. Sedangkan dengan penambahan asam atau basa menyebabkan larutan
albumin kelihatan agak bening, hal ini menandakan naiknya kelarutan albumin.
Hal ini berdasarkan sifat protein yang amfoter (protein dalam suasana pelarut
yang bersifat asam akan bertindak sebagai basa dan dalam suasana pelarut yang
bersifat basa akan bertindak sebagai asam).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percoban yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Larutan Albumin mengandung asam amino triptofan yang mengandung gugus
indole yang bereaksi positif terhadap reagen Hopkins.
2. Reaksi

termokoagulasi

menyebabkan

protein

mengalami

denaturasi

reversible, sedangkan pada pengendapan dengan asam kuat menyebabkan
protein terdenaturasi secara irreversible.
3. Pada reaksi uji protein dengan penambahan logam berat seperti logam Hg dan
Pb bereaksi positif dengan adanya pengendapan
4. Pada reaksi ui protein dengan pengendapan alcohol bereaksi positif pada
suasana asam dan basa serta tergantung pada pH reaksi.
V.2 Saran
Untuk Laboratorium Biokimia

agar bahan asam amino yang telah

digunakan dapat ganti dengan menggunakan asam amino yang lain sehingga kita
bisa mengetahui uji terhadap asam amino yang lain selain yang telah dipraktikkan

DAFTAR PUSTAKA
Damin, S., 2009, Pengantar kimia: Buku panduan kuliah mahasiswa
kedokteran dan program strata 1 fakultas bioeksakta, Penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta.

Dawn, B., M., dkk., 1996. Biokimia kedokteran dasar: Sebuah pendekatan
klinis, Penerbit EGC, Jakarta.
Day, R., A., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Samadi, 2012, Konsep Ideal Protein (Asam Amino) Fokus pada Ternak Ayam
Pedaging (online), Jurnal Penelitian, Vol: 12 (2), Hal: 42-48, Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh.
Suprayitno, E., 2014, Profile albumin fish cork (Ophicephalus striatus) of
different ecosystem, Internasional Journal Of Current Research And Academic
Review, Vol: 2 (12), Hal: 201-208, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.
Triwibowo, Y., 2010, Biologi molekuler, Erlangga, Jakarta.