Teori Sastra Struktural Dinamik .docx

MAKALAH
STRUKTURALIS DINAMIK
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TEORI SASTRA
DOSEN PENGAMPU : U’UM QOMARIYAH,S.Pd.,M.hum

OLEH :
ROMADHON

(2111409003)

MIFTAHUR ROHIM

(2111409004)

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2010

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan rahmad dan ridlhoNya,
sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Dan tak lupa sholawat serta salam kita
haturkan kehadirat nabi SAW, semoga kita kelak mendapatkan syafa`atul akhirah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pengampu mata kuliah teori sastra U’um
Qomariah, S.Pd., M.Hum., yang telah memberikan pemahaman tentang teori strukturalis dan
secara khusus memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam
bentuk makalah strukturalis dinamik. Dan tak lupa, kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan makalah ini.
Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran penulis harapkan untuk mencapai suatu
keabsahan.

Semarang, 17 April 2010

( Penulis )

x

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................................... x
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 3
Latar belakang........................................................................................................... 3
Rumusan Masalah..................................................................................................... 3
Tujuan........................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 5
Konsep Dasar............................................................................................................ 5
Teori.-teori Marxis................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................

9

Simpulan................................................................................................................... 9
Saran......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

xi


10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam penelitian karya sastra, analisis atau pendekatan obyektif terhadap unsur-unsur
intrinsik atau struktur karya sastra merupakan tahap awal untuk meneliti karya sastra sebelum
memasuki penelitian lebih lanjut (Damono, 1984:2).
Strukturalisme dinamika (lihat Teeuw, 1985: 185-192; Muhadjir, 2002: 304); Pradopo
2002: 46; dan Ratna, 2003: 88-96;) mencermati bahwa strukturalisme dinamik dimaksudkan
sebagai penyempurnaan strukturalisme yang semata-mata memberikan intensitas terhadap
struktur intrinsik yang dengan sendirinya melupakan aspek-aspek ekstrinsiknya. Strukturalisme
dinamik mula-mula dikemukakan oleh Mukarovsky dan Felik Vodicka.
Menurutnya, karya sastra adalah proses komunikasi, fakta semiotik, terdiri atas tanda,
struktur, dan nilai-nilai. Karya seni adalah petanda yang memperoleh makna dalam kesadaran
pembaca. Oleh karena itulah, karya seni harus dikembalikan pada kompetensi penulis,
masyarakat yang menghasilkannya, dan pembaca sebagai penerima.
Karya sastra tidak mungkin dan tidak perlu dianalisis secara menyeluruh sebab struktur
global bersifat tidak terbatas. Akan tetapi analisis tidak dapat dilepaskan dari kerangka sosial
kultural yang menghasilkannya.

Maka sebelum sampai kepada analisis karya sastra, yang paling utama adalah mengetahui
unsur-unsur intrinsik maupun ekstrinsik. Dalam realita inilah penulis mencoba menguraikan
strukturalisme dinamik sebagai pendekatan ekstrinsik karya sastra.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari uraian pada latar belakang tersebut, maka yang akan menjadi rumusan masalah adalah:
1. Konsep dasar strukhtural dinamik
2. Teori struktural dinamik

3

4
1.3 TUJUAN
Makalah tentang struktural dinamik bertujuan untuk mengenalkan teori strukturalisme
dinamik sebagai penyempurna atau yang memperkuat atas kelemahan-kelemahan strukturalisme
sebelumnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1


Konsep Dasar

Dalam kodratnya analisis sastra yang dibicarakan dalam kajian karya sastra yang paling
mendekati dengan strukturalis dinamik adalah teori-teori marxis, yang menguraikan tentang
social budaya. Prinsip-prinsip dasar marxisme tidak lebih mudah diringkas daripada doktrindoktrin kristiani yang esensial dan khusus.
Mark mencoba meletakkan pikiran orang kepada roda gerigi yang berlawanan. Pertama;
filsafat merupakan renungan yang khayal. Kedua; Hegel dan para pengikutnya dalam filsafat
jerman telah mengajak kita menyakini bahwa dunia itu dikuasai oleh pikiran, bahwa proses
sejarah itu adalah pembukaan hukum-hukum akal yang dialektis secara bertingkat, dan bahwa
keberadaan material itu adalah ekspresi esensi kejiwaan yang immaterial. Orang telah terdorong
untuk percaya bahwa pikiran-pikiran mereka, kehidupan kebudayaan mereka, system hukum
mereka merupakan ciptaan-ciptaan manusia dan dewa (tuhan), yang dipandang sebagai paduan
yang tidak dipersoalkan bagi kehidupan manusia. Marx membalik formulasi ini dan menentang
bahwa semua system mental (ideologis) adalah hasil-hasil keberadaan kemasyrakatan dan
peekonomian.
Dalam satu laporan, marx menerangkan pandangan dalam istilah kearsitekan:
”Superstruktur” (ideology politik) bertumpu pada” Dasar”

(hubungan –hubungan sosio-


ekonomi). Mengatakan bertumpu, karena yang kita sebut kebudayaan bukanlah suatu kenyataan
bebas, tetapi tidak terpisahkan oleh kondisi-kondisi kesejarahan yang di dalamnya manusia
menciptakan hidup kebendaannya.
Kesusastraan dan seni termasuk bidang ideologis. Masalah bagi Marx adalah
menerangkan bagaimana sebuah seni dan kesusastraan dihasilkan dalam suatu organisasi
kemasyarakatan yang masih kuno kesenangan estetik kepada kita dan dipandang sebagai suatu
ideal standard dan mustahil dapat dicapai.

5

6
A. Pandangan Tynyanov
Kalangan linguistic praha, didirikan tahun 1926, melanjutkan dan memperkembangkan
pendekatan structural. Mukarovsky misalnya, menggaris bawahi kebodohan tidak memasukkan
factor-faktor ekstra sastra dari analisis kritik sastra. Dengan mengambil alih pandangan dinamik
Tynyanov tentang struktur-struktur estetik, ia meletakan tekanan besar pada tegangan dinamik
diantara kesusastraan dan masyarakat dalam produk estetik.
B. Pandangan Mukarovsky
Wawasan mokarovsky telah diterima baru-baru ini oleh para wawasan kritikus Marxis
untuk memapankan kandungan kemasyarakatan seni dan kesusastraan. Kita tidak pernah dapat

berbicara tentang kesusastraan jika kesusastraan itu seolah-olah sebuah konon yang tetap bagi
karya-karya sastra, sebuah prangkat khusus, atau satu sosok bentuk dan jenis sasta yang tidak
berubah untuk memberkahi sebuah objek atau artefak dengan martabat nilai estetik adalah
sebuah laku kemasyarakatan, yang pada akhirnya tidak terpisahkan dengan ideologi-ideologi
yang mendahului. Apa yang dipilih masyarakat untuk memandangnya sebagai karya seni
“bermutu” atau

budaya “tinggi” juga tunduk kepada nilai-nilai yang berubah. Kelas yang

dominan dalam suatu zaman kesejarahan akan mempunyai pengaruh yang penting atas definisidefinisi seni, dan kecenderungan-kecenderungan baru timbul secara normal akan berkeinginan
untuk menggabungkan kedalam dunia ideology tersebut.
2.2
2.2.1

Teori-teori Marxis
Realisme Sosialis Soviet

Kritik sastra Marxis yang ditulis di Barat sering kali sangat berani dan segar, tetapi
Realisme Sosialis, sebagai metode artistic komunis yang resmi. Tampaknya tidak menarik
dan memedihkan mata bagi pembaca-pembaca Barat. Doktrin yang diuraikan oleh Persatuan

Penulis Soviat(1932-1934) adalah sebuah kodifikasi pernyataan-pernyataan lenin sebelum
revolusi sebagai ditafsirkan dalam tahun 1920-an teori itu membicarakan masalah-masalah
utama revolusi kesusastraan, cerminan hubungan-hubungan kelasnya, dan fungsinya dalam
masyarakat. Revolusi-revolusi dalam kesenian, music, dan kesusastraan yang terjadi disekitar
tahun 1910 (Pecasso, Stravinsky, Schoenberg, T.S Eliot) dipandang oleh para kritikus soviet
sebagai karya-karya decade masyarakat kapitalis yang lalu.

7
Kualitas narodnost (popularitas) adalah sentral baik estetika maupun politik. Karya sastra
itu juga akan memiliki pandangan yang maju membayangkan perkembangan-perkembangan
masa depan dalam kualitas masa kini, dan memberikan pengertian ideal kemungkinankemungkinan perkembangan social dari sudut pandang golongan pekerja.
Teori hakikat seni-kelas(klassovosp) sangat kompleks. Dalam tulisan-tulisan marx
English, dan tradisi soviet, ada suatu penekanan rangkap pada penglibatan penulis atau
kepentingan-kepentingan kelas disatu pihak, dan realisme social karya penulis itu dilain
pihak.
2.2.2

Marxisme “Strukturalis”

Kaum Marxis percaya bahwa individual adalah pendukuung posisi-posisi dalam system

kemasyarakatan dan bukan agen-agen bebas. Kaum Strukturalis menganggap bahwa perilaku
dan ucapan-ucapan individual berkaitan erat, artinya dengan sistem tanda yang
melahirkannya.
Lucient Goldmann, kritikus Rumania, menolak bahwa teks-teks adalah ciptaan jenius
individual dan menyatakan bahwa teks-teks itu didasarkan pada “ Struktur-struktur mental
trans-individual” milik kelompok-kelompok ( atau kelas-kelas) khusus.
Louis althuser, filosof marxis perancis. Karyanya secara jelas berhubungan dengan
strukturalisme dan pasca strukturalisme. Ia menolak kehidupan kembali aliran Hegel dalam
filsafat Marxis, dan mengemukakan bahwa sumbangan Marx yang nyata kepada pengetahuan
bermula dari paraknya dan Hegel. Ia mengkkritik keterangan Hegel tentang totalitas.
Pandangan-pandangan Althusser tentang sastra dan seni. Ia menolak memperlakukan seni
sebagai hanya sebuah ideology. Ia mempergunakan argument-argumen Engels tentang
Balsac. Dan menyatakan bahwa seni “ membuat kita malihat”, dalam cara menjarakkan,
ideology yang melahirkan seni, yang di dalamnya seni hidup dan yang darinya seni
melepaskan dirinya sebagai seni, dan yang kepadanya seni bersinggungan.
Althusser mendefinisikan ideology sebagai sebuah “ representasi hubungan individuindividu yang imajiner dengan kondisi-kondisi keberadaannya yang nyata.
Sebuah teori produksi sastra (1966) karya Pierre Macherey mempengarui seni dan
ideology Althusser. Ia mulai dengan mengambil model tulisan marxis secara eksplisit. Tibak
hanya memperlakukan teks sebagai sebuah ciptaan atau artifak mencukupi dirinya sendiri,


8
bahkan ia memandangnya sebagai sebuah produksi yang didalamnya sejumlah hal yang
berbeda dikerjakan dan berupa dalam suatu proses

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Mark mencoba meletakkan pikiran orang kepada roda gerigi yang berlawanan. Pertama;
filsafat merupakan renungan yang khayal. Kedua; Hegel dan para pengikutnya dalam filsafat
jerman telah mengajak kita menyakini bahwa dunia itu dikuasai oleh pikiran, bahwa proses
sejarah itu adalah pembukaan hokum-hukum akal yang dialektis secara bertingkat, dan bahwa
keberadaan material itu adalah ekspresi esensi kejiwaan yang immaterial.
A. Pandangan Tynyanov
Dengan mengambil alih pandangan dinamik Tynyanov tentang struktur-struktur estetik, ia
meletakan tekanan besar pada tegangan dinamik diantara kesusastraan dan masyarakat dalam
produk estetik.
B. Pandangan Mukarovsky
Kelas yang dominan dalam suatu zaman kesejarahan akan mempunyai pengaruh yang
penting atas definisi-definisi seni, dan kecenderungan-kecenderungan baru timbul secara normal
akan berkeinginan untuk menggabungkan kedalam dunia ideology tersebut.

Dari paparan di atas kita dapat mengtakan bahwa teori-teori strukturalis dinamik
merupakan tindak lanjut dari Strukturalisme sebelumnya. Jika kita analisis maka akan tampak
bahwa teori-teori tersebut saling berkesinambungan, saling menguatkan dan dikuatkan. Maka
dari itu Lahirnya strukturalisme dinamik didasarkan atas kelemahan-kelemahan strukturalisme
sebagaimana yang dianggap sebagai perkembangan formalisme.
3.2 Saran
Perbedaan unsur-unsur karya sastra untuk jenis yang berbeda-beda terjadi akibat proses
resepsi pembaca. Setiap penilaian akan memberikan hasil yang berbeda. Unsur-unsur yang
terdapat pada ketiga jenis sastra (prosa, puisi, dan drama) akan membutuhkan pemusatan analisis
yang berbeda pula. Maka dari itu, pemahaman tentang konsep strukturalis dinamik sangat
dibutuhkan dalam menganalisis suatu karya dari segi idiologi, ekonomi, dan social
kemasyarakatan.
9

DAFTAR PUSTAKA
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Selden, Raman. 1991. Panduan Membaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.

10