E COMMERCE PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (2)

E- COMMERCE PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
E- Commerce in Islamic Economic Perspektive
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :
Zein Muttaqin S.E.I., M.A.

disusun oleh :
Miqdam Maufur

13423118

Dina Amalia

14423204

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016


1

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala Puji Syukur teruntuk Ilahi Rabbi, shalawat dan salam semoga
senantiasa terlimpah atas Rasulullah SAW. Seluruh keluarga, kerabat, dan
sahabatnya. Aamiin.
Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
akhirnya penyusun dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “E-Commerce
Perspektif Ekonomi Islam” di Prodi Ekonomi Islam, Fakutas Ilmu Agama Islam,
Universitas Islam Indonesia, sebagai tugas dari mata kuliah “Bahasa Indonesia”
tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, penyusun ucapkan banyak terima
kasih kepada Bapak Zein Muttaqin selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penyusun berharap pembaca dapat
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Penyusun juga berharap makalah yang sederhana ini dapat

bermanfaat, terutama bagi yang membutuhkannya.
Akhirnya, semoga Allah meridhoi kegiatan penyusunan makalah ini dan
memberikan manfaat bagi kita semua yang membacanya.

Yogyakarta, 7 Desember 2016
ttd,
Tim Pemakalah

2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Definisi E-Commerce................................................................................3
B. Ruang Lingkup E-Commerce....................................................................3
C. Proses Bisnis dan Mekanisme Transaksi E-Commerce............................4
D. Pinsip Muammalah dalam Islam...............................................................6
E. Transaksi As-Salam...................................................................................8
F.

Persamaan dan Perbedaan E- Commerce dengan As Salam...................11

BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14

3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman maka berkembang pula sistem
teknologi dan informasi. Hal ini semakin memudahkan manusia beraktifitas
dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi dan informasi ini
bergerak dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam aspek ekonomi.
Perkembangan teknologi yang dipandang paling signifikan adalah melalui
internet.
Internet merupakan suatu penemuan yang pada awalnya berfungsi
sebagai alat pertukaran data ilmiah dan akademik, kini berubah menjadi
perlengkapan hidup sehari-hari yang dapat diakses dari berbagai belahan
dunia. Teknologi internet mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
perekonomian dunia. Internet membawa perekonomian dunia memasuki
babak baru yang lebih populer dengan istilah digital economics / ekonomi
digital. Kebaradaannya ditandai dengan semakin maraknya kegiatan
perekonomian yang memanfaatkan internet sebagai media komunikasi,
kolaborasi, dan kooperasi. Perdagangan misalnya, semakin banyak
mengandalkan perdagangan elektronik / electronic commerce (e-commerce).
[ CITATION Asn04 \l 1057 ]
Perkembangan E- commerce tidak terlepas dari laju pertumbuhan

internet. Internet menjadi salah satu media yang efektif bagi perusahaan
maupun perorangan untuk memperkenalkan dan menjual produk atau jasa
mereka ke calon pembeli atau konsumen dari seluruh dunia.[ CITATION
Asn04 \l 1057 ]
Saat awal ditemukannya jaringan komputer, kebayakan perusahaan
bisnis skala besar diseluruh dunia, terutama di Amerika serikat, menggunakan
suatu bagian tertentu dari perdagangan elektronik (electronic commerce) untuk
mengendalikan transaksi antar bisnis. EDI ( Electronic Data Interchange ),
yang memungkinkan pertukaran dokumen antar bagian dalam suatu
perusahaan dengan bentuk yang terstandarisasi di jaringan pribadi, telah
dimulai pada sekitar tahun 1960-an di Amerika Serikat. Kemudian transaksi
perbankan skala besar telah lama menggunakan jaringan terdedikasi (Dedicate
Networks) untuk metode-metode pertransferan dana dengan menggunakan
sistem EFT (Electronic Fund Transfer), yang merupakan metode pertransferan
dana secara elektonik, yang dirancang untuk mengoptimalkan pembayaran
yang dilakukan secara elektronik.[ CITATION Nug06 \l 1057 ]
Berdasarkan riset Online Shopping Outlook 2015 yang dikeluarkan
oleh BMI research mengungkapkan, peluang pertumbuhan pasar online masih
sangat besar seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna internet di
Indonesia.menurut riset dari BMI, pada tahun 2014, pengguna belanja online

mencapai 24 % dari jumlah pengguna internet di Indonesia. Riset tersebut di
1

lakukan di 10 kota besar di Indonesia terhadap 1.213 orang dengan usia antara
18-45 tahun melalui metode phone survey. Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) memprediksi pertumbuhan penduduk di Indonesia pada
tahun 2015 mencapai 255.461.700 orang, sementara pertumbuhan pengguna
internet pada tahun ini versi Asosiasi Penyelenggara Jasa Intenet Indonesia
(APJII) adalah sekitar 139 juta pengguna. Hal tersebut juga merujuk pada
target Kementrian Komunikasi dan Informasi yang menargetkan di tahun 2015
jumlah pengguna internet sekitar 150 juta pengguna[ CITATION BIS15 \l
1057 ].
BMI Research Head, Yoanita Shinta Devi mengungkapkan, “Pasar
belanja online di Indonesia akan tumbuh hingga 57% pada tahun 2015, atau
meningkat sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu”.
Dilihat dari perputaran uang nya, hasil riset BMI juga menyebutkan nilai
belanja online paa 2014 mencapai 21 triliun, dengan nilai belanja rata-rata per
orang dalam setahun sekitar Rp. 825 ribu. “Dengan asumsi nilai belanja yang
sama, maka pada tahun 2015 diprediksi akan meningkat hingga mencapai 50
triliun. Ini merupakan kondisi yang positif bagi pertumbuhan bisnis pasar

belanja online Indonesia,” tutur Yoanita[ CITATION BIS151 \l 1057 ].
Saat ini, dengan semakin maraknya pengguna Internet, perdaganagn
secara elektronik (e-commerce) dilakukan oleh bisnis-bisnis dengan berbagai
ukuran. Maka dapat diperhatikan perkembangan teknologi informasi, sadar
atau tidak, telah memberikan dampak terhadap perkembangan hukum,
ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Khususnya di bidang perekonomian,
perkembangan teknologi informasi telah melahirkan model transaksi baru
dalam dunia perdagangan. Maka dari itu, makalah ini disusun untuk
memberikan sedikit pemahaman mengenai transaksi bisnis menggunakan
internet atau e-commerce yang dikaitkan dengan perspektif islam.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan transaksi bisnis e-commerce ?
2. Bagaimana transaksi bisnis e-commerce perspektif islam ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan e-commerce
2. Menjelaskan transaksi bisnis e-commerce perspektif ekonomi Islam
D. Manfaat
1. Pembaca mampu memahami e-commerce
2. Pembaca mampu memahami e-commerce perspektif ekonomi Islam


BAB II

2

PEMBAHASAN
A. Definisi E-Commerce
Menurut Asnawi (2004), e-commerce merupakan suatu transaksi
komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain
dalam hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang,
pelayanan, atau peralihan hak. Transaksi komersial ini terdapat didalam media
elektronik yang secara fisik tidak memerlukan pertemuan para pihak yang
bertransaksi, dan keberadaan media ini dalam public network atas sistem yang
berlawanan dengan private network (sistem tertutup).
Berikut adalah karakteristik e-commerce :
1. Terjadinya transaksi anatara dua belah pihak
2. Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi
3. Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme
perdagangan tersebut.
Dari karakteristik tersebut terlihat jelas bahwa pada dasarnya ecommerce merupakan dampak dari perkembangan teknologi informasi dan
telekomunikasi, dan secara signifikan mengubah cara manusia melakukan

interaksi dengan lingkungannya, yang dalam hal ini terkait dengan mekanisme
dagang.
E. Ruang Lingkup E-Commerce
E-commerce sebagai suatu cara untuk melakukan aktivitas
perekonomian dengan infrastruktur internet memiliki jangkauan penerapan
yang sangat luas. Seperti halnya internet, dimanapun dan siapapun dapat
melakukan aktivitas apapun termasuk aktivitas ekonomi, e-commerce
memiliki sekmentasi penerapan yang luas. Secara garis besar e-commerce saat
ini diterapkan untuk melaksanakan aktivitas ekonomi business to business,
business to consume, dan consumer to consumer.[ CITATION Atm02 \l 1057 ]
1. Business to business
Menurut Purbo dan Wahyudi (2001) Business to business
merupakan sistem komunikasi bisnis online antar pelaku bisnis atau
dengan kata lain transaksi secara elektronik antar perusahaan (pelaku
bisnis) dan dalam kapasitas atau volume produk yang besar. Para pengamat
e-commerce mengaui bahwa akibat terpenting dengan adanya sistem
komersial yang berbasis web tampak pada aspek business to business.
Aktivitas e-commerce dalam ruang lingkup ini ditujukan untuk menunjang
kegiatan para pelaku bisnis itu sendiri.


2. Business to consumer

3

Business to consumer dalam e-commerce merupakan suatu
transaksi bisnis secara elektronik yang dilakukan pelaku usaha dan pihak
konsumen untuk memenuhi suatu kebtuhan tertentu dan pada saat tertentu
[ CITATION Atm02 \l 1057 ]. Banyak cara yang digunakan untuk
melakukan pendekatan dengan pihak konsumen, antara lain dengan
mekanisme toko online atau bisa juga dengan menggunakan konsep portal
seperti yang sedang meledak di Indonesia pada saat ini, seperti LAZADA,
Traveloka, dll.
3. Consumer to consumer
Consumer to consumer merupakan transaksi bisnis secara
elektronik yang dilakukan antar konsumen untuk memenuhi suatu
kebutuhan tertantu dan pada saat tertentu pula [ CITATION Dia01 \l
1057 ]. Segmentasi consumer to consumer ini sifatnya lebih khusus karena
transaksi dilakukan oleh konsumen ke konsumen yang memerlukan
transaksi. Seperti OLX, Toko Pedia, dll.
F. Proses Bisnis dan Mekanisme Transaksi E-Commerce

Ada beberapa tahapan dalam transaksi e- commerce menurut
Syafruddin (2013) yaitu:
1. Information sharing. Dalam proses ini prinsip penjual adalah mencari dan
menjaring calon pembeli sebanyak-banyaknya. Sementara pembeli
berusaha sedapat mungkin mencari informasi produk atau jasa yang
dibutuhkan.
2. Pemesanan produk atau jasa secara elektronik. Kedua belah pihak yang
melakukan transaksi akan membuat perjanjian. Aktivitas pembelian antara
penjual dan pembeli ini biasanya dilakukan melalui jaringan tertentu
seperti EDI (Eletctronik data Interchange) atau ekstranet.
3. Setelah transaksi dilakukan, langkah berikutnya adalah aktivitas purna
jual. Aktivitas yang dilakukan dalam tahapan ini antara lain, keluahan
terhadap kualitas produk, permintaan informasi baru, cara penggunaan dan
lain sebagainya. Seorang yang tertarik dengan suatu barang, ia dapat
melakukan transaksi dengan cara melakukan pemesanan secara elektronik
(online order) yaitu dengan menggunakan perangkat komputer dan
jaringan internet.

4

Gambar 1. Ilustrasi Transaksi E-Commerce
Penjelasan dari ilustrasi di atas adalah sebagai berikut:
1. Pembeli menentukan spesifikasi barang yang akan di beli (biasanya
gambar barang atau contoh barang dipampang di suatu situs);
2. Pembeli melakukan pemesanan barang dengan tertentu sesuai harga
yang tertera;
3. Pembeli membayar harga sesuai dengan kesepakatan, biasanya dengan
cara transfer yang melibatkan pihak bank atau melalui internet atau sms
banking
Menurut Mustofa (2012), ilustrasi lain dari proses transaksi elektonik
adalah sebagai berikut:
1. Konsumen meletakkan barang belanjaannya dengan memilih item dari
sebuah situs dan memasukkannya dalam troli belanja, ketika pembeli
melakukan request, maka situs akan me-replay berdasarkan total barang
yang dipesan, harga jumlah, total harga dan sampai nomor urut transaksi;
2. Pembeli mengirimkan pemesanan barang, termasuk di dalamnya
melengkapi data pembayaran. Informasi pembayaran ini akan terenkripsi
menggunakan pipeline Software socket Layer (SSL) yang terpasang antara
browser Web pembeli dan sertifikat Web SSL penjual;
3. Selanjutnya situs e-commerce akan me-request otorisasi pembayaran dari
payment gateway. Payment gateway meneruskan memintanya ke bank dan
pengolah pembayaran. Pada bagian ini, otorisasi dilakukan dengan merequest harga ke pemegang kartu dan harus disetel untuk disesuaikan
dengan mengurangi saldo rekening pemegang kartu (card holder). Proses
ini dilakukan untuk memastikan bahwa pembayaran disetujui oleh
perusahaan yang mengeluarkan kartu kredit bagi pembeli (isuuer) dan
memastikan bahwa penjual mendapatkan pembayaran;

5

4. Penjual mengonfirmasi dan segera mengirimkan barang atau jasa kepada
pembeli;
5. Selanjutnya penjual me-request pembayaran, mengirimkan request
tersebut ke payment gateway yang menangani proses pembayaran
menggunakan processor.
6. Transaksi disetel atau diteruskan oleh pihak bank untuk segera mendeposit
saldo rekening penjual di bank.
1.
2.

3.

4.

5.

Model transaksi di atas melibatkan beberapa pihak, yaitu:
Pembeli, biasanya memiliki infrastruktur pemegang kartu pembayaran
elektronik seperti kartu kredit atau ATM;
Isuuer (perusahan yang mengeluarkan kartu kredit bagi pembeli),
merupakan bank yang menyediakan perangkat pembayaran kepada
pembeli. Issuer ini bertanggung jawab terhadap pembayaran debet
cardholder (pemegang kartu);
Merchant (penjual atau pelaksana bisnis), merupakan situs e-commerce
yang menjual berbagai produk dan jasa kepada para pemegang kartu di
situs web. Seorang merchant yang membuka diri untuk menerima
pembayaran secara elektronik menggunakan kartu harus memiliki
merchant account internet melalui pihak acquirer;
Acquirer, institusi keuangan yang membuatkan akun sebagai seorang
merchant dan memproses otorisasi sampai pembayaran secara utuh
dilakukan. Pihak acquirer ini melaksanakan otorisasi kepada merchant
yang memiliki akun aktif dan melakukan transaksi pembelian dari kartu
pembeli yang tidak melebihi waktu limitnya. Acquirer juga melakukan
transfer pembayaran secara elektronis ke rekening pihak penjual dan
selanjutnya ditagihkan pihak issuer melalui lintas jaringan pembayaran
secara khusus;
Payment Gateway pihak ini bertindak sebagai provider pihak ketiga dan
bertanggung jawab menyediakan sistem gateway pengolahan pembayaran
merchant. Pihak ini bertindak sebagai interface (pengantara) antara situs
e-commerce dengan sistem pengolahan keuangan dari acquirer;

G. Pinsip Muammalah dalam Islam
Dalam Utomo (2003) menjelaskan bahwa prinsip berdagang islam
bahwa manusia berkarakter dasar sebagai makhluk sosial dan berperadaban
yang membutuhkan pergaulan sosial yang tentunya membawa konsekuensi
adanya transaksi muamalah serta pertukaran barang dan jasa. Hal ini
memerlukan prinsip-prinsip yuridis samawi yang mengatur semuanya agar
sesuai dengan sunnatullah, keharmonisan dan keadilan sosial. Prinsip-prinsip
syariah dalam pertukaran dan kontrak muamalah yang dapat digunakan untuk
melakukan tinjauan hukum atas setiap transaksi sepanjang zaman, termasuk
era modern untuk kemaslahatan semua pihak

6

Ada beberapa prinsip dalam Islam yang berkaitan dengan kontrak
muamalah yaitu [ CITATION Uto03 \l 1057 ] :
a. Asas kerelaan dari semua pihak yang terkait (an-taradin).Oleh karena
itu setiap transaksi yang dilakukan karena unsur paksaan dan tekanan
tidak sah. Kecuali dalam hal publik atau negara membutuhkan adanya
transaksi jual beli barang atau jasa dengan harga standard terutama
karena adanya faktor pelanggaran etika bisnis seperti penimbunan
sembako.
b. Larangan praktek penipuan dan pemalsuan, temasuk dalam hal ini
memakan harta orang lain secara batil. Termasuk dalam hal ini
sumpah, janji iklan, penawaran dan promosi dengan barang atau jasa
ataupun harga palsu.
c. Tradisi, prosedur, sistem, konvensi ,norma, kelaziman dan kebiasaan
bisnis yang belaku tidak betentangan dengan prinsip syariah seperti
praktek riba dan spekulasi yang merupakan asas pengikat dan
komitmen dalam bisnis. Hal ini berdasarkan kaidah uuhul fiqh
(alma’ruuf bainat tujjari kalmasyruti bainahum) yang artinya tradisi
yang berlaku di kalangan pebisnis diakui sebagai komitmen lazim
yang mengikat
d. Transaksi didasari atas dasar niat dan iktikad baik serta menghindari
kelicikan dan akal-akalan (moral hazard) dengan mencari celah
hukum dan ketentuan seharusnya. Ini pernah dilakukan oleh kaum
Yahudi, ketika Allah melarang lemak bagi mereka. Kemudian mereka
menjadikan lemak tersebut minyak dan dijual serta memakan hasil
penjualannya, maka Allah melaknat mereka atas sikap culas mereka
tersebut.
e. Deal atau kesepakatan dilangsungkan secara serius, konsekuen, komit
dan konsisten.
f. Transaksi didasarkan atas dasar prinsip keadilan dan toleransi.
Tidak boleh melakukan transaksi dengan cara, media dan obyek
tranasksi yang diharamkan baik barang maupun jasa seperti riba, menimbun,
ketidakpastian obyek transaksi (gharar), makan dan minuman yang haram dan
segala hal yang menjurus pelanggaran moral. Selain itu, selama transaksi tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, maka ketentuan Islam tersebut
belaku fleksibel, dinamis dan inovatif dalam hal muamalah.

7

H. Transaksi As-Salam
Secara bahasa as-salam atau as-salaf berarti pesanan. Secara
terminologis para ulama mendefinisikannya dengan: “Menjual suatu barang
yang penyerahannya ditunda, atau menjual suatu (barang) yang ciri-cirinya
jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya diserahkan
kemudian hari ” [ CITATION Ant01 \l 1057 ].
Para ahli fiqh berbeda pendapat dalam mendefinisikan transaksi assalam. Perbedaan ini didasari oleh perbedaan persyaratan yang dikemukakan
oleh masing-masing mereka. An-Nawawi, mengemukakan bahwa as-salam
merupakan transaksi atas sesuatu yang masih berada dalam tanggungan
dengan kriteria-kriteria tertentu dan pembayaran dilakukan . Dalam definisi
tadi tidak disebutkan bahwa sesuatu yang berada dalam tanggungan tersebut
diserahkan kemudian, karena menurutnya transaksi as-salam juga boleh
dengan penyerahan barang segera.
Menurut al-Qurthubi, as-salam merupakan transaksi jual beli atas
sesuatu yang diketahui dan masih berada dalam tanggungan dengan kriteriakriteria tertentu dan diserahkan kemudian dengan pembayaran harga
segera/tunai atau dihukumkan sama dengan segera/tunai.
Menurut pendapat kebanyakan ahli fiqh transaksi as-salam boleh
namun bertentangan dengan qiyas. Hal ini merupakan suatu dispensasi untuk
kemashlahatan dan kemudahan bagi manusia dari kaidah larangan
memperjualbelikan sesuatu yang tidak ada yang diambil dari hadist.
Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, transaksi as-salam boleh
dilaksanakan sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah atas dasar, bahwa:
1. Di dalam transaksi as-salam terdapat unsur yang sejalan dengan upaya
merealisasikan kemaslahatan perekonomian (mashlahah al-iqtishadiyyah).
2. Transaksi as-salam merupakan rukhsah (suatu dispensasi atau sesuatu yang
meringankan) bagi manusia.
3. Transaksi as-salam memberikan kemudahan kepada manusia
Bai` As-salam harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya
[ CITATION Ant01 \l 1057 ]:
1. Pembayaran dilakukan di muka (kontan)sebagaimana dapat dipahami dari
namanya, yaitu as salam yang berarti penyerahan, atau as salaf, yang
artinya mendahulukan, maka para ulama' telah menyepakati bahwa
pembayaran pada akad as salam harus dilakukan di muka atau kontan.
2. Dilakukan pada barang-barang yang memiliki kritera yang jelas diketahui
bahwa akad salam ialah akad penjualan barang dengan kriteria tertentu dan
pembayaran di muka.
3. Penyebutan kriteria barang pada saat akad dilangsungkan penjual dan
pembeli berkewajiban untuk menyepakati kriteria barang yang dipesan.

8

4. Penentuan tempo penyerahan barang pesanan tidak aneh bila pada akad
salam, kedua belah pihak diwajibkan untuk mengadakan kesepakatan
tentang tempo pengadaan barang pesanan.
5. Barang pesanan tersedia di pasar pada saat jatuh tempopada saat
menjalankan akad salam.
6. Barang pesanan adalah barang yang pengadaannya dijamin pengusaha
yang dimaksud dengan barang yang terjamin adalah barang yang dipesan
tidak ditentukan selain kriterianya.
Dalam pembahasan ini, akan diuraikan unsur-unsur yang harus ada
dalam transaksi as-salam yaitu pertama tentang sighat transaksi, kedua tentang
pelaku transaksi dan ketiga tentang obyek transaksi [ CITATION Ant01 \l
1057 ] :
1. Sighat transaksi.
Sighat merupakan pernyataan ijab kabul. Ijab merupakan
pernyataan yang keluar terlebih dahulu dari salah seorang yang melakukan
transaksi yang menunjukkan atas keinginan untuk melakukan transaksi.
Sedangkan kabul pernyataan dari pihak kedua yang menunjukkan atas
kerelaan nya menerima pernyataan pertama.
Pernyataan ijab kabul ini dapat dilakukan dengan cara lisan, tulisan
atau isyarat yang memberi pengertian dengan jelas tentang adanya ijab
kabul dan dapat juga berupa perbuatan yang telah menjadi kebiasaan
dalam ijab kabul.. al-kasani berpendapat bahwa tulisan sama dengan
ungkapan bagi orang yang tidak hadir dan seakan-akan dia sendiri yang
hadir. Dengan demikian transaksi assalam dapat dilakukan dengan segala
macam pernyataan yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak yang
melakukan transaksi baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, isyarat
maupun dalam bentuk tulisan.
2. Pelaku transaksi
Pelaku transaksi atau pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi
salam sama dengan jual beli pada umumnya yaitu pembeli/pemesan atau
juga disebut dengan rab assalam atau muslim dan penjual yang disebut
dengan muslam ilaihi.
Ulama fiqih sepakat bahwa orang yang mengadakan transaksi jual
beli harus orang yang memiliki kecakapan melakukan tindakan-tindakan
hukum. Oleh karena itu tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak kecil
yang belum berakal, orang gila, rusak akalnya , mabuk, orang sedang tidur,
pingsan , pemboros dan dungu.
3. Obyek transaksi
Obyek transaksi dalam salam sama dengan transaksi jual beli yaitu
sesuatu yang diperjualbelikan yang dalam transaksi salam disebut ra’s mal
dan muslam fih. Ra’s mal adalah harga yang harus dibayar oleh rab salam,
sedangkan muslam fih adalah produk yang harus diserahkan oleh muslam
fih kepada rab salam.

9

Para ahli fiqh menentukan bahwa obyek transaksi harus merupakan
harta yang memiliki nilai dan manfaat menurut syara bagi pihak-pihk yang
melakukan transaksi. Termasuk dalam kategori harta dalam pandangan
jumhur ulama adalah jasa atau manfaat. Di samping nilai manfaat juga,
benda tersebut memiliki kesucian zat. oleh karena itu dilarang melakukan
transaksi terhadap barang najis seperti khamar, babi bangkai dan berhalaberhala. Namun mazhab Hanafy mengecualikan barang-barang yang
dipandang kotor dan najis, selama masih dapat dimanfaatkan, maka boleh
untuk diperjualbelikan. Seperti menjual kotoran binatang untuk pupuk
tanaman Dengandemikian secara tegas dapat dikatakan bahwa pada
dasarnya semua benda dianggap ada manfaatnya, dan oleh karena itu dapat
diperjuabelikan. Kemudian terhadap benda yang dianggap tidak ada
manfaatnya dan tidak boleh diperjualbelikan, jika nyata-nyata merusak
atau ada ada keterangan nash yang menjelaskannya. Di samping
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam jual beli, dalam transaksi salam
juga diatur tentang pembayaran atau harga (ra’s mal). Para ulama sepakat
ra’s mal harus diketahui oleh para pihak dalam transaksi baik jenis
maupun kadarnya.
I. Persamaan dan Perbedaan E- Commerce dengan As Salam
Mempersamakan transaksi e-commerce dengan salam tidak
sepenuhnya dapat dilakukan. Dalam hal ini yang sama hanyalah ketiadaan
barang semata, belum kepada sistem pembayarannya. Perbedaan mencolok
mengenai sistem pembayarannya dalam salam dan e-commerce adalah
pembayaran pada yang disebut pertama dilakukan dalam serah terima oleh
kedua pihak yang bertransaksi. Sedang yang disebut terakhir pembayaran
terjadi dengan perantaraan wakil. Aplikasi wakil dalam pembayaran ini
mengambil peran pihak bank sebagai penyedia jasa inkaso atau transfer uang.
Penggunaan wakil dalam pembayaran dalam transaski e-commerce dianggap
sah karena telah memenuhi: ada sesuatu yang diwakilkan sesuatu yang
diwakilkan mungkin untuk diwakilkan ada pihak yang mewakili akad
perwakilan. Dalam hal ini pihak wakil dan yang diwakili serta sesuatu yang
diwakilkan juga harus memenuhi syarat sahnya perwakilan. Pelaksanaan
transaksi bisnis dalam e-commerce, secara sekilas hampir sama dengan
transaksi salam dalam hal pembayaran dan penyerahan komoditi yang
dijadikan sebagai obyek transaksi. Oleh karena itu untuk mengetahui dengan
jelas apakah transaksi e-commerce sejajar dengan prinsip-prinsip transaksi
dalam transaksi salam, maka dapat dapat dicermati melalui pihak-pihak yang
terlibat dalam transaksi, proses pernyataan kesepakatan dalam transaksi dan
obyek transaksi[ CITATION Asn04 \l 1057 ].

Persamaan dan perbedaan e-commerce dan as-salam
digambarkan sebagaimana tersebut dalam tabel berikut ini :

10

dapat

Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan E-Commerce dengan As-Salam
No

1

2

Aspek
Pihak-pihak
yang
terlibat
dalam
transaksi

Pernyataan
kesepatakan

Obyek
transaksi
3

Perbedaan
transaksi e-commerce
transaksi as-salam

Persamaan

adanya penjual dan pembeli
sebagai subyek transaksi

Adanya
payment
ghataway,acquirer
dan
issuer yang dianggap
sebagai saksi dan wakil
dalam
melakukan
pembayaran merupakan
suatu keharusan

Adanya
pernyataan Dilakukan melalui media
kesepakatan
sebagai elektronik dan internet
manifestasi dari kerelaan
kedua belah pihak yang
bertransaksi
Pembayaran/
diserahkan
segera/didahulukan

harga Komoditi
yang
di
perdagangkan
dapat
berupa komoditi yang
legal dan iilegal untuk
diperdagangkan menurut
islam
Untuk komoditi digital
diserahkan
secara
langsung setelah transaksi
melalui internet, dan untuk
komoditi non-digital tidak
dapat diserahkan langsung
namun dikirimkan melalui
jasa
kurir
sesuai
kesepakatan
dengan
spesifikasi
komoditi,
waktu penyerahan

Keberadaan saksi dan
wakil
bukan
suatu
keharusan tapi apabila
diperlukan hal tersebut
tidak akan merusak atau
membatalkan transaksi,
bahkan untuk keberadaan
saksi sangat dianjurkan
dalam transaksi ini.
Dapat dilakukan dengan
berbagai cara yang dapat
dipahami
maksudnya
oleh kedua belah pihak
yang bertransaksi.
Komoditi
yang
diperdagangan
harus
berupa komditi yang
legal untuk perdagangkan
menurut islam.
Penyerahan
komoditi
harus
ditangguhkan
sampai
batas
waktu
kemudian.

Sumber : Haris Faulidi Asnawi, Transaksi bisnis E-Commerce Persfektif Islam
Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004

BAB III
PENUTUP
11

A. Kesimpulan
E-commerce merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan
antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam hubungan perjanjian
yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang, pelayanan, atau peralihan
hak. Transaksi komersial ini terdapat didalam media elektronik yang secara
fisik tidak memerlukan pertemuan para pihak yang bertransaksi, dan
keberadaan media ini dalam public network atas sistem yang berlawanan
dengan private network (sistem tertutup). Terdapat beberapa karakteristik dari
e-commerce, yaitu terjadinya transaksi anatara dua belah pihak, adanya
pertukaran barang, jasa, atau informasi dan internet merupakan media utama
dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut.
Transaksi e-commerce dalam prakteknya hampir sama dengan
transaksi salam menurut ajaran agama Islam. Jadi transaksi e-commerce
menurut perspektif Islam adalah transaksi as salam. Artinya bahwa transaksi
e-commerce ini secara hukum boleh dilaksanakan, apabila syarat dan
rukunnya sudah terpenuhi seperti halnya transaksi as-salam. Akan tetapi
transaksi as salam ini tidak sepenuhnya sama dengan transaksi e-commerce,
ada beberapa persamaan dan juga perbedaan.
B. Saran
Perkembangan teknologi banyak mempengaruhi perilaku dan gaya
hidup masyarakat, termasuk juga dalam jual beli. Ada beberapa dampak
negatif dan positif dari perkembangan teknologi terhadap transaksi jual beli.
Maka dari itu penyusun menghimbau agar pembaca lebih berhati-hati dalam
bertransaksi, khususnya bertransaksi secara online. Juga prinsip-prinsip
muamalah dalam islam juga dipraktikkan saat bertransaksi online (ecommerce).

DAFTAR PUSTAKA

12

Aang Arif Wahyudi, O. (2001). Mengenal E-commerce. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani.
Asnawi, H. F. (2004). Transaksi Bisnis E-commerce Perspektif Islam.
Yogyakarta: Magistra Insania Press.
Atmojo, P. D. (2002). Internet untuk bisnis I. Yogyakarta: Dirkomnet
Training.
Diana, A. (2001). Mengenal E- Business. Yogyakarta: Andi.
Mustofa, I. (2012). TRANSAKSI ELEKTRONIK (E-COMMERCE). Jurnal
Hukum Islam (JHI) Volume 10, 157-180.
Nugroho, A. (2006). e-Commerce (Memahami Perdagangan Modern di
Dunia Maya) . Bandung: INFORMATIKA.
Syafruddin. (2013). E-COMMERCE DALAM TINJAUAN FIQH. arsip.badilag,
1-27.
Utomo, S. B. (2003). Fiqh Aktual, Jawaban Tuntas Masalah
Kontemporer. Jakarta: Gema Insani.

http://www.apkomindo.id/index.php/logo/item/96-2015-pasar-e-commerceberpotensi-meningkat. Diakses hari senin, 26/09/2016. Pukul 14:55 WIB.

13