PROFESI PUSTAKAWAN dan DUNIA TEKNOLOGI D

PROFESI PUSTAKAWAN dan DUNIA TEKNOLOGI DAN INFORMASI
Oleh:
Ana Ratnasari 13040112130170
S1 Ilmu Perpustakaan 2012 kelas C
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia teknologi dan informasi

yang begitu signifikan dalam era

globalisasi ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk salah satunya teknologi
dan informasi sangat berpengaruh terhadap laju kembang perpustakaan. Dari yang
sebelumnya

hanya

sebatas

sebagai


pengolah,

penyedia,

pengolah,

kemudian

mendistribusikan informasi. Sekarang, berkat adanya perkembangan dunia informasi dan
teknologi ini, perpustakaan memiliki fungsi dan peran yang lebih besar bagi masyarakat
antara lain yaitu untuk memutakhirkan infornmasi, mengelola, serta menyebarkan informasi
sehingga mampu dimanfaatkan oleh semua masyarakat yang membutuhkan informasi
tersebut. Perkembangan dunia teknologi dan informasi memberikan dampak yang cukup
besar bagi perpustakaan, khususnya pustakawan sendiri dalam mengelola dan menyebarkan
informasi.
Tersedianya perangkat pendukung dan banyaknya informasi yang ada dalam berbagai
jenis maupun bentuk media, merupakan suatu tantangan bagi pustakawan untuk memenuhi
kewajibannya sebeagai sebuah profesi yang berketerkaitan dengan informasi. Serta untuk
menjadikan suatu profesi dikenal dan diterima oleh masyarakat maka diperlukan organisasi
profesi, etika profesi, dan tidak ketinggalan begitu pula dengan kode etik yang mengaturnya.

Begitupun dengan profesi pustakawan, agar masyarakat mengenal dan menerima profesi
pustakawan ini, harus memiliki sebuah organisasi profesi, sampai dengan kode etik yang
mengatur tentang kepustakawan, jadi sebuah profesi tidak hanya berlindungkan hukum
melainkan juga harus memiliki sebuah kode etik.

PUSTAKAWAN SEBAGAI PROFESI
Menurut Sulistyo Basuki (1993), dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan,
menyatakan bahwa profesi adalah sebuah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan dari praktik, dan yang teruji dalam

bentuk ujian dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang, serta memberikan hak
kepada orang yang bersangkutan untuk berhubungan dengan nasabah (klien).
Pustakawanan sebagai profesi, berarti secara moral ia harus dapat bertanggung jawab
terhadap segala tindakannya, baik terhadap sesama profesi pustakawan, terhadap organisasi,
maupun terhadap dirinya sendiri. Pustakawan mempunyai kewajiban untuk melakukan suatu
tindakan sesuai profesinya dan ia harus dapat menghindari tindakan-tindakan yang buruk,
salah, yang bertentangan dengan norma-norma dalam masyarakat.
Profesi pustakawan di Indonesia secara resmi diakui berdasarkan SK MENPAN
No.18/MENPAN/1988 dan diperbaharui dengan SK MENPAN No. 33/MENPAN/1990,dan
kemudian ditambah dengan keputusan-keputusan lain yang berkaitan dengan pustakawan.

ETIKA PROFESI KEPUSTAKAWANAN
Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial yang termasuk dalam etika khusus,
etika khusus ini erat hubungannnya dengan tingkah laku manusia sebagai warga masyarakat.
Disini etika sosial menyangkut hubungan antarmanusia, baik hubungan yang bersifat
langsung maupun dalam bentuk kelembagaan. Contoh etika sosial antara lain: etika profesi ,
etika politik, etika bisnis, dan etika lingkungan hidup. “Etika sosial berfungsi membuat
manusia menjadi sadar akan tanggung jawabnya sebagai manusia dalam kehidupannya
sebagai anggota masyarakat, menurut semua dimensinya” (Abbas Hamami M., 2007).
Etika sosial adalah etika yang membahas tentang kewajiban, sikap, dan pola perilaku
manusia sebagai anggota masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini menyangkut hubungan
manusia dengan manusia, baik secara individu maupun dalam kelembagaan (organisasi,
profesi, keluarga, negara, dan lainnya). Etika sosial yang hanya berlaku bagi kelompok
profesi tertentu disebut kode etik (Sulistyo Basuki, 2001).

Pada Bab 5 dalam kode etik pustakawan ada aturan tentang kewajiban terhadap diri
sendiri, isi yang terkandung didalamnya adalah:
1. Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu perpustakaan,
dokumentasi, dan informasi
2. Memelihara akhlak dan kesehatannya untuk dapat hidup dengan tenteram dan bekerja
dengan baik


3. Selalu meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya, baik dalam pekerjaan
maupun dalam pergaulan di masyarakat
PROFESI PUSTAKAWAN dan INFORMASI DAN TEKNOLOGI
Seperti yang ada dalam Bab 5 kode etik pustakawan yang mengatur tentang
kewajiban terhadap diri sendiri, terdapat point yang berbunyi “Selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi”,
secara tersirat point ersebut menjelaskan bahwa seorang pustakawan harus mampu mengikuti
laju perkembangan ilmu pengetahuan khususnya informasi dan teknologi yang akan
mempermudah kerja pustakawan dan mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
pustakawan. Dan untuk mengembangkan profesi pustakawan ada beberapa langkah
antisipatif yang harus ditempuh untuk menghadapi maraknya perkembangan teknologi dan
komunikasi yang terus berkembang di dunia ini, antara lain:
1.

Penyesuaian diri/adabtability. Menguasai subjek yang dilayaninya, terampil
menggunakan teknologi, dan bekerja pada satu tim yang kompak.

2. Berorientasi kepada pemustaka. Menjadikan pemustaka sebagai tujuan pelayanan jasa
sehingga mereka merasa senang, nyaman, dan bisa memanfaatkan perpustakaan

sebaik-baiknya.
3. Mengubah image pustakawan. Sebelumnya pustakawan identik dengan kaca mata
tebal, galak, dan tidak bersahabat. Sekarang seharusnya image tersebut diubah
menjadi ramah, sopan, dan selalu berpikiran positif.
4. Berwawasan Kewirausahaan. Menguasai hal-hal yang berhubungan dengan promosi
seperti marketing dan public relation. Informasi itu mahal harganya, akan rugi kalau
tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemustaka.
5. Mampu berkomunikasi ke berbagai arah. Menguasai komunikasi interpersonal di
dalam organisasi, baik secara lisan maupun tertulis dengan pemustaka, sesama
pustakawan, staf perpustakaan lainnya, atasan, dan para stakeholders
Akibat dari perkembangan dunia Teknologi dan Informasi, semua bidang pekerjaan
yang ada di perpustakaan mendapatkan sentuhan Teknologi Informasi. Keilmuan
perpustakaanpun saat ini dituntut mampu mengikuti perubahan sosial pemakainya. Perubahan
dalam kebutuhan informasi, perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain, dan dalam
berkompetisi. Pustakawan perlu menyadari bahwa mereka harus mampu menjawab tantangan

perkembangan teknologi dan informasi tanpa harus meninggalkan kepustakawanan
konvensional yang masih dibutuhkan(hybrid library) yang masih dibutuhkan sampai saat ini

PENUTUP

Profesi pustakawan di Indonesia relatif baru jika dibandingkan dengan profesi lain
seperti kedokteran, advokat, guru, wartawan, dan lainnya. Dalam menghadapi maraknya
perkembangan informasi dan teknologi yang ada perlu ditempuh langkah-langkah antisipatif
untuk lebih mengembangkan profesi pustakawan, antara lain dengan:
1. Penyesuaian diri/adabtability. Menguasai subjek yang dilayaninya, terampil
menggunakan teknologi, dan bekerja pada satu tim yang kompak.
2. Berorientasi kepada pemustaka. Menjadikan pemustaka sebagai tujuan pelayanan jasa
sehingga mereka merasa senang, nyaman, dan bisa memanfaatkan perpustakaan
sebaik-baiknya.
3. Mengubah image pustakawan. Sebelumnya pustakawan identik dengan kaca mata
tebal, galak, dan tidak bersahabat. Sekarang seharusnya image tersebut diubah
menjadi ramah, sopan, dan selalu berpikiran positif.
4. Berwawasan Kewirausahaan. Menguasai hal-hal yang berhubungan dengan promosi
seperti marketing dan public relation. Informasi itu mahal harganya, akan rugi kalau
tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemustaka.
5. Mampu berkomunikasi ke berbagai arah. Menguasai komunikasi interpersonal di
dalam organisasi, baik secara lisan maupun tertulis dengan pemustaka, sesama

DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2001. Profesionalisme pustakawan di era Global. Surabaya : Institut Teknologi

Sepuluh November.
Basuki, Sulistyo. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Basuki, Sulistyo. 2001.Kode Etik dan Organisasi Profesi. Makalah untuk Rapat Kerja PB IPI,
Jakarta, 5. s.d. 7 November 2001.
Hamami

M., Abbas.

2007. Filsafat

Ilmu:

sebagai

Dasar

Pengembangan

Ilmu


Pengetahuan. Bab X: Etika Keilmuan. Tim Dosen Fakultas Filsafat UGM.
Yogyakarta: Liberty.

Wiratningsih, Riah. 2010. Pustakawan di era teknologi informasi dan komunikasi (New
Paradigm). Diakses dari http://riah.staff.uns.ac.id/2010/03/10/pustakawan-di-erateknologi-informasi-dan-komunikasi-new-paradigm/. Pada tanggal 02 Desember
2014 pukul 14.32 WIB.