Fungsi Bahasa dalam Aliran Filsafat dan

MAKALAH
FILSAFAT BAHASA
“ Fungsi Bahasa dalam Aliran Filsafat dan Psikolinguistik”

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pembelajaran Filsafat Bahasa

Kelas : C / 2013
Oleh :
1. Arif Dian Kristiono
2. Eka Nur Rokhmaniyah
3. Nadya Afdholy
4. Sella Arif Benfica

S-2 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEPENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2013
i

KATA PENGANTAR


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa bahwa kami
telah berhasil membuat makalah yang berjudul “Fungsi Bahasa dalam Aliran filsafat dan
psikolingusitik” sebagai tugas kelompok dalam mata kuliah Filsafat Bahasa. Makalah ini
mempunyai arti penting bagi kami pada khususnya dan bagi para mahasiswa yang mengikuti
mata kuliah Filsafat Bahasa pada umumnya.
Makalah yang kami susun ini menjelaskan tentang fungsi bahasa dalam aliran filsafat dan
psikolinguistik, dimana kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau kegiatan
mental (Otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi linguistik
perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin antara linguistik dan psikologi, yang lazim disebut
psikolinguistik serta kedudukannya dalam studi bahasa. Kami berharap dengan adanya makalah
ini dapat membantu kami dan para mahasiswa dalam mempelajari materi tentang filsafat bahasa,
sehingga nantinya dapat diterapkan pada peserta didik.
Tiada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini, masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran yang konstruktif
agar kami dapat memperbaiki makalah ini demi kesempurnaan tugas selanjutnya.

Surabaya, 16 Desember 2013

Penyusun


ii

DAFTAR ISI
Halaman depan........................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa...............................................................................................3
B. Hubungan Bahasa dan Filsafat............................................................................4
C. Hubungan Bahasa dengan Filsafat......................................................................5
D. Peranan Filsafat Bahasa dalam Pengembangan Bahasa......................................6
E. Manfaat Filsafat Bahasa......................................................................................8
F. Psikolinguistik dalam Studi Bahasa.....................................................................8
G. Peran Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa...........................................11
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13


iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia.
Fungsi bahasa dibagi menjadi dua dan salah satunya adalah fungsi bahasa dalam aliran filsafat
dan psikolinguistik. Bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi antar manusia untuk
mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi baik
yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. Sebagai sebuah istilah
dalam linguistik, Kridalaksana (1993:21) mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang bunyi
yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari pandangan ahli linguistik seperti Kridalaksana,
bahasa ditekankan sebagai sebuah sistem lambang. Istilah sistem mengandung makna adanya
keteraturan dan adanya unsur-unsur pembentuk.
Hadirnya istilah filsafat bahasa dalam ruang dunia filsafat dapat dikatan sebagai suatu hal
yang baru. Istilah muncul bersamaan dengan kecendrungan filsafat abad ke-20 yang bersifat
logosentris. Oleh karena itu, sangat wajar apabila ditemukan kesulitan untuk mendapatkan
pengertian yang pasati mengenai apa sebetulnya yang dimaksud dengan filsafat bahasa.

Materi bahasa bisa dipahami melalui Linguistik sebagaimana dikemukakan oleh
Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, dan Kholid A. Harras (1997/1998: 2) bahwa linguistik adalah
ilmu yang mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya
dengan siswa sebagai pembelajar bahasa. Siswa sebagai organisme dengan segala prilakunya
termasuk proses yang terjadi dalam diri siswa ketika belajar bahasa tidak bisa dipahami oleh
linguistik, tetapi hanya bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan dengannya, yaitu
Psikologi. Atas dasar hal tersebut muncullah disiplin ilmu yang baru yang disebut Psikolinguistik
atau disebut juga dengan istilah Psikologi Bahasa.
Pembelajaran bahasa sebagai salah satu masalah kompleks manusia, selain berkenaan
dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa. Sedangkan
kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga berlangsung
secara mentalistik. Artinya kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau kegiatan
mental (Otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi linguistik
perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin antara linguistik dan psikologi, yang lazim disebut
psikolinguistik serta kedudukannya dalam studi bahasa yang akan dipaparkan lebih lanjut pada
makalah ini.
1

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Bahasa ?

2. Apa Hubungan Bahasa dan Filsafat ?
3. Bagaimana Hubungan Bahasa dengan Filsafat ?
4. Bagaimana Peranan Filsafat Bahasa dalam Pengembangan Bahasa ?
5. Apa Manfaat Filsafat Bahasa ?
6. Bagaimana Psikolinguistik dalam Studi Bahasa ?
Bagaimana Peran Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa ?

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990: 66) bahasa diartikan sebagai sistem lambang
bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat
komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi antar manusia untuk mengungkapkan
pikiran atau perasaan dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara,
gestur (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. Sebagai sebuah istilah dalam linguistik,
Kridalaksana (1993:21) mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer,
yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasikan diri. Dari pandangan ahli linguistik seperti Kridalaksana, bahasa ditekankan
sebagai sebuah sistem lambang. Istilah sistem mengandung makna adanya keteraturan dan
adanya unsur-unsur pembentuk.
Jalaludin Rakhmat (1992:269), seorang pakar komunikasi, melihat bahasa dari dua sisi yaitu
sisi formal dan fungsional. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang
terbayangkan, yang dibuat menurut tatabahasa. Sedangkan secara fungsional, bahasa diartikan
sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Definisi yang diajukan
Rakhmat ini tampak mencoba merangkum pengertian umum dengan pendapat linguis. Istilah sisi
formal yang dikemukakan Rakhmat mirip dengan istilah sistem, sedangkan sisi fungsional
sejalan dengan bahasa sebagai alat komunikasi.
Penggambaran yang lebih luas tentang bahasa pernah disampaikan oleh bapak linguistik
modern, Ferdinan de Saussure. Ia menjelaskan bahasa dengan menggunakan tiga istilah yaitu
langage, Langue, dan parole. Ketiga istilah dari bahasa Prancis itu dalam bahasa Indonesia
dipadankan dengan satu istilah saja yaitu bahasa. Langage adalah sistem lambang bunyi yang
digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal. Istilah langue mengacu pada
sistem lambang bunyi tertentu yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu.
Sedangkan parole adalah bentuk konkret langue yang digunakan dalam bentuk ujaran atau
tuturan oleh anggota masyarakat dengan sesamanya (Chaer, 1995:39-40; Chambers, 95:25;
Verhaar,81:1).


3

Dengan melihat deretan definisi tentang bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa cukup
banyak dan bervariasi definisi tentang bahasa yang bisa kita temui. Variasi itu wajar terjadi
karena sudut pandang keilmuan mereka yang juga berbeda. Meskipun demikian, variasi tersebut
terletak pada penekanannya saja, akan tetapi hakikatnya sama. Ada yang menekankan bahasa
pada fungsi komunikasi, ada yang mengutamakan bahasa sebagai sistem, ada pula yang
memposisikan bahasa sebagai alat. Meskipun demikian, ada persamaan dalam hal-hal prinsip,
yang oleh Alwasilah (1993: 82-89) disebut dengan hakikat bahasa, sebagaimana akan dijelaskan
dalam uraian berikut ini.
B. Hubungan Bahasa dan Filsafat
Sebagaimana kita tahu bahwa terdapat beberapa fungsi bahasa, namun demikian bahasa
tidak saja sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses hubungan antarmanusia, bahkan
bahasa mampu mengubah seluruh kehidupan umat manusia. Artinya, bahwa bahasa merupakan
aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Sekelompok manusia atau bangasa yang hidup
dikurun waktu tertentu tidak akan jika dalam bangsa tersebut tidak terdapat bahasa. Kearifan
Melayu mengatakan : “Bahasa adalah sebuah cerminbudaya bangsa, hilang budaya maka
hilang bangsa”. Jadi bahasa adalah sine qua non, sesuatu yang mesti ada bagi kebudayaan dan
masyarakat.
Karena itu siapapun orangnya akan senantiasa melakukan relasi yang erat dengan bahasa.

Seorang folosof misalnya, ia akan senantiasa bergantung pada bahasa. Fakta telah menunjukkan
bahwa ungkapan pikiran dan hasil perenungan filosofis seseorang tidak akan dapat dilakukan
tanpa bahasa. Bagaimanapun alat utama dari filsafat adalah bahasa. Tanpa bahasa, seorang
filosof (ahli filsafat) tidak mungkin bisa mengungkapkan hasil-hasi perenungan kefilsafatannya
kepada orang lain. Dan tanpa bahasa pula, orang lain tidak akan mampu memahami buah pikiran
kefilsafatan.

4

C. Hubungan Bahasa dengan Filsafat
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa di antara fungsi bahasa ialah sebagai alat untuk
mengkomunikasikan suatu gagasan kepada orang lain. Setiap gagasan yang dihasilkan seseorang
tidak akan diketahui oleh khalayak manakalah tidak dikomunikasikan melalui bahasa.
Bahasa tidak saja sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses hubungan antarmanusia,
tetapi jangan lupa, bahasa pun mampu mengubah seluruh kehidupan manusia. Artinya, bahwa
bahasa merupakan aspek terpenting dari kehidupan manusia. Sekelompok manusia atau bangsa
yang hidup dalam kurun waktu tertentu tidak akan bias bertahan jika dalam bangsa teresbut tidak
ada bahasa. Kearifan Melayu mengatakan : “Bahasa adalah cermin budaya bangsa, hilang
budaya maka hilang bangsa”. Jadi bahasa dalah sine qua non, suatu yang mesti ada bagi
kebudayaan dan masyarakat manusia. Karena itu, siapa pun orang akan senantiasa melakukan

relasi yang erat dengan bahasa. Seorang filosofi, misalnya, ia akan senantiasa bergantung kepada
bahasa. Fakta telah menunjukkan bahwa ungkapan pikiran dan hasil-hasil perenungan filosofis
seseorang tidak dapat dilakukan tanpa bahasa. Bagaimanapun alat paling utama dari filsafat
adalah bahasa. Tanpa bahasa, seorang filosof (ahli filsafat) tidak mungkin bias mengungkapkan
perenungan kefilsafatannya kepada orang lain. Tanpa bantuan bahasa, seseorang tidak akan
mengerti tentang buak pikiran kefilsafatan.
Louis O. Katsooff berpendapat bahawa suatu system filsafat sebenarnya dalam arti
tertentu dapat dipandang sebagai suatu bahasa, dan perenungan kefilsafatan dapat dipandang
sebagai suatu upaya penyusunan bahasa tersebut. Karena itu filsafat dan bahasa senantiasa akan
beriringan, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ia bagaikan gula dengan manisnya. Keduanya
memiliki cinta yang sejati, sebuah cinta yang tidak mengetengahkan dimiliki dan memiliki. Hal
ini karena bahasa pada hakikatnya merupakan sistem symbol-simbol. Sedangkan tugas filsafat
yang utama adalah mencari jawab dan makna dari seluruh symbol yang menampakkan diri di
alam semesta ini. Bahasa juga adalah alat untuk membongkar seluruh rahasia symbol-simbol
tersebut.
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa bahasa dan filsafat memiliki hubungan atau
relasi yang sangat erat, dan sekaligus merupakan hokum kausalitas (sebab musabbab dan akibat)
yang tidak dapat ditolak kehadirannya. Sebab itulah seorang filosof (ahli filsafat), baik secara
langsung maupun tidak, akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat akrabnya yang tidak
akan terpisahkan oleh siapa pun dan dalam kondisi bagaimanapun.


5

Bahkan akhir-akhir ini “bahasa” telah dijadikan sebagai objek yang sangat menarik bagi
perenungan, pembahasan dan penelitian dunia filsafat. Hal ini selain bahasa memiliki daya tarik
tersendiri untuk dijadikan objek penelitian filsafat, ia juga memiliki kelemahan-kelemahan
tertentu sehubungan dengan fungsi dan perannya yang begitu luas dan kompleks. Salah satu
kelemahannya yaitu tidak mengetahui dirinya secara tuntas dan sempurna, sebagaimana mata
tidak dapat melihat dirinya sendiri.
Realitas semacam itulah, barangkali yang mendorong para filosof dari tradisi realisme di
Inggris mengalihkan orientasi kajian kefilsafatannya pada analisis bahasa seperti yang telah
dilakukan oleh George More (1873-1958), Bertrand Russel (1872-1970), Ludwig Wittgenstein
(1889-1951), Alfref Ayer (1910- ), dan yang lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya,
kelompok ini sering dikelompokkan sebagai aliran baru dalam filsafat, yaitu aliran filsafat
analisis bahasa atau filsafat analitis. Sebagaimana dijelaskan bahwa filsafat bahasa

adalah

pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab, asal, dan
hukumnya. Hubungan bahasa dengan filsafat telah lama menjadi perhatian para filsuf bahkan

sejak zaman Yunani. Para filsuf mengetahui bahwa berbagai macam problem filsafat dapat
dijelaskan melalui suatu analisis bahasa.
D. Peranan Filsafat Bahasa dalam Pengembangan Bahasa
Kegunaan (peranan) filsafat bahasa itu sangat penting pada pengembangan ilmu bahasa
karena filsafat bahasa itu adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakekat bahasa, sebab, asal, dan hukumnya. Jadi pengetahuan dan penyelidikan itu terfokus
kepada hakekat bahasa, juga sudah termasuk perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan
filsafat analitika bahasa meliputi tiga aliran yang pokok yaitu atomisme logis, positivisme logis,
dan filsafat bahasa biasa. Aliran filsafat bahasa biasa inilah yang memiliki bentuk yang paling
kuat bilamana dibandingkan dengan aliran yang lain, dan memiliki pengaruh yang sangat luas,
baik di Inggris, Jerman dan Perancis maupun di Amerika. Aliran ini dipelopori oleh Wittgenstein.
Aliran

filsafat

bahasa

biasa

juga

mempunyai

1. Kekaburan makna
2. Bergantung pada konteks
3. Penuh dengan emosi
4. Menyesatkan

6

kelemahan-kelemahan

antara

lain

:

Untuk mengatasi kelemahan dan demi kejelasan kebenaran konsep-konsep filosofis maka
perlu dilakukan suatu pembaharuan bahasa, yaitu perlu diwujudkan suatu bahasa yang sarat
dengan logika sehingga ungkapan-ungkapan bahasa dalam filsafat kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan. Kelompok filsuf ini adalah Bertrand Russell. Menurut kelompok filsuf
ini tugas filsafat yaitu membangun dan mengembangkan bahasa yang dapat mengatasi
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam bahasa sehari-hari ini. Dengan suatu kerangka
bahasa yang sedemikian itu kita dapat memahami dan mengerti tentang hakikat fakta-fakta atau
kenyataan-kenyataan dasar tentang struktur metafisis dan realitas kenyataan dunia yang menjadi
perhatian yang terpenting adalah usaha untuk membangun dan memperbaharui bahasa itu
membuktikan bahwa perhatian filsafat itu memang berkenaan dengan konsepsi umum tentang
bahasa serta makna yang terkandung di dalamnya. Sebagai suatu bidang filsafat khusus, filsafat
bahasa mempunyai kekhususannya, yaitu masalah yang dibahas berkenaan dengan bahasa. Jadi
peranan filsafat bahasa jelas sangat penting, atau berpengaruh terhadap pengembangan ilmu
bahasa. Namun berbeda dengan ilmu bahasa atau lingkungan yang membahas ucapan tata
bahasa, dan kosa kata, filsafat bahasa lebih berkenaan dengan arti kata atau arti bahasa
(semantik). Masalah pokok yang dibahas dalam filsafat bahasa lebih berkenaan dengan
bagaimana suatu ungkapan bahasa itu mempunyai arti, sehingga analisa filsafat tidak lagi
dimengerti atau tidak lagi dianggap harus didasarkan pada logika teknis, baik logika formal
maupun matematik, tetapi berfilsafat didasarkan pada penggunaan bahasa biasa. o1eh karena itu
mempelajari bahasa biasa menjadi syarat mutlak bila ingin membicarakan masalah-masalah
filsafat, karena bahasa merupakan alat dasar dan utama untuk berfilsafat.
Di dalam pengembangan bahasa banyak ditemui kata-kata yang bersinonim, ini
membuktikan bahwa bahasa itu berkembang sehingga banyak kata yang bersinonim. Begitu juga
akibat perkembangan bahasa itu timbul kata-kata baru, yang singkat dan tepat, dan mewakili
kata-kata yang panjang, seperti kata canggih, dahulu kata canggih belum ada, sekarang timbul
dan mewakili kata-kata yang panjang. Cukup kita mengatakan canggih saja, di dalam dunia
modern, masa kini. Selanjutnya kata rekayasa, dahulu kata rekayasa. tidak ditemukan, sekarang
timbul untuk mewakili kata-kata yang panjang yaitu penerapan kaidah-kaidah ilmu seperti
perancangan, membangun, pembuatan konstruksi. Selanjutnya kata monitor atau memantau
dahulu kata monitor (memantau) belum ada, sekarang timbul dan mewakili kata-kata yang
panjang, yaitu mengawasi, mengamati, mengontrol, mencek dengan cermat, terutama untuk
tujuan khusus.

7

E. Manfaat Filsafat Bahasa
Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran (realitas yang sesungguhnya) tentang
segala sesuatu dengan cara berfikir serius. Kecakapan berfikir serius sangat diperlukan oleh
setiap orang. Banyak persoalan yang tidak dapat diselesaikan sampai saat ini. Hal ini dikarenan
persoalan tersebut tidak ditangani secara serius, hanya diwacanakan saja. Korupsi misalnya,
sampai saat ini yang menjadi penyakit bangsa yang belum bisa diselesaikan secara tintas. Begitu
juga penyakit-penyakit social lainnya.
Mempelajari filsafat (termasuk Filsafat Bahasa) adalah berlatih secara serius untuk
mampu menyelesaikan suatu persoalan yang sedang dihadapi dengan cara mencari jawaban
secara radik (tuntas) dan logis. Seseorang tidak akan memiliki kemampuan seperti ini jika ia
tidak melatihnya.
Selain manfaat yang telah disebutkan, terdapat beberapa manfaat lain yang bisa dirasakan
jika kita mempelajari filsafat (termasuk didalamnya filsafat bahasa). Diantaranya :
1. Menambah pengetahuan baru.
2. Mampu berpikir logis.
3. Biasa berpikir analitik dan kritis.
4. Terlatih untuk menyelesaikan masalah secara kritis, analistis dan logis.
5. Melatih berfikir jerih dan cerdas.
6. Melatih berfikir objektif.
F. Psikolinguistik dalam Studi Bahasa
Psikolinguistik dalam studi bahasa dapat digambarkan oleh George dalam kalimat “Ali
yang gemuk itu sakit.” Pada kalimat itu terdapat dua sisi, yaitu sisi psikologi dan sisi linguistik,
pada linguistik terlihat dari struktur kalimatnya, sedangkan pada psikologi terlihat dari unsur
emosi yang dirasakan pembaca, misalnya kita dapat memikirkan bagaimana keadaan Ali yang
sedang sakit. Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, begitu pun dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga dapat dikatakan bahwa
bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu
milik manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu
kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa.

8

Ketika kita membicarakan psikolinguistik dalam studi bahasa, kita harus membedakan
bahasa yang menjadi objek kajian linguistik dengan berbahasa yang menjadi objek dalam kajian
psikolinguistik, yakni kegiatan manusia dalam memproduksi dan meresepsi bahasa itu sendiri.
Di dalam proses berbahasa, berbagai perasaan seperti senang atau sedih dapat diekspresikan
dengan kata-kata. Walaupun dapat dikatakan bahwa objek psikolinguistik adalah bahasa juga,
tetapi bahasa yang menjadi objek yang berproses dalam jiwa manusia yang tercermin dalam
gejala jiwa yang terlihat ketika orang yang sedang marah akan lain perwuju dan bahasa yang
digunakan dengan orang yang sedang bergembira. Namun, Titik berat psikolinguistik adalah
bahasa, dan bukan gejala jiwa. itu sebabnya dalam batasan-batasan psikolinguistik yang telah
dikemukakan selalu ditonjolkan proses bahasa yang terjadi pada otak, baik proses yang terjadi di
otak pembicara dengan pendengar, maupun proses yang terjadi di otak penulis dengan pembaca,
dan pastinya segala sesuatu berada dalam kesadaran.
Dewasa ini, psikolinguistik lebih diarahkan untuk pendidikan bahasa. Psikolinguistik
dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa yang diarahkan agar siswa dapat menggunakan bahasa
yang diajarkan dengan baik kepadanya. Peranan psikolinguistik dalam pengajaran bahasa bukan
saja berhubungan dengan akuisisi bahasa, tetapi juga untuk kepentigan belajar bahasa pertama
dan bahasa kedua. Dewasa ini siswa bukan saja mempelajari satu bahasa tetapi harus diajarkan
bahasa yang bukan bahasa ibunya. Oleh karena itu, diperlukan gabungan teori linguistik dan
psikologi yang tergabung dalam sub disiplin linguistik yang disebut Psikolinguistik. Dalam hal
ini, Psikolinguistik dalam studi bahasa mempelajari empat topik utama, antara lain
1.

komprehensi, yaitu proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka
dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud;

2.

Produksi, yaitu proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar
seprti apa yang kita ujarkan;

3.

landasan biologis yang membuat manusia dapat berbahasa; dan

4.

Pemerolehan bahasa, yakni bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.
Dalam sejarah kajian linguistik terdapat sejumlah pakar linguistic yang menaruh

perhatian besar pada psikologi. Contohnya Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik
berkebangsaan jerman telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa (Lingistik) dengan
pemikiran manusia (Psikologi), caranya dengan membandingkan bahasa dengan bahasa-bahasa
yang berlainan dengan berbagai tabiat bahasa-bahasa penutur bahasa tersebut. Dari perbandingan
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa bahasa suatu masyarakat menentukan pandangan hidup
masyarakat penutur bahasa tersebut.
9

Edward sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika telah
mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurutnya, psikologi dapat memberikan
dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mengkaji hubungan bahasa dengan
pemikiran. dari kajian tersebut berkesimpulan bahwa bahasa merupakan unsur yang menentukan
struktur pemikiran manusia. Selain itu, seorang pakar psikologi berkebangsaan Amerika telah
mengkaji bahasa dan perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguistik bahasa
kanak-kanak berdasarkan psikologinya. Beliau menyarankan agar penggolongan psikologi akan
kata-kata yang diucapkan kanak-kanak dilakukan berdasarkan makna seperti yang dipahami
kanak-kanak, dan bukan seperti yang dipahami orang dewasa dengan bentuk-bentuk tata bahasa
orang dewasa. Jadi, dengan demikian kita dapat menentukan kecendrungan akal kanak-kanak
yang dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan linguistik.
George A. Miller dalam artikelnya berjudul “The Psycholinguistics” (1965) menyatakan
bahwa kelahiran disiplin psikolinguistik tidak dapat dielakan karena para ahli psikologi telah
lama mengakui bahwa otak (akal) manusia itu menerima simbol-simbol linguistik, sedangkan
para ahli linguistik mengakui bahwa sejenis motor-psiko-sosial telah dapat dipastikan
menggerakan mesin tata bahasa dan leksikon. Maka, Psikolinguistik mempunyai kedudukaan
yang bertugas untuk menganalisis proses-proses psikologi yang berlaku apabila manusia
menggunakan kalimat-kalimat. Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar siswa merasa
nyaman secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan bahasanya dengan
baik dan benar adalah sebagai berikut:
1. Pendidik menerima peserta didik secara positif;
2. Pendidik menciptakan suasana di mana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang
lain;
3. Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan, dan
perilaku peserta didik;
4. Pendidik memberikan suasanaa psikologis yang aman bagi siswa untuk mengemukakan

10

G. Peran Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa
Siswa adalah subjek dalam pembelajaran. Karena itu, dalam hal ini siswa dianggap
sebagai organisme yang beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak
dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi. Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan Garnham (Nababan, 1992: 60-61) terhadap aktivitas berbicara
ditemukan berbagai berbicara yang menyimpang (kurang benar). Nababan (1992: 60-61)
Menurut Garnham penyebab kesalahan yang dilakukan oleh pembicara di antaranya adalah
kesaratan beban (overloading), yaitu perasaan was-was (menghadapi ujian atau pertemuan
dengan orang yang ditakuti) atau karena penutur kurang menguasai materi, terpengaruh oleh
perasaan afektif, kesukaran melafal kata-kata, dan kurang menguasai topik. Dari penyebab
kesalahan-kesalahan tadi, dapat kita klasifikasikan berdasarkan ranah Psikologi. Penyebab
kesalahan berupa perasaan was-was berkaitan dengan ranah afektif.
Penyebab kesalahan berupa kurang menguasai materi atau topik berkaitan dengan ranah
kognitif, dan penyebab kesalahan berupa kesukaran melafalkan kata berkaitan dengan ranah
psikomotor. Contoh-contoh kesalahan dan penyebab kesalahan yang telah dijelaskan tadi
menunjukkan bahwa peran psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa sangat penting. Tujuan
umum pembelajaran bahasa, yaitu siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, baik dalam berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis. Agar siswa dapat berbahasa Indonesia
yang baik dan benar diperlukan pengetahuan akan kaidahkaidah bahasa. Kaidah-kaidah bahasa
dipelajari dalam linguistik. Untuk dapat menggunakan bahasa secara lancar dan komunikastif
siswa tidak hanya cukup memahami kaidah bahasa, tetapi diperlukan kesiapan kognitif
(penguasaan kaidah bahasa dan materi yang akan disampaikan), afektif (tenang, yakin, percaya
diri, mampu mengeliminasi rasa cemas, ragu-ragu, was-was, dan sebagainya), serta psikomotor
(lafal yang fasih, keterampilan memilih kata, frasa, klausa, dan kalimat). Dengan demikian,
jelaslah bahwa betapa penting peranan Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian materi makalah ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa bahasa ditempatkan
sebagai alat komunikasi antar manusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan
menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau
tanda-tanda berupa tulisan. Sebagai sebuah istilah dalam linguistik, Kridalaksana (1993:21)
mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh
para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Dari pandangan ahli linguistik seperti Kridalaksana, bahasa ditekankan sebagai sebuah sistem
lambang.Hadirnya istilah filsafat bahasa dalam ruang dunia filsafat dapat dikatan sebagai suatu
hal yang baru. Istilah muncul bersamaan dengan kecendrungan filsafat abad ke-20 yang bersifat
logosentris.
Materi bahasa bisa dipahami melalui Linguistik sebagaimana dikemukakan oleh
Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, dan Kholid A. Harras (1997/1998: 2) bahwa linguistik adalah
ilmu yang mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya
dengan siswa sebagai pembelajar bahasa. Siswa sebagai organisme dengan segala prilakunya
termasuk proses yang terjadi dalam diri siswa ketika belajar bahasa tidak bisa dipahami oleh
linguistik, tetapi hanya bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan dengannya, yaitu
Psikologi.

12

DAFTAR PUSTAKA
http://aibnoe.blogspot.com/2012/01/bahasa-dan-filsafat-bahasa.html
http://echax85atc-muhsyanursyahrir.blogspot.com/2011/02/filsafat-bahasa-hubungan-filsafat.html
http://lakubijakbajik.wordpress.com/dirasat/psikolingusitika/psikolinguistik-dalam-pembelajaran-bahasa/

http://tianfatmanuraini.blogspot.com/2011/06/kedudukan-psikolinguistik-dalam-studi.html

13