Upaya Meningkatkan Kreativitas dan Hasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan
perilaku baik potensial maupun aktual dan bersifat relatif permanen sebagai akibat
dari latihan dan pengalaman. Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang
dimaksud adalah siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan
dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena belajar memang merupakan
suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya. Jika
pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif,
maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran, siswa tidak hanya dituntut
keaktifannya saja tapi juga kekreativitasannya karena kreativitas dalam
pembelajaran dapat menciptakan situasi yang baru, tidak monoton dan menarik
sehingga siswa akan lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran (Sulianto, 2011).
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan sesuatu atau membuat
sesuatu yang berbeda dari yang lain. Sedangkan hasil belajar adalah perubahan
tingkah
laku
yang
terjadi
pada
siswa
setelah
menjalani
suatu
pengalaman/pembelajaran yang membuat siswa dari tidak tahu menjadi tahu,
kreativitas dapat digunakan untuk memprediksi prestasi belajar siswa.
Hal ini berarti kreativitas juga dapat menjadi tolak ukur hasil belajar siswa.
Perkembangan pendidikan di Indonesia dinilai belum mendidik tingkat kreativitas
anak karena hanya mengukur kepintaran mereka melalui besaran nilai studi di
masing-masing sekolahnya (Zainudin Maliki, 2011). Hal ini berarti masih
lemahnya kesadaran tentang pentingnya kreativitas bagi peserta didik, sehingga
kreativitas di Indonesia masih kurang optimal. Sedangkan hasil UASBN (Ujian
Akhir Sekolah Berstandar Nasional) menunjukkan nilai mata pelajaran
MATEMATIKA lebih rendah dibandingkan nilai mapel Bahasa Indonesia dan
IPA, yaitu 7,50 untuk Bahasa Indonesia, 7,46 untuk IPA, dan 7,00 untuk
MATEMATIKA.
Pengembangan kreativitas merupakan salah satu upaya pemberdayaan siswa.
Melihat masyarakat kita terus berubah dan bersifat multidimensional, serta
menuntut kreativitas dari semua orang dan masing-masing kita, hal tersebut berarti
tingkat kreativitas orang itu berbeda satu dengan yang lain sehingga kreativitas
menarik untuk diteliti. Ciri-ciri kreativitas adalah siswa mau bertanya pada saat
pembelajaran, siswa berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya
dengan jawaban yang berbeda dengan temannya, siswa mengikuti pembelajaran
sampai akhir.
Berdasarkan pengamatan pembelajaran matematika bagi siswa Kelas VIII
SMP Swasta Budisatrya terlihat bahwa 70% dari seluruh siswa yang ada tidak
mau bertanya pada saat pembelajaran, hanya 30% dari seluruh siswa bertanya pada
saat pembelajaran, hal ini terjadi karena dimungkinkan pembelajaran kurang dapat
merangsang rasa ingin tahu siswa sehingga kurang motivasi. 80% dari seluruh
siswa tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, hanya 20% dari
seluruh siswa mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru hal ini terjadi
dimungkinkan karena siswa tidak tahu jawabannya, atau mungkin siswa tidak
mendengarkan gurunya. 70% dari seluruh siswa bermain sendiri pada saat guru
menerangkan dan tidak bersemangat pada saat mengikuti pembelajaran, hal itu
terlihat dari posisi duduk yang meletakkan kepalanya di atas meja, pada saat guru
menunjuk siswa, siswa tidak mau maju ke depan, pembelajaran lebih didominasi
oleh guru bukan siswa. Dampak yang muncul dari kondisi tersebut adalah siswa
menjadi terbiasa untuk tidak aktif sehingga tidak dapat berfikir kritis dan siswa
kurang kreatif. Sedangkan untuk hasil belajar siswa kelas VIII SMP Swasta
Budisatrya masih rendah. Hasil belajar diambil dari nilai Ulangan Harian Semester
I yaitu 40% siswa memiliki nilai diatas KKM, sedangkan 60% siswa yang lain
mendapat nilai dibawah KKM, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 70.
Peneliti melakukan observasi pada tanggal 12 Maret 2015 antara peneliti
dengan guru matematika kelas VIII SMP Swasta Budisatrya Bapak Zulheri, M.Pd.Si,
dalam pembelajaran matematika yang biasa dilaksanakan cenderung menggunakan
strategi pembelajaran konvensional seperti penerapan metode ceramah, dan
pemberian tugas. Sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, karena
pembelajaran cenderung terpusat pada guru. Hal ini menyebabkan kreativitas dan
hasil belajar matematika sangat rendah.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMP Swasta Budisatrya
khususnya pada mata pelajaran matematika di kelas VIII, dimana peneliti masih
melihat guru mempraktikan pembelajaran yang konvensional. Dimana, proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa masih bersifat ceramah dan
aktivitas siswa lebih banyak mengerajakan soal– soal yang diberikan guru, sedangkan
kesempatan siswa untuk bertanya tidak ada. Terkait dengan hasil observasi ini, perlu
adanya suatu model pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kreativitas
dan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika. Oleh
karena itu, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
decision
making dalam
pembelajaran
matematika
yang diharapkan
dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, peneliti tertarik
melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kreativitas dan
Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Decision
Making Pada Siswa SMP Swasta Budisatrya Medan T.P 2016/2017”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka yang menjadi identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Masih kurangnya kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika
2.
Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
3.
Guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam proses
belajar mengajar
C. Batasan Penelitian Masalah
Batasan masalah yang akan diteliti adalah:
1.
Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Decision
Making dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa dalam belajar
matematika.
2.
Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Swasta
Budisatrya Medan T.P 2016/2017
3.
Materi pelajaran yang diteliti khususnya pada materi lingkaran dikarenakan siswa
kesulitan dalam memahami konsep matematika khususnya pada materi
menentukan unsur – unsur lingkaran dan mencari keliling serta luas lingkaran
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Batasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
penggunaan
model
pembelajaran
Decision
Making
dapat
meningkatkan kreativitas belajar matematika siswa pada pokok bahasan
Lingkaran semester genap kelas VIII SMP Swasta Budisatrya T.P 2016/2017 ?
2.
Apakah penggunaan model pembelajaran Decision Making dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan Lingkaran semester genap
kelas VIII SMP Swasta Budisatrya T.P 2016/2017 ?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui Bagaimana penggunaan model pembelajaran Decision
Making dapat meningkatkan kreativitas belajar matematika siswa pada pokok
bahasan Lingkaran semester genap kelas VIII SMP Swasta Budisatrya T.P
2016/2017
2.
Untuk mengetahui Apakah penggunaan model pembelajaran Decision Making
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan
Lingkaran semester genap kelas VIII SMP Swasta Budisatrya T.P 2016/2017
F. Manfaat Penelitian
Dalam Penelitian ini Penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat
bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a.
Bagi Siswa
Diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar dalam belajar
matematika dengan menggunakan pembelajaran Decision Making
b.
Bagi Guru
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pembelajaran matematika
melalui pembelajaran Decision Making agar pembelajaran lebih menarik dan
bervariasi
c.
Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan sekolah dalam meningkatkan
kualitas dan mutu sekolah
d.
Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai uji kemampuan terhadap bekal teori yang lebih diperoleh
pada saat kuliah dan sebagai upaya memberikan gambaran pengetahuan dalam
menggunakan pembelajaran Decision Making.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teori
1.
Pengertian Kreativitas
Pengertian kreativitas menurut Harris (2003) adalah suatu kemampuan, sikap,
dan proses. Kreativitas sebagai suatu kemampuan adalah kemampuan untuk
membayangkan atau menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun
ide-ide baru dengan mengkombinasikan, merubah, menerapkan ulang ide-ide yang
sudah ada. Kreativitas sebagai suatu sikap, yaitu kemampuan menerima perubahan
dan pembaruan, kemauan untuk bermain dengan ide dan kemungkinan untuk
fleksibilitas pandangan, sifat menikmati kebaikan sambil mencari cara – cara untuk
memperbaikinya. Kreativitas sebagai suatu proses, yaitu keinginan yang terus
-
menerus memperbaiki ide – ide dan solusi, dengan membuat perubahan yang
bertahap dan memperbaiki karya – karya sebelumnya.
Adapun ciri-ciri orang kreatif menurut Harris (2003) adalah ingin tahu, selalu
mencari masalah, menyukai tantangan, optimis, menunda keputusan, senang bermain
dengan imajinasi, melihat masalah seperti kesempatan, melihat masalah sebagai
sesuatu yang menarik, masalah dapat diterima secara emosional, asumsinya hebat,
gigih dan bekerja keras.
Sedangkan menurut Utami Munandar (2001) dalam uraiannya tentang pengertian
kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan, yaitu berkaitan dengan
kemampuan untuk mengkombinasi, memecahkan masalah dan cerminan kemampuan
operasional anak kreatif.
Ketiga tekanan kemampuan tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Kemampuan untuk membuat kombinasi baru bedasarkan data, informasi atau
unsur-unsur yang ada.
b.
Kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada
kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
c.
Kemampuan yang secara operasional mencerminkan kelancaran, keluwesan dan
orisinalitas
dalam
berpikir,
serta
kemampuan
untuk
mengelaborasi
(mengembangkan/memperkaya/memerinci) suatu gagasan.
Berdasarkan definisi diatas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan, karya nyata maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang
semuanya itu relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.
1.1 Indikator Kreativitas Belajar
Adapun indikator-indikator kreativitas belajar adalah sebagai berikut:
1.
Rasa ingin tahu
2.
Tekun dan tidak mudah bosan
3.
Kaya akan inisiatif
4.
Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah
5.
Kritis terhadap pendapat
Dari ciri-ciri kreativitas di atas dapat diketahui indikator-indikatornya yaitu:
1.
Rasa ingin tahu
a. Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak pertanyaan
b. Mengajukan pertanyaan
2.
Tekun dan tidak mudah bosan
a. Meminta kembali penjelasan yang kurang jelas
b. Tidak mudah bosan menerima tugas dari guru
3.
Kaya akan inisiatif
a. Dapat mencetuskan pendapatnya setelah pelajaran dijelaskan
b. Memiliki ide atau pendapat yang berbeda dengan orang lain
4.
Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah
a. Memberikan jawaban atas pertanyaan guru
b. Mencari alternatif pemecahan masalah
5.
Kritis terhadap pendapat
a. Tanggap akan pendapat yang dikemukakan oleh orang lain
b. Tidak mudah terpengaruh terhadap pendapat otoritas
1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar antara lain :
a)
Faktor internal siswa
Faktor Internal siswa adalah yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikologis
(rohaniah), aspek fisiologis (jasmaniah) meliputi kesempurnaan fungsi seluruh panca
indera terutama otak, karena otak adalah sumber dan menara pengontrol kegiatan
badan manusia. Otak merupakan kesatuan system memori, sehingga manusia dapat
belajar dengan cara menyerap, mengolah, menyimpan, dan memperoduksi
pengetahuan dan keterampilan untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupannya di muka bumi. Aspek psikologis (rohaniah) dalam belajar, akan
memberikan adil yang penting. Faktor psikologis akan senantiasa memberikan
landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas
dan kualitas pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang
dipandang lebih esensial adalah tingkat kecerdasan/ intelejensi siswa, sikap, minat,
bakat, motivasi, dan kreativitas siswa. Seorang siswa akan berhasil dalam belajar
kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum
pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, kesatuan antara aspek fisiologis
dan aspek psikologis akan membantu pelajaran.
b) Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan
faktor lingkungan non sosial, lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf
administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi kreativitas belajar seorang
siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap yang simpatik dan memperlihatkan
suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar misalnya rajin
membaca dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Lingkungan sosial yang lebih mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan
keluarga siswa itu sendiri. Lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan
letaknya. Tempat tinggal keluarga siswa, alat belajar, waktu belajar dan cuaca, faktorfaktor ini dipandang dapat menentukan tingkat kreativitas dan keberhasilan siswa.
c)
Faktor instrumental
Yang terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajaran, media
pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar
yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan kreativitas belajar siswa.
Kesempatan untuk belajar kreatif ditentukan oleh banyak faktor antara lain
sikap dan minat siswa, guru orang tua, lingkungan rumah dan kelas atau sekolah,
waktu, uang dan bahan-bahan
2.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menggambarkan kemampuan siswa dalam mempelajari sesuatu. Hal
ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (1989) yang menyebutkan bahwa Hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah menempuh
proses belajar. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif
(sikap), dan kemampuan psikomotorik (bertindak). Harus diakui bahwa dalam proses
belajar mengajar, terutama yang berkenaan dengan perubahan konsep lingkaran,
sedikit sekali kemempuan yang berkenaan dengan sikap, yang lebih banyak adalah
aspek kognitif dan psikomotorik. Dalam aspek kognitif ada enam unsur yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan siswa dalam mempelajari suatu pelajaran
tercermin dari hasil belajarnya.
2.1 Pengertian Hasil Belajar pada Ranah Kognitif
Menurut Purwanto (2011) hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang
terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi
kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, peyimpanan dan
pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali infromasi
ketika diperlukan sebagai usaha menyelesaikan masalah. Menurut Sanjaya (2008)
menyatakan domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti mengingat dan kemampuan
memecahkan masalah.
2.2 Indikator Hasil Belajar Ranah Kognitif
RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
Kode
Kategori
Kemampuan Internal
Jenis Perilaku
C1
Pengetahuan
Kata-kata Kerja
Operasional
Mengetahui………
Mengidentifikasi
Misalnya : Istilah
Menyebutkan
Fakta
Memberi nama pada
Aturan
Menyusun daftar
Urutan
Menggaris bawahi
Metode
Menjodohkan
Memilih
Memberikan definisi
C2
Pemahaman
Menterjemahkan
Menjelaskan
Menafsirkan
Menguraiakan
Memperkirakan
Merumuskan
Menentukan……..
Merangkum
Misalnya : Metode
Mengubah
Prosedur
Memahami……..
Memberikan
tentang
contoh
Misalnya : Konsep
Menyadur
Kaidah
Meramalkan
Prinsip
Memperkirakan
Kaitan antara
Menerangkan
Fakta
Isi pokok
Mengartikan
/Menginteprestasikan……
Misalnya : Tabel
Grafik
Bagan
C3
Penerapan
Memecahkan masalah
Memperhitungkan
Membuat bagan & grafik
Membuktikan
Menggunakan………….
Menghasilkan
Misalnya : Metode/prosedur
Menunjukan
Konsep
Melengkapi
Kaidah
Menyediakan
Prinsip
Menyesuaikan
Menemukan
C4
Analisa
Mengenali kesalahan
Memisahkan
Membedakan………..
Menerima
Misalnya: Fakta dari
Menyisihkan
interprestasi
Menghubungkan
Data dari
Memilih
kesimpulan
Membandingkan
Menganalisa…………
Mempertentangkan
Misalnya : Struktur dasar
Membagi
Bagian-bagian
Membuat
Hubungan antara
diagram/skema
Menunjukan
hubungan antara
C5
Sintesa
Menghasilkan……………
Mengkategorikan
Misalnya : Klasifikasi Karangan
Mengkombinasikan
Kerangka teoritis
Mengarang
Menyusun…………..
Menciptakan
Misalnya : Rencana Skema
Mendesain
Program kerja
Mengatur
Menyusun kenmbali
Merangkaikan
Menghubungkan
Menyimpulkan
Merancangkan
Membuat pola
C6
Evaluasi
Menilai berdasarkan norma
Memperhitungkan
internal….
Membuktikan
Misalnya : Hasil karya seni
Menghasilkan
Mutu karangan
Menunjukan
Mutu ceramah
Melengkapi
Program penataran
Menyediakan
Menilai berdasarkan norma
Menyesuaikan
eksternal..
Menemukan
Misalnya : Hasil karya seni
Mutu karangan
Mutu pekerjaan
Mutu ceramah
Program penataran
Mempertimbangkan……………
Misalnya : Baik-buruknya
Pro-kontanya
Untung ruginya
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (Rusman,
2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:
a.
Faktor Internal
1. Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik
dalam menerima materi pelajaran.
2. Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya
memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut
mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi
intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya
nalar peserta didik.
b.
Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar.
Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada
tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat
berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang
kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.
c.
Faktor Instrumental.
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan
dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang
direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru
3.
Model Pembelajaran Decision Making
Dewey (2004) pengambilan keputusan (decision making) tidak jarang disamakan
dengan berpikir kritis, pemecahan masalah dengan berpikir logis serta berpikir
selektif.
1.
Berpikir kritis (critical thinking) artinya untuk sampai suatu kesimpulan diawali
dengan pertanyaan dan pertimbangan kebenaran serta nilai apa yang sebenarnya
ada dalam pertanyaan itu.
2.
Pemecahan masalah (problem solving) artinya untuk sampai pada kesimpulan
diawali dengan masalah yang dihadapi dan mempertanyakan bagaimana masalah
itu dapat diselesaikan/dipecahkan.
3.
Berpikir logis (logical thinking ) untuk sampai pada suatu kesimpulan yang
diutamakan adalah alur berpikirnya, mulai identifikasi, menganalisis fakta dan
opini serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari ketiga pemikiran tersebut semuanya bermuara pada pengambilan keputusan
untuk mendapatkan suatu pilihan yang kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk
tindakan. Sementara itu menurut Mulyono (2008) pengambilan keputusan dapat
diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan yang tersedia
sebagai suatu cara dalam pemecahan masalah. Dengan demikian dalam pengambilan
keputusan bukan semata-mata bertujuan untuk memperoleh informasi atau
pengetahuan tetapi juga dilandasi oleh pertimbangan secara nalar dan penilaian, serta
tindakan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan keputusan yang
efektif membutuhkan keterampilan mengumpulkan informasi tentang suatu
permasalahan, berpikir kritis dan kreatif.
Cara menentukan kelompok Model pembelajaran Pengambilan Keputusan
(Decision Making) adalah:
a.
Jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari 5 orang.
b.
Pengelompokan siswa hendaknya heterogen
c.
Penetapan kelompok ditentukan oleh pendidik.
d.
Penghargaan (hadiah) lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
3.1 Langkah – langkah Model Pembelajaran Decision Making Menurut
Fatimah et. al. (2008) sebagai berikut:
a.
Memberikan informasi, tujuan, dan rumusan masalah.
b.
Secara klasikal tayangan gambar, wacana atau kasus permasalahan yang sesuai
dengan materi pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
c.
Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan
gambar, wacana atau kasus yang disajikan.
d.
Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasikan permasalahan dan membuat
alternatif pemecahannya.
e.
Secara kelompok/individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang
terdapat di lingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan
cara pemecahannya.
f.
Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka memilih
alternatif tersebut.
g.
Secara kelompok/individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah
tersebut.
h.
Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk
mencegah terjadinya masalah tersebut.
Sementara itu menurut Cooke et. al. (1991) menjelaskan sembilan tahap yang
dilalui individu dalam mengambil keputusan yaitu:
1.
Observasi, individu memperhatikan bahwa ada sesuatu yang keliru atau kurang
sesuai, sesuatu yang merupakan kesempatan untuk memutuskan yang sedang
terjadi dilingkungannya untuk memberikan informasi, tujuan dan rumusan
masalah.
2.
Mengenali masalah, setelah mengetahui informasi, tujuan dan rumusan masalah,
maka individu semakin menyadari bahwa kebutuhan untuk memutuskan sesuatu
menjadi semakin nyata.
3.
Menerapkan tujuan, berkaitan dengan kesenjangan antara sesuatu yang telah
diobservasi, dengan sesuatu yang diharapkan.
4.
Memahami masalah, merupakan suatu kebutuhan bagi individu untuk memahami
secara benar permasalahan, yaitu mendiagnosa suatu permasalahan dan
mengidentifikasi serta membuat alternatif pemecahannya.
5.
Menentukan pilihan – pilhan, jika batas – batas telah diidentifikasidengan lebih
sempit maka, pilihan – pilhan dengan sendirinya lebih mudah tersedia.
6.
Mengevaluasi pilihan – pilihan, melibatkan penentuan yang lebih luas mengenai
ketepatan masing – masing pilihan terhadap tujuan pengambilan keputusan
berdasarkan pada wacana, gambar atau kasus yang disajikan.
7.
Memilih, alternatif memilih pemecahan masalah dan mengemukakannya.
8.
Menerapkan,
efektivitas
penerapan
bergantung
pada
keterampilan
dan
kemampuan individu mencari penyebab terjadinya permasalahan.
9.
Memonitor, setelah diterapkan maka keputusan tersebut sebaiknya untuk melihat
efektivitas dalam memecahkan masalah mengemukakan tindakan untuk
mencegah terjadinya permasalahan.
3.2 Kelebihan Model Pembelajaran Decision Making
Dalam setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar akan memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu juga halnya dengan model
pembelajaran Pengambilan Keputusan (Decision Making). Menurut Mulyono (2008)
kelebihan dari model pembelajaran Pengambilan Keputusan (Decision Making) yaitu:
a.
Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
b.
Meningkatkan kesetiakawanan sosial.
c.
Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
d.
Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan
informasi, perilaku sosial, dan pandang-pandangan.
e.
Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan,
jenis kelamin, normal atau cacat, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
3.3 Kekurangan model Pembelajaran Decision Making menurut Lie (2002)
yaitu:
1.
Membutuhkan lebih banyak waktu.
2.
Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.
3.
Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.
4.
Kurang kesempatan untuk individu.
5.
Sering terjadi kegaduhan.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Dian Yulia
Puteri (2014) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa
dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Decision Making”, dengan
hasil penelitian yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas dengan 3 siklus
dapat dilihat peningkatan aktivitas siswa dari 69% menjadi 74% pada siklus kedua
dan menjadi 85% pada siklus ketiga. Sementara itu, hasil ulangan harian
menunjukkan peningkatan dari rata-rata sebesar 5,48 pada ulangan harian pertama
menjadi rata-rata 6,53 pada ulangan harian kedua dan menjadi rata-rata 7,33 pada
ulangan harian ketiga.
C. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan dari uraian di atas dikemukakan sebagai berikut “ada
peningkatan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Decision Making pada pokok bahasan Lingkaran semester genap
kelas VIII SMP Swasta Budisatrya Medan T.P 2016/2017”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Budisatrya Medan yang berlokasi di jalan letda
sujono Kecamatan Medan Tembung dan penelitian ini dilaksanakan pada
kelas VIII
2. Waktu
Semester genap dimulai pada bulan agustus T.P 2016/2017 sampai selesai.
Tabel
3.1 Waktu
Penelitian
No
Waktu Tahap
Januari
1
1
Persiapan
2
Penyusunan
v
2
v
Februari
3
4
1
2
3
Maret
4
1
2 3
April
4
1
2 3
v
v
V
v
Instrumen
3
Pelaksanaan
4
Analisis Data
5
Pelaporan
v
v
v
v
v v
v
v
v v
4
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Budisatrya Medan T.P
2016/2017 yaitu sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 22 perempuan dan 14
laki-laki.
2. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah “Upaya
Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Decision Making ”.
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom
Action Research (CAR) yang terdiri atas rangkaian kegiatan berupa perencanaan
(plan), pelaksanaan tindakan (act), obserasi (observe), dan refleksi (reflect).
Kegiatan penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya kolaborasi dan
partisipatif karena adanya kerjasama antara peneliti dengan guru matematika kelas
VIII SMP Budisatrya Medan. Penelitian ini ditujukkan untuk meningkatkan
kreativitas dan hasil belajar matematika, sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.
D. Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research),
maka peneliti memiliki tahap – tahap penelitian berupa suatu siklus. Prosedur
penelitian yang dilakukan adalah desain PTK berbentuk siklus. Berikut tahapan –
tahapan prosedur penelitian sebagai berikut:
1.
Menyusun Perencanaan (planning)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan tindakan berupa
penyusunan rencana program pengajaran (RPP), penyusunan kegiatan pengamatan
dan tindakan tes. Dalam penyusunan program pengajaran disesuaikan dengan
kesulitan siswa yang didapat melalui tes awal, untuk itu diperlukan teknik
pembelajaran dalam kegiatan mengajar yaitu dengan model pembelajaran Decision
Making. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu:
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) Menyusun dan mempersiapkan media pembelajaran yang digunakan yaitu
lembar kerja siswa (LKS)
3) Penyusunan soal tes berupa soal uraian
2.
Melaksanakan Tindakan (action)
Di dalam tahap ini peneliti melakukan tindakan yang telah dirumuskan dalam
RPP, dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup.
3.
Melaksanakan Pengamatan (observing)
Pada tahap ini peneliti mengamati perilaku siswa yang sedang mengikuti
kegiatan pembelajaran, memantau kegiatan diskusi atau kerja sama antar kelompok,
mengamati pemahaman tiap siswa dalam penguasaan materi pembelajaran yang telah
dirancang sesuai dengan PTK.
4.
Melakukan Refleksi (reflecting)
Tahapan ini untuk memproses data yang didapat pada saat melakukan
pengamatan. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap
perencanaan pada siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 1. Bagan alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto,
2010: 137).
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan alat
pengumpulan data yaitu tes dan lembar observasi.
1.
Tes
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa maka dilakukan tes. Tes yang
diberikan kepada siswa dalam penelitian ini adalah menggunakan beberapa soal
untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran Decision Making dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa. Untuk melihat apakah
ada peningkatan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa, maka dalam setiap
siklus diberikan tes. Tes diberikan setelah kegiatan pembelajaran dalam satu siklus
dilaksanakan. Tes ini bertujuan untuk melihat peningkatan kreativitas siswa selama
kegiatan pembelajaran dalam satu siklus terlaksana.
Tabel 1
Kisi – kisi tes
No item
Jumlah
No Indikator
C1
Menentukan
1
unsur
C2
C3
C4
C5
C6
Soal
–
unsur pada lingkaran
3
1,2,3
Menentukan salah satu
2
unsur
lingkaran
2
4,5
berdasarkan gambar
Menentukan
unsur
lingkaran yang dibatasi
3
dua jari – jari dan
2
6,7
sebuah busur
Menyebutkan
4
rumus
keliling lingkaran yang
diketahui diameternya
8,9
2
Menentukan
5
keliling
lingkaran
yang
10,11
2
diketahui jari - jarinya
Menentukan
lintasan
6
panjang
roda
sepeda
jika diketahui jari-jari
roda
dan
12,13 2
banyaknya
putaran roda
Menyebutkan
7
rumus
luas lingkaran dengan
2
14,15
diameter diketahui
Keterangan:
C1 = Pengetahuan
C4 = Analisis
C2 = Pemahaman
C5 = Sintesis
C3 = Penerapan
C6 = Evaluasi
2.
Observasi
Observasi adalah teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pemngamatan terhadap kegiatan yang berlangsung. Pengumpulan data sewaktu
proses belajar mengajar berlangsung selain dilakukan peneliti, bantuan dari guru
matematika di kelas juga dibutuhkan. Adapun perannya sebagai obsever yaitu
mengamati aktivitas pengajaran berpedoman pada lembar observasi yang telah
disiapkan. Observasi ini dilaksanakan pada saat pembelajaran sedang berlangsung
dan hasil observasi tersebut diserahkan pada peneliti untuk dianalisa dan untuk
mengetahui sejauh mana ketercapaian pembelajaran. Hasil observasi kemudian
dianalisa.
Tabel 2
Kisi-kisi Lembar Observasi Kreativitas Belajar Siswa
Indikator
Aspek yang
Diteliti
Kognitif
▪
Banyak Butir
Nomor Butir
Soal
Soal
Siswa antusias dalam
mengikuti kegiatan
pembelajaran
▪
Siswa dapat memahami
materi dengan lancar
▪
Siswa aktif dalam
menyusun pertanyaan
dengan mengacu pada
materi
▪
Siswa dapat menjawab
pertanyaan dengan lancar
▪
Siswa mandiri dalam
menyelesaikan persoalan
5
1, 2, 3, 4,
5
C.
Teknik Analisis Data
Untuk mendeskripsikan data dari variabel digunakan statistik deskriptif yaitu
mendeskripsikan, mencatat, dan menganalisis data. Setelah data didapatkan,
kemudian diolah dengan teknik analisis sebagai berikut:
1.
Menghitung Nilai Rata-rata Kelas
X
fixi
fi
Dimana:
X = Nilai rata-rata
fixi = Nilai masing-masing siswa
fi = Banyak siswa
2.
Menghitung Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa
Skor rata-rata test klasikal dapat dihitung dengan menggunakan statistik
sederhana yaitu:
Keterangan :
�� =
�
�ℎ
�� �
�
�
ℎ
��
NA
: Nilai yang diperoleh siswa
Skor Perolehan
: skor yang diperoleh dari sejumlah indikator
yang muncul/nampak dalam observasi
Skor Maksimal
: Jumlah skor keseluruhanNilai tersebut
diinterpretasikan ke dalam prosentase dengan rumus sebagai berikut :
�=
Dimana :
�
×
�
%
P = Angka Persentase
F = Frekuensi/skor mentah yang sedang dicari persentase
N = Jumlah responden
Data yang diperoleh dari skor test siswa, kemudian ditetapkan kriteria
Tabel 3.2: Kriteria Nilai Siswa
Interval skor
Prosentase Hasil
Taraf Keberhasilan Hasil
Nilai
Observasi Siswa
Observasi Proses Belajar
dengan
Siswa
huruf
80-90
80% - 90%
Sangat baik
A
60-79
60% - 79%
Baik
B
40-59
40% - 59%
Cukup
C
0-39
0% - 39%
Kurang
D
Sumber : Arikunto (2001:345)
Sedangkan analisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa di tentukan
dengan ketuntasan belajar secara individual dan secara klasikal. Kriteria penguasaan
minimal hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Secara perorangan (individual) dianggap telah tuntas belajar apabila daya
serap siswa mencapai 70.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
b.
�� =
�
ℎ�
×
�
%
Secara klasikal, dianggap telah tuntas belajar apabila mencapai 80% dari jumlah
siswa yang mencapai daya serap minimal 70.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
�� =
�
ℎ�
×
�
%
Bila ketuntasan siswa lebih dari 80% maka pembelajaran yang dilaksanakan
guru dapat dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan belajar siswa kurang dari 80%
maka pengajaran yang dilaksanakan guru belum berhasil.
3.
Menganalisis Hasil Observasi
Perhitungan nilai akhir setiap observasi ditentukan berdasarkan:
NA
SY
........................................................................... (Soegito, 2011: 40)
Bi
Dimana:
NA : Nilai akhir
SY : Skor yang diperoleh
Bi : Banyak item (observer)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan
perilaku baik potensial maupun aktual dan bersifat relatif permanen sebagai akibat
dari latihan dan pengalaman. Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang
dimaksud adalah siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan
dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena belajar memang merupakan
suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya. Jika
pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif,
maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran, siswa tidak hanya dituntut
keaktifannya saja tapi juga kekreativitasannya karena kreativitas dalam
pembelajaran dapat menciptakan situasi yang baru, tidak monoton dan menarik
sehingga siswa akan lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran (Sulianto, 2011).
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan sesuatu atau membuat
sesuatu yang berbeda dari yang lain. Sedangkan hasil belajar adalah perubahan
tingkah
laku
yang
terjadi
pada
siswa
setelah
menjalani
suatu
pengalaman/pembelajaran yang membuat siswa dari tidak tahu menjadi tahu,
kreativitas dapat digunakan untuk memprediksi prestasi belajar siswa.
Hal ini berarti kreativitas juga dapat menjadi tolak ukur hasil belajar siswa.
Perkembangan pendidikan di Indonesia dinilai belum mendidik tingkat kreativitas
anak karena hanya mengukur kepintaran mereka melalui besaran nilai studi di
masing-masing sekolahnya (Zainudin Maliki, 2011). Hal ini berarti masih
lemahnya kesadaran tentang pentingnya kreativitas bagi peserta didik, sehingga
kreativitas di Indonesia masih kurang optimal. Sedangkan hasil UASBN (Ujian
Akhir Sekolah Berstandar Nasional) menunjukkan nilai mata pelajaran
MATEMATIKA lebih rendah dibandingkan nilai mapel Bahasa Indonesia dan
IPA, yaitu 7,50 untuk Bahasa Indonesia, 7,46 untuk IPA, dan 7,00 untuk
MATEMATIKA.
Pengembangan kreativitas merupakan salah satu upaya pemberdayaan siswa.
Melihat masyarakat kita terus berubah dan bersifat multidimensional, serta
menuntut kreativitas dari semua orang dan masing-masing kita, hal tersebut berarti
tingkat kreativitas orang itu berbeda satu dengan yang lain sehingga kreativitas
menarik untuk diteliti. Ciri-ciri kreativitas adalah siswa mau bertanya pada saat
pembelajaran, siswa berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya
dengan jawaban yang berbeda dengan temannya, siswa mengikuti pembelajaran
sampai akhir.
Berdasarkan pengamatan pembelajaran matematika bagi siswa Kelas VIII
SMP Swasta Budisatrya terlihat bahwa 70% dari seluruh siswa yang ada tidak
mau bertanya pada saat pembelajaran, hanya 30% dari seluruh siswa bertanya pada
saat pembelajaran, hal ini terjadi karena dimungkinkan pembelajaran kurang dapat
merangsang rasa ingin tahu siswa sehingga kurang motivasi. 80% dari seluruh
siswa tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, hanya 20% dari
seluruh siswa mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru hal ini terjadi
dimungkinkan karena siswa tidak tahu jawabannya, atau mungkin siswa tidak
mendengarkan gurunya. 70% dari seluruh siswa bermain sendiri pada saat guru
menerangkan dan tidak bersemangat pada saat mengikuti pembelajaran, hal itu
terlihat dari posisi duduk yang meletakkan kepalanya di atas meja, pada saat guru
menunjuk siswa, siswa tidak mau maju ke depan, pembelajaran lebih didominasi
oleh guru bukan siswa. Dampak yang muncul dari kondisi tersebut adalah siswa
menjadi terbiasa untuk tidak aktif sehingga tidak dapat berfikir kritis dan siswa
kurang kreatif. Sedangkan untuk hasil belajar siswa kelas VIII SMP Swasta
Budisatrya masih rendah. Hasil belajar diambil dari nilai Ulangan Harian Semester
I yaitu 40% siswa memiliki nilai diatas KKM, sedangkan 60% siswa yang lain
mendapat nilai dibawah KKM, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 70.
Peneliti melakukan observasi pada tanggal 12 Maret 2015 antara peneliti
dengan guru matematika kelas VIII SMP Swasta Budisatrya Bapak Zulheri, M.Pd.Si,
dalam pembelajaran matematika yang biasa dilaksanakan cenderung menggunakan
strategi pembelajaran konvensional seperti penerapan metode ceramah, dan
pemberian tugas. Sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, karena
pembelajaran cenderung terpusat pada guru. Hal ini menyebabkan kreativitas dan
hasil belajar matematika sangat rendah.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMP Swasta Budisatrya
khususnya pada mata pelajaran matematika di kelas VIII, dimana peneliti masih
melihat guru mempraktikan pembelajaran yang konvensional. Dimana, proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa masih bersifat ceramah dan
aktivitas siswa lebih banyak mengerajakan soal– soal yang diberikan guru, sedangkan
kesempatan siswa untuk bertanya tidak ada. Terkait dengan hasil observasi ini, perlu
adanya suatu model pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kreativitas
dan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika. Oleh
karena itu, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
decision
making dalam
pembelajaran
matematika
yang diharapkan
dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, peneliti tertarik
melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kreativitas dan
Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Decision
Making Pada Siswa SMP Swasta Budisatrya Medan T.P 2016/2017”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka yang menjadi identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Masih kurangnya kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika
2.
Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
3.
Guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam proses
belajar mengajar
C. Batasan Penelitian Masalah
Batasan masalah yang akan diteliti adalah:
1.
Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Decision
Making dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa dalam belajar
matematika.
2.
Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Swasta
Budisatrya Medan T.P 2016/2017
3.
Materi pelajaran yang diteliti khususnya pada materi lingkaran dikarenakan siswa
kesulitan dalam memahami konsep matematika khususnya pada materi
menentukan unsur – unsur lingkaran dan mencari keliling serta luas lingkaran
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Batasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
penggunaan
model
pembelajaran
Decision
Making
dapat
meningkatkan kreativitas belajar matematika siswa pada pokok bahasan
Lingkaran semester genap kelas VIII SMP Swasta Budisatrya T.P 2016/2017 ?
2.
Apakah penggunaan model pembelajaran Decision Making dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan Lingkaran semester genap
kelas VIII SMP Swasta Budisatrya T.P 2016/2017 ?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui Bagaimana penggunaan model pembelajaran Decision
Making dapat meningkatkan kreativitas belajar matematika siswa pada pokok
bahasan Lingkaran semester genap kelas VIII SMP Swasta Budisatrya T.P
2016/2017
2.
Untuk mengetahui Apakah penggunaan model pembelajaran Decision Making
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan
Lingkaran semester genap kelas VIII SMP Swasta Budisatrya T.P 2016/2017
F. Manfaat Penelitian
Dalam Penelitian ini Penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat
bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a.
Bagi Siswa
Diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar dalam belajar
matematika dengan menggunakan pembelajaran Decision Making
b.
Bagi Guru
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pembelajaran matematika
melalui pembelajaran Decision Making agar pembelajaran lebih menarik dan
bervariasi
c.
Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan sekolah dalam meningkatkan
kualitas dan mutu sekolah
d.
Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai uji kemampuan terhadap bekal teori yang lebih diperoleh
pada saat kuliah dan sebagai upaya memberikan gambaran pengetahuan dalam
menggunakan pembelajaran Decision Making.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teori
1.
Pengertian Kreativitas
Pengertian kreativitas menurut Harris (2003) adalah suatu kemampuan, sikap,
dan proses. Kreativitas sebagai suatu kemampuan adalah kemampuan untuk
membayangkan atau menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun
ide-ide baru dengan mengkombinasikan, merubah, menerapkan ulang ide-ide yang
sudah ada. Kreativitas sebagai suatu sikap, yaitu kemampuan menerima perubahan
dan pembaruan, kemauan untuk bermain dengan ide dan kemungkinan untuk
fleksibilitas pandangan, sifat menikmati kebaikan sambil mencari cara – cara untuk
memperbaikinya. Kreativitas sebagai suatu proses, yaitu keinginan yang terus
-
menerus memperbaiki ide – ide dan solusi, dengan membuat perubahan yang
bertahap dan memperbaiki karya – karya sebelumnya.
Adapun ciri-ciri orang kreatif menurut Harris (2003) adalah ingin tahu, selalu
mencari masalah, menyukai tantangan, optimis, menunda keputusan, senang bermain
dengan imajinasi, melihat masalah seperti kesempatan, melihat masalah sebagai
sesuatu yang menarik, masalah dapat diterima secara emosional, asumsinya hebat,
gigih dan bekerja keras.
Sedangkan menurut Utami Munandar (2001) dalam uraiannya tentang pengertian
kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan, yaitu berkaitan dengan
kemampuan untuk mengkombinasi, memecahkan masalah dan cerminan kemampuan
operasional anak kreatif.
Ketiga tekanan kemampuan tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Kemampuan untuk membuat kombinasi baru bedasarkan data, informasi atau
unsur-unsur yang ada.
b.
Kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada
kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
c.
Kemampuan yang secara operasional mencerminkan kelancaran, keluwesan dan
orisinalitas
dalam
berpikir,
serta
kemampuan
untuk
mengelaborasi
(mengembangkan/memperkaya/memerinci) suatu gagasan.
Berdasarkan definisi diatas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan, karya nyata maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang
semuanya itu relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.
1.1 Indikator Kreativitas Belajar
Adapun indikator-indikator kreativitas belajar adalah sebagai berikut:
1.
Rasa ingin tahu
2.
Tekun dan tidak mudah bosan
3.
Kaya akan inisiatif
4.
Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah
5.
Kritis terhadap pendapat
Dari ciri-ciri kreativitas di atas dapat diketahui indikator-indikatornya yaitu:
1.
Rasa ingin tahu
a. Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak pertanyaan
b. Mengajukan pertanyaan
2.
Tekun dan tidak mudah bosan
a. Meminta kembali penjelasan yang kurang jelas
b. Tidak mudah bosan menerima tugas dari guru
3.
Kaya akan inisiatif
a. Dapat mencetuskan pendapatnya setelah pelajaran dijelaskan
b. Memiliki ide atau pendapat yang berbeda dengan orang lain
4.
Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah
a. Memberikan jawaban atas pertanyaan guru
b. Mencari alternatif pemecahan masalah
5.
Kritis terhadap pendapat
a. Tanggap akan pendapat yang dikemukakan oleh orang lain
b. Tidak mudah terpengaruh terhadap pendapat otoritas
1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar antara lain :
a)
Faktor internal siswa
Faktor Internal siswa adalah yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikologis
(rohaniah), aspek fisiologis (jasmaniah) meliputi kesempurnaan fungsi seluruh panca
indera terutama otak, karena otak adalah sumber dan menara pengontrol kegiatan
badan manusia. Otak merupakan kesatuan system memori, sehingga manusia dapat
belajar dengan cara menyerap, mengolah, menyimpan, dan memperoduksi
pengetahuan dan keterampilan untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupannya di muka bumi. Aspek psikologis (rohaniah) dalam belajar, akan
memberikan adil yang penting. Faktor psikologis akan senantiasa memberikan
landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas
dan kualitas pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang
dipandang lebih esensial adalah tingkat kecerdasan/ intelejensi siswa, sikap, minat,
bakat, motivasi, dan kreativitas siswa. Seorang siswa akan berhasil dalam belajar
kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum
pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, kesatuan antara aspek fisiologis
dan aspek psikologis akan membantu pelajaran.
b) Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan
faktor lingkungan non sosial, lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf
administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi kreativitas belajar seorang
siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap yang simpatik dan memperlihatkan
suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar misalnya rajin
membaca dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Lingkungan sosial yang lebih mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan
keluarga siswa itu sendiri. Lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan
letaknya. Tempat tinggal keluarga siswa, alat belajar, waktu belajar dan cuaca, faktorfaktor ini dipandang dapat menentukan tingkat kreativitas dan keberhasilan siswa.
c)
Faktor instrumental
Yang terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajaran, media
pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar
yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan kreativitas belajar siswa.
Kesempatan untuk belajar kreatif ditentukan oleh banyak faktor antara lain
sikap dan minat siswa, guru orang tua, lingkungan rumah dan kelas atau sekolah,
waktu, uang dan bahan-bahan
2.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menggambarkan kemampuan siswa dalam mempelajari sesuatu. Hal
ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (1989) yang menyebutkan bahwa Hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah menempuh
proses belajar. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif
(sikap), dan kemampuan psikomotorik (bertindak). Harus diakui bahwa dalam proses
belajar mengajar, terutama yang berkenaan dengan perubahan konsep lingkaran,
sedikit sekali kemempuan yang berkenaan dengan sikap, yang lebih banyak adalah
aspek kognitif dan psikomotorik. Dalam aspek kognitif ada enam unsur yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan siswa dalam mempelajari suatu pelajaran
tercermin dari hasil belajarnya.
2.1 Pengertian Hasil Belajar pada Ranah Kognitif
Menurut Purwanto (2011) hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang
terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi
kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, peyimpanan dan
pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali infromasi
ketika diperlukan sebagai usaha menyelesaikan masalah. Menurut Sanjaya (2008)
menyatakan domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti mengingat dan kemampuan
memecahkan masalah.
2.2 Indikator Hasil Belajar Ranah Kognitif
RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
Kode
Kategori
Kemampuan Internal
Jenis Perilaku
C1
Pengetahuan
Kata-kata Kerja
Operasional
Mengetahui………
Mengidentifikasi
Misalnya : Istilah
Menyebutkan
Fakta
Memberi nama pada
Aturan
Menyusun daftar
Urutan
Menggaris bawahi
Metode
Menjodohkan
Memilih
Memberikan definisi
C2
Pemahaman
Menterjemahkan
Menjelaskan
Menafsirkan
Menguraiakan
Memperkirakan
Merumuskan
Menentukan……..
Merangkum
Misalnya : Metode
Mengubah
Prosedur
Memahami……..
Memberikan
tentang
contoh
Misalnya : Konsep
Menyadur
Kaidah
Meramalkan
Prinsip
Memperkirakan
Kaitan antara
Menerangkan
Fakta
Isi pokok
Mengartikan
/Menginteprestasikan……
Misalnya : Tabel
Grafik
Bagan
C3
Penerapan
Memecahkan masalah
Memperhitungkan
Membuat bagan & grafik
Membuktikan
Menggunakan………….
Menghasilkan
Misalnya : Metode/prosedur
Menunjukan
Konsep
Melengkapi
Kaidah
Menyediakan
Prinsip
Menyesuaikan
Menemukan
C4
Analisa
Mengenali kesalahan
Memisahkan
Membedakan………..
Menerima
Misalnya: Fakta dari
Menyisihkan
interprestasi
Menghubungkan
Data dari
Memilih
kesimpulan
Membandingkan
Menganalisa…………
Mempertentangkan
Misalnya : Struktur dasar
Membagi
Bagian-bagian
Membuat
Hubungan antara
diagram/skema
Menunjukan
hubungan antara
C5
Sintesa
Menghasilkan……………
Mengkategorikan
Misalnya : Klasifikasi Karangan
Mengkombinasikan
Kerangka teoritis
Mengarang
Menyusun…………..
Menciptakan
Misalnya : Rencana Skema
Mendesain
Program kerja
Mengatur
Menyusun kenmbali
Merangkaikan
Menghubungkan
Menyimpulkan
Merancangkan
Membuat pola
C6
Evaluasi
Menilai berdasarkan norma
Memperhitungkan
internal….
Membuktikan
Misalnya : Hasil karya seni
Menghasilkan
Mutu karangan
Menunjukan
Mutu ceramah
Melengkapi
Program penataran
Menyediakan
Menilai berdasarkan norma
Menyesuaikan
eksternal..
Menemukan
Misalnya : Hasil karya seni
Mutu karangan
Mutu pekerjaan
Mutu ceramah
Program penataran
Mempertimbangkan……………
Misalnya : Baik-buruknya
Pro-kontanya
Untung ruginya
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (Rusman,
2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:
a.
Faktor Internal
1. Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik
dalam menerima materi pelajaran.
2. Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya
memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut
mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi
intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya
nalar peserta didik.
b.
Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar.
Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada
tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat
berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang
kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.
c.
Faktor Instrumental.
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan
dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang
direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru
3.
Model Pembelajaran Decision Making
Dewey (2004) pengambilan keputusan (decision making) tidak jarang disamakan
dengan berpikir kritis, pemecahan masalah dengan berpikir logis serta berpikir
selektif.
1.
Berpikir kritis (critical thinking) artinya untuk sampai suatu kesimpulan diawali
dengan pertanyaan dan pertimbangan kebenaran serta nilai apa yang sebenarnya
ada dalam pertanyaan itu.
2.
Pemecahan masalah (problem solving) artinya untuk sampai pada kesimpulan
diawali dengan masalah yang dihadapi dan mempertanyakan bagaimana masalah
itu dapat diselesaikan/dipecahkan.
3.
Berpikir logis (logical thinking ) untuk sampai pada suatu kesimpulan yang
diutamakan adalah alur berpikirnya, mulai identifikasi, menganalisis fakta dan
opini serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari ketiga pemikiran tersebut semuanya bermuara pada pengambilan keputusan
untuk mendapatkan suatu pilihan yang kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk
tindakan. Sementara itu menurut Mulyono (2008) pengambilan keputusan dapat
diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan yang tersedia
sebagai suatu cara dalam pemecahan masalah. Dengan demikian dalam pengambilan
keputusan bukan semata-mata bertujuan untuk memperoleh informasi atau
pengetahuan tetapi juga dilandasi oleh pertimbangan secara nalar dan penilaian, serta
tindakan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan keputusan yang
efektif membutuhkan keterampilan mengumpulkan informasi tentang suatu
permasalahan, berpikir kritis dan kreatif.
Cara menentukan kelompok Model pembelajaran Pengambilan Keputusan
(Decision Making) adalah:
a.
Jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari 5 orang.
b.
Pengelompokan siswa hendaknya heterogen
c.
Penetapan kelompok ditentukan oleh pendidik.
d.
Penghargaan (hadiah) lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
3.1 Langkah – langkah Model Pembelajaran Decision Making Menurut
Fatimah et. al. (2008) sebagai berikut:
a.
Memberikan informasi, tujuan, dan rumusan masalah.
b.
Secara klasikal tayangan gambar, wacana atau kasus permasalahan yang sesuai
dengan materi pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
c.
Buatlah pertanyaan agar siswa dapat merumuskan permasalahan sesuai dengan
gambar, wacana atau kasus yang disajikan.
d.
Secara kelompok siswa diminta mengidentifikasikan permasalahan dan membuat
alternatif pemecahannya.
e.
Secara kelompok/individu siswa diminta mengidentifikasi permasalahan yang
terdapat di lingkungan sekitar siswa yang sesuai dengan materi yang dibahas dan
cara pemecahannya.
f.
Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan alasan mereka memilih
alternatif tersebut.
g.
Secara kelompok/individu siswa diminta mencari penyebab terjadinya masalah
tersebut.
h.
Secara kelompok/individu siswa diminta mengemukakan tindakan untuk
mencegah terjadinya masalah tersebut.
Sementara itu menurut Cooke et. al. (1991) menjelaskan sembilan tahap yang
dilalui individu dalam mengambil keputusan yaitu:
1.
Observasi, individu memperhatikan bahwa ada sesuatu yang keliru atau kurang
sesuai, sesuatu yang merupakan kesempatan untuk memutuskan yang sedang
terjadi dilingkungannya untuk memberikan informasi, tujuan dan rumusan
masalah.
2.
Mengenali masalah, setelah mengetahui informasi, tujuan dan rumusan masalah,
maka individu semakin menyadari bahwa kebutuhan untuk memutuskan sesuatu
menjadi semakin nyata.
3.
Menerapkan tujuan, berkaitan dengan kesenjangan antara sesuatu yang telah
diobservasi, dengan sesuatu yang diharapkan.
4.
Memahami masalah, merupakan suatu kebutuhan bagi individu untuk memahami
secara benar permasalahan, yaitu mendiagnosa suatu permasalahan dan
mengidentifikasi serta membuat alternatif pemecahannya.
5.
Menentukan pilihan – pilhan, jika batas – batas telah diidentifikasidengan lebih
sempit maka, pilihan – pilhan dengan sendirinya lebih mudah tersedia.
6.
Mengevaluasi pilihan – pilihan, melibatkan penentuan yang lebih luas mengenai
ketepatan masing – masing pilihan terhadap tujuan pengambilan keputusan
berdasarkan pada wacana, gambar atau kasus yang disajikan.
7.
Memilih, alternatif memilih pemecahan masalah dan mengemukakannya.
8.
Menerapkan,
efektivitas
penerapan
bergantung
pada
keterampilan
dan
kemampuan individu mencari penyebab terjadinya permasalahan.
9.
Memonitor, setelah diterapkan maka keputusan tersebut sebaiknya untuk melihat
efektivitas dalam memecahkan masalah mengemukakan tindakan untuk
mencegah terjadinya permasalahan.
3.2 Kelebihan Model Pembelajaran Decision Making
Dalam setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar akan memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu juga halnya dengan model
pembelajaran Pengambilan Keputusan (Decision Making). Menurut Mulyono (2008)
kelebihan dari model pembelajaran Pengambilan Keputusan (Decision Making) yaitu:
a.
Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
b.
Meningkatkan kesetiakawanan sosial.
c.
Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
d.
Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan
informasi, perilaku sosial, dan pandang-pandangan.
e.
Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan,
jenis kelamin, normal atau cacat, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
3.3 Kekurangan model Pembelajaran Decision Making menurut Lie (2002)
yaitu:
1.
Membutuhkan lebih banyak waktu.
2.
Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.
3.
Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.
4.
Kurang kesempatan untuk individu.
5.
Sering terjadi kegaduhan.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Dian Yulia
Puteri (2014) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa
dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Decision Making”, dengan
hasil penelitian yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas dengan 3 siklus
dapat dilihat peningkatan aktivitas siswa dari 69% menjadi 74% pada siklus kedua
dan menjadi 85% pada siklus ketiga. Sementara itu, hasil ulangan harian
menunjukkan peningkatan dari rata-rata sebesar 5,48 pada ulangan harian pertama
menjadi rata-rata 6,53 pada ulangan harian kedua dan menjadi rata-rata 7,33 pada
ulangan harian ketiga.
C. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan dari uraian di atas dikemukakan sebagai berikut “ada
peningkatan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Decision Making pada pokok bahasan Lingkaran semester genap
kelas VIII SMP Swasta Budisatrya Medan T.P 2016/2017”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Budisatrya Medan yang berlokasi di jalan letda
sujono Kecamatan Medan Tembung dan penelitian ini dilaksanakan pada
kelas VIII
2. Waktu
Semester genap dimulai pada bulan agustus T.P 2016/2017 sampai selesai.
Tabel
3.1 Waktu
Penelitian
No
Waktu Tahap
Januari
1
1
Persiapan
2
Penyusunan
v
2
v
Februari
3
4
1
2
3
Maret
4
1
2 3
April
4
1
2 3
v
v
V
v
Instrumen
3
Pelaksanaan
4
Analisis Data
5
Pelaporan
v
v
v
v
v v
v
v
v v
4
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Budisatrya Medan T.P
2016/2017 yaitu sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 22 perempuan dan 14
laki-laki.
2. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah “Upaya
Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Decision Making ”.
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom
Action Research (CAR) yang terdiri atas rangkaian kegiatan berupa perencanaan
(plan), pelaksanaan tindakan (act), obserasi (observe), dan refleksi (reflect).
Kegiatan penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya kolaborasi dan
partisipatif karena adanya kerjasama antara peneliti dengan guru matematika kelas
VIII SMP Budisatrya Medan. Penelitian ini ditujukkan untuk meningkatkan
kreativitas dan hasil belajar matematika, sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.
D. Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research),
maka peneliti memiliki tahap – tahap penelitian berupa suatu siklus. Prosedur
penelitian yang dilakukan adalah desain PTK berbentuk siklus. Berikut tahapan –
tahapan prosedur penelitian sebagai berikut:
1.
Menyusun Perencanaan (planning)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan tindakan berupa
penyusunan rencana program pengajaran (RPP), penyusunan kegiatan pengamatan
dan tindakan tes. Dalam penyusunan program pengajaran disesuaikan dengan
kesulitan siswa yang didapat melalui tes awal, untuk itu diperlukan teknik
pembelajaran dalam kegiatan mengajar yaitu dengan model pembelajaran Decision
Making. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu:
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) Menyusun dan mempersiapkan media pembelajaran yang digunakan yaitu
lembar kerja siswa (LKS)
3) Penyusunan soal tes berupa soal uraian
2.
Melaksanakan Tindakan (action)
Di dalam tahap ini peneliti melakukan tindakan yang telah dirumuskan dalam
RPP, dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup.
3.
Melaksanakan Pengamatan (observing)
Pada tahap ini peneliti mengamati perilaku siswa yang sedang mengikuti
kegiatan pembelajaran, memantau kegiatan diskusi atau kerja sama antar kelompok,
mengamati pemahaman tiap siswa dalam penguasaan materi pembelajaran yang telah
dirancang sesuai dengan PTK.
4.
Melakukan Refleksi (reflecting)
Tahapan ini untuk memproses data yang didapat pada saat melakukan
pengamatan. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap
perencanaan pada siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 1. Bagan alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto,
2010: 137).
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan alat
pengumpulan data yaitu tes dan lembar observasi.
1.
Tes
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa maka dilakukan tes. Tes yang
diberikan kepada siswa dalam penelitian ini adalah menggunakan beberapa soal
untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran Decision Making dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa. Untuk melihat apakah
ada peningkatan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa, maka dalam setiap
siklus diberikan tes. Tes diberikan setelah kegiatan pembelajaran dalam satu siklus
dilaksanakan. Tes ini bertujuan untuk melihat peningkatan kreativitas siswa selama
kegiatan pembelajaran dalam satu siklus terlaksana.
Tabel 1
Kisi – kisi tes
No item
Jumlah
No Indikator
C1
Menentukan
1
unsur
C2
C3
C4
C5
C6
Soal
–
unsur pada lingkaran
3
1,2,3
Menentukan salah satu
2
unsur
lingkaran
2
4,5
berdasarkan gambar
Menentukan
unsur
lingkaran yang dibatasi
3
dua jari – jari dan
2
6,7
sebuah busur
Menyebutkan
4
rumus
keliling lingkaran yang
diketahui diameternya
8,9
2
Menentukan
5
keliling
lingkaran
yang
10,11
2
diketahui jari - jarinya
Menentukan
lintasan
6
panjang
roda
sepeda
jika diketahui jari-jari
roda
dan
12,13 2
banyaknya
putaran roda
Menyebutkan
7
rumus
luas lingkaran dengan
2
14,15
diameter diketahui
Keterangan:
C1 = Pengetahuan
C4 = Analisis
C2 = Pemahaman
C5 = Sintesis
C3 = Penerapan
C6 = Evaluasi
2.
Observasi
Observasi adalah teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pemngamatan terhadap kegiatan yang berlangsung. Pengumpulan data sewaktu
proses belajar mengajar berlangsung selain dilakukan peneliti, bantuan dari guru
matematika di kelas juga dibutuhkan. Adapun perannya sebagai obsever yaitu
mengamati aktivitas pengajaran berpedoman pada lembar observasi yang telah
disiapkan. Observasi ini dilaksanakan pada saat pembelajaran sedang berlangsung
dan hasil observasi tersebut diserahkan pada peneliti untuk dianalisa dan untuk
mengetahui sejauh mana ketercapaian pembelajaran. Hasil observasi kemudian
dianalisa.
Tabel 2
Kisi-kisi Lembar Observasi Kreativitas Belajar Siswa
Indikator
Aspek yang
Diteliti
Kognitif
▪
Banyak Butir
Nomor Butir
Soal
Soal
Siswa antusias dalam
mengikuti kegiatan
pembelajaran
▪
Siswa dapat memahami
materi dengan lancar
▪
Siswa aktif dalam
menyusun pertanyaan
dengan mengacu pada
materi
▪
Siswa dapat menjawab
pertanyaan dengan lancar
▪
Siswa mandiri dalam
menyelesaikan persoalan
5
1, 2, 3, 4,
5
C.
Teknik Analisis Data
Untuk mendeskripsikan data dari variabel digunakan statistik deskriptif yaitu
mendeskripsikan, mencatat, dan menganalisis data. Setelah data didapatkan,
kemudian diolah dengan teknik analisis sebagai berikut:
1.
Menghitung Nilai Rata-rata Kelas
X
fixi
fi
Dimana:
X = Nilai rata-rata
fixi = Nilai masing-masing siswa
fi = Banyak siswa
2.
Menghitung Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa
Skor rata-rata test klasikal dapat dihitung dengan menggunakan statistik
sederhana yaitu:
Keterangan :
�� =
�
�ℎ
�� �
�
�
ℎ
��
NA
: Nilai yang diperoleh siswa
Skor Perolehan
: skor yang diperoleh dari sejumlah indikator
yang muncul/nampak dalam observasi
Skor Maksimal
: Jumlah skor keseluruhanNilai tersebut
diinterpretasikan ke dalam prosentase dengan rumus sebagai berikut :
�=
Dimana :
�
×
�
%
P = Angka Persentase
F = Frekuensi/skor mentah yang sedang dicari persentase
N = Jumlah responden
Data yang diperoleh dari skor test siswa, kemudian ditetapkan kriteria
Tabel 3.2: Kriteria Nilai Siswa
Interval skor
Prosentase Hasil
Taraf Keberhasilan Hasil
Nilai
Observasi Siswa
Observasi Proses Belajar
dengan
Siswa
huruf
80-90
80% - 90%
Sangat baik
A
60-79
60% - 79%
Baik
B
40-59
40% - 59%
Cukup
C
0-39
0% - 39%
Kurang
D
Sumber : Arikunto (2001:345)
Sedangkan analisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa di tentukan
dengan ketuntasan belajar secara individual dan secara klasikal. Kriteria penguasaan
minimal hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Secara perorangan (individual) dianggap telah tuntas belajar apabila daya
serap siswa mencapai 70.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
b.
�� =
�
ℎ�
×
�
%
Secara klasikal, dianggap telah tuntas belajar apabila mencapai 80% dari jumlah
siswa yang mencapai daya serap minimal 70.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
�� =
�
ℎ�
×
�
%
Bila ketuntasan siswa lebih dari 80% maka pembelajaran yang dilaksanakan
guru dapat dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan belajar siswa kurang dari 80%
maka pengajaran yang dilaksanakan guru belum berhasil.
3.
Menganalisis Hasil Observasi
Perhitungan nilai akhir setiap observasi ditentukan berdasarkan:
NA
SY
........................................................................... (Soegito, 2011: 40)
Bi
Dimana:
NA : Nilai akhir
SY : Skor yang diperoleh
Bi : Banyak item (observer)