teori dan praktik kewarganegaraan komuni

TEORI DAN PRAKTEK
KEWARGANEGARAAN KOMUNITARIAN

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Dr. H. Akhmad Rifa’i, M. Phil

Disusun Oleh:
Hariz Fahmi Ash-shiddiqi 14210103
Salma Aulia Unnisa’

14210105

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
Rahmat-Nyalah sehingga penyusunan makalah mengenai Teori dan Praktik Teori

Kewarganegaraan Komunitarian dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam penulisan makalah ini tidak luput dari bantuan dan bimbingan banyak
pihak. Oleh karena itu saya tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1.

Bapak Dr. H. Akhmad Rifa’i, M. Phil. Selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan

2.

Teman-teman dan seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak sekali

kekurangan dan juga kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat Penulis harapkan.

Yogyakarta, Maret 2015


Penulis,

Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PEMBUKAAN
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................... 1
C. TUJUAN................................................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN........................................ 2
1. PENGERTIAN..................................................................................................... 2
2. TIGA ARENA KEWARGANEGARAAN.......................................................... 2
B. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.......................................................... 3
C. TEORI KEWARGANEGARAAN KOMUNITARIAN...................................... 3
1. PENGERTIAN TEORI KEWARGANEGARAAN KOMUNITARIAN............ 3
2. GERAKAN KOMUNITARIAN.......................................................................... 4
D. PRAKTEK KEWARGANEGARAAN KOMUNITARIAN............................... 6

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................................... 8
B. KRITIK DAN SARAN....................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam konsep kearganegaraan komunitarian memang merupakan salah satu
bagian terpenting dalam tubuh kewarganegaraan tersebut, tidak hanya sebagai
komunitas biasa yang hanya asal ada dan datang di tubuh masyarakat, komunitaspun
mempunyai teori dan praktik untuk menjadi komunitas yang benar dan tertuntun
dalam konsep kewarganegaraan. Komunitas merupakan sekumpulan orang yang
bersatu dikarenakan mempunyai tujuan yang sama, sejarah yang sama dan
mempersatukannya dalam sebuah komunitas kelompok. Tentunya kehadiran teori
kewarganegaraan komunitarian rentan datangnya karena bentuk penolakan atau
perbedaan pandangan terhadap teori kewarganegaraan liberal, tentunya kerana
pendapat dan pandangan bahwa teori kewargenagaraan liberal bertentangan atau

lebih tepatnya kurang pas sebagai konsep yang diterapkan dalam kewarganegaraan
dalam beerwarga dan bernegara.
Maka dari itu dibuatnya makalah ini, agar supaya membuat pembaca maupun
penulis lebih tau tentang bagaimana cara berwarga dan bernegara yang baik dan
benar, khususnya terkait komunitarian yang menjadi pembahasan inti, juga
mendalami supaya lebih tau terkait teori dan praktik kewarganegaraan komuntiraian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Warga negara dan kewarganegaraan?
2. Apa pengertian dari Teori Kewarganegaraan Komunitarian?
3. Bagaimana praktek Kewarganegaraan Komunitarian?
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan warga negara dan kewarganegaraan
2. Mengetahui teori Kewarganegaraan Komunitarian
3. Mengetahui bagaimana praktek Kewarganegaraan Komuitarian

BAB II
PEMBAHASAN

A. Warga Negara dan Kewarganegaraan

1. Pengertian
Pengertian warga negara adakalanya dicampuradukkan dengan penduduk,
masyarakat dan rakyat sehigga menimbulkan kerancuan. Dalam penempatannya,
warga negara dikaitkan dengan kehidupan bernegara yang mempunyai peraturan
perundangan tentang pengakuan terhadap kewarganegaraan seseorang.
Kewarganegaraan adalah bentuk identitas sosial politik. Kewarganegaraan
memiliki tingkat keselarasan yang teruji di berbagai waktu selama two-and-three
quarter millennia (dua tiga perempat milineum) sepanjang riwayatnya hingga
sekarang.
Teori kewarganegaraan mencakup:
a.

Teori Kewaganegaraan liberal (Liberalism)

b.

Teori Kewarganegaraan komunitarian (Communitarianism)

c.


Teori Kewarganegaraan Republikan (Republicanism).1

2. Tiga Arena Kewarganegaraan
Prinsip dan konsep dasar kewarganegaraan dapat diterangkan dalam tiga
arena yang luas, yakni:
a.

Kewarganegaraan sebagai prinsip politik berdemokrasi

b.

Kewarganegaraan sebagai status yuridis individu sebagai subjek hukum
berikut berbagai privilese hak-hak serta kewajiban di dalamnya

c.

Kewarganegaraan sebagai bentuk keberanggotaan dalam suatu komunitas
yang eksklusif dengan basis ikatan sosial yang khas.
Kewarganegaraan sebagai prinsip berdemokrasi dikemukakan pertama-tama


oleh Aristoteles dan kemudian dikembangkan oleh pemikir republikanisme J.G.A
Pocock. Dalam konsepsi ini, kewarganegaraan dikonstruksi sebagai aktivitas atau
1 Aryaning Arya Kresna,dkk. Etika Dan Tertib Hidup Berwarga Negara: sebagai matakuliah di
perguruan tinggi. (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 2

tindakan untuk terlibat dalam proses diperintah dan memerintah secara setara.
Warga aktif dalam kehidupan publik, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
serta yang utama, memperjuangkan keutamaan sebagai kerangka bersama.
Pandangan kewarganegaraan sebagai prinsip berdemmokrasi menekankan
kesetaraan

politik

dan

partisipasi

sebagai

pusat


dan

karakter

dasar

kewarganegaraan.2
B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan merupakan upaya sadar suatu masyarakat dan juga negara untuk
menjadikan dirinya lebih berpengetahuan, lebih cakap dalam berketerampilan dan
lebih beradab dalam tingkah laku.

Kewarganegaraan adalah segala hal yang

menyangkut bangsa, negara dan hubungan antara negara dengan warganya. Dengan
demikian, Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya sadar bangsa dan negara
untuk memberikan pengetahuan mengenai hubungan antara konsep-konsep dalam
paradigma negara kepada seluruh warga negara.3
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga

negara Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.4

C. Teori Kewarganegaraan Komunitarian
1. Pengertian Teori Kewarganegaraan Komunitarian
Teori kewarganegaraan Komunitarian sangat menekankan pada fakta bahwa
setiap orang, warganegara perlu memiliki sejarah perkembangan masyarakat.
Individualitas yang dimiliki warganegara berasal dan dibatasi oleh masyarakat
(Sapriya, 2007). Hal itu berdasar keyakinan teori ini bahwa individu dibentuk oleh
masyarakat. Di masyarakat ada norma yang disepakati sebagai code of conduct yang
harus dipenuhi anggota karena dengan cara inilah eksistensi dan keberlangsungan
masyarakat terjamin.
2 Roberus Robet, Hendrik Boli Tobi. Pengantar Sosiologi Kewarganegaraan dari Marx sampai
Agambe. (Tangerang: CV. Marjin Kiri, 2014), hlm.4.
3 Aryaning Arya Kresna,dkk. Etika Dan Tertib Hidup Berwarga Negara: sebagai matakuliah di
perguruan tinggi. (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 2
4 A.Ubaedillah & Abdul Rozak. Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani/edisi
revisi. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), hlm. 6.

Perspektif komunitarian menekankan pada kelompok etnis atau kelompok

budaya, solidaritas diantara orang-orang yang memiliki sejarah atau tradisi yang
sama, kapasitas kelompok tersebut untuk menghargai identitas orang-orang yang
dibiarkan “teratomisasi” oleh kecenderungan yang mengakar pada masyarakat
liberal (Ronald Beiner, 1995). Dikatakan bahwa Kommunitarian menekankan pada
kebutuhan untuk menyeimbangkan hak-hak dan kepentingan individu dengan
kebutuhan komunitas sebagai kesatuan dan bahwa individu terbentuk dari budaya
dan nilai-nilai komunitas.
Teori kewarganegaraan komunitarian muncul dan berkembang pada abad-20
sebagai reaksi atas teori kewarganegaraan liberal.

Berbeda dengan liberalisme

klasik, yang memahami bahwa komunitias berasal dari tindakan sukarela individuindividu dari masa pra-komunitas, komunitarianisme menekankan peranan
komunitas dalam mendefinisikan dan membentuk individu.

Kaum komuitarian

percaya bahwa nilai komunitas tidak cukup diakui dalam teori-teori liberal tentang
keadilan. Selain itu kemunculan teori ini berlandaskan pandangan bahwa identitas
dan karakter pribadi tidak mungkin terbentuk tanpa dukungan lingkungan

masyarakat.

Berbeda dengan teori kewarganegaraan liberal dimana masyarakat

terbentuk dari pilihan-pilihan bebas individu, teori ini berpendapat justru
masyarakatlah yang menentukan dan membentuk individu baik karakternya, nilai
dan keyakinan-keyakinannya.5
2. Gerakan komunitarian
Seorang komunitarianisme, Amitai Etzioni dalam Budimansyah (2009)
mencanangkan perlunya gerakan “komunitarian” sebagai upaya sistematis untuk
membentuk masyarakat komunitarian. Gerakan komunitarian sebagai berikut:
1. Kita harus mampu menciptakan suatu moralitas baru yang tidak menganggu
kehidupan pribadi orang (sikap anti puritanisme)
2. Kita harus mempertahankan suatu hukum dan keteraturan tanpa harus jatuh
pada negara polisi dengan

merancang secara hati-hati kewenangan dan

kekuasaan pemerintah

5 Winarno, S.Pd,M.Si. Kewarganegaraan Indonesia dari Sosiologis Menuju Yuridis. (Bandung:
CV. ALFABETA, 2009), hlm. 46.

3. Kita harus menyelamatkan kehidupan keluarga tanpa harus membatasi hak-hak
anggotanya secara deskriminatif (misalnya memaksakan peran domestik
kepada perempuan)
4. Sekolah harus mampu memberikan pendidikan moral, tanpa mengdoktrinasi
anak muda
5. Kita harus memperkuat kehidupan komunitas tanpa menjadi orang yang
fanatik dan saling bermusuhan terhadap komunitas lain
6. Kita harus meningkatkan tanggung jawab sosial bukan sebagai pembatasan
hak-hak kita tetapi justru sebagai perimbangan dari hak-hak yang kita peroleh.
Semakin besar hak yang diterima, semakin besar pula tanggung jawab yang
perlu ditanggung.
7. Perjuangan kepentingan pribadi harus diimbangi dengan komitmen pada
komunitas, tanpa harus menjadi tumbal bagi kelompok. Karena itu kerakusan
individu yang tanpa batas harus diganti dengan kepentingan pribadi yang
bermanfaat secara sosial dan memperoleh peluang yang disyahkan masyarakat.
8. Kewibawaaan pemerintah harus dijaga tanpa menghilangkan kesempatan bagi
semua warga menyampaikan pendapat dan kepentingannya.
Inti dari sikap komunitarian yang ditawarkan Etzioni diatas adalah kesepakatan
manusia modern untuk menciptakan moral yang baru, kehidupan nilai kebersamaan,
tanpa adanya puritanisme dan penindasan. Gerakan komunitarianisme dimaksudkan
sebagai gerakan membentuk kehidupan sosial yang penuh kebersamaan, berbeda
halnya dengan gerakan individualisme yang menekankan pada pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan individu.
Pada kewarganegaraan komunitarian, komunitas politik merupakan sarana
yang penting bagi masyarakat untuk mengkolaborasikan identitas kolektif yang
dapat membentuk keanggotaan.

Partisipasi warganegara dalam komunitas

merupakan konsep utama teori ini. Perspektif ini menolak moral individu dalam
menyokong konsep kebersamaan dan berpendapat bahwa di dalam kapitalisme tidak
ada moralitas yang dapat memberikan suatu pengesahan umum tentang hak.
Kebutuhan dibutuhkan untuk menyeimbangkan kekuatan sentripetal dan sentrifugal
yang terkandung didalamnya. Kekuatan sentrifugal seperti individualisasi, ekspresi
pribadi dan kebebasan kelompok dapat merusak kohesi sosial dan secara ekstrem

dapat menghasilkan anarki sosial. Kekuatan sentripetal seperti pelayanan nasional,
hukum, mobilisasi ikatan sosial dan pengaturan konsep-konsep normatif mungkin
akan menjadi kebersamaan yang berlebihan. (Kalidjernih, 2008)6
D. Praktek Kewarganegaraan Komunitarian
1. Praktek dan Pokok Ajaran
Komunitarian menekankan pentingnya komunitas dan nilai sosial bersama.
Negara yang menganut teori kewarganegaraan ini dalam prakteknya memiliki
Pokok-pokok ajaran komunitarianisme antara lain, adalah sebagai berikut:
a. Komunitas adalah abtirer dalam kehidupan bersama
b. Nilai-nilai sosial adalah kerangka moral kehidupan bersama
c. Nilai-nilai sosial tersebut pada gilirannya merupakan croos societal moral
dialoge. (Tilaar, 2007).
Adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, karena yang terpenting
adalah komunitas tersebut diperlakukan sama oleh warga negara maupun negara.7
Dalam masyarakat perlu pembentukan konsensus bersama dan nilai-nilai moral
merupakan dasar pertimbangan bagi pembentukan nilai sosial bersama sebagai
konsensus. Tanpa nilai-nilai sosial dan konsensus, kehidupan bersama ini akan
hancur.

Pendapat seorang pribadi mengenai nilai-nilai yang diyakininya pun

memerlukan penrimaan dari anggota yang lain. Komunitas memberikan dasar-dasar
normatif, suatu batu loncatan berupa tradisi dan menempatkan dialog moral.
Keputusan atas nilai-nilai yang disepakati menjadi milik bersama dan secara
sukarela merupakan suatu keteraturan sosial. Konsensus in bisa terjadi di tingkat
lokal (kelompok), nasional (nation) maupun kemungkinan berlaku pada masyarakat
global.8
Dapat dikatakan bahwa Teori Kewarganegaraan ini termasuk sebagai
keberanggotaan dalam suatu komunitas memberikan dimensi eksklusif bagi konsep
mengenai warga. Dalam perspektif ini, kewarganegaraan membentuk identitas dan
6 Winarno, S.Pd,M.Si. Kewarganegaraan Indonesia dari Sosiologis Menuju Yuridis. (Bandung:
CV. ALFABETA, 2009), hlm. 47-48.
7 A.Ubaedillah & Abdul Rozak. Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani/edisi
revisi. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), hlm. 58.
8 Winarno, S.Pd,M.Si. Kewarganegaraan Indonesia dari Sosiologis Menuju Yuridis. (Bandung:
CV. ALFABETA, 2009), hlm. 48-49.

ikatan khusus yang bersifat lebih tertutup dalam suatu kelompok tertentu yang mana
itu semua dipengaruhi oleh etnis, sejarah dan kebudayaan yang sama.
Kebudayaan kemasyarakatan berarti kebudayaan yang memberikan kepada
anggotanya berbagai cara hidup yang penuh arti dalam segala kegiatan manusia,
termasuk kehidupan sosial, pendidikan, agama hiburan dan ekonomi yang mencakup
baik bidang publik maupun pribadi.

Biasanya kebudayaan ini terbentuk dari

persamaan bahasa. Bangsa berarti komunitas historis, kurang lebih lengkap secara
institusional, menduduki suatu wilayah atau tanah tertentu, mempunyai bahasa dan
kebudayaan tersendiri.9
2. Dasar Praktek Kewarganegaraan Komunitarian
Dalam sebuah masyarakat komunitarian, kebaikan bersama diterima sebagai
sebuah konsepsi mendasar tentang kehidupan yang baik yang menentukan
’pandangan hidup’ komunitas.

Kebaikan bersama ini, alih-alih menyesuaikan

dirinya sendiri pada pola preferensi orang, menyediakan ukuran untuk mengevaluasi
berbagai preferensi itu. Pandangan hidup masyarakat membentuk dasar bagi tata
jenjang (rangking) publik mengenai berbagai konsepsi tentang yang baik dan bobot
yang diberikan pada preferensi individu bergantung pada seberapa besar ia
menyesuaikan dengan dan memberikan sumbangan pada kebaikan bersama ini.
Sebuah negara komunitarian dapat dan seharusnya mendorong orang untuk
menerima konsepsi-konsepsi tentang kebaikan yang sesuai dengan pandangan hidup
masyarakat, sementara mencegah berbagai konsepsi tentang kebaikan yang
bertentangan dengan pandangan hidup komunitas ini.
Adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, karena yang terpenting
adalah komunitas tersebut diperlakukan sama oleh warga negara maupun negara.10

9 Roberus Robet, Hendrik Boli Tobi. Pengantar Sosiologi Kewarganegaraan dari Marx sampai
Agambe. (Tangerang: CV. Marjin Kiri, 2014), hlm.100.
10 A.Ubaedillah & Abdul Rozak. Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani/edisi
revisi. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), hlm. 58.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori dan praktik kewarganegaraan komunitarian merupakan bagaimana suatu
kelompok didalam masyarakat, dapat berwarganegara dengan baik dan menjunjung
tinggi moral dan nilai sosial yang tinggi. Dalam hal ini komunitarian cenderung
eksklusif dalam menyikapi kewarganegaraan itu semua karena dipengaruhi oleh
etnis, tradisi dsb. Akan tetapi yang terpenting dalam kehidupan bersama, sebuah
kelompok komunitas mesti mempunyai nilai sosial yang baik dan moral yang baik
sebagai sebuah kelompok, demi terbentuknya keharmonisan berwarga dan
bernegara, juga terciptanya kerukunan dikarenakan adanya perbedaan antara
kelompok sehingga terealisasikannya bhineka tunggal ika.
B. Kritik dan Saran
Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, penulis memohon maaf dan harap
pembaca untuk memaklumi hal tersebut. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Budiansyah, Prof. Dr. Dasim, M.Si, 2010. Penguatan Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung, Widya Aksara Press.
Kresna, Aryaning arya, Walukow, Devi Stany,dkk. 2010. Etika Dan Tertib Hidup
Berwarganegara: sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Jakarta, Salemba Humanika
Robet,

Roberus;

Tobi,

Hendrik

Boli.

2014.

Pengantar

Sosiologi

Kewarganegaraan dari Marx sampai Agambe. Tangerang, CV. Marjin Kiri
Ubaedillah, A; Rozak, Abdul. 2013. Pancasila, Demokrasi, HAM dan
Masyarakat Madani/edisi revisi. Jakarta, Prenadamedia Group.
Winarno, S.Pd,M.Si. 2009. Kewarganegaraan Indonesia dari Sosiologis Menuju
Yuridis. Bandung, CV. ALFABETA.