Pengaruh Asam Askorbat untuk Mengurangi Kering alur Sadap Parsial Tanaman Karet (Heveabrasiliensis Muell. Arg) pada Klon PB 260 dan IIR 42

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hevea brasiliensis atau dikenal umum sebagai pohon karet merupakan
sumber utama karet alam. Pohon ini dibudidayakan dalam skala komersial besar di
beberapa negara di daerah tropis sebesar 9,4 juta ha di seluruh dunia. Selain dari
lateks, pohon karet juga telah dimanfaatkan untuk kayu untuk pembuatan mebel dan
bijinya dibuat minyak biji karet yang digunakan untuk pembuatan sabun, cat, pernis,
pupuk dan pakan ternak. Eksploitasi dari komponen lain dari pohon-pohon karet
inilah yang memberikan nilai tambah lebih lanjut untuk penanaman pohon karet
(Karintus, 2011).
Perkembangan produksi karet di Indonesia selama tiga tahun terakhir
diperkirakan meningkat. Pada tahun 2013 produksi karet mencapai 3,24 juta ton.
Pada tahun 2014 produksi karet menurun sekitar 2,60 persen atau menjadi 3,15 juta
ton. Pada tahun 2015 produksi karet diperkirakan meningkat sebesar 2,49 persen, atau
menjadi 3,23 juta ton ( BPS, 2014 ).
Produksi karet alam dunia pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 11,5
juta ton. Sebagai negara produsen karet alam terbesar kedua setelah Thailand,
Indonesia ditargetkan dapat memasok 3,3 juta ton (29%) untuk mengisi pangsa
pasar

tersebut.


Guna mencapai target tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan

menerapkan kebijakan peningkatan produksi karet melalui perluasan

dan

peremajaan kebun maupun rehabilitasi tanaman dengan menggunakan bibit
unggul.Pembangunan perkebunan karet juga berperan penting dalam pelestari

Universitas Sumatera Utara

lingkungan dan mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru diwilayah
pengembangan (Island dan Dwi, 2013).
Perkembangan cara penyajian karet alam ternyata sangat menarik. Timbulnya
industri karet dengan spesifikasi teknis merupakan perkembangan yang sangat positif
sebagai jawaban yang sangat nyata, demikian pula adanya cara pengepakan yang baik
akan membuka era baru penyajian karet alam. Kondisi kemajuan seperti ini
menyebabkan para konsumen mulai berpaling lagi ke karet alam (Damanik, 2012).
Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagikehidupan

manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang
memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt,
sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun
karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia.
Kebutuhan karet sintetik relatiflebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku
relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai
bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan (Anwar, 2001).
Kering Alur Sadap (KAS) adalah salah satu ancaman paling serius terhadap
produksi karet alam yang diperkirakan memberikan kontribusi 15% - 20% hilangnya
produksi. Sementara pada tanaman produktif, kehilangan mencapai 20% – 25%, di
hampir semua wilayah perkebunan karet. KAS merupakan isu yang sangat spesifik
pada pohon karet, yang dicirikan berhentinya aliran lateks (kulit kering) dan
pengurangan bidang penyadapan

(Jacob dan Krishnakumar, 2006).

Penyakit kering alur sadap (KAS) sering dijumpai pada karet unggul PB260
yang disadap berlebihan, terutama apalagi jika disertai dengan penggunaan ethepon

Universitas Sumatera Utara


atau ethrel (obat perangsang lateks) yang tidak sesuai anjuran. Penyakit KAS tidak
menyebabkan kematian pada tanaman karet, namun lateks atau getah yang dihasilkan
menjadi berkurang (Janudianto et al., 2013).
Penyadapan dan stimulasi etefon direspons oleh tanaman karet sebagai
cekaman bagi kehidupannya. Cekaman lingkungan akan menyebabkan akumulasi
Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat menghancurkan makromolekul penyusun
membran organel atau sel. Kerusakan membran tersebut akan memicu kematian sel.
Untuk mengatasi cekaman tersebut, tanaman karet meningkatkan aktivitas enzim
askorbat peroksidase (APX; EC 1.11.1.9). Enzim tersebut berperan dalam
detoksifikasi ROS in vivo, dan berperan dalam ketahanan terhadap cekaman atau
mengatur lamanya aliran lateks. Beberapa enzim yang berperan dalam detoksifikasi
ROS antara lain, Mangan superoksida dismutase (MnSOD), Zn-Cu Superoksida
dismutase (Zn-CuSOD), Glioksilatkarboligase kloroplastik (GCLkloroplastik),
Glioksilatkarboligase sitosolik (GCLsitosolik), dan katalase

(Arlyny, 2008).

Sebuah Reactive Oxygen Species (ROS) dapat cepat terjadi setelah mengalami
stres penginderaan tanaman. Salah satu peran utama ROS adalah untuk melayani

molekul sebagai sinyal dalam sel. Produksi ROS modulated yang baik oleh tanaman
untuk menghindari kerusakan jaringan. Stres senyawa ROS telah lama dikenal
merusak dan berbahaya dalam organisme. Namun, telah terbukti bahwa tingkat tinggi
ROS menyebabkan kematian sel, sementara tingkat yang lebih rendah sebagian besar
bertanggung jawab untuk mengatur respon stres tanaman. Dalam biotik stres, ROS
terlibat dalam signaling utama untuk menipiskan stres oksidatif yang disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara

stres abiotik. Selanjutnya, ROS bisa ikut campur dalam toleransi silang (Rejeb et al.,
2014).
Antioksidan dalam pengertian kimia adalah senyawa pemberi elektron
sedangkan pengertian biologis antioksidan adalah semua senyawa yang dapat
meredam radikal bebas. Antioksidan dalam tubuh sebagai mekanisme perlindungan
terhadap serangan radikal bebas secara alami. Di dalam tubuh terdiri dari banyak
komponen diantaranya superoksida dismutase (SOD), glutation perok-sidase (GPx),
katalase (CAT), glutation-S-transferase (GST) dan antioksidan ekstraseluler.
Kekurangan salah satu kom-ponen tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan
status antioksidan secara menyeluruh dan berakibat perlindungan tubuh terhadap
serangan radikal bebas melemah yang berarti rentan terhadap berbagai penyakit (

Widowati et al., 2005).
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti penyembuhan kering alur
sadap parsial pada tanaman karet (hevea brasiliensis Muell. Arg) dengan
menggunakan asam askorbat.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asam askorbat
dalam mengurangi kering alas sadap parsial tanaman karet pada klon PB 260 dan
IRR 42.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh asam askorbat dalam mengurangi kering alur sadap parsial
tanaman karet pada klon PB 260 dan IRR 42.

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penulisan
Kegunaan penulisan ini untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai informasi bagi pihak yang
memerlukan.


Universitas Sumatera Utara