Determinan Tindakan Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku
Telah banyak para ahli mendefinisikan perilaku, namun definisi tersebut
hampir sama antara satu dengan yang lain. Bila ditinjau dari aspek biologis, perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2010).
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2010) merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (Rangsangan dari luar).
Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus-OrganismeRespon, sehingga teori Skinner ini disebut teori “SOR”.
Berdasarkan Teori SOR, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni :
a. Perilaku tertutup (Covert behavior) ; Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap
stimulus masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon
seseorang terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan
sikap terhadap stimulus.

b. Perilaku terbuka (Overt behavior) ; Perilaku terbuka terjadi bila respons terhadap
stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain
dari luar.

11

12

Berdasarkan pembagian domain oleh Bloom, dan untuk kepentingan
pendidikan praktis, dikembangkan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2010).
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya).
b. Sikap (Attitude)
Sikap adalah respons tertutup terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
c. Tindakan atau Praktik (Practice)
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan
prasarana.
2.1.2 Determinan Perilaku Kesehatan
Lawrence W. Green dalam teorinya mencoba menganalisa masalah kesehatan
dengan membagi menjadi dua faktor yaitu masalah yang berkaitan dengan faktor
Perilaku dan faktor non perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu : faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai. Kedua, faktor pendukung
(enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik seperti ketersediaan

13

sarana/fasilitas, informasi.Ketiga, faktor pendorong (reinforcing factors), yang
terwujud dalam sikap dan perilaku kelompok referensi, seperti petugas kesehatan,
kepala kelompok atau peer group.
Selain itu perilaku manusia juga merupakan resultant dari berbagai faktor,
baik internal maupun eksternal.Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai
gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi,
dan sikap. Gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

pengalaman, keyakinan, sarana fisik, dan sosiobudaya masyarakat (Notoatmodjo,
2007).
Kurt Lewin (1970) dalam teorinya berpendapat bahwa perilaku manusia
adalah keadaaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces)
dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces).Perilaku itu dapat berubah apabila
terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang.
Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang
itu, yakni :
a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya stimulusstimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku.
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya stimulusstimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
c. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan-kekuatan penahan
menurun.

14

Teori lewin menganut konsep bahwa individu hidup pada lingkup kehidupan
sosial (masyarakat). Di dalam kehidupan ini individu akan bernilai, baik positif
maupun negatif, di suatu daerah atau wilayah tertentu. Apabila seseorang keadaannya
atau berada pada daerah positif, maka berarti ia ditolak dari daerah negatif.
Implikasinya di dalam kesehatan adalah, penyakit atau sakit adalah suatu daerah

negatif sedangkan sehat adalah wilayah positif.
Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada
empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut menurut teori health
belif model (HBM) yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit,
keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam
tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut.
1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)
Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus
merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut. Dengan kata
lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul bila
seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit
tersebut.
2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)
Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan
didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau
masyarakat. Penyakit polio misalnya, akan dirasakan lebih serius bila

15

dibandingkan dengan flu. Oleh karena itu tindakan pencegahan polio akan lebih

banyak dilakukan bila dibandingkan dengan pencegahan flu.
3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (Perceived benefits and
barriers). Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang
dianggap gawat, ia akan melakukan tindakan tertentu. Tindakan ini akan
tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan
dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih
menentukan daripada rintangan–rintangan yang mungkin ditemukan di dalam
melakukan tindakan tersebut.
4. Isyarat atau tanda-tanda (Cues)
Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan,
kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang
berupa faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut, misalnya pesan-pesan pada
media massa, nasehat atau anjuran kawan-kawan atau anggota keluarga lain dari
si sakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

2.2. Kanker Payudara
2.2.1. Pengertian
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali (Nugroho, 2011).


16

Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan
berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan) payudara
(Nugroho, 2011).
Kanker payudara (carsinoma mammae) adalah kanker yang terjadi pada
payudara karena adanya pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel-sel kelenjar dan
salurannya (Nisman, 2011).

Gambar 2.1 Pasien yang Terkena Kanker Payudara
2.2.2. Etiologi dan Faktor Resiko
Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan
penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Akan
tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang
berhubungan dengan peningkatan faktor resiko atau kemungkinan terjadinya kanker
payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor resiko. Faktor resiko adalah setiap faktor

17


yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang mempunyai kemungkinan lebih
besar menderita penyakit, cedera, atau komplikasi (Nisman, 2011).
Menurut Nugroho (2011), faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
a. Faktor reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan resiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas (wanita yang belum pernah melahirkan anak
yang viable atau hidup), menarche (menstruasi pertama) pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua (kehamilan
pertama di atas 30 tahun).
Resiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Secara anatomi
dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahya umur.
Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause,
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya
perubahan klinis.
b. Penggunaan hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Haevaed School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen
replacement.

Suatu meta analisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat resiko
kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat

18

ini untuk waktu yang lama memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami kanker
payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitif terhadap rangsangan hormonal
mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
c. Penyakit fibrokistik
1) Pada wanita dengan adenosis fibroadenoma, dan fibrosis tidak ada
peningkatan resiko terjadinya kanker payudara.
2) Pada hiperplasis dan papilloma, resiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali.
3) Sedangkan pada hyperplasia atipik, resiko meningkat hingga 5 kali.
d. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap
terjadinya kanker ini di negara-negara barat dan bukan barat serta perubahan
sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya
keganasan ini.
e. Konsumsi lemak

Lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya kanker
payudara.Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi
lemak dan serat dalam hubungannya dengan kanker payudara pada wanita umur
34-59 tahun.
f. Radiasi
Terpapar dengan radiasi, ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya resiko kanker payudara. Dari beberapa penilitian yang

19

disimpulkan bahwa resiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis
dan umur saat terjadinya paparan.
g. Riwayat keluarga dan faktor genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat
peningkatan resiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara.
Pada studi genetik ditemukan pada kanker payudara berhubungan dengan
gen tertentu. Apabila terdapat BRCA1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker
payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50

tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor usia sangat berpengaruh
sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75
tahun.
h. Lainnya
Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker payudara adalah tidak
menikah, menikah tetapi tidak memiliki anak, melahirkan anak pertama sesudah
35 tahun, tidak pernah menyusui anak.
Beberapa penilitian mengungkapkan bahwa penyakit kanker payudara
meningkat pada orang yang sering menghadapi kondisi stress (goncangan jiwa)
dan juga bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi di bawah usia 11
tahun.

20

Faktor risiko tersebut dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitu faktor
resiko tidak dapat dirubah dan dapat dirubah.Faktor resiko tidak dapat dirubah
artinya merupakan sifat bawaan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker
bawaan, sedangkan faktor resiko dapat dirubah yaitu faktor yang bukan berasal
dari sifat bawaan.Sebagian kecil (5-10%) kanker payudara berasal dari kalangan
keluarga resiko tinggi terkena kanker payudara (Saryono, 2009).

2.2.3. Patofisiologi
Menurut Nugroho (2011), sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam
suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri tahap inisiasi dan promosi.
a. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan
yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan
lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel alamiah rentan terhadap suatu
karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih
peka untuk mengalami suatu keganasan.
b. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh

21

promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
2.2.4. Stadium Kanker payudara
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah
tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun
penyebaran ke tempat lain (Rukiyah, 2012).
Menurut Nugroho (2011), banyak sekali cara untuk menentukan stadium
kanker payudara, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium
berdasarkan

klasifikasi

sistem

TNM

yang

direkomendasikan

oleh

UICC

(International Union Against Cancer dari World Health Organization) / AJCC
(American Cancer Society dan American College of Surgeon).
TNM merupakan singkatan dari T yaitu tumor size atau ukuran tumor, N yaitu
node atau kelenjar getah bening regional dan M yaitu metastasis atau penyebaran
jauh. Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:
a. T (tumor size), ukuran tumor:
1) T 0

: tidak ditemukan tumor primer

2) T 1

: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang

3) T 2

: ukuran tumor diameter antara 2-5cm

4) T 3

: ukuran tumor diameter >5cm

22

5) T 4

: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau

dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok edema atau bengkak,
kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.
b. N (node), kelenjar getah bening regional:
1) N 0

: tidak terdapat metastasis pada kelenjar getah bening regional di
ketiak/aksila.

2) N 1

: ada metastasis ke kelenjar getah bening aksila yang masih dapat
digerakkan.

3) N 2

: ada metastasis ke kelenjar getah bening asila yang sulit digerakkan.

4) N 3

: ada metastasis ke kelenjar getah bening di atas tulang selangka
(supraclavicula) atau pada kelenjar getah bening di mammary
interna di dekat tulang sternum.

c. M (metastasis), penyebaran jauh:
1) M x

: metastasis jauh belum dapat dinilai.

2) M 0

: tidak terdapat metastasis jauh.

3) M 1

: terdapat metastasis jauh.

Setelah masing-masing faktor TNM didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
a.

Stadium 0

: T0 N0 M0

Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Noninvasive Cancer. Yaitu kanker
tidak menyebar keluar dari pembuluh/saluran payudara dan kelenjarkelenjar (lobules) susu pada payudara.

23

b. Stadium I

: T1 N0 M0

Pada stadium ini, benjolan kanker tak lebih dari 2 cm, tidak ada metastasis
ke kelenjar getah bening regional di ketiak/aksila dan tidak terdapat
metastasis jauh.
c. Stadium IIA

: T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0

1) Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titiktitik di pembuluh getah bening ketiak.
2) Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah
ditemukan pada titik-titik pada saluran getah bening di ketiak.
3) Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum
menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak.
d. Stadium IIB

: T2 N1 M0 / T3 N0 M0

1) Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm dan
telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
2) Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.
e. Stadium IIIA

: T0 N2 M0 / T1 N2 M0 /T2 N2 M0 / T3 N1 M0

1) Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, dan telah menyebar pada
titik-titik di pembuluh getah bening ketiak yang sulit digerakkan.
2) Diameter tumor lebih kecil dari 2 cm dan telah menyebar pada titiktitik di pembuluh kelenjar getah bening ketiak yang sulit digerakkan
3) Diameter tumor antara 2-5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening ketiak yang sulit digerakkan.

24

4) Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik
pada pembuluh getah bening ketiak.
f. Stadium IIIB

: T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0

Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan
bisa juga luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai
Inflammatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar
ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi
tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
g. Stadium IIIC

: Tiap T N3 M0

Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening dalam group N3 (Kanker telah menyebar lebih
dari 10 titik disaluran getah bening dibawah tulang selangka).
h. Stadium IV

: Tiap T-Tiap N-M1

Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh,
yaitu tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk (Nugroho, 2011)

25

Gambar 2.2 Tahap-Tahap Penyakit Kanker Payudara
2.2.5. Gejala Klinis
Menurut Handoyono, gejala klinis kanker payudara dapat berupa:
a. Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu
mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada putting susu.
b. Erosi putting susu
Kulit atau putting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna
merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan
seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu
semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan
seluruh payudara, sering
lainnya antara lain:

berbau busuk, dan masih mudah berdarah. Ciri-ciri

26

1) Pendarahan pada putting susu
2) Rasa sakit pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah
timbul borok, atau apabila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
3) Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak
pada lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Rukiyah, 2012).
2.2.6. Lokasi Kanker Payudara
Menurut Purwoastuti (2008), untuk menentukan lokasi tumor payudara dibagi
menjadi 4 kuadran dan 1 daerah sentral, sebagai berikut :
a. Kuadran lateral (pinggir) atas merupakan lokasi yang paling sering terkena
(44%).
b. Kuadran lateral bawah sekitar 16%.
c. Kuadran medial (tengah) atas sekitar 15%.
d. Kuadran medial bawah merupakan lokasi yang paling jarang terkena (4%).
e. Daerah sentral adalah sekitar putting susu (areola) sekitar 21%.

1. (44%)
Tepi

2. (15%)
5. (21%)

3. (16%)

4. (4%)

Gambar 2.3 Skema Lokasi Kanker Payudara

Tengah

27

2.2.7. Strategi Pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok
besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap
epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit
tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini (Rukiyah, 2012).
Begitu pula pada kanker payudara pencegahan yang dilakukan antara lain
berupa:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer dimaksudkan untuk mengeliminasi dan meminimalisasi
pajanan penyebab dan faktor resiko kanker termasuk mengurangi kerentanan
individu terhadap efek dari penyebab kanker. Selain faktor protektif yang akan
mengurangi kemungkinan seseorang terserang kanker. Pendekatan pencegahan ini
memberikan peluang paling besar dan sangat cost effective dalam pengendalian
kanker tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Memberikan edukasi tentang prilaku hidup sehat (mengkonsumsi sayur dan
buah dan berolahraga dll).
b. Pencegahan sekunder
Deteksi dini dan pengobatan segera
Ada dua komponen deteksi dini yaitu penapisan (Screening) dan edukasi
tentang penemuan dini (early diagnosis).

28

1. Penapisan
Penapisan adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana dan mudah yang
dilaksanakan

pada populasi

masyarakat

sehat

yang bertujuan

untuk

membedakan masyarakat yang sakit atau beresiko terkena penyakit di antara
masyarakat yang sehat. Sebagai contoh, pemeriksaan klinis payudara untuk
penapisan kanker payudar
2. Penemuan dini
Penemuan dini adalah upaya pemeriksaan pada masyarakat yang telah
merasakan adanya gejala dengan meningkatkan kesadaran pada masyarakat.
Sebagai contoh adalah melakukan SADARI.
c. Pencegahan tertier
1. Diagnosis dan Terapi
Diagnosis kanker payudara membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan
investigasi diagnostik. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan,
memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Prioritas
pengobatan harus ditujukan pada kanker dengan stadium awal dan yang
;lebih berpotensi untuk sembuh. Standar pengobatan kanker meliputi
operasi, radiasi, kemoterapi dan hormonal yang disesuaikan dengan tindakan
patologi
2. Pelayanan Paliatif
Hampir di seluruh dunia, pasien kanker payudara terdiagnosis pada stadium
lanjut dan pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial,

29

rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan
peningkatan kualitas hidup pasien kanker (KMK No 796 tentang kanker
payudara).
2.2.8. Pengobatan
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak
tergantung pada stadium klinik penyakit yaitu:
a.

Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada tiga jenis mastektomi:
1) Modified Radical Mastektomy
Yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang
dada, tulang selangka, dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
2) Total (Simple Mastektomi)
Yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja tetapi bukan di kelenjar
ketiak.
3) Radical Mastektomi
Yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.Biasanya disebut
lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel
kanker bukan seluruh payudara.

b.

Radiasi
Penyinaran atau radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.

30

c.

Kemotrapi
Kemotrapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak
hanya sel kanker pada payudara tapi juga di seluruh tubuh.

d.

Terapi hormon
Hal ini dikenal sebagai “terapi anti-estrogen” yang sistem kerjanya memblok
kemampuan hormon estrogen dalam menstimulus perkembangan kanker
payudara.

e.

Pengobatan Herceptin
Adalah terapi biological yang dikenal efektif melawan HER2-positif pada wanita
yang mengalami kanker payudara stadium II, III, dan IV dengan penyebaran sel
kankernya (KMK No 796 tentang kanker payudara).

2.2.9. Prognosis Kanker Payudara
Berdasarkan data yang didapatkan dari PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah
Onkologi Indonesia) pada tahun 2003, didapatkan data prognosis daya tahan hidup
penderita kanker payudara (survival rate) per stadium adalah sebagai berikut :
1.

Stadium 0

: 10 tahun survival ratenya 98% (nonpalpablebreast cancer
yang terdeteksi oleh mammografi/ USG)

2.

Stadium I

: 5 tahun survival ratenya 85%

3.

Stadium II

: 5 tahun survival ratenya 60-70%

4.

Stadium III

: 5 tahun survival ratenya 30-50%

31

5.

Stadium IV

: 5 tahun survival ratenya 15% (KMK No. 796 tentang kakner
payudara).

2.3. SADARI
2.3.1 Pengertian SADARI
SADARI (periksaan payudara sendiri) adalah pengembangan kepedulian
seseorang wanita terhadap kondisi payudara sendiri. Tindakan ini dilengkapi dengan
langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara.
Kegiatan ini sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua wanita tanpa perlu
merasa malu kepada pemeriksa, tidak membutuhkan biaya, SADARI hanya
membutuhkan waktu selama lima menit. Cukup dilakukan saat mandi atau pada saat
berbaring. SADARI sebaiknya mulai dilakukan saat seorang wanita sudah mengalami
menstruasi (Kristiyansari, 2009).
2.3.2. Manfaat SADARI
Deteksi dini merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mengetahui
secara dini adanya kanker atau benjolan pada payudara sehingga dapat mengurangi
tingkat kematian karena penyakit kanker tersebut.Keuntungan dari deteksi dini
bermanfaat untuk meningkatkan kemungkinan harapan hidup pada wanita penderita
kanker payudara.Hampir 85% gangguan atau benjolan ditemukan oleh penderita itu
sendiri melalu pemeriksaan dengan benar. Selain itu SADARI

adalah metode

termurah, tercepat, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini kanker
payudara (Kristiyansari, 2009).

32

2.2.3. Tujuan SADARI
Pemerikasaan payudara sendiri dilakukan dengan tujuan adalah sebagai
berikut:
a. SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk mencegah
kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker payudara dapat
terdeteksi pada stadium awal hingga pengobatan dini akan meningkatkan
kemungkinan penyembuhan (Prognosis) pasien dan memperpanjang harapan
hiduppenderita kanker payudara.
b. Menurunkanangka kematian penderita karena kanker
c. Mendeteksi dini apabila terdapat benjolan pada payudara, terutama yang
dicurigai ganas sehingga dapat menurunkan angka kematian (Nugroho, 2011).
2.3.4. Waktu Melakukan SADARI
Waktu yang tepat untuk melakukan SADARI adalah satu minggu setelah
selesai haid. Jika siklus haid telah berhenti, maka sebaiknya dilakukan periksa
payudara sendiri pada waktu yang sama setiap bulannya dan waktu yang dibutuhkan
untuk melakukannya tidak lebih dari 5 menit (Nugroho, 2011).
SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20
tahun, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada
wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut (fibrous),
sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia 20 tahun karena
pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna.
Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi

33

familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia
akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau
mengetahui bahwa penemuanya adalah normal atau tidak berubah selama bertahuntahun. Wanita yang belum menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah
menstruasi sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan
pada payudara sebelum menstruasi (Nugroho, 2011)
2.3.5. Langkah-langkah SADARI
Langkah 1: Melihat kearah cermin dengan posisi pundak tegap dan kedua tangan di
pinggang.

Gambar 2.4. Bercermin Dengan Kedua Tangan di Pinggang
Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu lurus dan
lengan di pinggang.Amati bentuk payudara, ukuran, dan warna.Rata-rata payudara
berubah tanpa kita sadari.Perubahan yang perlu disadari adalah jika payudara
berkerut, cekung kedalam atau menonjol kedepan karena ada benjolan.Putting tertarik
kedalam, dengan warna memerah, kasar, dan terasa sakit.

34

Langkah 2

Gambar 2.5. Pengangkatan Kedua Tangan Cermati Setiap Perubahan pada
Payudara
Periksa payudara dengan tangan diangkat diatas kepala.Dengan maksud
untuk melihat perlekatan tumor terhadap otot atau dibawahnya.Setelah itu angkat
kedua lengan untuk melihat apakah ada kelainan pada payudara.Kembali mengamati
perubahan yang terjadi pada payudara anda, seperti perubahan warna, tarikan,
tonjolan, kerutan perubahan bentuk putting atau permukaan kulit yang menjadi kasar.
Langkah 3

Gambar 2.6.Pemencetan Puting, Perhatikan Cairan yang Keluar
Saat anda bercermin, anda cermati apakah ada cairan yang keluar dari kedua
putting (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah).

35

Langkah 4

Gambar 2.7.Pemijatan Payudara Sambil Berbaring
Berikutnya, rasakan payudara dengan cara berbaring. Gunakan tangan kanan
untuk merasakan payudara kiri, begitu sebaliknya. Gunakan pijatan pelan namun
mantap (tapi bukan keras) dengan tiga ujung anda (telunjuk, tengah, dan manis). Jaga
posisi ujung jari datar terhadap permukaan payudara.Gunakan gerakan memutar,
sekali putaran mencakup seperempat bagian payudara.
Pijat seluruh payudara anda dari atas sampai bawah, kiri kanan, dari tulang
pundak sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara.
Buatlah pola memutar untuk memastikan anda sudah memijat seluruh payudara
anda.Mulai dari putting, buat gerakan memutar semakin lama semakin besar sampai
anda mencapai bagian tepi payudara. Anda juga dapat membuat gerak naik turun..
Pastikan anda merasakan seluruh jaringan payudara dari depan (putting) sampai
bagian belakang. Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan tepat di bawah
kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk jaringan
bagian dalam.

36

Langkah 5

Gambar 2.8. Pemijatan Payudara Saat Mandi
Terakhir, rasakan payudara saat anda berdiri atau duduk.Atau saat mandi
karena bagi sebagian wanita, mereka merasa lebih mudah memijat saat kulit payudara
dalam keadaan basah dan licin. Lakukan dengan gerakan yang sama seperti
dijelaskan dalam langkah ke-4 dan yakinkan bahwa seluruh payudara sudah ter-cover
oleh rabaan tangan (Dinawati dalam Syahfitri, 2012).

2.4.

Wanita Usia Subur
Wanita usia subur adalah wanita yang berusia antara 15 - 49 tahunyang berada

dalam masa reproduksi dan mulai ditandai dengan timbulnya haid yang pertama kali
(menarche) dan diakhiri dengan masa menopouse (BKKBN, 2007).
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya
berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini
berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 2029 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30an persentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan

37

hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal
10% kesempatan untuk hamil (Suprayanto, 2011).

2.5. Landasan Teori
HBM (Health Belief Model) dikembangkan pada tahun 1950-an untuk
menjelaskan respon individu terhadap gejala penyakit, diagnosa, pengobatan dan
alasan mengapa orang tidak berpartisipasi pada program kesehatan masyarakat. HBM
pada dasarnya adalah psikologi sosial dan didasari oleh pemikiran bahwa persepsi
terhadap ancaman adalah prekusor yang penting dalam tindakan pencegahan. HBM
berakar pada teori kognitif yang menekankan peran hipotesis atau harapan subjektif
individu. Pada perspektif ini, perilaku merupakan fungsi dari nilai subjektif suatu
dampak (outcome) dan harapan subjektif bahwa tindakan tertentu akan mencapai
dampak tersebut. Konsep ini dikenal sebagai teori nilai-harapan (value-expectancy).
Jadi dapat dikatakan HBM merupakan teori-harapan. Jika konsep ini diaplikasikan
pada perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, maka dapat diterjemahkan
menjadi keinginan untuk tidak sakit atau menjadi sembuh (nilai), dan keyakinan
(belief) bahwa tindakan kesehatan tertentu akan mencegah atau menyembuhkan
penyakit (harapan). Harapan ini kemudian diterjemahkan sebagai perkiraan seseorang
terhadap resiko mengidap suatu penyakit dan keseriusan akibat suatu penyakit, serta
kemungkinan untuk mengurangi ancaman penyakit melalui suatu tindakan tertentu.
Selain itu, perilaku juga dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi, sosiopsikologi dan
struktural. Variabel sosiodemografi meliputi, status ekonomi, ras, umur, pendidikan

38

dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Variabel sosiopsikologi meliputi dorongan
dari peer group atau reference group, sedangkan variabel struktural mencakup
pengetahuan, pengalaman seseorang dan riwayat keluarga yang menjadikan dia
berperilaku

sehat.

Variabel

sosiodemografi,

sosiopsikologi

dan

struktural

mempengaruhi persepsi individu maka secara tidak langsung mempengaruhi perilaku
yang berhubugan dengan kesehatan (health-related behavior).
Bagan Teori Health Belief Model
Variabel demografis (umur,
jenis kelamin, suku bangsa
atau kelompok etnis), variabel
sosial psikologis (peer dan
reference groups, kepribadian,
pengalaman sebelumnya)
variabel struktural (kelas
sosial, akses ke pelayanan
kesehatan, pengetahuan,
riwayat keluarga dan
sebagainya
Kecendrungan yang dilihat
(preceived) mengenai gejala/
penyakit. Syaratnya yang
dilihat mengenai gejala dan
penyakit.

Ancaman yang dilihat mengenai
gejala dan penyakit.

Pendorong (cues) untuk
bertindak (kampanye media
massa, peringatan dari
dokter, tulisan dari surat
kabar, majalah)

Gambar 2.9. Health Belief Model (Irwin Rosentock, 1974)

Manfaat yang dilihat
dari pengambilan
tindakan dikurangi
biaya (hambatan) yang
dilihat dari
pengambilan keputusan

Kemungkinan
mengambil tindakan
tepat untuk perilaku
sehat/sakit
(SADARI)

39

2.6. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian adalah :
Variabel Independen

Variabel Dependen

2.
Faktor Sosiodemografi
3.• Umur
4.
5.Faktor Sosiopsikologi
6.• Dorongan dari peer group
7.
8.Struktural
9.• Pengetahuan
• Riwayat keluarga
10. S
Persepsi
• Keceendrungan gejala
penyakit
• Ancaman Penyakit
• Manfaat
• Hambatan
• Pendorong Untuk Bertindak

Gambar 2.10. Kerangka Konsep Penelitian

TINDAKAN
SADARI

Dokumen yang terkait

Hubungan Nilai Anak Pada Pasangan Usia Subur Akseptor dan Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Pekan Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

1 49 94

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Pengetahuan Sadari (Studi Analisis Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri)

3 55 100

Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009

0 41 64

Determinan Tindakan Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 20

Determinan Tindakan Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 2

Determinan Tindakan Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 10

Determinan Tindakan Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 4 2

Determinan Tindakan Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 53

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI DUSUN NGANTI SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI - Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di D

0 0 12